10
BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1
Definisi Manajemen Keuangan Manajemen keuangan menurut (Sutrisno, 2009) dapat diartikan sebagai,
semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien.
2.2
Fungsi Manajemen Keuangan Fungsi manajemen keuangan menurut (Halim Abdul, 2007) terdiri dari
tiga: 2.2.1 Keputusan Investasi (Investment Decision). Kebutuhan investasi akan berusaha menjawab pertanyaan mengenai “pada aset apa investasi tersebut dilakukan? apakah pada fixed asset atau kah pada working capital?”. Keputusan invetasi yang ditetapkan efektif akan tercermin pada pencapaian tingkat imbalan hasil (rate of return) yang maksimal. Dengan melakukan investasi berarti perusahaan menggunakan dana dengan harapan mampu menghasilkan arus kas masuk (cash inflow) pada waktu waktu mendatang melebihi nilai investasi awal selama periode tertentu.
11
2.2.2 Keputusan
Pembelanjaan
(Financing
Decision).
Karena
penggunaan dana merupakan arus kas keluar (Cash Outflow) maka keputusan investasi (investment decisions) yang layak dibiayai selanjutnya di carikan sumber dananya. Keputusan mengenai sumber dana yang akan digunakan (apakah sumber dana internal atau eksternal, jangka pendek ataukah jangka panjang) disebut keputusan
pembelanjaan.
(financing
decisions).
Keputusan
pembelanjaan yang dikatakan efektif akan tercermin pada biaya dana (cost of fund) yang minimal. 2.2.3 Kebijakan Deviden (Deviden Policy). Pengambilan keputusan investasi dan keputusan pebelanjaan yang tepat diharapkan dapat menghasilkan laba yang tinggi. Kebijakan deviden pada prinsipnya menyangkut mengenai berapa persen dari laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden dan berapa persen yang akan ditahan dalam bentuk laba ditahan yang akan guna pembiayaan investasi di masa mendatang. Apakah dividen dibayarkan sebesar-besarnya ataukah sekecilkecilnya? Kebijakan dividen yang dikatakan optimal akan tercermin pada peningkatan harga saham. Dengan demikian, ketiga keputusan tersebut secara simultan akan turut menyumbang pencapaian tujuan perusahaan. Dalam penerapannya, manajemen keuangan tidak berdiri sendiri. Manajemen keuangan berkaitan erat dengan
12
disiplin ilmu lain, seperti akuntansi, ilmu ekonomi mikro dan makro, metode kuantitatif dan sebagainya. Sementara itu, perusahaan yang dijalankan secara profesional harus menggeser paradigma yang selama ini berlaku, yaitu dari stockholder paradigma ke stakeholder paradigm. Dalam paradigma stockholder, orientasi manajemen tertuju kepada pemegang saham. Manajemen mendapatkan mandat dari pemegang saham untuk mengelola perusahaannya, karena itu ia harus bertanggung jawab kepada pemegang saham. Pemegang saham adalah segala-galanya bagi manajemen. Dalam paradigma stakeholder, manajemen dihadapkan pada banyak pihak yang masing-masing tidak dianggap sepihak. Stakeholder merupakan semua kelompok yang dapat dipengaruhi atau yang dapat mempengaruhi keputusan, kebijakan, dan kegiatan suatu organisasi yang merupakan lingkungan di mana perusahaan harus berinteraksi. Perusahaan harus berinteraksi dengan dua kelompok stakeholder. Pertama, stakeholder primer, meliputi: pemegang saham, pekerja, kreditor, pemasok, pelanggan, pesaing penyalur. Kedua, stakeholder sekunder, meliputi: masyarakat lokal, pemerintah domestik, pemerintah asing, kelompok aktivis sosial, media massa, kelompok pendukung bisnis dan pendapat umum
2.3
Analisa Kinerja Keuangan Kinerja keuangan adalah gambaran setiap hasil ekonomi yang mampu di
