BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1.
Kajian Pustaka
2.1.1. Definisi Risiko, Perils dan Hazards Dalam kehidupan sehari-hari istilah ‘risiko’ sering didengar. Berbagai macam risiko, seperti risiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di jalan, risiko terkena banjir di musim hujan, risiko hidup terlalu lama, risiko mati muda dan sebagainya. Semua risiko itu dapat menyebabkan kerugian yang besar jika tidak diantisipasi dari awal. Menurut Ayat (2012), dari berbagai definisi tentang ‘risiko’, yang paling sederhana dan paling sesuai untuk bidang perasuransian adalah seperti yang disampaikan oleh R.L. Carter yaitu: “Risk is a change or probability of finacial loss”....atau risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu kerugian yang dapat dihitung dalam satuan uang. Atau dengan kata lain, dalam dunia asuransi, setidaknya risiko itu harus mengandung unsur “Ketidakpastian” dan “Kerugian” dimana ketidakpastian itu bisa dalam hal waktu, tempat dan kepada siapa peristiwa tersebut terjadi sedangkan kerugian yang dimaksud adalah yang harus dapat dinilai dengan uang. Kematian dan sakit itu pasti terjadi dan dialami oleh setiap manusia, tapi kenapa bisa diasuransikan? Memang benar dua risiko tersebut pasti dihadapi oleh semua orang namun dua hal tersebut masih memiliki unsur ketidakpastian yaitu
13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
kapan, dimana dan bagaimana risiko tersebut akan terjadi, hal inilah yang mendasari risiko ini dapat diasuransikan.
Konsep lain yang berkaitan dengan risiko adalah sebagai berikut: a. Peril, yaitu sesuatu yang dapat menimbulkan terjadinya risiko, contohnya percikkan api atau arus pendek adalah peril bagi kebakaran bangunan dan barang-barang yang ada di dalam ruangan tersebut. b. Hazard, yaitu keadaan dan kondisi yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya suatu peril.
Hazard terdiri dari beberapa tipe, yaitu: 1. Physical Hazard, suatu kondisi yang bersumber pada karakteristik secara fisik dari obyek yang dapat memperbesar terjadinya kerugian. Contohnya seperti konstruksi rumah yang terbuat dari kayu akan meningkatkan risiko kebakaran. 2. Moral Hazard, suatu kondisi yang bersumber dari orang yang berkaitan dengan sikap mental, pandangan hidup dan kebiasaan yang sifatnya ‘negatif’ dan ‘disengaja’ sehingga dapat memperbesar kemungkinan terjadinya peril. Contohnya, seseorang mengasuransikan pabriknya dan merancang kebakaran pabriknya untuk mendapatkan ganti rugi dari asuransi. 3. Morale Hazard, suatu kondisi dari orang yang merasa sudah memperoleh jaminan dan menimbulkan kecerobohan sehingga memungkinkan timbulnya peril. Contohnya karena sudah memiliki asuransi mobil, seseorang mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi pada waktu jalanan licin akibat hujan deras.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
Tindakan tersebut merupakan tindakan yang kurang hati-hati dan dapat menyebabkan atau memperbesar peluang terjadinya risiko kecelakaan. 4. Legal Hazard, suatu kondisi pengabaian atas peraturan atau perundang-undangan yang bertujuan melindungi masyarakat sehingga memperbesar terjadinya peril. Contohnya, rumah atau bangunan yang tidak memiliki Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) akan meningkatkan risiko untuk digusur oleh pemerintah.
2.1.2. Jenis-Jenis Risiko Klasifikasi risiko dalam kaitannya dengan asuransi adalah sebagai berikut: 1. Pure Risk (Risiko Murni) adalah suatu risiko yang apabila terjadi akan menimbulkan kerugian dan bila tidak terjadi tidak akan menimbulkan kerugian atau keuntungan (No Loss, No Gain). Contoh : Kebakaran, Kebanjiran, Kecelakaan Diri dll. 2. Speculative Risk (Risiko Spekulatif) adalah suatu risiko untung-untungan yang apabila terjadi akan menimbulkan keuntungan, kerugian atau tidak rugi tidak untung (Gain, Loss or No Loss No Gain) Contoh : Risiko perdagangan, Risiko bermain saham dll 3. Particular Risk (Risiko Khusus) adalah suatu risiko yang baik penyebabnya maupun akibatnya hanya bersifat pribadi atau lokal (tidak meliputi kuantitas maupun kualitas yang sangat luas atau hanya sekelompok kecil masyarakat saja) Contoh : Pencurian, Kecelakaan lalu lintas dll.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
4. Fundamental Risk (Risiko Fundamental) adalah suatu risiko yang kalau terjadi dampak kerugiannya bisa sangat luas atau bersifat katastropik. Contoh : Gempa bumi, Letusan gunung berapi, Tsunami dll.
Klasifikasi atas risiko ini untuk menentukan : a. Apakah risiko itu dapat diasuransikan atau tidak? b. Apakah risiko itu ditanggung oleh pemerintah atau diserahkan seluruhnya kepada perusahaan asuransi?
