BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1.
Landasan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a.
Teori Keperilakuan dalam Pengembangan dan Implementasi Teknologi Informasi Menurut Pratama (2009) dalam Kirana (2010), penerapan suatu sistem
dan teknologi informasi tidak terlepas dari aspek perilaku karena pengembangan sistem terkait dengan masalah individu dan organisasional sebagai pengguna sistem tersebut, sehingga sistem yang dikembangkan harus berorientasi pada penggunanya. Lina (2007) dalam Kirana (2010) menyatakan bahwa keberhasilan penerimaan sistem informasi tidak hanya ditentukan oleh bagaimana sistem tersebut bisa memproses suatu informasi dengan baik, tapi juga ditentukan oleh tingkat penerimaan individu terhadap penerapan sistem informasi tersebut. Sistem informasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sistem eFiling yang merupakan sebuah layanan pengiriman atau penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara elektronik baik untuk Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Badan ke Direktorat Jendral Pajak melalui sebuah Application Service Provider (ASP) atau Penyedia Jasa Aplikasi dengan memanfaatkan jalur komunikasi internet secara online dan realtime. Penerapan sistem e-
10
11
Filing ini dapat memudahkan Wajib Pajak dalam melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) dimana dan kapan saja. Selain itu, sistem e-Filing ini dapat digunakan oleh Direktorat Jendral Pajak sebagai pengendalian dalam mencegah terjadinya praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Lina (2007) dalam Kirana (2010) menyatakan bahwa jika pengguna memiliki pengalaman yang cukup memadai dalam menggunakan e-Filing, maka kepercayaan diri pengguna tersebut terhadap penggunaan e-Filing semakin tinggi sehingga akan menganggap pengoperasian e-Filing cukup mudah. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penerimaan dan penggunaan sistem e-Filing oleh pemakai yang terlibat langsung dalam penggunaan sistem informasi harus diperhatikan dalam penyusunan, pengembangan, dan penerapannya agar sistem e-Filing berhasil dan sukses walaupun reaksi pengguna sistem e-Filing seringkali tidak dapat diprediksi. Sistem informasi yang baik dan bermutu dari e-Filing akan berpengaruh terhadap kebiasaan dan perilaku pengguna dalam meningkatkan kinerja individu dan organisasi.
b.
Theory Technology Acceptance Model (TAM) Menurut Davis (1989), Technology Acceptance Model (TAM)
merupakan model yang digunakan untuk memprediksi penerimaan pengguna terhadap teknologi berdasarkan dua variabel, yaitu persepsi manfaat (perceived usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use). Persepsi manfaat (perceived usefulness) didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan pengguna bahwa dengan menggunakan sistem, maka akan dapat
12
meningkatkan kinerja pengguna tersebut. Sedangkan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan pengguna bahwa sistem dapat digunakan dengan mudah dan dapat dipelajari sendiri.
c.
Definisi Pajak Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan bagi negara dalam
menjalankan roda pemerintahan. Pajak mempunyai bagian penting dalam pembangunan diseluruh aspek kehidupan di negara ini. Tanpa pajak, pembangunan tidak akan berjalan lancar karena besarnya pembiayaan yang diperlukan tidak bisa tertutupi hanya dengan pinjaman dan bantuan dari luar negeri. Menurut Undang-undang No 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) pasal 1 ayat (1) (2008; 5) : “Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UndangUndang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Menurut Siti Resmi (2013; 2) pajak memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1) Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-Undang serta aturan pelaksanaannya. 2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditujukan adanya kontraprestasi oleh pemerintah. 3) Pajak di pungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
13
4) Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai Public Invesment. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, Pajak merupakan iuran wajib dari rakyat kepada kas Negara yang dapat dipaksakan berdasarkan UndangUndang dengan tidak mendapat kontraprestasi secara langsung bagi sebesarbesarnya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
d. Fungsi Pajak Dalam kaitannya dengan pembangunan dan kesejahteraan, pajak memiliki fungsi yang dapat dipakai untuk menunjang tercapainya suatu masyarakat yang adil dan makmur secara merata. Fungsi pajak yang dikemukan oleh Siti Resmi (2013; 3), yaitu: 1) Fungsi Budgetair ( Sumber Keuangan Negara) Pajak mempunyai fungsi penerimaan (budgetair), artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukan uang sebanyak banyaknya ke dalam kas Negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak, seperti : Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan lain-lain. 2) Fungsi Regularend (Mengatur) Pajak mempunyai fungsi Mengatur (regulerend), artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial atau ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan. Misyalnya, tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan, dimaksud agar pihak yang memperoleh penghasilan tinggi dapat memberikan kontribusi membayar pajak yang tinggi pula, sehingga terjadi pemerataan pendapatan.
14
e.