raih oleh perusahaan perbankan pada periode tertentu melalui aktivitas-aktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efisien dan efektif, yang dapat
13
diukur perkembangannya dengan mengadakan analisis terhadap data-data keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan. Kinerja bank secara umum merupakan gambaran prestasi yang dicapai oleh bank dalam operasionalnya. Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Kinerja menunjukkan sesuatu yang berhubungan dengan kekuatan serta kelemahan suatu perusahaan. Kinerja keuangan suatu bank juga mencerminkan tingkat kesehatan bank tersebut. Dalam Surat Edaran BI No. 9/24/DPbs disebutkan penilaian tingkat kesehatan bank dipengaruhi oleh faktor CAMELS (Capital , Asset Quality, Management, Earnings, Liquidity, Sensitivity to Market Risk). Menurut (Kasmir, 2008), unsur-unsur penilaian dalam analisis camel adalah sebagai berikut: 1. Capital (Permodalan) Penilaian didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh salah satu bank. Salah satu penilaian adalah dengan metode CAR (Capital Adequacy ratio), yaitu dengan cara membandingkan modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) 2. Asset Quality (Kualitas Aset) Penilaian didasarkan kepada kualitas aktiva yang dimiliki bank. Rasio yang diukur ada dua macam, yaitu : a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif
14
yang diklasifikasikan 3. Management (Manajemen) Penilaian didasarkan pada manajemen permodalan, manajemen aktiva, manajemen rentabilitas, manajemen likuiditas, dan manajemen umum. Manajemen bank dinilai atas dasar 250 pertanyaan yang diajukan 4. Earnings (Rentabilitas) Penilaian didasarkan pada rentabilitas suatu bank yang dilihat kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini didasarkan kepada dua macam, yaitu : a. Rasio laba terdapat total aset (Return on Assets) b. Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) 5. Liquidity (Likuiditas) Yaitu untuk menilai likuiditas bank. Penilaian likuiditas didasarkan kepada dua macam rasio, yaitu: a. Rasio jumlah kewajiban bersih Call money terhadap aktivitas lancar adalah Kas, Giro dan BI, Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) yang sudah diendos oleh bank lain b. Rasio antara kredit terhadap dana yang diterima oleh bank 6. Sensitivity to market risk (Sensitivitas terhadap risiko pasar) Penilaian sensitivitas atas risiko pasar dimaksudkan untuk menilai kemampuan keuangan bank dalam mengantisipasi perubahan risiko pasar yang disebapkan oleh pergerakan nilai tukar. Penilaian sensitivitas atas risiko pasar dilakukan dengan menilai besarnya modal yang digunakan untuk
15
menutup risiko bank dibandingkan dengan besarnya risiko kerugian yang timbul dari pengaruh perubahan risiko pasar.
2.4
Definisi Profitabilitas Profitabilitas adalah ukuran spesifik dari performance sebuah bank,dimana
ia merupakan tujuan dari manajemen perusahaan dengan memaksimalkan nilai dari para pemegang saham, optimalisasi dari berbagai tingkat return, dan minimalisasi resiko yang ada (Harahap Sofyan Safri, 2011). Tujuan analisis profitabilitas sebuah bank adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. 2.4.1 Return On Total Asset (ROA) Menurut (Toto Prihadi, 2008) Return on Asset (ROA) mengukur tingkat laba terhadap aset yang digunakan dalam menghasilkan laba tersebut. Rasio ini dirumuskan dengan: Laba Sebelum Pajak
X 100%
ROA = Total Aktiva
Semakin besar ROA, berarti semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai dari semakin baiknya posisi bank dari segi penggunaan aset.