2.1.3. Risiko-Risiko yang Dapat Diasuransikan Tidak semua risiko bisa diasuransikan, untuk dapat diasuransikan suatu risiko harus memenuhi beberapa kriteria di bawah ini: 1. Harus merupakan risiko murni, dan juga termasuk risiko khusus. Contoh: Risiko Kebakaran, Risiko Kecelakaan Diri dll 2. Akibat dari risiko tersebut harus dapat dinilai atau diukur dengan uang, yang berarti bahwa risiko tersebut harus bersifat finansial bukan emosional. Contoh: Sering ada gurauan mengenai asuransi putus cinta, apakah risiko putus cinta bisa diasuransikan? Jawabannya tentu tidak bisa, karena kerugian yang terjadi sifatnya adalah emosional atau tidak dapat diukur dengan uang. Apakah benda seni bisa diasuransikan? Bisa diasuransikan namun harganya ditentukan atas kesepakatan pemilik benda tersebut dengan perusahaan asuransi dan tetap harus memenuhi kriteria ketiga yaitu harus ada risiko homogen dalam jumlah yang banyak.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
3. Risiko yang homogen (sama) harus terdapat dalam jumlah banyak (The law of the large number) Contoh: Candi Borobudur, sulit diasuransikan karena jumlahnya hanya satu sehingga padanan untuk menilai berapa harga preminya tidak ada. Biasanya untuk risiko seperti rusaknya candi borobudur itu ditanggung oleh pemerintah. 4. Risiko tersebut harus terjadi secara kebetulan dan tidak disengaja. Contoh: Risiko kematian akibat peril bunuh diri tidak akan bisa diasuransikan karena sifatnya disengaja. 5. Apabila risiko tersebut terjadi tertanggung akan menderita kerugian, dalam arti bahwa tertanggung harus memiliki Insurable Interest (kepentingan untuk mengasuransikan) atas obyek yang dipertanggungkan. Contoh: Seorang Ayah mengasuransikan kesehatan anak dan istrinya karena ada hubungan keluarga yang sah di mata hukum. 6. Risiko tersebut tidak bertentangan dengan kepentingan umum atau hukum yang berlaku. Contoh: Risiko mobil ditabrak karena melanggar lampu lalu lintas dikecualikan dalam klausul asuransi mobil karena perbuatan tersebut melawan hukum. 7. Pembebanan premi harus sesuai dengan tingkat risiko yang dihadapi. Contoh: Premi untuk rumah dengan kontruksi baja tentu lebih murah daripada premi untuk rumah yang berkonstruksi sebagian besar kayu karena risiko untuk terjadi kebakarannya lebih besar yang terbuat dari kayu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
2.1.4. Pengertian Manajemen Risiko Manajemen risiko adalah suatu proses untuk melindungi pendapatan atau kekayaan individu atau perusahaan dengan cara meminimalisir akibat finansial atas suatu risiko melalui cara identifikasi, penilaian dan penanganan terhadap risiko yang dihadapi. Tujuan mengelola risiko adalah: a. Mengurangi kerugian potensial b. Memberikan rasa percaya diri dalam melakukan sesuatu karena yakin bahwa jika terjadi suatu risiko, dia telah siap menghadapinya. Pengelolaan risiko yang baik akan menimbulkan rasa aman dan nyaman (kesenangan dalam bekerja dan berusaha) yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi kerja (produktifitas) atau memperoleh tingkat kenyamanan hidup yang lebih tinggi.
2.1.5. Tahapan dalam Manajemen Risiko Dalam melaksanakan manajeman risiko ada beberapa tahapan yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut:
1. Identifikasi Risiko Identifikasi risiko adalah tindakan mencari temuan berbagai risiko yang mungkin dihadapi, dengan melihat pengalaman (risiko yang pernah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
terjadi) pada masa lalu dan memperkirakan kemungkinan terjadi risiko yang sama di masa yang akan datang.
Identifikasi Risiko Evaluasi Risiko
Frequency (Frekuensi Kejadian)
Severity (Keparahan) Pengendalian Risiko Secara Finansial Ditanggung
Secara Fisik
Ditransfer
Asuransi
Dihindari
Dikurangi
Non Asuransi
Gambar 2.1 Proses Pengelolaan Risiko
2. Evaluasi/Analisa Risiko Melakukan evaluasi atau analisa risiko dari akibat yang mungkin ditimbulkan oleh risiko terhadap organisasi/pribadi dapat dilakukan secara: a. Analisa Kualitatif Analisa secara fisik terhadap potensi risiko yang ada tanpa memperhatikan nilai keuangan di dalamnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Misal: dari flow-chart dapat dievaluasi kualitatif efek dari terjadinya suatu peristiwa, cara ini dilakukan bila tidak adanya data yang cukup untuk dapat dihitung. b. Analisa Kuantitatif Analisa finansial terhadap akibat yang ditimbulkan oleh kerugian yang terjadi. Evaluasi ini dapat dilakukan dengan statistik bila tersedia data yang cukup untuk dasar perhitungan. Misalnya, data produk gagal pada perusahaan tekstil. Dari data tersebut dapat dianalisa produk jenis apa yang paling banyak gagal diproduksi? atau bahan apa yang paling sedikit mengalami gagal produksi? Dari analisa tersebut, perusahaan dapat mengambil kebijakan yang paling tepat untuk meminimalkan gagal produksi. Dua faktor yang dianalisa adalah frekuensi terjadinya kerugian (Frequency) dan tingkat besarnya kerugian (Severity). Hubungan antara frekuensi dengan tingkat keparahan risiko dalam asuransi, menyatakan bahwa pada frekuensi tinggi, umumnya mempunyai nilai kerugian yang rendah sedangkan pada frekuensi rendah, umumnya memiliki nilai kerugian yang besar. Jadi, dapat dilihat bahwa hubungan antara frekuensi dengan nilai kerugian adalah hubungan terbalik.
Contoh : a. High frequency – High severity: Kebakaran pada rumah pada penduduk, kehilangan kendaraan bermotor di perkotaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
b. High frequency – Low severity: Sakit ringan seperti flu atau demam saat pergantian musim, Lecet pada kendaraan bermotor karena benturan c. Low frequency – High severity: Jatuhnya pesawat terbang. d. Low frequency – Low severity: Tv yang rusak karena sambaran petir.