Jenis-Jenis Pajak Menurut Waluyo (2010; 12), pajak dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok, yaitu : 1) Menurut golongannya : a) Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: pajak penghasilan. b) Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai. 2) Menurut sifatnya : a) Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan. b) Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. 3) Menurut lembaga pemungutnya : a) Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai anggaran rumah tangga negara. Contoh: PPN, PPh, PPnBM, PBB, dan Bea Materai.
15
b) Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai anggaran rumah tangga daerah. Pajak daerah terdiri atas: 1.
Pajak Propinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
2.
Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan.
f.
Sistem Pemungutan Pajak Menurut Mardiasmo (2011; 7-8), Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
1) Official Assessment System, adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-ciri Official Assessment System: a)
Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus.
b) Wajib Pajak bersifat pasif. c)
Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
2) Self Assessment System, Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
16
Ciri-cirinya: a)
Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak Sendiri.
b) Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. c)
Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
3) Withholding System, Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya: Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.
g.
e-Filing Menurut Muljono (2008; 71) Penyampaian SPT secara elektronik atau e-
Filing adalah suatu cara penyampaian SPT yang dilakukan dengan sistem secara on-line yang realtime melalui melalui media internet atau website Direktorat
Jenderal
Pajak
(www.pajak.go.id).
Wajib
Pajak
dapat
menyampaikan SPT secara elektronik (e-Filing) melalui satu atau beberapa perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP) yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak. Sehingga Wajib Pajak (WP) tidak perlu lagi melakukan pencetakan semua formulir laporan dan menunggu tanda terima secara manual.
17
Online berarti bahwa Wajib Pajak dapat melaporkan pajak melalui internet dimana saja dan kapan saja, sedangkan kata realtime berarti bahwa konfirmasi dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat diperoleh saat itu juga apabila data-data Surat Pemberitahuan (SPT) yang diisi dengan lengkap dan benar telah sampai dikirim secara elektronik. Wajib Pajak tidak perlu lagi datang ke Kantor Pelayanan Pajak jika sudah menggunakan fasilitas e-Filing sehingga penyampaian SPT menjadi lebih mudah dan cepat. Hal ini karena pengiriman data SPT dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja serta dikirim langsung ke database Direktorat Jenderal Pajak dengan fasilitas internet yang disalurkan melalui satu atau beberapa perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak. Secara umum, penyampaian SPT atau penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik melalui e-Filing diatur melalui Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-48/PJ/2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ./2009 Tentang Tata Cara Penerimaan Dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan tanggal 30 Desember 2011. Secara khusus, penyampaian SPT atau penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik melalui e-Filing pada situs Direktorat Jenderal Pajak diatur melalui Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-39/PJ/2011 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Menggunakan Formulir 1770S atau 1770SS Secara e-Filing Melalui Website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id) tanggal 23 Desember 2011.
18
Menurut Kirana (2010:29), e-Filing ini sengaja dibuat agar tidak ada persinggungan Wajib Pajak dengan aparat pajak dan kontrol Wajib Pajak bisa tinggi karena merekam sendiri SPT nya. e-Filing ini bertujuan mencapai transparansi dan bisa menghilangkan praktek-praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Direktorat Jenderal Pajak telah mengeluarkan sebuah peraturan mengenai e-Filing ini yaitu Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor
PER-47/PJ./2008
tentang
Tata
Cara
Penyampaian
Surat
Pemberitahuan dan Penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan Surat Pemberitahuan Tahunan secara Elektronik (e-Filing) melalui Penyedia Jasa Aplikasi (ASP). Menurut Gita Gowinda K. (2010:30), alat kelengkapan e-Filing meliputi Penyedia Jasa Aplikasi (ASP), Surat permohonan memperoleh e-FIN, e-FIN atau Electronic Filing Identification Number, Digital Certificate, e-SPT, bukti penerimaan e-SPT. Penjelasan mengenai alat kelengkapan e-Filing adalah sebagai berikut: 1.
ASP atau Application Service Provider atau Penyedia Jasa Aplikasi adalah perusahaan yang telah ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang dapat menyalurkan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara elektronik langsung ke Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
2. Surat Permohonan memperoleh e-FIN adalah surat yang diajukan oleh Wajib Pajak sebagai permohonan untuk melaksanakan e-Filing. 3.
e-FIN atau Electronic Filing Identification Number adalah nomor identitas yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat
19
terdaftar kepada Wajib Pajak (WP) yang mengajukan permohonan eFiling. E-FIN ini tidak sama dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). 4.
Digital Certificate adalah sebuah sertifikat berbentuk digital yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk kepentingan pengamanan data SPT. Sertifikat ini mirip dengan sertifikat yang diberikan oleh pihak yang berkompeten untuk menjamin validitas transaksi saat melakukan pembayaran secara on-line. Sertifikat ini digunakan untuk proteksi data SPT dalam bentuk encryption (pengacakan) sehingga hanya bisa dibaca oleh sistem tertentu (dalam hal ini sistem penerimaan SPT ASP dan Direktorat Jenderal Pajak) dengan nama dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) tertentu pula.