2.5
Penjelasan Teoritis Variabel Penelitian 2.5.1. Capital Adequacy Ratio (CAR) Modal
adalah
faktor
penting
bagi
bank
dalam
rangka
16
pengembangan usaha dan menampung kerugian. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi (sesuai ketentuan BI 8%) berarti bank tersebut mampu membiayai operasi bank, keadaan yang menguntungkan bank tersebut akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. Dalam menelaah CAR bank syariah, terlebih dahulu harus dipertimbangkan, bahwa aktiva bank syariah dapat dibagi atas : 1. Aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan/kewajiban atau hutang (wadiah atau qard dan sejenisnya). 2. Aktiva yang didanai oleh rekening bagi hasil (Profit and loss Sharing Investment Account) yaitu mudharabah (General Investment Account/mudharabah
mutlaqah,
Restricted
Investment
Account/mudharabah muqayyadah) CAR diukur dengan membagi modal dengan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR). Modal Bank X 100%
CAR = Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
Pada bank syariah perhitungan ATMR sedikit berbeda dengan bank konvensional. Aktiva pada bank syariah dibagi atas aktiva yang dibiayai dengan modal
sendiri
serta
aktiva
yang
didanai
oleh
rekening
bagi
hasil
(Muhammad,2005). Aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan hutang risikonya ditanggung modal sendiri, sedangkan yang didanai oleh rekening bagi hasil
17
risikonya ditanggung oleh rekening bagi hasil itu sendiri 2.5.2. Financing to Deposit Ratio (FDR) Rasio ini adalah rasio yang mengukur perbandingan jumlah pembiayaan yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank, yang menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana oleh deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Oleh karena itu, semakin tinggi rasionya memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank tersebut, hal ini sebagai akibat jumlah dana yang diperlukan untuk pembiayaan menjadi semakin besar, dengan rumusan sebagai berikut : Jumlah Pembiayaan Yang Diberikan FDR =
X 100% Total Dana Pihak Ketiga
Bank Indonesia menetapkan rasio FDR sebesar 110% atau bila melebihi diberi nilai pembiayaan 0 yang artinya likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat. Dan untuk rasio FDR dibawah 100% diberi nilai pembiayaan 100 yang artinya likuiditas bank tersebut dinilai sehat 2.5.3. Non Performing Financing (NPF) NPF adalah tingkat pengembalian kredit yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain NPF merupakan tingkat kredit macet pada bank tersebut. NPF diketahui dengan cara menghitung Pembiayaan Non Lancar Terhadap Total Pembiayaan. Total Pembiayaan Tidak Lancar X 100% NPF = Total Pembiayaan
18
Apabila semakin rendah NPF maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan, sebaliknya bila tingkat NPF tinggi bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Dalam perbankan konvensional rumus NPF sedikit berbeda, yaitu perbandingan antara kredit macet dengan total kredit, namun dalam perbankan syariah tidak dikenal istilah kredit macet dan total kredit, namun yang ada adalah pembiayaan non lancar dan total pembiyaan. 2.5.4. Operational Efficiency Ratio (BOPO) Rasio ini adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Dalam hal ini perlu diketahui bahwa usaha bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dengan selanjutnya menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan, sehingga beban bagi hasil merupakan porsi terbesar bagi bank. Rasio ini dirumuskan dengan : Biaya (Beban) Operasional X 100%
BOPO = Pendapatan Operasional
2.6
Laporan Keuangan Bank Syariah Menurut (Slamet Wiyono dkk, 2012), laporan keuangan syariah adalah
suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan dari suatu
19
entitas syariah. tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas entitas syariah yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship)
manajemen
atas
penggunaan
sumber-sumber
daya
yang
dipercayakan kepada mereka. 2.6.1 Fungsi Laporan Keuangan Sebagai bahan informasi yang dapat digunakan oleh pihak- pihak yang membutuhkan, laporan keuangan setidaknya harus berfungsi sebagai berikut: 1. Menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan. Pihak-pihak yang berkepentingan antara lain Sahibul maal/pemilik dana, kreditur, pembayar zakat, infak dan sadaqah, pemegang saham, otoritas pengawasan, Bank Indonesia, pemerintah, Lembaga Penjamin Simpanan dan masyarakat. 2. Informasi dalam menilai prospek arus kas bertujuan untuk memberikan informasi yang dapat mendukung investor/pemilik dana, kreditur, dan pihak-pihak lain dalam memperkirakan jumlah, aset, dan ketidakpastian dalam penerimaan kas di masadepan atas deviden, bagi hasil,dan hasil dari penjualan, pelunasan(redemption), dan jatu tempo dari surat berharga atau pinjaman. 3. Informasi atas sumber daya ekonomi bertujuan memberikan informasi