3. Pengendalian Risiko Ada 2 kategori pengelolan risiko yaitu, pengendalian risiko secara fisik (physical) dan pengendalian risiko secara finansial (financial) a. Pengendalian risiko secara fisik : Pengendalian risiko secara fisik dapat dilakukan dengan cara : 1)
Menghindari Risiko (Risk Avoidance) Merokok dapat menimbulkan risiko terkena penyakit kanker paru-
paru atau jantung. Salah satu cara menghindari risiko terkena penyakit tersebut adalah dengan menjauhi bahan-bahan karsinogen (penyebabkan kanker) yang terkandung dalam rokok. 2)
Mengurangi Risiko (Risk Reduction) Jika upaya menghindari risiko tidak mungkin dilakukan, manajemen
risiko dapat dilakukan dengan cara mengurangi risiko. Contohnya, helm digunakan untuk mengurangi risiko geger otak saat pengendara motor mengalami kecelakaan lalu lintas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
b. Pengendalian risiko secara finansial : Ada 2 cara yang dapat dilakukan dalam pengendalian risiko secara finansial, yaitu : 1)
Memindahkan Risiko (Risk Transfer) Beberapa risiko dapat dipindahkan atau ditransfer kepada pihak lain,
bisa ke perusahaan asuransi atau ke non asuransi. Dengan membayar sejumlah premi, risiko yang ada pada tertanggung dapat dialihkan kepada perusahaan asuransi. Kemudian untuk contoh pemindahan risiko melalui mekanisme non asuransi adalah seperti penyataan yang sering ditemui pada bungkus rokok yaitu “MEROKOK MEMBUNUHMU”. Perusahaan rokok memiliki risiko harus bertanggung jawab atas tuntutan para perokok yang terkena penyakit kanker paru-paru atau jantung karena telah mengkonsumsi rokok yang mereka jual. Pernyataan “MEROKOK MEMBUNUHMU” bermaksud memindahkan risiko bertanggung jawab atas tuntutan tersebut kepada masing-masing orang yang membeli rokok, karena
perusahaan
sudah
mengingatkan
bahwa
rokok
itu
bisa
menyebabkan kanker, sehingga para perokok sendirilah yang harus bertanggung jawab atas penyakit yang mereka derita jika tetap bersikeras untuk tetap merokok. 2)
Menanggung Risiko (Risk Retention). Menanggung risiko sebagian atau seluruhnya, dengan menyisihkan
atau mencadangkan dana untuk pembiayaan apabila risiko tersebut terjadi. Misalnya, menyediakan dana cadangan untuk biaya sakit flu ringan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
2.1.6. Definisi Asuransi KUHD pasal 246 mendefinisikan asuransi atau pertanggungan sebagai suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu. Kemudian, definisi tersebut disempurnakan kembali dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian yang menyatakan bahwa asuransi atau pertanggungan sebagai perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk: a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena
kerugian,
kerusakan,
biaya yang
timbul,
kehilangan
keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau b. Memberikan tertanggung
pembayaran atau
yang didasarkan
pembayaran
pada meninggalnya
yang didasarkan
pada
hidupnya
tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
Secara umum Otoritas Jasa Keuangan melalui situs resmi mereka (www.ojk.go.id) mendefinisikan asuransi sebagai perjanjian antara penanggung dan tertanggung yang mewajibkan tertanggung membayar sejumlah premi untuk memberikan penggantian atas risiko kerugian, kerusakan, kematian, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin terjadi atas peristiwa yang tak terduga. Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dalam asuransi setidaknya terkandung 4 unsur, yaitu : a. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi baik secara sekaligus atau berangsur-angsur kepada penanggung sebagai biaya atas penerimaan pengalihan risiko. b. Pihak penanggung (insurer) yang berjanji akan membayar sejumlah uang ganti rugi atau santunan kepada pihak tertanggung, apabila risiko yang dijaminkan dalam polis asuransi terjadi. c. Risiko yang diasuransikan adalah suatu peristiwa (accident) yang tak tertentu (tidak diketahui sebelumnya). d. Ada kepentingan keuangan (finacial interest) yang diakui secara hukum dari tertanggung kepada objek pertanggungan yang membuat tertanggung mengalami kerugian jika risiko yang dijamin polis terjadi.