5.
e-SPT adalah Surat Pemberitahuan Masa atau Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang berbentuk formulir elektronik (Compact Disk) yang merupakan pengganti lembar manual SPT. E-SPT ini tersedia untuk berbagai jenis laporan dan dapat diperoleh di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dimana wajib pajak terdaftar. E-SPT ini juga dapat dibeli melalui layanan pajak.
6.
Bukti Penerimaan SPT Elektronik adalah bukti penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT) yang dikirimkan lewat Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) secara on-line. Fungsi bukti penerimaan ini adalah sama dengan bukti penerimaan SPT secara off line.
20
e-Filing mempermudah penyampaian SPT dan memberi keyakinan kepada Wajib pajak bahwa SPT itu sudah benar diterima Direktorat Jenderal Pajak serta keamanan jauh lebih terjamin. Dan berikut ini merupakan prosedur penggunaan e-Filing adalah sebagai berikut: 1.
Wajib Pajak menyampaikan Surat Permohonann memperoleh e-FIN atau melaksanakan e-Filing kepada Direktorat Jenderal Pajak yaitu kepada Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id).
2.
Direktorat Jenderal Pajak via Kantor Pelayanan Pajak memberikan eFIN.
3.
Wajib Pajak mendaftar ke Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) dan meminta Digital Certificate ke Direktorat Jenderal Pajak melalui Penyedia Jasa Aplikasi (ASP).
4.
Direktorat Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak memberikan Digital Certificate melalui Penyedia Jasa Aplikasi (ASP).
5.
Wajib Pajak melakukan e-Filing ke Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang diteruskan ke Kantor Pelayanan Pajak.
6.
Direktorat Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak memberikan bukti penerimaan e-SPT yang mengandung informasi berupa : NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), tanggal transaksi, jam transaksi, Nomor Transaksi Penyampaian SPT (NTPS), Nomor Transaksi Pengiriman ASP (NTPA), nama ASP.
21
7.
Wajib Pajak menyampaikan print out dari Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) berupa induk SPT yang sudah diberi bukti penerimaan elektronik, ditanda tangani dan dilampiri sesuai ketentuan. Penyampaian Surat Pemberitahuan secara elektronik (e-Filing) dapat
dilakukan selama 24 (dua puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan standar waktu adalah Waktu Indonesia Bagian Barat. Dengan demikian, Surat Pemberitahuan yang disampaikan secara elektronik (e-Filing) pada akhir batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan yang telah jatuh pada hari libur, dianggap disampaikan tepat waktu.
h. Pengguna Sistem e-Filing (User e-Filing System) Penggunaan sistem informasi ini memperlihatkan keputusan penggunaan sistem informasi oleh pengguna dalam menyelesaikan tugas pengguna (Davis, 1989). Secara umum, Penggunaan sistem e-Filing merupakan suatu proses di mana wajib pajak menggunakan sistem e-Filing untuk melaporkan SPT secara on-line. E-Filing diciptakan dengan tujuan memberi keuntungan dan kemudahan bagi pihak Direktorat Jenderal Pajak dan wajib pajak dalam pelaporan SPT. Dengan adanya e-Filing wajib pajak mendapatkan keuntungan yaitu efisiensi dan efektivitas dalam melakukan proses pelaporan SPT tahunan tanpa perlu mengkhawatirkan jam kerja operasional kantor pajak karena wajib pajak dapat menggunakan e-Filing tanpa perlu datang ke kantor pajak. Dan sikap para wajib pajak dalam mengadopsi atau menerima e-Filing mempunyai dampak serius dalam keberhasilan e-Filing. Jika para wajib pajak tidak bersedia menerima e-Filing, maka e-Filing tidak dapat
22
memberikan
manfaat
maksimal
Pengukuran penggunaan tersebut
kepada
Direktorat
Jenderal
Pajak.
berdasarkan frekuensi penggunaan.
Intensitas atau frekuensi dalam penggunaan sistem e-Filing merupakan ukuran seberapa sering wajib pajak melakukan pelaporan SPT dengan menggunakan sistem e-Filing. Intensitas wajib pajak dalam menggunakan eFiling tersebut tergantung pada kenyamanan yang mereka rasakan setelah menggunakan sistem tersebut. Berdasarkan kajian di atas indikator yang dapat digunakan dalam mengukur penggunaan sistem adalah frekuensi penggunaan sistem e-Filing. Pengguna sistem e-Filing (user e-Filing system) yang diterapkan oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP) merupakan Wajib Pajak. Menurut Undangundang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Wajib Pajak dapat dibedakan menjadi Wajib Pajak Orang Pribadi, Badan dan Bendaharawan Pemerintah. Ketentuan pembayaran maupun pelaporan terhadap ketiga jenis Wajib Pajak ini kepada Pemerintah berbeda. Wajib Pajak dibedakan menjadi tiga (Muldjono, 2008:25) yaitu: 1.