20
tentang sumber daya ekonomis bank (economicresources), kewajiban bank untuk mengalihkan sumber daya tersebut kepada entitas lain atau pemilik saham serta kemungkinan terjadinya transaksi, dan peristiwa yang dapat mempengaruhi perubahan sumber daya tersebut. 4. Informasi mengenai kepatuhan bank terhadap prinsip syariah, serta informasi mengenai pendapatan dan pengeluaran yang tidak sesuai dengan prinsip syariah dan pegelolaan pendapatan dana bank tersebut. 5. Informasi untuk membantu pihak terkait di dalam menentukan zakat bank atau pihak lainnya. 2.6.2 Acuan Penyusunan Laporan Keuangan Penyusunan laporan keuangan bank syariah didasarkan dari beberapa acuan yang relevan, adapun acuan tersebut adalah: 1. Peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. 2. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Umum, Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah, Penyataan Standar Akuntansi Keuangan Umum, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Syariah (PSAKS) dan Interprestasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK). 3. Accounting and Auditing Standard for Islamic Financial Institutions yang
dikeluarkan
oleh
AAOIFI
(Accounting
and
Auditing
Organization of Islamic Financial Institutions). 4. International Accounting Standard (IAS), Statement of Financial Accounting Standard (SFAS), sepanjang tidak bertentangan dengan
21
prinsip syariah. 5. Peraturan
perundang-undangan
yang
relevan
dengan
laporan
keuangan. 6. Praktik-praktik akuntansi yang berlaku umum, sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
2.7
Pengertian Bank Ada beberapa definisi bank yang dikemukakan sesuai dengan tahap
perkembangan bank. Untuk memberikan definisi yang tepat perlu adanya penjabaran, karena definisi tentang bank dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Berikut ini dapat dikemukakan beberapa pendapat tentang pengertian bank, yaitu: 1. Undang-Undang No 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UndangUndang No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah ”badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. 2. (Ir Ade Arthesa, 2006) dalam bukunya tentang Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank meyatakan pendapat bahwa bank adalah badan yang mempunyai tugas utama melakukan penghimpunan dana dari pihak ketiga dan meyalurkannya kembali ke masyarakat. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, pengertian bank telah mengalami evolusi, sesuai dengan perkembangan
22
bank itu sendiri. Kedua, fungsi bank pada umumnya adalah(1) menerima berbagai bentuk simpanan dari masyarakat; (2) memberikan kredit, baik bersumber dari dana yang diterima dari masyarakat maupun berdasarkan atas kemampuannya untuk menciptakan tenaga beli baru; (3)memberikan jasa-jasa lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Jenis bank dilihat dari cara menetapkan harga baik harga belimaupun harga jual dapat dibagi dua, yaitu : 1. Bank Konvensional 2. Bank Syariah
2.7.1 Bank Konvensional Menurut
Undang-Undang
Nomor
10
Tahun
1998,
bank
konvensional adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Prinsip konvensional yang digunakan bank konvensional menggunakan dua metode, yaitu : 1. Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti
tabungan,
deposito
berjangka,
maupun
produk
pinjaman(kredit) yang diberikan berdasarkan tingkat bunga tertentu. 2. Untuk jasa-jasa bank lainnya, pihak bank menggunakan atau menerapkan berbagai biaya dalam nominal atau prosentase tertentu. Sistem penetapan biaya ini disebut fee based.
23
2.7.2 Bank Syariah Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998, “bank syariah adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran”. Prinsip syariah menurut Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah
antara
lain
pembiayaan
berdasarkan
prinsip
bagi
hasil
(mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan keuntungan (murabahah) atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina) 12. Dalam Undang-Undang No 21 Tahun 2008 pasal 1 memberikan penjelasan dan pengertian antara lain sebagai berikut (Wiroso, 2009): 1. Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. 2. Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prnsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank
24
Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. 3. Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 4. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran 5. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.
2.8
Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Bank
syariah
memiliki
beberapa