2.1.7. Usaha-Usaha dalam Industri Perasuransian Usaha Perasuransian adalah segala usaha menyangkut jasa pertanggungan atau pengelolaan risiko, pertanggungan ulang risiko, pemasaran dan distribusi produk asuransi atau produk asuransi syariah, konsultasi dan keperantaraan asuransi,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
asuransi syariah, reasuransi, atau reasuransi syariah, atau penilaian kerugian asuransi atau asuransi syariah. Berikut ini adalah beberapa pengertian dari usaha-usaha yang ada di industri perasuransian: a. Usaha Asuransi Umum adalah usaha jasa pertanggungan risiko yang memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti. b. Usaha Asuransi Jiwa adalah usaha yang menyelenggarakan jasa penanggulangan risiko yang memberikan pembayaran kepada pemegang polis, tertanggung, atau pihak lain yang berhak dalam hal tertanggung meninggal dunia
atau tetap hidup, atau pembayaran lain kepada
pemegang polis, tertanggung, atau pihak lain yang berhak pada waktu tertentu yang diatur dalam perjanjian, yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana. c. Usaha Reasuransi adalah usaha jasa pertanggungan ulang terhadap risiko
yang
dihadapi
oleh
perusahaan asuransi,
perusahaan
penjaminan, atau perusahaan reasuransi lainnya. d. Usaha Asuransi Umum Syariah adalah usaha pengelolaan risiko berdasarkan
Prinsip
Syariah guna saling menolong dan melindungi
dengan memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
peserta
atau
pemegang polis
karena
terjadinya
suatu
peristiwa yang tidak pasti. e. Usaha
Asuransi
Jiwa Syariah
adalah
usaha
pengelolaan risiko
berdasarkan prinsip Syariah guna saling menolong dan melindungi dengan memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggal atau hidupnya peserta, atau pembayaran Iain kepada peserta atau pihak lain yang berhak pada waktu tertentu yang diatur dalam perjanjian, yang
besarnya
telah
ditetapkan
dan/atau didasarkan pada
hasil
pengelolaan dana. f. Usaha
Reasuransi Syariah
adalah
usaha
pengelolaan risiko
berdasarkan Prinsip Syariah atas risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi syariah, perusahaan penjaminan syariah, atau perusahaan reasuransi syariah lainnya. g. Usaha
Pialang
Asuransi
adalah
usaha
jasa
konsultasi dan/atau
keperantaraan dalam penutupan asuransi atau asuransi syariah serta penanganan penyelesaian klaimnya dengan bertindak untuk dan atas nama pemegang polis, tertanggung, atau peserta. h. Usaha Pialang Reasuransi keperantaraan
dalam
adalah usaha jasa konsultasi dan/atau
penempatan
reasuransi atau penempatan
reasuransi syariah serta penanganan penyelesaian klaimnya dengan bertindak untuk dan atas nama perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah,
perusahaan
penjaminan,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
perusahaan penjaminan
27
syariah, perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah yang melalukan penempatan reasuransi atau reasuransi syariah. i. Usaha Penilai Kerugian Asuransi adalah usaha jasa penilaian klaim dan/ atau jasa konsultasi atas objek asuransi. j. Agen Asuransi adalah orang yang bekerja sendiri atau bekerja pada badan usaha, yang bertindak untuk dan atas narna Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah dan memenuhi persyaratan untuk mewakili Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah memasarkan produk asuransi atau produk asuransi syariah. k. Perusahaan Konsultan Akturia, adalah perusahaan yang memberikan jasa akturia kepada perusahaan asuransi dan dana pensiun dalam rangka pembentukan dan pengelolaan suatu program asuransi dan atau program pensiun.
2.1.8. Definisi Manajemen Keuangan Manajemen keuangan menurut Sutrisno (2009) dapat diartikan sebagai, semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien.
2.1.9. Fungsi Manajemen Keuangan Fungsi manajemen keuangan menurut Halim (2007) terdiri dari tiga : 1. Keputusan Investasi (Investment Decision)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
Kebutuhan investasi akan berusaha menjawab pertanyaan mengenai “pada aset apa investasi tersebut dilakukan? apakah pada fixed asset ataukah pada working capital?” keputusan invetasi yang ditetapkan efektif akan tercermin pada pencapaian tingkat imbalan hasil (rate of return) yang maksimal dengan melakukan investasi berarti perusahaan menggunakan dana dengan harapan mampu menghasilkan arus kas masuk (cash inflow) pada waktu waktu mendatang melebihi nilai investasi awal selama periode tertentu. 2. Keputusan Pembelanjaan (Financing Decision) Karena penggunaan dana merupakan arus kas keluar (Cash Outflow) maka keputusan investasi (investment decisions) yang layak dibiayai selanjutnya di carikan sumber dananya. Keputusan mengenai sumber dana yang akan digunakan (apakah sumber dana internal atau eksternal, jangka pendek atau jangka panjang) disebut keputusan pembelanjaan. (financing decisions). Keputusan pembelanjaan yang dikatakan efektif akan tercermin pada biaya dana (cost of fund) yang minimal.
3. Kebijakan Deviden (Deviden Policy) Pengambilan keputusan investasi dan keputusan pembelanjaan yang tepat diharapkan dapat menghasilkan laba yang tinggi. Kebijakan deviden pada prinsipnya menyangkut mengenai berapa persen dari laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden dan berapa persen yang akan ditahan dalam bentuk laba ditahan yang akan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
guna pembiayaan investasi di masa mendatang. Apakah dividen dibayarkan sebesar-besarnya
ataukah
sekecil-kecilnya?
Kebijakan
dividen
yang
dikatakan optimal akan tercermin pada peningkatan harga saham. Dengan demikian, ketiga keputusan tersebut secara simultan akan turut menyumbang
pencapaian
tujuan
perusahaan.
Dalam
penerapannya,
manajemen keuangan tidak berdiri sendiri. Manajemen keuangan berkaitan erat dengan disiplin ilmu lain, seperti akuntansi, ilmu ekonomi mikro dan makro, metode kuantitatif dan sebagainya. Sementara itu, perusahaan yang dijalankan secara profesional harus menggeser paradigma yang selama ini berlaku, yaitu dari stockholder paradigma ke stakeholder paradigma. Dalam paradigma stockholder, orientasi
manajemen
tertuju
kepada
pemegang
saham.
Manajemen
mendapatkan mandat dari pemegang saham untuk mengelola perusahaannya, karena itu ia harus bertanggung jawab kepada pemegang saham. Pemegang saham adalah segala-galanya bagi manajemen. Dalam paradigma stakeholder, manajemen dihadapkan pada banyak pihak yang masing-masing tidak dianggap sepihak. Stakeholder merupakan semua kelompok yang dapat dipengaruhi atau yang dapat mempengaruhi keputusan, kebijakan, dan kegiatan suatu organisasi yang merupakan lingkungan di mana perusahaan harus berinteraksi. Perusahaan harus berinteraksi dengan dua kelompok stakeholder. Pertama, stakeholder primer, meliputi: pemegang saham, pekerja, kreditor, pemasok, pelanggan, pesaing penyalur. Kedua, stakeholder sekunder, meliputi: masyarakat lokal, pemerintah domestik, pemerintah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
asing, kelompok aktivis sosial, media massa, kelompok pendukung bisnis dan pendapat umum.
2.1.10. Analisis Kinerja Keuangan Fahmi (2003) menyatakan bahwa untuk memutuskan suatu badan usaha atau perusahaan memiliki kualitas yang baik maka ada dua penilaian yang paling dominan yang dapat dijadikan acuan untuk melihat badan usaha/perusahaan tersebut telah menjalankan suatu kaidah-kaidah manajemen yang baik. Penilaian ini dapat dilakukan dengan melihat sisi kinerja keuangan (financial performance) dan kinerja (non financial performance). Kinerja keuangan melihat pada laporan keuangan yang dimiliki oleh perusahaan/badan usaha yang bersangkutan dan itu tercermin dari informasi yang diperoleh pada balance sheet (neraca), income statement (laporan laba rugi), dan cash flow statement (laporan arus kas) serta hal-hal lain yang turut mendukung sebagai penguat penilaian financial performance tersebut. Maka, menurut Fahmi (2013) analisis kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Seperti dengan membuat suatu laporan yang telah memenuhi standar dan ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan).
2.1.11. Premi Menurut Djojosoedarso (2003), premi asuransi adalah pembayaran dari tertanggung kepada penanggung, sebagai imbalan jasa atas pengalihan risiko kepada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
penanggung. Penerimaan premi adalah jumlah pendapatan premi dari penjualan polis asuransi yang biasanya diukur dalam periode satu tahun. Kemudian menurut Amrin (2006), premi merupakan pembayaran sejumlah uang yang dilakukan pihak tertanggung kepada penanggung untuk mengganti suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan akibat timbulnya perjanjian
atas
pemindahan
risiko
dari
tertanggung
kepada
penanggung (transfer of risk). Besaran premi ditentukan dari hasil seleksi risiko yang dilakukan underwriter atau setelah perusahaan melakukan seleksi risiko atas permintaan calon tertanggung. Dengan demikian calon tertanggung akan membayar premi asuransi sesuai dengan tingkat risiko atas kondisi masingmasing. Lalu, dalam UU No. 40 Tahun 2014 tentang perasuransian, premi didefinisikan sebagai sejumlah uang yang ditetapkan oleh perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dan disetujui oleh Pemegang Polis untuk dibayarkan berdasarkan perjanjian asuransi atau perjanjian reasuransi, atau sejumlah uang yang ditetapkan berdasarkan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan yang
mendasari program asuransi wajib untuk memperoleh manfaat.
2.1.12. Komponen Premi Asuransi Di dalam premi yang dibayarkan oleh tertanggung kepada penanggung atas risiko yang dialihkan, terdapat beberapa komponen di dalamnya, antara lain :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
1. Premi Dasar Premi yang dibebankan kepada tertanggung ketika polis dibuat atau dikeluarkan, yang perhitungannya didasarkan : a) Data dan keterangan yang diberikan oleh tertanggung kepada penanggung pada waktu penutupan asuransi yang pertama. b) Luasnya risiko yang dijamin oleh penanggung sesuai yang dikehendaki oleh tertanggung. Premi dasar biasanya terdiri dari 3 kelompok, yaitu: 1) Komponen premi untuk membayar kerugian yang mungkin terjadi. 2) Komponen premi untuk membiayai operasi perusahaan 3) Komponen sebagi bagian keuntungan perusahaan
2. Premi tambahan Untuk
tambahan
kepentingan keuangan yang
diasuransikan
atau
perubahan dan penambahan risiko yang dijamin kepada tertanggung maka akan dikenakan tambahan premi (additional premiums, surcharge). Kemudian pada tahun 2013 yang lalu, Firdaus Djaelani, Kepala Eksekutif Industri Keuangan Non Bank Otoritas Jasa Keuangan (IKNB OJK) mengeluarkan Surat Edaran Nomor: SE-06/D.05/2013 tentang Penetapan Tarif Premi serta Ketentuan Biaya Akuisisi Pada Lini Usaha Asuransi Kendaraan Bermotor dan Harta Benda serta Jenis Risiko Khusus meliputi Banjir, Gempa Bumi, Letusan Gunung Berapi dan Tsunami tahun 2014, hal ini dilakukan untuk menjaga
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
kondusifitas persaingan tarif di industri asuransi umum. Berikut ini kami tampilkan tabel tarif untuk lini usaha Asuransi Kendaraan Bermotor. Tabel 2.1 Tarif Premi Pertanggungan Comprehensive
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (2013)
Tabel 2.2 Tarif Premi Pertanggungan Total Loss Only
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (2013)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Tabel 2.3 Tarif Premi Perluasan Jaminan Asuransi Kendaraan Bermotor
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (2013) Penerapan tarif premi pada tabel 2.1, 2.2 dan 2.3 dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Tarif premi berdasarkan lokasi kendaraan
bermotor beroperasi
pembagian sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dengan
35
a. WILAYAH 1 : Sumatera dan Kepulauan di sekitarnya b. WILAYAH 2 : DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten c. WILAYAH 3 : Selain WILAYAH 1 dan WILAYAH 2 2. Perusahaan Asuransi Umum wajib mengenakan premi tambahan apabila : a. Usia kendaraan di atas 5 tahun dengan nilai sekurang-kurangnya sebesar 5%
(lima
per
seratus)
per
tahun
untuk
jenis
pertanggungan
comprehensive. b. Memberikan perluasan jaminan seperti perluasan jaminan gempa bumi, banjir, risiko kerusuhan dan huru-hara, terorisme dan sabotase, tanggung jawab hukum pihak ketiga, kecelakaan diri pengemudi/penumpang, tanggung jawab hukum terhadap penumpang sesuai ketentuan Tabel 2.3. c. Memberikan
fitur-fitur layanan tambahan seperti layanan
darurat
(emergency road assistance), mobil pengganti, penggunaan bengkel authorized, penggunaan bengkel khusus yang lebih mahal atau fitur tambahan lainnya. 3. Perusahaan Asuransi Umum wajib memberlakukan ketentuan risiko sendiri minimum sebesar Rp300.000,00 setiap kejadian. 4. Besaran premi serta syarat dan ketentuan (terms & conditions) untuk kendaraan yang memiliki profil khusus dengan portfolio dengan risiko yang lebih tinggi seperti kendaraan truk tangki, taksi, kendaraan dengan penggunaan komersial dan
sejenisnya
dapat
pertimbangan profesional underwriter.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
ditentukan
berdasarkan
36
2.1.13. Premi Bruto dan Pendapatan Premi Neto Premi bruto merupakan premi yang diperoleh dari tertanggung, agen, broker, maupun dari perusahaan asuransi lain dan perusahaan reasuransi. Premi bruto yang berasal pertanggungan langsung (direct business) dinamakan premi langsung. Sedangkan premi yang berasal dari
pertanggungan tidak langsung
(indirect business) yaitu premi yang diterima dari perusahaan asuransi lain atau reasuransi dinamakan premi tidak langsung. Premi neto diperoleh dari premi bruto
yang
administrasi
dihitung berdasarkan dan
unsur
premi
murni
serta
unsur
biaya
biaya umum lainnya. Pada Peraturan Menteri Keuangan No.
53/PMK.010/2012 tentang kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan reasuransi, premi neto adalah premi bruto dikurangi komisi dan dikurangi premi reasuransi dibayar yang telah dikurangi komisi reasuransi diterima. Contoh perhitungan: Seandainya perusahaan menerima premi penutupan langsung Rp.1.000,dengan komisi dibayar 20%. Dari penutupan langsung tersebut direasuransikan 50%nya. Untuk itu perusahaan menerima komisi reasuransi sebesar 25% dari premi reasuransi yang dibayarnya. Di samping itu perusahaan menerima pula premi penutupan tidak langsung Rp. 300,- dengan komisi reasuransi dibayar sebesar 25% pula. Maka premi bruto dan premi neto sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
PENUTUPAN LANGSUNG : a. Premi diterima
=
Rp. 1.000,-
b. Komisi keperantaraan dibayar (20% x a)
=
Rp.
200,-
c. Premi reasuransi dibayar (50% x a)
=
Rp.
500,-
d. Komisi reasuransi diterima (25% x c)
=
Rp.
125,-
e. Premi diterima
=
Rp.
300,-
f. Komisi dibayar (25% x e)
=
Rp.
75,-
PENUTUPAN REASURANSI :
PENUTUPAN TIDAK LANGSUNG :
PREMI BRUTO = ( Premi penutupan langsung - Komisi penutupan langsung) + (Premi Penutupan tidak langsung – Komisi penutupan tidak langsung) = [a - b] + [e – f) = [Rp 1.000 - Rp 200] + [Rp 300 - Rp 75] = Rp 1.025,-
PREMI NETO = PREMI BRUTO
-
(Premi Reasuransi dibayar -
Reasuransi diterima) = Rp 1.025 - [Rp 500 - Rp 125] = Rp 650,-
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Komisi
38
Dalam laporan keuangan perusahaan asuransi, premi neto dibedakan dengan jumlah pendapatan premi neto, cara menghitung jumlah pendapatan premi neto adalah premi neto dikurangi kenaikan (penurunan) cadangan atas premi yang belum merupakan
pendapatan
(CAPYBMP).
Penelitian
ini
menggunakan
jumlah
pendapatan premi neto sebagai variabel karena dapat menunjukkan keadaan sebenarnya dari keuangan perusahaan asuransi. Rasio yang dapat digunakan untuk melihat tingkat penerimaan pendapatan premi neto adalah rasio pendapatan premi neto terhadap ekuitas, sebab besarnya premi mencerminkan besarnya risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan asuransi sehingga perlu ekuitas yang cukup untuk mengantisipasi terjadinya risiko agar solvabilitas perusahaan tetap terjaga. Sesuai dengan pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan No.52/PMK.010/2012 tentang kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan reasuransi, target rasio tingkat solvabilitas (Risk Base Capital) paling rendah adalah 120% dari modal minimum berbasis risiko. Namun, ekuitas bukanlah satusatunya indikator untuk menilai solvabilitas perusahaan, ada beberapa faktor lain yang perlu diperhitungkan seperti aset yang diperkenankan, liabilitas, kegagalan pengelolaan kekayaan dan sebagainya sesuai Peraturan Menteri Keuangan No.52/PMK.010/2012 tentang kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan reasuransi. Sehingga, rasio pendapatan premi neto ini bukan untuk menilai solvabilitas namun untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan premi dibanding dengan ekuitas yang tersedia. Rasio ini dihitung dengan rumus:
Rasio Pendapatan Premi Neto =
Pendapatan Premi Neto x100% Ekuitas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
2.1.14. Beban Klaim Menurut Dhaniati (2011), klaim adalah beban yang harus dibayarkan oleh penanggung kepada pihak tertanggung apabila terjadi risiko yang dipertanggungkan. Umumnya, seseorang atau sistem yang menangani klaim akan menentukan apakah informasi yang diserahkan atas suatu klaim telah sesuai dengan pertanggungan yang tercantum dalam suatu polis yang berlaku atau tidak, sehingga orang atau sistem tersebut dapat mengambil keputusan untuk menyetujui atau menolak klaim. Sedangkan menurut Amrin (2006), klaim adalah pengajuan hak dilakukan oleh tertanggung kepada
penanggung
untuk
mendapatkan
yang haknya
berupa pertanggungan atas kerugian berdasarkan perjanjian atau akad yang telah di buat. Dengan kata lain, klaim adalah proses pengajuan oleh peserta untuk mendapatkan uang pertanggungan setelah tertanggung melaksanakan seluruh kewajibannya kepada penanggung, yaitu berupa penyelesaian pembayaran premi sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Dalam PSAK No. 28 dikatakan bahwa, beban klaim bruto adalah klaim yang jumlahnya telah disepakati, termasuk biaya penyelesaian klaim. Kemudian untuk beban klaim neto (K) dihitung dengan rumusan sebagai berikut: K = (BK - KR) + (CK akhir - CK awal) Dimana: K
= beban klaim neto
BK
= beban klaim bruto (termasuk biaya adjuster)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
KR
= klaim reasuransi
CK awal
= cadangan klaim awal tahun
CK akhir
= cadangan klaim akhir tahun
Rasio yang dapat dipergunakan yaitu rasio beban klaim neto terhadap pendapatan premi neto. Rasio ini menggambaran pengalaman klaim (loss ratio) yang terjadi pada perusahaan asuransi dan menunjukkan kualitas usaha perusahaan asuransi untuk melakukan manajemen risiko terhadap semua risiko yang sedang ditanggung. Rasio ini dihitung dengan rumus:
Rasio Beban Klaim Neto =
Beban Klaim Neto x100% Pendapatan Premi Neto
2.1.15. Definisi Investasi Menurut Sula (2004), investasi adalah menanamkan atau menempatkan aset, baik berupa harta maupun dana, pada sesuatu yang diharapkan akan memberikan hasil pendapatan
atau
akan
meningkatkan
nilainya
di
masa
mendatang.
Sedangkan investasi keuangan adalah menanamkan dana pada suatu surat berharga yang diharapkan akan meningkat nilainya di masa mendatang. Kemudian, menurut Ikatan Akuntansi Indonesia, investasi adalah
suatu
aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accreation of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga, royalti, deviden dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
perdagangan. Lalu, Martono (2005) juga menyatakan bahwa investasi merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu perusahaan kedalam suatu aset (aktiva)
dengan harapan memperoleh pendapatan di masa yang akan datang.
Dhaniati (2011) mengatakan bahwa investasi adalah penanaman uang untuk tujuan memperoleh keuntungan. Sedangkan hasil investasi pada dasarnya adalah penghasilan dari portofolio investasi aktiva perusahaan asuransi. Oleh karena itu, menjadi sangat penting bagi perusahaan asuransi untuk melakukan investasi atas aset-aset yang ada untuk mencukupi kebutuhan akan dana yang dikelola. Sebagian besar perusahaan asuransi mengandalkan hasil investasinya untuk menutupi kekurangan akan tarif premi yang diberikan kepada tertanggung. Rasio yang dapat digunakan untuk melihat kinerja hasil investasi adalah rasio antara hasil investasi dengan ekuitas sebab dana untuk melakukan investasi diambil dari ekuitas perusahaan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:
Rasio Hasil Investasi =
Hasil Investasi x100% Ekuitas
2.1.16. Aset yang Diperkenankan dalam Bentuk Investasi pada Perusahaan Asuransi Aset yang diperkenankan dalam bentuk investasi untuk perusahaan asuransi tercantum pada pasal 4 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 53/PMK.010/2012
tentang
Kesehatan
Keuangan
Perusahaan Reasuransi, yaitu sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perusahaan
Asuransi
dan
42
a. Deposito berjangka pada Bank, termasuk deposit on call dan deposito yang berjangka waktu kurang dari atau sama dengan 1 (satu) bulan; b. Sertifikat deposito yang tidak dapat diperdagangkan (non negotiable certificate deposit) pada Bank; c. Saham yang diperdagangkan di bursa efek; d. Surat utang korporasi; e. Sukuk korporasi; f. Surat berharga yang diterbitkan oleh Negara Republik Indonesia; g. Surat berharga yang diterbitkan oleh negara selain Negara Republik Indonesia; h. Surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia; i. Surat berharga yang diterbitkan oleh lembaga multinasional yang Negara Republik Indonesia menjadi salah satu anggota atau pemegang sahamnya; j. Reksa dana; k. Efek beragun aset yang diterbitkan berdasarkan kontrak investasi kolektif efek beragun aset; l. Dana investasi real estate; m. Penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek);
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
n. Bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, untuk investasi; o. Pembiayaan melalui mekanisme kerja sama dengan pihak lain dalam bentuk pembelian piutang (refinancing); p. Emas murni; dan/atau q. Pinjaman yang dijamin dengan hak tanggungan.
2.1.17. Beban Usaha Beban adalah berkurangnya nilai aktiva atau bertambahnya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak berhubungan dengan penarikan modal dan pembagian laba kepada penanam modal. Beban usaha adalah beban-beban yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan aktivitas usaha pokok perusahaan, yang termasuk beban usaha antara lain :
(1) Harga Pokok Penjualan (2) Beban Penjualan = gaji pegawai, beban iklan, (3) Beban Administrasi = beban perlengkapan kantor, beban penyusutan gedung, beban peralatan kantor.
Rasio yang dapat digunakan untuk mengukur efektifitas jumlah beban usaha adalah rasio antara jumlah beban usaha dengan pendapatan premi neto. Dari rasio ini
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
akan dapat diketahui seberapa efektif beban usaha yang telah dikeluarkan untuk mendapatkan premi. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:
Rasio Jumlah Beban Usaha =
Jumlah Beban Usaha x100% Pendapatan Premi Neto
2.1.18. Definisi Laba Pengertian laba menurut Suwardjono (2008) laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti
laba
merupakan kelebihan pendapatan di atas biaya (biaya total yang melekat kegiatan produksi dan penyerahan barang / jasa). Dalam situs Wikipedia, laba
atau
keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara yaitu laba dalam ilmu ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman
modal
tersebut (termasuk
di
dalamnya,
biaya
kesempatan).
Sementara itu, laba dalam akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi. Perbedaan diantara keduanya adalah dalam hal pendefinisian biaya Fokus utama laporan keuangan adalah pertumbuhan laba. Laba merupakan hasil operasi suatu perusahaan dalam satu periode akuntansi. Informasi laba ini sangat berguna bagi pemilik dan investor. Laba yang mengalami peningkatan merupakan kabar baik bagi investor, sedangkan laba yang mengalami penurunan merupakan kabar buruk bagi investor (Wijayanti, 2005).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
Laba (rugi) komprehensif dalam perusahaan asuransi umum adalah laba setelah pajak dikurangi dengan pendapatan komprehensif lain setelah pajak misalnya, selisih kurs penjabaran laporan keuangan dalam valuta asing, aset keuangan tersedia untuk dijual, keuntungan revaluasi aset tetap, bagian pendapatan komprehensif lain entitas asosiasi dan sebagainya. Menurut Ketua Dewan Juri Insurance Award 2014 sekaligus Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Ahmad Fauzie Darwis menjelaskan bahwa pertumbuhan laba komprehensif menunjukkan “persistensi laba”, yang sangat penting untuk pengambilan keputusan bagi stakeholder. Persistensi laba adalah laba yang dapat mencerminkan keberlanjutan laba (sustainable earning). Untuk melihat kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba, dapat digunakan rasio antara laba (rugi) komprehensif dengan ekuitas. Rasio ini dapat menggambarkan efektifitas kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan ekuitas yang tersedia. Rasio ini dapat dihitung menggunakan rumus:
Rasio Laba (Rugi) Komprehensif =
Laba (Rugi) Komprehensif x100% Ekuitas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
2.1.19. Penelitian Terdahulu Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu Peneliti Sabrina Hawarin (2013)
Judul Variabel Analisis Pengaruh Independen Pendapatan Premi Pendapatan Premi dan Hasil Investasi Hasil investasi terhadap Laba Dependen Perusahaan Laba perusahaan Asuransi Umum di Indonesia Tahun 2007 –2011
Hasil Pendapatan premi dan hasil investasi berpengaruh signifikan terhadap laba perusahaan asuransi umum.
M. Agung Pengaruh Premi, Independen Ali Fikri Klaim, Hasil Premi, (2009) Investasi, dan Klaim, Underwriting Hasil investasi, Terhadap Laba Underwriting Asuransi Jiwa Dependen (Studi Kasus : Laba perusahaan PT Asuransi Syariah Mubarakah)
Peningkatan laba perusahaan asuransi jiwa syariah dipengaruhi secara positif oleh hasil underwriting dan hasil investasi sedangkan variabel premi dan klaim memberikan nilai negatif
Dian Astria (2009)
Pendapatan premi dan hasil investasi berpengaruh positif. Sedangkan beban klaim dan beban operasional berpengaruh negatif. Berdasarkan hasil analisis, krisis moneter 1997 berpengaruh negatif terhadap laba yang diperoleh perusahaan dibanding sebelum krisis.
Analisis Faktor- Independen Faktor yang Pendapatan Memengaruhi premi, Laba PT Asuransi Hasil investasi, Takaful Keluarga Beban klaim, Beban operasional, Dependen Perolehan laba
Sumber : Data yang diolah penulis (2015)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
2.2.
Rerangka Pemikiran Rerangka pemikiran ini merupakan sintesis dari tinjauan teori dan tinjauan
penelitian terdahulu serta alasan-alasan logis. Dalam penelitian ini lebih difokuskan pada kondisi pendapatan premi neto, beban klaim neto, jumlah beban usaha, hasil investasi dan laba (rugi) komprehensif, Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pengaruh pendapatan premi neto, beban klaim neto, jumlah beban usaha dan hasil investasi terhadap laba (rugi) komprehensif perusahaan asuransi umum. Hubungan atau keterkaitan antar variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Pendapatan Premi Neto Beban Klaim Neto
Jumlah Beban Usaha
Ha2 Ha3 Laba (Rugi) Komprehensif
Ha4
Ha5
Hasil Investasi
Ha1
Gambar 2.2 Rerangka Pemikiran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
2.3.
Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan pada bab I dan rerangka
pemikiran di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Ha1 : Pendapatan premi neto, beban klaim neto, jumlah beban usaha dan hasil
investasi secara simultan berpengaruh terhadap laba (rugi)
komprehensif perusahaan asuransi umum 2) Ha2 : Pendapatan premi neto berpengaruh terhadap laba (rugi) komprehensif perusahaan asuransi umum. 3) Ha3 : Beban klaim neto berpengaruh terhadap laba (rugi) komprehensif perusahaan asuransi umum. 4) Ha4 : Jumlah beban usaha berpengaruh terhadap laba (rugi) komprehensif perusahaan asuransi umum. 5) Ha5 : Hasil investasi berpengaruh terhadap laba (rugi) komprehensif perusahaan asuransi umum.
http://digilib.mercubuana.ac.id/