Wajib Pajak Pribadi adalah setiap orang pribadi yang memiliki penghasilan di atas pendapatan tidak kena pajak. Di Indonesia, setiap
23
orang wajib mendaftarkan diri dan mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). 2.
Wajib Pajak Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dan pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. 3.
Wajib Pajak Bendaharawan adalah Bendaharawan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga pememrintah, Lembaga Negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Luar Negeri, yang membayar gaji, upah tunjangan, honorarium dan pembayaran lainnya dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada
Wajib
Pajak
sebagai
sarana
dalam
administrasi
perpajakan
yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Sesuai dengan sistem self assessment, kewajiban Wajib Pajak adalah melaporkan dan membayarkan kewajiban pajak melalui Surat Pemberitahuan (SPT). Surat Pemberitahuan
24
(SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Menurut
saat
pelaporannya,
Surat
Pemberitahuan (SPT) dibedakan menjadi dua: 1) Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu masa Pajak. Batas waktu penyampaian SPT masa adalah paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah akhir masa pajak. 2) Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau bagian Tahun Pajak. Batas waktu penyampaian SPT Tahunan adalah paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun pajak.
i.
Persepsi Siegel dan Marcony (1989) dalam Nurul (2012) mengemukakan bahwa
persepsi adalah bagaimana seseorang melihat atau menginterpretasikan suatu kejadian, obyek dan manusia. Individu bertindak berdasarkan pada persepsinya tanpa memperhatikan apakah persepsi tersebut akurat atau tidak akurat dalam menggambarkan kenyataan. Penjelasan mengenai kenyataan mungkin akan sangat berbeda dari individu yang satu dengan individu yang lain. Berdasarkan beberapa definisi di atas, persepsi merupakan suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian dan pendapat terhadap suatu objek berdasarkan informasi yang diterima. Dan persepsi
25
dalam penelitian ini adalah suatu proses penilaian seseorang terhadap sistem e-Filing.
j.
Persepsi Manfaat (Perceived Usefulness) Persepsi manfaat adalah tingkatan sejauh mana seseorang yakin bahwa
menggunakan sebuah sistem akan meningkatkan kinerjanya (Davis, 1989). Persepsi manfaat sistem bagi penggunanya berkaitan dengan produktifitas dan efektifitas sistem tersebut dari kegunaan dalam tugas secara menyeluruh. Menurut Chin dan Todd (1995) dalam Nurul (2012) persepsi manfaat dapat dibagi kedalam dua kategori, yaitu (1) persepsi manfaat dengan estimasi satu faktor, dan (2) persepsi manfaat dengan estimasi dua faktor (manfaat dan efektifitas). Persepsi manfaat dengan estimasi satu faktor meliputi dimensi: a. Menjadikan pekerjaan lebih mudah b. Bermanfaat c. Menambah produktifitas d. Mempertinggi efektifitas e. Mengembangkan kinerja pekerjaan Persepsi manfaat dengan estimasi dua faktor oleh Chin dan Todd (1995) dalam Nurul (2012) dibagi menjadi dua kategori lagi yaitu manfaat dan efektifitas, dengan dimensi-dimensi masing-masing yang dikelompokkan sebagai berikut: a. Manfaat meliputi dimensi : menjadikan pekerjaan lebih mudah, bermanfaat, menambah produktifitas.
26
b. Efektifitas meliputi dimensi : mempertinggi efektifitas, mengembangkan kinerja pekerjaan. Dalam konteks e-Filing di penelitian ini, persepsi manfaat ini diartikan sebagai seberapa besar manfaat sistem e-Filing bagi wajib pajak dalam proses pelaporan SPT Tahunan. Oleh karena itu, besarnya manfaat yang diperoleh mempengaruhi perilaku wajib pajak dalam menggunakan sistem tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan estimasi satu faktor dengan sedikit modifikasi menghilangkan satu indikator yang tidak cocok dengan persepsi manfaat e-Filing yaitu menjadikan pekerjaan lebih mudah, hal ini dikarenakan sasaran penelitian ini adalah wajib pajak bukan pegawai pajak. Sehingga pada penelitian ini indikator yang digunakan meliputi (1) Mengembangkan kinerja, (2) Manfaat sistem, (3) Menambah produktifitas, dan (4) Mempertinggi efektifitas.
k. Persepsi Kemudahan Penggunaan ( Perceived Ease of Use) Suatu sistem informasi dapat dikatakan berkualitas jika sistem tersebut dirancang untuk memenuhi kepuasan pengguna melalui kemudahan dalam menggunakan sistem informasi tersebut. Persepsi kemudahan penggunaan merupakan tingkatan dimana seseorang percaya bahwa teknologi mudah untuk
dipahami.
Davis
(1989)
mengungkapkan
kemudahan
yang
dipersepsikan adalah tingkatan dimana seseorang percaya bahwa pengunaan suatu sistem tertentu dapat menjadikan orang tersebut bebas dari usaha (free of effort). Bebas dari usaha yang dimaksudkan adalah bahwa saat seseorang menggunakan sistem, ia hanya memerlukan sedikit waktu untuk mempelajari
27
sistem tersebut karena sistem tersebut sederhana, tidak rumit, dan mudah dipahami, sudah dikenal (familiar). Venkatesh dan Davis (2000: 201) dalam Nurul (2012) membagi dimensi persepsi kemudahan penggunaan menjadi berikut: a.
Interaksi individu dengan sistem jelas dan mudah dimengerti / dipahami.
b.
Tidak dibutuhkan banyak usaha untuk berinteraksi dengan sistem tersebut.
c.
Sistem mudah digunakan.
d.
Mudah mengoperasikan sistem sesuai dengan apa yang ingin individu kerjakan (fleksibel). Berdasarkan pengertian di atas, persepsi kemudahan penggunaan
merupakan keyakinan atau penilaian seseorang bahwa sistem teknologi informasi (e-Filing) yang akan digunakan tidak merepotkan saat akan digunakan dan mudah dipahami. Ketika seseorang menilai dan meyakini bahwa
suatu
sistem informasi
mudah digunakan
maka dia akan
menggunakannya. Sebaliknya ketika seseorang menilai dan meyakini bahwa suatu sistem informasi tidak mudah digunakan maka dia tidak akan menggunakannya. Sehingga indikator yang digunakan dalam penelitian ini meliputi (1) Fleksibilitas, (2) Mudah dipahami, (3) Mudah digunakan, dan (4) Mudah untuk berinteraksi.
28
l.
Kepuasan Pengguna (User Satisfaction) Kepuasan pengguna akan mempengaruhi niat untuk menggunakan sistem
informasi dan penggunaan aktual. Menurut Seddon dan Kiew (1994) dalam Nurul (2012), kepuasan pengguna merupakan perasaan bersih dari senang atau tidak senang dalam menerima sistem informasi dari keseluruhan manfaat yang diharapkan seseorang dimana perasaan tersebut dihasilkan dari interaksi dengan sistem informasi. Tiap pengguna mempunyai seperangkat manfaat yang diharapkan atau aspirasi untuk sistem informasi. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan perluasan dimana sistem dapat memenuhi atau gagal memenuhi aspirasi, pengguna mungkin lebih atau kurang puas. Menurut Livari (2005) dalam Kirana (2010), sebuah sistem informasi yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna akan meningkatkan kepuasan pengguna.
Hal
ini
diwujudkan
dengan
kecenderungan
peningkatan
penggunaan sistem informasi tersebut. Sebaliknya, jika sistem informasi tidak dapat memenuhi kebutuhan pengguna maka kepuasan pengguna tidak akan meningkat dan penggunaan lebih lanjut akan dihindari. Kepuasan pengguna ini berhubungan dengan kesuksesan kualitas sistem informasi dan kualitas informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi. Keduanya diasumsikan dapat mempengaruhi kepuasan pengguna sistem informasi. Semakin baik kualitas sistem dan kualitas informasi yang dihasilkan maka kepuasan pengguna atas sistem informasi tersebut juga akan semakin meningkat. Sistem informasi dapat diandalkan apabila memiliki kualitas sistem dan
29
kualitas informasi yang baik dan mampu memberikan kepuasan pada pemakainya. Sistem informasi memerlukan beberapa indikator untuk mengukur kepuasan pengguna kaitannya dengan sistem e-Filing yang diterapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Indikator diperlukan karena kepuasan pengguna merupakan variabel yang tidak dapat diukur secara langsung. Indikator kepuasan pengguna diukur melalui seperangkat pertanyaan mengenai kepuasan pengguna e-Filing dalam bentuk kuesioner. Indikator-indikator yang digunakan dalam variabel kepuasan pengguna adalah sebagai berikut: 1)
Efficiency (efisiensi) Kepuasan pengguna dapat tercapai jika sistem informasi membantu
pekerjaan pengguna secara efisien. Keefisienan ini dapat dilihat dari sistem informasi yang dapat memberikan solusi terhadap pekerjaan pengguna kaitannya dengan aktivitas pelaporan pajak secara efisien. Suatu sistem informasi dapat dikatakan efisien jika suatu tujuan yang dimiliki pengguna dapat tercapai dengan melakukan hal yang tepat. Hal yang tepat ini kaitannya dengan penggunaan e-Filing sebagai solusi atas aktivitas Wajib Pajak dalam melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) sehingga Wajib Pajak dapat dengan mudah melaporkan pajak dengan memperkecil beban administrasi pemrosesan pelaporan pajak. 2)
Effectiveness (keefektivan) Keefektivan sistem informasi dalam memenuhi kebutuhan pengguna
dapat meningkatkan kepuasan pengguna terhadap sistem informasi tersebut.
30
Keefektivan sistem informasi ini dapat dilihat dari kebutuhan atau tujuan yang dimiliki pengguna dapat tercapai sesuai harapan atau target yang diinginkan. Dalam sistem e-Filing ini, pengguna atau Wajib Pajak tetap dapat melaporkan pajak secara online dan realtime. 3)
Satisfaction (kepuasan) Kepuasan pengguna dapat diukur melalui rasa puas yang dirasakan
pengguna dalam menggunakan sistem e-Filing. Rasa puas pengguna dapat ditimbulkan dari fitur-fitur yang disediakan sistem e-Filing seperti kualitas dari sistem e-Filing dan kualitas informasi yang dihasilkan oleh sistem eFiling. Rasa puas yang dirasakan pengguna mengindikasikan bahwa sistem informasi atau sistem e-Filing berhasil memenuhi aspirasi atau kebutuhan pengguna kaitannya dengan Wajib Pajak. 4)
Proudness (Kebanggaan Menggunakan Sistem) Kepuasan pengguna dalam sistem informasi dapat ditunjukkan dengan
perilaku pengguna yang merasa bangga menggunakan sistem informasi tersebut. Semakin besar rasa bangga pengguna dalam menggunakan sistem informasi mengindikasikan kepuasan pengguna terhadap sistem informasi yang semakin tinggi. Kebanggaan menggunakan sistem informasi juga perlu dipertimbangkan dalam mengukur kepuasan pengguna dalam menggunakan sistem informasi. Hal ini dapat ditunjukkan dengan Wajib Pajak yang merasa bangga menggunakan e-Filing diindikasikan merasakan kepuasan dalam menggunakan sistem e-Filing tersebut.
31
2.
Kajian Riset Terdahulu Kirana (2010) Penelitian yang mengenai analisis perilaku penerimaan wajib
pajak terhadap penggunaan e-Filing. Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa semua hipotesis diterima. Kualitas informasi secara signifikan berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna. Kualitas sistem secara signifikan berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna. Kualitas informasi secara signifikan berpengaruh positif terhadap penggunaan sistem. Kualitas sistem secara signifikan berpengaruh positif terhadap penggunaan sistem. Kepuasan pengguna secara signifikan berpengaruh positif terhadap penggunaan sistem. Penggunaan sistem secara signifikan berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna. Penggunaan sistem secara signifikan berpengaruh positif terhadap dampak individual. Kepuasan pengguna secara signifikan berpengaruh positif terhadap dampak individual. Dampak individual secara signifikan berpengaruh positif terhadap dampak organisasional. Sugihanti (2011) juga melakukan studi empiris mengenai analisis faktorfaktor yang mempengaruhi minat perilaku Wajib Pajak untuk menggunakan eFiling. Hasilnya menunjukkan bahwa ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha, dan kesukarelaan berpengaruh positif terhadap minat perilaku penggunaan e-Filing. Sedangkan kompleksitas, pengalaman, keamanan dan kerahasiaan, kecepatan tidak berpengaruh positif terhadap minat perilaku penggunaan e-Filing. Desmayanti (2012) Penelitian ini mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan fasilitas e-Filing oleh wajib pajak sebagai sarana penyampaian SPT masa secara online dan realtime. Hasil menunjukkan bahwa: (1) Persepsi
32
Kegunaan berpengaruh signifikan positif terhadap Intensitas Perilaku Dalam Penggunaan e-Filing, (2) Persepsi Kemudahan berpengaruh signifikan positif terhadap Intensitas Perilaku Dalam Penggunaan e-Filing, (3) Kerumitan berpengaruh signifikan negatif terhadap Intensitas Perilaku Dalam Penggunaan eFiling, (4) Keamanan dan Kerahasiaan berpengaruh signifikan positif terhadap Intensitas Perilaku Dalam Penggunaan e-Filing, (5) Kesiapan Teknologi Informasi Wajib Pajak berpengaruh signifikan positif terhadap Intensitas Perilaku Dalam Penggunaan e-Filing. Nurul (2012) Penelitian mengenai pengaruh persepsi kebermanfaatan, persepsi kemudahan penggunaan, dan kepuasan wajib pajak terhadap penggunaan e-Filing bagi wajib pajak di Yogyakarta. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Persepsi Kebermanfaatan, Persepsi Kemudahan Penggunaan dan Kepuasan Pengguna berpengaruh positif terhadap penggunaan e-Filing. Imawan
(2013)
Penelitian
mengenai
analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi wajib pajak badan untuk menggunakan sistem e-Filing pada KPP Madya Jakarta Pusat. Hasil analisis yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan bahwa variabel ekspektasi kinerja, kualitas system, dan kepuasan pengguna secara simultan berpengaruh signifikan terhadap wajib pajak badan untuk menggunakan system e-filing dan kualitas system merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi wajib pajak badan untuk menggunakan sistem e-Filing.
33
Tabel 2.1 Kajian Riset Terdahulu Nama Peneliti dan Tahun laporan riset Kirana (2010)
Lokasi Penelitian
Metode yang digunakan
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Semarang
Data primer dengan menggunakan kuesioner
Kualitas Sistem, kualitas Informasi, pengguna, kepuasan penggunaan, dampak individual, dan dampak organisasi secara signifikan berpengaruh positif terhadap kepuasan penggunaan e-Filing.
Sugihanti (2011)
Semarang
Data primer dengan menggunakan kuesioner
1.Independen: Kualitas Sistem (System Quality), Kualitas Informasi(Information Quality), Pengguna (Use), Kepuasan Penggunaan (User Satisfaction), Dampak Individual (Individual Impact), Dampak Organisasi (Organizational Impact) 2. Dependen: Penggunaan e-Filing 1. Independen: Ekspektasi kinerja, Ekspektasi usaha, Kesukarelaan,Kompleksitas, Pengalaman, Keamanan dan Kerahasiaan Kecepatan 2. Dependen: Minat Perilaku Penggunaan e-Filing
Desmayanti (2012)
Semarang
Data primer dengan menggunakan kuesioner
1.Independen: Persepsi Kegunaan, Persepsi Kemudahan, Kerumitan, Keamanan dan Kerahasiaan, Kesiapan Teknologi Informasi 2. Dependen: Intensitas Perilaku Dalam Penggunaan e-Filing
Nurul (2012)
Yogyakarta
Kuesioner / angket
Imawan (2013)
KPP Madya Jakarta Pusat
data primer yang di peroleh dari kuisioner
1. Independen: Persepsi Kebermanfaatan, Persepsi kemudahan penggunaan, Kepuasan wajib pajak 2. Dependen: Penggunaan e-Filing bagi wajib pajak 1.Independen: Ekspektasi Kinerja, Kualitas sistem, Kepuasan pengguna 2.Dependen: Wajib pajak badan untuk menggunakan sistem e-Filing
Sumber: Review dari beberapa jurnal
Ekspektasi kinerja, Ekspektasi usaha, dan Kesukarelaan berpengaruh Positif terhadap Minat Perilaku Penggunaan e-Filing. Sedangkan Kompleksitas, Pengalaman, Keamanan dan Kerahasiaan, Kecepatan tidak berpengaruh positif terhadap Minat Perilaku Penggunaan e-Filing Persepsi Kegunaan, Persepsi Kemudahan, Keamanan dan Kerahasiaan, dan Kesiapan Teknologi Informasi berpengaruh positif terhadap Intensitas Perilaku Penggunaan e-Filing, sedangkan Kerumitan tidak berpengaruh positif terhadap Intensitas Perilaku Penggunaan e-Filing Persepsi Kebermanfaatan, Persepsi Kemudahan Penggunaan dan Kepuasan Pengguna berpengaruh positif terhadap penggunaan eFiling.
Ekspektasi kinerja, kualitas system, dan kepuasan pengguna secara simultan berpengaruh signifikan terhadap wajib pajak badan untuk menggunakan system e-filing dan kualitas system merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi wajib pajak badan untuk menggunakan sistem eFiling.
34
B. Rerangka Pemikiran 1.
Pengaruh Persepsi Manfaat e-Filing Terhadap Penggunaan Sistem eFiling Persepsi manfaat adalah suatu tingkatan dimana seseorang mempercayai bahwa penggunaan sebuah sistem akan mampu meningkatkan kinerja, menambah tingkat produktifitas dan efektifitas. Dalam konteks organisasi, persepsi manfaat ini dikaitkan dengan peningkatan kinerja individu yang berdampak pada kesempatan untuk memperoleh keuntungan-keuntungan baik yang bersifat materi maupun non-materi. Pada konteks penggunaan e-Filing dapat diartikan bahwa penggunaan e-Filing dapat meningkatkan kinerja bagi wajib pajak yang menggunakannya. Seseorang akan menggunakan e-Filing apabila orang tersebut mempercayai bahwa e-Filing dapat memberikan manfaat dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Penelitian yang dilakukan Desmayanti (2012) menunjukkan bahwa perceive usefulness berpengaruh siginfikan positif terhadap minat perilaku penggunaan fasilitas e-Filing oleh wajib pajak sebagai sarana penyampaian SPT masa secara online dan realtime. Dan penelitian yang dilakukan Nurul (2012) juga menunjukkan bahwa persepsi kebermanfaatan berpengaruh positif terhadap penggunaan e-Filing. Dapat diambil kesimpulan bahwa semakin Wajib Pajak mempersepsikan e-Filing memberikan manfaat (kegunaan) terhadap peningkatan produktivitas. Maka dari itu, Wajib Pajak akan terus menggunakan e-filing.
35
2.
Pengaruh Persepsi Kemudahan e-Filing Terhadap Penggunaan Sistem e-Filing Kemudahan bermakna tanpa kesulitan atau terbebaskan dari kesulitan atau tidak perlu berusaha keras. Dengan demikian, persepsi kemudahan penggunaan ini merujuk pada keyakinan bahwa sistem tidak merepotkan atau tidak membutuhkan usaha yang besar pada saat digunakan. Persepsi kemudahan penggunaan atas e-Filing berarti bahwa wajib pajak tidak membutuhkan usaha yang keras untuk dapat memahami bagaimana cara melakukan pelaporan SPT melalui e-Filing karena layanan tersebut mudah untuk dipahami dan digunakan. Persepsi kemudahan penggunaan akan mengurangi usaha wajib pajak dalam mempelajari seluk beluk melaporkan SPT via e-Filing. Jika seseorang merasa bahwa sistem yang ada mudah digunakan, maka ia akan menggunakannya, sehingga kemudahan penggunaan e-Filing akan mempengaruhi sikap wajib pajak dalam menggunakan e-Filing. Suatu sistem yang digunakan menunjukkan bahwa sistem tersebut lebih dikenal, lebih mudah dioperasikan dan lebih mudah digunakan oleh penggunanya. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh Desmayanti (2011) bahwa perceived ease of use mempengaruhi penggunaan fasilitas. Kemudahan Pengguna akan mempengaruhi penggunaan sistem e-filing oleh wajib pajak sebagai sarana penyampaian SPT masa secara online dan realtime. Dan penelitian yang ditunjukkan oleh Nurul (2012) bahwa persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh positif terhadap penggunaan e-Filing.
36
Dapat disimpulkan jika pengguna menginterpretasikan bahwa sistem eFiling mudah digunakan maka penggunaan sistem akan tercapai. Jika penggunaan sistem memiliki kemampuan untuk mengurangi usaha (baik waktu dan tenaga) maka penggunaan sistem berpotensi akan dilakukan secara terus-menerus sehingga intensitas perilaku dalam penggunaan e-Filing dapat meningkat.
3.
Pengaruh Kepuasan Wajib Pajak (Pengguna) atas e-Filing Terhadap Penggunaan Sistem e-Filing Kepuasan pengguna (user satisfaction) memiliki hubungan yang signifikan terhadap intensitas penggunaan (use). Kepuasan pengguna akan mempengaruhi penggunaan sistem e-Filing. Jika pengguna merasa puas atas sistem e-Filing maka penggunaan sistem oleh user akan tercapai. Jika penggunaan sistem tersebut
memiliki kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan pengguna maka penggunaan sistem berpotensi akan dilakukan secara terus-menerus sehingga intensitas penggunaan (use) sistem e-Filing tersebut dapat meningkat. Hasil yang ditunjukkan oleh penelitian Imawan (2013) bahwa kepuasan pengguna secara simultan berpengaruh signifikan terhadap wajib pajak badan untuk menggunakan system e-filing dan kualitas sistem merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi wajib pajak badan untuk menggunakan sistem e-filing. Dan penelitian juga ditunjukan oleh Kirana (2010) bahwa kepuasan pengguna berpengaruh positif terhadap penggunaan e-Filing.
37
Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran
Persepsi Manfaat H1 Penggunaan Sistem
Persepsi Kemudahan Penggunaan
H2
e-Filing bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
H3 Kepuasan Pengguna
C. Hipotesis Berdasarkan pada kajian teori yang ada, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1:
Persepsi Manfaat (Perceived Usefulness) e-Filing berpengaruh terhadap penggunaan sistem e-Filing bagi Wajib Pajak Orang Pribadi.
H2 :
Persepsi Kemudahan (Perceived Ease) e-Filing berpengaruh terhadap penggunaan sistem e-Filing bagi Wajib Pajak Orang Pribadi.
H3 :
Kepuasan (satisfaction) wajib pajak atas e-Filing berpengaruh terhadap penggunaan sistem e-Filing bagi Wajib Pajak Orang Pribadi.