karakteristik
esensial
yang
membedakannya dengan bank konvensional, seperti terlihat pada Tabel 2.1 dibawah ini
25
Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Parameter Bank Konvensional Landasan Hukum UU Perbankan Return
Bunga, Komisi/Fee
Hubungan dengan Debitur-Kreditur nasabah Fungsi dan kegiatan,Bank Intermediasi-Jasa Keuangan Mekanisme dan Objek Usaha Prinsip Dasar Tidak anti riba dan anti maysir Operasi
Bank Syariah UU Perbankan dan Landasan Syariah Bagi Hasil, margin pendapatan sewa, komisi/fee Kemitraan, Investor-Investor, InvestorPengusaha Intermediasi, manager investasi, investor, sosial , jasa keuangan anti riba dan anti maysir
Orientasi
Tidak bebas nilai, uang sebagai alat Bebas Nilai (Prinsip Materialis), uang tukar dan bukan komoditi, bagi hasil, sebagai komoditi, bunga jual beli, sewa Kepentingan pribadi Kepentingan publik
Bentuk Usaha
Keuntunga
Prioritas Pelayanan
Evaluasi Nasabah Bank Komersial Hubungan Nasabah
Kepastian pengembalian pokok dan bunga
Tujuan sosial-ekonomi islam, keuntunga Bank Komersial, Bank Pembangunan, Bank Universal atau multi-purpose Lebih hati hati karena partisipasi dalam risiko
Sumber Likuiditas Terbatas debitur-kreditur Jangka Pendek
Erat sebagai mitra usaha
Pinjaman yang diberikan
Pasar Uang, Bank Sentral
Terbatas
Prinsip Usaha
Komersial dan non komersial, berorientasi laba
Komersial dan Non Komersial, berorientasi laba dan nirlaba
Pengelolaan Dana Aktiva ke Pasiva
Pasiva ke Aktiva
Lembaga Penyelesaian Sengketa
Pengadilan, Arbitrase
Pengadilan, Badan Arbitrase Syariah Nasional
Risiko Investasi
Risiko bank tidak terkait langsung dengan debitur, risiko debitur tidak terkait langsung dengan bank, kemungkinan terjadi negative spread
Monitoring Pembiayaan Struktur Organisasi Pengawas Kriteria Pembiayaan
Terbatas pada administrasi
Dihadapi bersama antara bank dan nasabah dengan prinsip keadilan dan kejujuran, tidak mungkin terjadi negative spread Memungkinkan bank ikut dalam manajemen nasabah
Dewa Komisaris
Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah, Dewan Syariah Nasional
Bankable, halal atau haram
Bankable dan Halal
Sumber: Bank and Financial Intitution Management-Conventional and Sharia System, 2007
2.9
Prinsip Bank Syariah Menurut UU No 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No 7 Tahun 1992
26
tentang Perbankan disebutkan bahwa bank syariah adalah bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam menjalankan kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dalam menjalankan aktivitasnya, bank syariah menganut prinsip-prinsip (Rivai Veithzal, dkk, 2007): 1.
Prinsip Keadilan, Prinsip tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan pengambilan margin keuntungan yang disepakati bersama antara bank dengan nasabah.
2.
Prinsip Kemitraan, Bank syariah menempatkan nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana, maupun bank pada kedudukan yang sama antara nasabah penyimpan dana,nasabah pengguna dana maupun bank yang sederajat sebagai mitra usaha. Hal ini tercermin dalam hak, kewajiban, risiko dan keuntungan yang berimbang antara nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana maupun bank. Dalam hal ini bank berfungsi sebagai intermediary institution melalui skim pembiayaan yang dimilikinya
3.
Prinsip Ketentraman Produk-produk bank syariah telah sesuai dengan prinsip dan kaidah muamalah islam, antara lain tidak adanya unsur riba serta penerapan zakat harta. Dengan demikian nasabah akan merasakan ketentraman lahir maupun batin
27
4.
Prinsip Transparansi/Keterbukaan Melalui
laporan
keuangan
bank
yang
terbuka
secara
berkesinambungan, nasabah dapat mengetahui tingkat keamanan dana dan kualitas manajemen bank 5.
Prinsip Universalitas Bank dalam mendukung operasionalnya tidak membeda-bedakan suku, agama, ras, golongan agama dalam masyarakat dengan prinsip Islam sebagai ‘rakhmatan lil ‘alamin’
2.10
6.
Tidak ada riba (non-usurious)
7.
Laba yang wajar (legitimate profit)
Tujuan Bank Syariah Bank syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah riba.
Dengan demikian, penghindaran bunga yang dianggap riba merupakan salah satu tantangan yang dihadapi dunia Islam dewasa ini. Suatu hal yang sangat menggembirakan bahwa belakangan ini para ekonom Muslim telah mencurahkan perhatian besar, guna menemukan cara untuk menggantikan sistem bunga dalam transaksi perbankan dan membangun model teori ekonomi yang bebas dan pengujiannya terhadap pertumbuhan ekonomi, alokasi dan distribusi pendapatan. Oleh karena itu, maka mekanisme perbankan bebas bunga yang biasa disebut dengan bank syariah didirikan. Dalam sistem bunga, bank tidak akan tertarik dalam kemitraan usaha kecuali bila ada jaminan kepastian pengembalian modal dan pendapatan bunga.
28
2.11
Fungsi Bank Syariah Dalam Undang-Undang No 21 tahun 2008 tetang perbankan syariah, pasal
4 dijelaskan fungsi bank syariah sebagai berikut (Wiroso, 2009): 1. Bank syariah dan UUS wajib menjalakan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. 2. Bank syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. 3. Bank syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengeloa wakaf (nazhir) sesuai dengan akehendak pemberi wakaf (wakif). 4. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan. Bank syariah mempunyai dua peran utama, yaitu sebagai badan usaha (tanwil) dan badan sosial (mal). Sebagai badan usaha, bank syariah mempunyai beberapa fungsi, yaitu sebagai manajer investasi, investor dan jasa pelayanan. Sebagai manajer investasi, bank syariah melakukan penghimpunan dana dari para investor/nasabahnya
dengan
prinsip
wadi’ah
yad
dhamanah
(titipan),
mudharabah (bagi hasil), atau ijarah (sewa). Sebagai investor, bank syariah melakukan penyaluran dan melalui kegiatan investasi dengan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa. Sebagai penyedia jasa perbankan, bank syariah menyediakan jasa keuangan dan non keuangan dan jasa keagenan. Pelayanan jasa keuangan
29
antara lain dilakukan dengan prinsip wakalah (pemberian mandat), kafalah (bank garansi), hiwalah(pengalihan utang), rahn (jaminan utang atau gadai), qardh (pinjaman kebajikan untuk dana talangan), Sharf(jual beli valuta asing), dan lain lain. Pelayanan jasa non keuangan dalam bentuk wadi’ah yad amanah (safe deposit box) dan pelayanan jasa keagenan dengan prinsip mudharabah muqayyadah.Sementara itu sebagai badan sosial, bank syariah mempunyai fungsi sebagai pengelola dana sosial untuk penghimpunan dan penyaluran zakat, infaq dan sadaqah (ZIS), serta penyaluran Qardhul Hasan (pinjaman kebaikan).
2.12
Falsafah Operasional Bank Syariah Setiap lembaga keuangan syariah mempunyai falsafah mencari keridhoan
Allah untuk memperoleh kebajikan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, setiap kegiatan lembaga keuangan yang dikhawatirkan menyimpang dari tuntunan agama, harus dihindari, maka setiap transaksi kelembagaan syariah harus dilandasi atas dasar sistem bagi hasil dan perdagangan atau transaksinya didasari oleh adanya pertukaran antara uang dan barang. Akibatnya pada kegiatan muamalah berlaku prinsip ada barang/jasa, uang dengan barang sehingga akan mendorong produksi barang/jasa, mendorong kelancaran arus barang/jasa, dapat dihindari adanya penyalahgunaan kredit, spekulasi dan inflasi.
2.13
Kegiatan Usaha Bank Syariah Bank syariah merupakan bank yang lebih menekankan pada prinsip bagi
hasil yang merupakan landasan utama dalam semua operasinya, baik dalam
30
pengarahan dananya maupun dalam penyaluran dananya (dalam perbankan syariah penyaluran dana biasa disebut dengan pembiayaan). Oleh karena itu, jenis-jenis penghimpunan dana dan pemberian pembiayaan pada bank syariah terutama juga menggunakan prinsip bagi hasil. Selain prinsip bagi hasil, bank syariah juga mempunyai alternatif penghimpunan dana dan pemberian pembiayaan non bagi hasil. Dalam penghimpunan dana, bank syariah dapat juga menggunakan prinsip wadi’ah, qardh maupun ijarah. Dalam pembiayaan, bank syariah dapat juga menggunakan prinsip jual beli dan sewa (lease). Selain itu, bank syariah juga menyediakan berbagai jasa keuangan seperti wakalah, kafalah, hiwalah, rahn, qardh, sharf, dan ujr Gambar 2.1 Produk dan Jasa Bank Syariah JENIS KEGIATAN USAHA BANK SYARIAH Prinsip Mudharabah
Prinsip Wadi’ah yad dhamanah
-Obligasi
-Tabungan
Penghimpunan
Prinsip Ijarah
-Giro -Deposito/Investasi -Tabungan -Obligasi Pola Bagi Hasil
Pola Jual Beli
Pola Sewa
-Mudharabah
-Murabahah
-Ijarah
-Musyarakah
-Salam
-Ijarah wal iqtina
Penghimpunan
-Istishna
Penghimpunan
Jasa Keuangan
Jasa Non Keuangan
Jasa Keagenan
-Wakalah, Kafalah, Ujr, Qardh, Sharf, Rahn
-Wadi’ah yad dhamanah
-Mudharabah muqayyadah
Sumber : Bank and Financial Intitution Management,2007
31
2.14
Sumber Dana Bank Syariah Bagi bank konvensional selain modal, sumber dana lainnya cenderung
bertujuan untuk “menahan” uang. Hal ini sesuai dengan pendekatan yang dilakukan Keynes yang mengemukakan bahwa orang membutuhkan uang untuk tiga kegunaan: transaksi, cadangan(jaga-jaga), dan investasi (John M. Keynes, 1936). Oleh karena itu, produk penghimpunan dana pun sesuai dengan tiga fungsi tersebut yaitu berupa giro, tabungan, dan deposito. Dalam pandangan syariah uang bukanlah suatu komoditi melainkan hanya sebagai alat untuk mencapai pertambahan nilai ekonomis (economic added value). Hal ini bertentangan dengan perbankan berbasis bunga di mana “uang mengembang-biakan uang”, tidak peduli apakah uang itu dipakai dalam kegiatan produktif atau tidak. Untuk menghasilkan keuntungan, uang harus dikaitkan dengan kegiatan ekonomi dasar (primary economic activities) baik secara langsung maupun melalui transaksi perdagangan ataupun secara tidak langsung melalui penyertaan modal guna melakukan salah satu atau seluruh kegiatan usaha tersebut. Berdasarkan prinsip tersebut Bank syariah dapat menarik dana pihak ketiga atau masyarakat dalam bentuk (Wiroso, 2009): 1. Wadiah dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penyimpan menghendakinya. Tujuan dari perjanjian tersebut adalah untuk menjaga keselamatan barang itu dari kehilangan, kemusnahan, kecurian dan sebagainya. Yang dimaksud dengan “barang” disini adalah suatu yang berharga seperti uang, barang, dokumen, surat
32
berharga, barang lain yang berharga disisi Islam 2. Mudharabah merupakan istilah yang paling banyak digunakan oleh bankbank islam. Prinsip ini juga dikenal sebagai ”qardh” atau ”muqaradah”. Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis perkongsian, dimana pihak pertama (shahib al’mal) menyediakan dana, dan pihak kedua (mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan usaha. Hasil usaha dibagikan seuai dengan nisbah (porsi bagi hasil) yang telah disepakati bersama secara awal, maka kalau rugi shahib al’mal akan kehilangan sebagian imbalan dari kerja keras dan managerial skill selama proyek berlangsung.
2.15
Penelitian Terdahulu Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
No
1
2
Penulis Silvia Hendrayanti, Harjum Muharam Volum 2.,Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-15 ISSN (Online) : 2337-3792 Edhi Satriyo Wibowo, Muhammad Syaichu Volum 2.,Nomor 2, Tahun 2013, Halaman 1-10 ISSN (Online) : 2337-3792
Judul
Variabel X = EAR, BOPO, LAR, Firm Size, Pertumbuhan ekonomi, Analisis Pengaruh inflasi, Volatilitas ROA Faktor Internal dan Y = ROA Eksternal Terhadap Profitabilitas Perbankan
Hasil -EAR, BOPO, LAR, Firm Size dan Volatilitas ROA berpengaruh signifikan terhadap ROA -Pertumbuhan ekonomi dan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA
X = CAR, BOPO, -BOPO berpengaruh NPF, Inflasi, Suku signifikan negatif terhadap Bunga ROA
Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, Y = ROA CAR, BOPO, NPF Terhadap Profitabilitas Bank Syariah
-CAR, NPF, Inflasi dan Suku Bunga tidak berpengaruh
33
No
3
Penulis Judul Variabel Bambang Agus X = FDR dan NPF Pramuka Jurnal Akuntasi, Y= ROA Faktor-Faktor Yang Manajemen Berpengaruh Bisnis dan Terhadap Tingkat Sektor Publik Profitabilitas Bank (JAMBSP) Umum Syariah ISSN 1829 9857
Hasil
Muh. Sabir M, Muhammad Ali, Abd. Hamid Habbe
- CAR dan NPF tidak berpengaruh terhadap ROA pada Bank Umum Syariah - BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Syariah - NOM dan FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Syariah - CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA pada Bank Konvensional
Pengaruh Rasio X = CAR, BOPO, Kesehatan Bank NOM, NPF, FDR, Terhadap Kinerja NIM, NPL, LDR Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia
4 Jurnal Analisis, Juni 2012, Vol.1 No.1 : 79-86 ISSN 2303-1001
Y = ROA
- FDR dan NPF secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA) bank umum syariah
- BOPO berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA pada Bank Konvensional - NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA pada Bank Konvensional - NPL dan LDR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA pada Bank Konvensional di Indonesia
34
No
5
6
Penulis Defri
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012 Nurul Rahmi, Ratna Anggraini
Judul Pengaruh Capital Adequancy Ratio (CAR), Likuiditas dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI
Jurnal Ilmiah Pengaruh CAR, Wahana BOPO, NPF, dan Akutansi Vol 8 CSR Disclosure No 2, 2013 Terhadap Profitabilitas ISSN : 1907Perbankan Syariah 5642
Variabel X = CAR, BOPO
Y = ROA
X = CAR, BOPO, Disclosure Y = ROA
Hasil LDR,
- CAR memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap ROA
- LDR bernilai positif dan tidak berpengaruh terhadap ROA - BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA LDR, - CAR berpengaruh CSR positif terhadap profitabilitas (ROA) - BOPO berpengaruh negatif terhadap profitabilitas (ROA) - NPF memiliki pengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA) - Pengungkapan CSR berpengaruh negatif terhadap ROA
Dhian Dayinta Pratiwi, Drs H. M Kholiq Mahfud, MP 7
‘
X = CAR, BOPO, - CAR berpengaruh NPF, FDR negatif dan tidak signifikan terhadap ROA
Pengaruh CAR, BOPO, NPF, dan Y = ROA FDR Terhadap Return On Asset (ROA) Bank Umum Syariah
-BOPO dan NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA -FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA
2.16. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui serta menganalisis profitabilitas perbankan dengan menggunakan alat analisis yaitu, CAR (Capital Adequacy Ratio), FDR (Financing to Deposit Ratio),NPF (NonPerforming Financing) dan BOPO (Operational Efficiency Ratio) periode 2008 - 2013, serta menggunakan indikator profitabilitas yaitu ROA. Untuk memberikan suatu
35
gambaran yang jelas dan sistematis, maka Gambar 2.2 berikut menyajikan rerangka pemikiran, yang menjadi pedoman dalam keseluruhan penelitian yang dilakukan.
Gambar 2.2 Rerangka Pemikiran H1 (+)
Aspek Keuangan
Internal
C A M E L S
Aspek Non Keuangan
Eksternal
2.17
Capital (C)
CAR (X1)
Liquidity (L)
FDR (X2)
Asset Quality (A)
NPF (X3)
Earnings (E)
BOPO (X4)
H2 (+)
H3 (+)
H4 (-) H5 (-)
Management (M)
Sensitivity to Market Risk (S)
Hipotesis Hipotesis adalah rangkuman dari kesimpulan teoritis yang diperoleh dari
penelaahan kepustakaan. Hipotesis merupakan jawaban terhadap penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya.
ROA (Y)
36
Dari masalah yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah : 1.
Diduga CAR, FDR, NPF dan BOPO secara stimultan berpengaruh dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah. Jika dikaitkan dengan penelitian sebelumnya hipotesis ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Dhian Dayinta Pratiwi dan Drs H. M Kholiq Mahfud, MP (2011) H1: CAR, FDR, NPF dan BOPO secara bersama-sama berpengaruh dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah.
2.
Diduga CAR (Capital Adequacy Ratio) berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah. Jika dikaitkan dengan penelitian sebelumnya hipotesis ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nurul Rahmi dan Ratna Anggraini (2013) H2: CAR (Capital Adequacy Ratio) berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah
3.
Diduga FDR (Financing to Deposit Ratio) berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah. Jika dikaitkan dengan penelitian sebelumnya hipotesis ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Muh. Sabir M, Muhammad Ali, dan Abd. Hamid Habbe (2012) H3: FDR (Financing to Deposit Ratio) berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah.
4.
Diduga NPF (Non Perfomance Financing) berpengaruh negatif dan
37
signifikan terhadap tingkat profitabilitas profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah. Jika dikaitkan dengan penelitian sebelumnya hipotesis ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Bambang Agus Pramuka (2008) serta Dhian Dayinta Pratiwi dan Drs H. M Kholiq Mahfud, MP (2011) H4: NPF (Non Perfomance Financing) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah 5.
Diduga BOPO (Operational Efficiency Ratio) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah. Jika dikaitkan dengan penelitian sebelumnya hipotesis ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh ), Defri (2012),Muh. Sabir M, Muhammad Ali, dan Abd. Hamid Habbe (2012), Dhian Dayinta Pratiwi dan Drs H. M Kholiq Mahfud, MP (2011) serta Silvia Hendrayanti dan Harjum Muharam (2013) H5: BOPO (Operational Efficiency Ratio) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah