BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1.
Penjadwalan Penjadwalan atau scheduling merupakan salah satu kegiatan penting dalam suatu perusahaan. Penjadwalan diperlukan untuk mengalokasi tenaga operator, mesin dan peralatan produksi, urutan proses, jenis produk, pembelian material,dan sebagainya. Menurut Morton dan Pentico (Ajieb,2013), dalam penjadwalan merupakan proses pengorganisasian, pemilihan, dan penentuan waktu penggunaan sumber daya yang ada untuk menghasilkan output seperti yang diharapkan dalam waktu yang diharapkan pula. Sementara menurut Kennent R. Baker dalam Sinaga (2012), penjadwalan didefinisikan sebagai proses pengalokasian sumber-sumber atau mesin-mesin yang ada untuk menjalankan sekumpulan tugas dalam jangka waktu tertentu. Penjadwalan proyek meliputi tenaga kerja, material, peralatan, keuangan, dan waktu. Dengan penjadwalan yang tepat maka beberapa macam kerugian dapat
dihindarkan
seperti
keterlambatan,
pembengkakan
perselisihan.
8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
biaya,
dan
9
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penjadwalan antara lain : a) Bagi pemilik : 1. Mengetahui waktu mulai dan selesainya proyek. 2. Merencanakan aliran kas. 3. Mengevaluasi efek perubahan terhadap waktu penyelesaian dan biaya proyek. b) Bagi kontraktor: 1. Memprediksi kapan suatu kegiatan yang spesifik dimulai dan diakhiri. 2. Merencanakan kebutuhan material, peralalan, dan tenaga kerja. 3. Mengatur waktu keterlibatan sub-kontraktor. 4. Menghindari konflik antara sub-kontraktor dan pekerja. 5. Merencanakan aliran kas. 6. Mengevaluasi efek perubahan terhadap waktu penyelesaian dan biaya proyek.. 2.
Dokumen Menurut Royan (2011:111), “Dokumen adalah surat-surat penting yang
dibuat dalam proses transaksi yang terjadi antara distributor dengan pelanggan, atau dalam proses persetujuan kerjasama antara distributor dengan principal”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (2008:338), “Dokumen adalah surat yang tertulis atau tercetak yang dapat dipakai sebagai bukti keterangan, barang cetakan atau naskah yang dapat dikirim melalui pos”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
Jadi, berdasarkan pendapat para ahli diatas, dokumen adalah bukti kinerja dalam bentuk surat tertulis dan tercetak, benda dan rekaman, mengenai suatu peristiwa untuk melaksanakan suatu kegiatan seperti transaksi (pertukaran). Menurut Amir M.S. (2010:139), ”Impor adalah memasukan barang-barang dari luar negeri sesuai dengan ketentuan pemerintah ke dalam masyarakat yang dibayar dengan menggunakan valuta asing”. Menurut Undang-Undang No 17 Tahun 2006 (Pasal 1, Ayat 13), ”Impor adalah kegiatan memasukan barang ke dalam daerah pabean”. Jadi, berdasarkan pendapat para ahli di atas, impor adalah kegiatan memasukan barang-barang ke dalam negeri dengan melewati daerah pabean sesuai dengan peraturan pemerintah. 3.
Jenis-jenis Dokumen Impor Menurut Kobi (2011:14-23),” Dalam perdagangan luar negeri, diterbitkan
berbagai jenis dokumen yang lazim dalam digunakan dalam transaksi ekspor dan impor”. Jenis-jenis dokumen tersebut, yaitu: 1. Bill of Exchange/Draft/Wesel adalah suatu surat berharga yang mengandung perintah bayar tanpa syarat yang diterbitkan oleh seorang penarik (Drawer) dan ditujukan kepada tertarik (Drawee). 2. Bill of Lading adalah suatu jenis dokumen yang dikeluarkan oleh Maskapai Pelayaran atau Agennya. 3. Air Way Bill adalah suatu jenis dokumen yang dikeluarkan oleh Maskapai Penerbangan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
4. Invoice atau faktur adalah suatu jenis dokumen yang diterbitkan atau dikeluarkan oleh eksportir, importir, supplier yang mengandung perincian barang-barang yang dikirim dan menyangkut jumlah barang, jenis atau nama barang, harga barang, nama barang, harga barang, cara penyerahan, dan sebagainya. 5. Packing List adalah suatu jenis dokumen, yang diterbitkan oleh pemasok (supplier) mengenai jenis dan cara pengepakan barang, apakah dikemas dalam peti kemas, peti kayu, karung, dan sebagainya. 6. Weight List adalah suatu jenis dokumen yang diterbitkan oleh supplier atau eksportir, yang menjelaskan mengenai berat atau ukuran daripada barang atau kemasan. 7. Certificate of Origin adalah suatu jenis dokumen yang diterbitkan atau dibuat oleh pihak yang berwenang, yang menjelaskan tentang negara asal. 8. Certificate of Analysis adalah suatu jenis dokumen yang dikeluarkan oleh pihak laboratorium yang menerangkan mengenai uraian kimia daripada barang yang dibeli dan dijual, misalnya pupuk. 9. Certificate of Sanitary suatu jenis dokumen yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang mengenai keadaan kesehatan, kebersihan bahan makanan, alat-alat kedokteran, dan sebagainya. 10. Certificate of Fumigation adalah suatu jenis dokumen yang diterbitkan oleh lembaga tertentu, mengenai diantihamakan ruang kapal tertentu atau tumpukan barang dari kapal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
11. Certificate of Inspection adalah suatu jenis yang dikeluarkan oleh pihak yang ditunjuk dalam letter of credit atau suatu badan surveyor resmi yang menjelaskan, tentang pemeriksaan barang pada saat pemuatan di atas kapal dan pembongkaran barang dari kapal. 12. Insurace Police adalah suatu jenis dokumen yang diterbitkan oleh perusahaan asuransi yang menyatakan kesediaan untuk memberi
penggantian, karena
suatu kerugian atas barang-barang yang diangkut misalnya karena kerusakan, kapal pengangkut tenggelam, dan sebagainya. 4.
CPM (Critical Path Methode) Menurut Heizer dan Reinder (2010), CPM (Critical Path Method) adalah
teknik menajemen proyek yang menggunakan hanya satu factor waktu per kegiatan. Merupakan jalur tercepat untuk mengerjakan suatu proyek, dimana setiap proyek yang termasuk pada jalur ini tidak diberikan waktu jeda atau istirahat untuk pengerjaannya. Dengan asumsi bahwa estimasi waktu tahapan kegiatan proyek dan ketergantungannya secara logis sudah benar. Jalur kritis berkonsentrasi pada timbal balik waktu dan biaya. Menurut (Siswanto,2007) CPM adalah model manajemen proyek yang mengutamakan biaya sebagai objek yang dianalisis. CPM merupakan analisa jaringan kerja yang berusaha mengoptimalkan biaya total proyek melalui pengurangan atau percepatan waktu penyelesaian total proyek yang bersangkutan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Jalur kritis memiliki sifat atau ciri-ciri sebagai berikut : 1.
Jalur kritis merupakan jalur yang memakan waktu terpanjang dalam proses produksi itu.
2.
Jalur kritis adalah jalur yang tidak memiliki tenggang waktu antara selesainya suatu tahap kegiatan dengan waktu mulainya suatu tahap kegiatan yang lain dalam proses produksi itu. Rumus yang digunakan adalah (Render dan Heizer, 2009:102-109) : ES : Max (EF semua pendahuluan langsung) EF : ES + t LF : Min (LS dari seluruh aktivitas yang langsung mengikuti) LS : LF – waktu aktivitas S : LS – ES / LF – EF Pengertian sebagai berikut : ES (Earliest Start) : waktu mulai paling awal dari suatu pekerjaan. LS (Later Start) : waktu mulai paling akhir dari suatuvpekerjaan. EF (Earliest Finish) : waktu penyelesaian paling awal dari suatu pekerjaan. LF (Latest Finish) : waktu paling akhir untuk menyelesaikan pekerjaan. S (Slack) : waktu mundur aktivitas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
Slack adalah waktu luang yang dimiliki sebuah aktivitas untuk dapat diundur pelaksanaannya tanpa menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan 5.
Jaringan Kerja Network planning (Jaringan Kerja) pada prinsipnya adalah hubungan
ketergantungan
antara
bagian-bagian
pekerjaan
yang digambarkan
atau
divisualisasikan dalam network diagram (Render dan Heizer, 2009). Dengan demikian dapat dikemukakan bagian-bagian pekerjaan yang harus didahulukan, sehingga dapat dijadikan dasar melakukan pekerjaan selanjutnya dan dapat dilihat pula bahwa suatu pekerjaan belum dapat dimulai apabila kegiatan sebelumnya belum selesai dikerjakan 6.
PERT (Project Evaluation and Review Technique) PERT merupakan teknik manajemen proyek yang menggunakan tiga dimensi
estimasi waktu yaitu waktu optimis, waktu realistis, dan waktu pesimis untuk setiap aktivitasnya (Render dan Heizer, 2009:112). Adapun kerangka kerja untuk membuat PERT adalah : a) Menetapkan proyek dan menyiapkan struktur penguraian kerja. b) Membangun hubungan antara aktivitas-aktivitasnya. c) Menggambarkan jaringan yang menghubungkan keseluruhan aktivitas. d) Menetapkan perkiraan waktu dan/atau biaya untuk setiap aktivitas. e) Menghitung jalur waktu terpanjang melalui jaringan (jalur kritis).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
f) Menggunakan jaringan untuk membantu perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian proyek. Estimasi waktu penyelesaian setiap pekerjaan untuk mendapatkan waktu yang diharapkan, dengan rumus :
ET t
a 4 m b 6
ET
: waktu kegiatan bila berjalan sesuai yang diharapkan.
a
: waktu optimis, waktu kegiatan bila semua berjalan dengan baik.
m
: waktu realistis, waktu kegiatan terjadi bila dalam kondisi normal.
b
: waktu pesimis, waktu bila terjadi hambatan.
Gambar 2.1 Distribusi Peluang Beta dengan Tiga Perkiraan Waktu Sumber: Heizer dan Render, (2006) Untuk menghitung disperse (dispersion) atau varians waktu penyelesaian kegiatan (variance of activity completion time), menggunakan rumus :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
PERT menggunakan varians kegiatan jalur kritis untuk membantu menentukan varians proyek keseluruhan. Varians proyek dihitung dengan menjumlahkan varians kegiatan kritis :
2 P = Varians Proyek =
(Varians Kegiatan Pada Jalur Kritis)
Untuk menentukan deviasi standard proyek dari varians kegiatan kritis dengan menggunakan rumus:
( P ) =
Dalam melakukan perencanaan dengan PERT dibutuhkan beberapa langkah, yaitu : 1. Mengidentifikasi aktivitas (activity) dan titik tempuhnya (milestone) Sebuah aktivitas adalah pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah proyek. Titik tempuh (milestone) adalah penanda kejadian pada awal dan akhir satu atau lebih aktivitas. Untuk mengidentifikasi aktivitas dan titik tempuh dapat menggunakan suatu tabel agar lebih mudah dalam memahami dan menambahkan informasi lain seperti urutan dan durasi. 2. Menetapkan urutan pengerjaan dari aktivitas-aktivitas yang telah direncanakan. Langkah ini bisa dilakukan bersamaan dengan identifikasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
aktivitas. Dalam menentukan urutan pengerjaan bisa diperlukan analisa yang lebih dalam untuk setiap pekerjaan. 3. Membuat suatu diagram jaringan (network diagram) Setelah mendapatkan urutan pengerjaan suatu pekerjaan maka suatu diagram dapat dibuat. Diagram akan menunjukkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan berurutan (serial) atau secara bersamaan (paralel). Pada diagram PERT biasanya suatu pekerjaan dilambangkan dengan simbol lingkaran dan titik tempuh dilambangkan dengan simbol panah. 4. Memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk setiap aktivitas. Dalam menentukan waktu dapat menggunakan satuan unit waktu yang sesuai misal jam, hari, minggu, bulan dan tahun. 5. Menetapkan suatu jalur kritis (critical path) Suatu jalur kritis bisa didapatkan dengan menambah waktu suatu aktivitas pada tiap urutan pekerjaan dan menetapkan jalur terpanjang pada tiap proyek. Biasanya sebuah jalur kritis terdiri dari pekerjaanpekerjaan yang tidak bisa ditunda waktu pengerjaannya. 6. Melakukan pembaharuan diagram PERT sesuai dengan kemajuan proyek Sesuai dengan berjalannya proyek dalam waktu nyata. Waktu perencanaan sesuai dengan diagram PERT dapat diperbaiki sesuai dengan waktu nyata. Sebuah diagram PERT mungkin bisa digunakan untuk merefleksikan situasi baru yang belum pernah diketahui sebelumnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
Pada PERT, penekanan diarahkan kepada usaha mendapatkan kurun waktu yang paling baik (ke arah yang lebih akurat). PERT menggunakan unsur probability. Dalam Siswanto (2007), disebutkan bahwa PERT, melalui distribusi beta, menggunakan taksiran-taksiran waktu untuk menentukan waktu penyelesaian suatu kegiatan agar lebih realistik. 7.
Teknik Manajemen Proyek: PERT dan CPM PERT (Program Evaluation and Review Technique) atau teknik evaluasi dan
ulasan program adalah teknik manajemen proyek yang menggunakan tiga perkiraan waktu untuk tiap kegiatan.
CPM (Critical Path Method) adalah
teknik manajemen proyek yang menggunakan hanya satu factor waktu per kegiatan. Metode tersebut untuk membantu para manajer membuat penjadwalan, memonitor, dan mengendalikan proyek besar dan kompleks. a.
Rangka Pikiran PERT dan CPM PERT dan CPM keduanya mengikuti enam langkah dasar yaitu : 1.
Mendefinisikan proyek dan menyiapkan struktur pecahan kerja.
2.
Membangun hubungan antara kegiatan. Memutuskan kegiatan mana yang harus lebih dahulu dan mana yang harus mengikuti yang lain.
3.
Menggambarkan jaringan yang menghubungkan keseluruhan kegiatan.
4.
Menetapkan perkiraan waktu dan biaya untuk tiap kegiatan.
5.
Menghitung jalur waktu terpanjang melalui jaringan. Ini yang disebut jalur kritis.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
6.
Menggunakan jaringan untuk membantu perencanaan , penjadwalan, dan pengendalian proyek.
b.
Diagram Jaringan dan Pendekatan Langkah pertama dalam jaringan PERT dan CPM adalah membagi
keseluruhan proyek menjadi kegiatan-kegiatan yang berarti menurut struktur pecahan kerja. Kegiatan tersebut sebagai berikut : 1. Kegiatan-pada-Titik (activity-on-node-AON) adalah diagram jaringan dengan titik menunjukkan kegiatan. 2. Kegiatan-pada-Panah (activity-on-arrow-AOA) adalah diagram jaringan dengan panah menunjukkan kegiatan. 3. Kegiatan dummy (dummy activities) adalah kegiatan yang tidak mempunyai waktu, yang diselipkan ke dalam jaringan untuk menjaga logika pada jaringan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Tabel 2.1 Pendekatan AOA dengan AON
No
Kegiatan-padaTitik (AON)
Arti Kegiatan
dari Kegiatan-pada-Panah (AOA)
A datang sebelum
1 A
B
C
B,
yang
datang
sebelum C
2
A
B
A dan B keduanya
A
A
harus diselesaikan
C
B
dimulai B dan C tidak dapat dimulai hingga A selesai
3 B
B A
C
4
A
C
B
D
5 A
C
C dan D tidak dapat dimulai hingga A dan B keduanya selesai
C tidak dapat dimulai hingga A dan B keduanya selesai
B
C
sebelum C dapat
B
A
C
D
D tidak dapat dimulai hingga B selesai. Kegiatan dummy ditunjukkan pada AOA.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
A
B
C
A
C
B
D
C
D
Dummy
21
6 A
B C
D
B dan C tidak dapat dimulai hingga A selesai. D dapat dimulai hingga B dan C keduanya selesai.
A Dummy
B
D C
Kegiatan dummy ditunjukan pada AOA
Sumber : Manajemen Operasi, Jay Heizer, Barry Render, edisi ke tujuh, 2006 8. Durasi Proyek Durasi proyek adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan proyek (Maharany dan Fajarwati, 2006). Maharany dan Fajarwati (2006) menjelaskan bahwa faktor yang berpengaruh dalam menentukan durasi pekerjaan adalah volume pekerjaan, metode kerja (construction method), keadaan lapangan, serta keterampilan tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan proyek. 9. Crashing Project Dapat diartikan sebagai akselerasi proyek. Akselerasi merupakan pengurangan waktu normal aktivitas. Akselerasii diperoleh dengan menyediakan lebbih banyak sumber daya (diukur dalam satuan mata uang), bagi aktivitas yang akan dikurangi waktunya crashing project merupakan satu metode untuk mempersingkat lamanya waktu proyek dengan mengurangi waktu dari satu atau lebih aktivitas proyek yang penting menjadi kurang dari waktu normal aktivitas. Crashing project merupakan tindakan untuk mengurangi durasi keseluruhan proyek setelah menganalisa alternative-alternatif yang ada (dari jaringan kerja).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Bertujuan untuk mengoptimalisasikan waktu kerja dengan biaya terendah. Sering kali dalam crashing terjadi Trade-Off yaitu pertukaran waktu dengan biaya. 10. Komponen Waktu Dalam crashing project, terdapat dua komponen waktu, yaitu: 1)
Waktu Normal (Normal Time), yaitu penyelesaian aktivitas dalam kondisi normal.
2)
Waktu Akselerasi (Crash Time), yaitu waktu terpendek yang paling mungkin untuk menyelesaikan aktivitas. Dari dua komponen tersebut dapat diperoleh Total Waktu Akselerasi, dengan
persamaan: =
−
11. Peta Gantt (Gantt Chart) Gantt Chart merupakan diagram perencanaan yang digunakan untuk penjadwalan sumber daya dan alokasi waktu (Heizer, Jay dan Render, Barry, 2006). Gantt Chart adalah contoh teknik non-matematis yang banyak digunakan dan sangat popular di kalangan para manajer karena sederhana dan mudah dibaca. Gantt Chart dapat membantu penggunanya untuk memastikan bahwa (Heizer, Jay dan Render, Barry, 2006): a. Semua kegiatan telah direncanakan b. Urutan kinerja telah diperhitungkan c. Perkiraan waktu kegiatan telah tercatat, dan d. Keseluruhan waktu proyek telah dibuat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Gantt Chart sangat mudah dipahami, balok horizontal (horizontal bar) dibuat pada tiap kegiatan proyek sepanjang garis waktu. Gantt Chart juga dapat digunakan untuk penjadwalan operasi yang berulang. Gantt chart digunakan untuk penjadwalan sederhana atau proyek-proyek yang kegiatannya tidak terlalu berkaitan atau proyek kecil, sedangkan network untuk penjadwalan proyek yang rumit. Gantt chart tidak bisa secara eksplisit menunjukkan keterkaitan antara aktivitas dan bagaimana satu aktivitas berakibat pada aktivitas lain bila waktunya terlambat atau dipercepat, sehingga perlu dilakukan modifikasi terhadap Gantt chart. Untuk mengatasi
kekurangan-kekurangan
yang
ada
pada
Gantt
chart
maka
dikembangkan sebuah teknik baru yaitu jaringan (network). 12. Line Balancing (Keseimbangan Lintasan) Pengertian Line Balancing istilah Line Balancing atau penyeimbangan lini atau dengan nama lain assembly line balancing adalah suatu metode penugasan terhadap sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lini produksi sehingga setiap stasiun kerja memiliki waktu kerja yang besarnya tidak melebihi aktu siklus dari stasiun kerja tersebut. Hubungan atau saling berkaitan antara satu pekerjaan dengan pekerjaan lainnya digambarkan dalam suatu precedence diagram atau precedence network. Keseimbangan lintasan (Line Balancing) merupakan suatu metode yang digunakan untuk merancang suatu lintasan produksi. Inti dari line balancing adalah bagaimana mendesain satu lintasan ptoduksi yang dapat membuat proses produksi berjalan lancar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
Keseimbangna lintasan perakitan atau assembly line balancing problem (ALBP) digunakan ungtuk mnyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan optimasi keseimbangan lintasan di mana serangkaian elemen kerja ditugaskan daam stasiun tertentu berdasarkan batasan-batasan yang telah ditentukan. (Sumber:F.Opit, Prudensy and T.Kornelis, Marsella and A.Mahardani, Karunia, Jurnal Implementasi Program Komputasii Algoritma Keseimbangan LIntasan Perakitan 2012, hal:325).
Proses flow shop merupakan suatu bentuk dari lingkaran manufacturing dimana
mesin-mesin
dan
operator
menangani
suatu
standar,
biasanya
uninterrupted material flow. Operator biasanya melakukan yang sama untuk setiap kali produksi. Lini Perakitan dapat didefenisikan sebagai kelompok orang dan mesin yang melakukan tugas-tugas sekuensial dalam merakit suatu produk [Sumber:Hari Purnomo, Buku: Pengantar Teknik Industri, 2008 hal:118]. Lini perakitan merupaan lini produksi dimana material bergerak secara kontinyu dengan rata-rata laju kedatangan material berdistribusi uniform melewati stasiun kerja yang mengerjakan perakitan. 13. Permasalahan dalam Line Balancing Permasalahan keseimbangan lintasan paling banyak terjadi pada proses perakitan dibandingkan pada proses pabrikasi. Pabrikasi dari sub komponenkomponen biasanya memerlukan mesin-mesin berat dengan siklus panjang. Ketika beberapa operasi dengan peralatan yang berbeda dibutuhkan secara proses seri, maka terjadilah kesulitan dalam menyeimbangkan panjangnya siklus-siklus mesin, sehingga utilisasi kapasitas menjadi rendah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Pergerakan yang terus-menerus kemungkinan besar dicapai dengan operasioperasi perakitan yang dibentuk secara manual ketika beberapa operasi dapat dibagi-bagi menjadi tugas-tugas kecil dengan durasi waktu yang pendek. Semakin besar fleksibilitas dalam mengkombinasikan beberapa tugas, maka semakin tinggi pula tingkat keseimbangan lintasan yang dapat dicapai. Hal ini membuat aliran yang mulus dengan utilisasi tenaga kerja dan perakitan yang tinggi.
Gambar 2.2. Elemen-elemen Permasalahan Keseimbangan Lintasan [Nasution H. A., dan Prasetyawan Y, 2008, Perencanaan & Pengendalian Produksi, Penerbit : Graha Ilmu, Surabaya, Indonesia
Proses pabrikasi biasanya dioperasikan sebagai sistem aliran proses yang terputusputus (intermitten flow) ataupun jenis batch. Bila volume produksi sangat besar dan spesifikasi-spesifikasi produk tetap, suatu susunan berupa aliran yang kontinu menjadi memungkinkan dengan operasi-operasi otomatis yang dibutuhkan sehingga keseluruhan lintasan produksi berfungsi sebagai satu mesin raksasa. Data masukan yang harus dimiliki dalam merencanakan keseimbangan perakitan adalah :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
1. Suatu jaringan kerja (terdiri atas rangkaian simpul dan anak panah) yang menggambarkan urutan perakitan. Urutan perakitan ini dimulai dan berkahir dari suatu simpul. Tiap simpul menggambarkan operasi yang dilakukan, sementara anak panah menunjukkan kelanjutan operasi tersebut kesimpul lainnya. 2. Data waktu baku pekerjaan tiap operasi, yang diturunkan dari perhitungan waktu baku pekerjaan operasi perakitan. 3. Waktu siklus yang diinginkan, diperoleh dari kecepatan produksi lintas perakitan tersebut, atau dari waktu operasi terpanjang. Dalam suatu perusahaan yang mempunyai tipe produksi masal, yang melibatkan sejumlah besar komponen yang harus dirakit, perencanaan produksi memegang peranan yang penting dalam membuat penjadwalan produksi, terutama dalam pengaturan operasi atau penugasan kerja yang harus dilakukan. Bila pengaturan dan perencanaannya tidak tepat, maka setiap stasiun kerja di lintas perakitan mempunyai kecepatan produksi yang berbeda. Hal ini akan mengakibatkan lintas perakitan tersebut menjadi tidak efisien karena terjadi penumpukan material atau produk setengah jadi diantara stasiun kerja yang tidak berimbang kecepatan produksinya. Akibat sampingan lainnya adalah kompensasi ongkos yang hilang serta akibat psikologis yang negatif bagi pekerja. Persoalan keseimbangan lintas perakitan bermula dari adanya kombinasi penugasan kerja kepada operator atau grup operator yang menempati tempat kerja
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
tertentu. Karena penugasan elemen kerja yang berbeda akan menyebabkan perbedaan dalam sejumlah waktu yang tidak produktif dan variasi jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan output produksi tertentu di dalam suatu lintas perakitan. Masalah utama yang dihadapi adalah : 1. Terlambatnya bahan baku, 2. Material handling yang kurang sempurna, 3. Terjadinya kerusakan mesin 4. Bertumpuknya barang dalam proses pada tingkat proses tertentu, 5. Kondisi mesin yang sudah tua, 6. Kelemahan dalam merencanakan kapasitas mesin, 7. Layout yang kurang baik, 8. Kualitas tenaga kerja yang kurang baik, 9. Adanya working condition yang kurang baik 14. Terminologi Lintasan Sebelum membahas mengenai operasional dari beberapa metoda dalam line balancing, perlu dipahami beberapa istilah yang lazim digunakan di dalam line balancing. 1. Work Element/WE (Elemen Kerja) adalah Bagian dari keseluruhan pekerjaan dalam assembly process. Umumnya N didefinisikan sebagai jumlah total dari
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
elemen kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu assembly dan i adalah elemen kerja. 2. WorkStation/WS (Stasiun Kerja) adalah tempat pada lini perakitan dimana proses perakitan dilakukan. Setelah menentukan interval waktu siklus maka jumlah stasiun kerja efisien dapat ditetapkan dengan rumus berikut:
Keterangan: Ti = Waktu operasi pada tugas ke-i (i = 1,2,3,…,n). CT = Waktu siklus. n = Banyaknya tugas. kmin = Banyaknya stasiun kerja minimal. 3. Minimum Rational Work Element (Elemen Kerja Terkecil) untuk menyeimbangkan pekerjaan dalam setiap stasiun yang ada maka pekerjaan tersebut harus dipecah menjadi elemen-elemen pekerjaan. Elemen kerja minimum adalah elemen pekerjaan terkecil dari suatu pekerjaan yang tidak dapat dibagi lagi 4. Total Work Content (Total Waktu Pengerjaan) merupakan jumlah dari seluruh waktu pengerjaan setiap elemen pekerjaan dari suatu lini. 5. Workstation Process Time (Waktu Proses Stasiun Kerja) a. Elemen pekerjaan yang diselesaikan dalam satu stasiun kerja (Work Station/WS) dapat terdiri dari satu elemen pekerjaan atau lebih.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
b. Waktu proses dalam stasiun kerja merupakan penjumlahan dari seluruh waktu pengerjaan setiap elemen kerja yang berada di dalam stasiun kerja tersebut. 6. Precedence Diagram (Diagram Keterkaitan) merupakan gambaran secara grafis dari urutan operasi kerja serta ketergantungan pada operasi kerja lainnya yang tujuannya untuk memudakan pengontrolan dan perencanaan kegiatan yang terkait di dalamnya. Adapun tanda-tanda yang dipakai sebagai berikut: [Sumber: Utami Diah, Jurnal: Rancangan Metode Line Balancing Pada Produksi,
2013, hal : 37] a. Simbol lingkaran dengan huruf atau nomor di dalamnya untuk mempermudah identifikasi dari suatu proses operasi. b. Tanda panah menunjukkan ketergantungan dan urutan proses operasi. Dalam hal ini, operasi yang berada pada pangkal panah berarti mendahului operasi yang ada pada ujung panah. c. Angka diatas simbol lingkaran adalah waktu standar yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap operasi. 2 1
5 7
4 3
6
Gambar 2.3. Contoh Precedence Diagram
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
7. Station Time (ST)adalah jumlah waktu dari elemen kerja atau tugas yang dilakukan pada suatu stasiun kerja yang sama. 8. Iddletime adalah selisih (perbedaan) antara CT dikurangi dengan STi (waktu disetiap stasiun keseluruhan). 9. Balance Delay (BD), sering disebut balanceloss ,adalah ukuran dari ketidak efisienan lintasanyang dihasilkan dari waktu menganggur sebenarnya yang disebabkan oleh pengalokasian yang kurang sempurna diantara beberapa stasiun kerja.
15. Metode Line Balancing Terdapat
beberapa
metode
dasar
yang
dapat
digunakan
untuk
menyeimbangkan lintasan perakitan, yaitu : 1. Metode Bobot Posisi (Rangked Positional Weight/RPW) Metode bobot posisi merupakan heuristik yang paling awal dikembangkan. Metode ini dikembangkan oleh W.B. Helgeson dan D.P. Birnie. Penggunaan metode ini didasarkan dari jumlah waktu dari operasi-operasi yang terkontrol dari sebuah stasiun kerja dengan operasi tertentu yang disebut sebagai bobot posisi. Cara penentuan bobot dari precedence diagram : dimulai dari proses akhir. Bobot (RPW) = waktu proses operasi tersebut + waktu proses operasi-operasi berikutnya. Pengelompokan operasi ke dalam stasiun kerja dilakukan atas dasar urutan RPW (dari yang terbesar) dan juga memperhatikan pembatas berupa waktu siklus.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Berikut ini adalah tahapan-tahapan yang perlu dlakukan dalam menyelesaikan keseimbangan lini dengan metode ini : a. Tentukan b.
precedence diagram sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Tentukan positional weight (bobot posisi) untuk setiap elemen pekerjaannya
dari suatu operasi dengan memperhatikan precedence diagram. Cara penentuan bobot posisinya adalah sebagai berikut : Bobot (RPW) = Waktu Proses Operasi Tersebut+Waktu Proses Operasi Berikutnya
Gambar 2.4 Contoh Penentuan Bobot Posisi
Sumber:http://binus.ac.id/Asli/Bab2/2006-2-01086-TI-bab%202.pdf c. Urutkan elemen operasi berdasarkan bobotposisi yang telah didapatkan pada langkah kedua. Pengurutannya dimulai dari elemen operasi yang memiliki bobot posisi yang terbesar. d. lanjutkan dengan penempatan elemen pekerjaan yang memiliki bobot posisi terbesar sampai yang terkecil kesetiap stasiun kerja.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
e. Jika pada setiap stasiun kerja terdapat waktu yang berlebihan (dalam hal ini waktu tiap stasiun kerja melebihi waktu maksimumnya), maka ganti elemen kerja yang dalam stasiun kerja tersebut ke stasiun kerja berikutnya selama tidak menyalahi precedence diagram. f. Ulangi lagi langkah ke-4 dan ke-5 diatas sampai seluruh elemen pekerjaan telah ditempatkan kedalam stasiun kerja.
B. Penelitian Tedahulu Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu No 1
2
Judul
Peneliti
Hasil
Evaluasi Pengendalian Biaya Dan Waktu Menggunakan Metode CPM Pada Proyek Jembatan Lingkas Pengkol Kecamatan Karang Gede Kabupaten Boyolali
Liston Hari Dari hasil penelitian dapat dilihat Aryono perbandingan biaya dan waktu (2014) normal dan setelah dilakukan
Evaluasi Penjadwalan Waktu dan Biaya Proyek dengan metode PERT dan CPM (Studi Kasus Proyek pembangunan Gedung Kantor Badan Pusat Statistik Kota Medan di Jl.GapertaMedan, Sumatera Utara)
Muhamad Rizki Ridho (2013)
alternatif pekerjaan dari biaya normal Rp 311.614.402.87 menjadiRp 362.193.457.77dengan waktu kritis 27 hari di peroleh incremental cost sebesar 50.579.077.54
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dengan menggunakan metode CPM proyek pembangunan gedung BPS Kota Medan dapat selesai dalam jangka waktu 112 hari dan lintas kritis terletak pada bagian A-B1-C1-C5B8dengan menggunakan metode PERT, proyek pembangunan gedung Badan Pusat Statistik kota Medan paling cepat dapat diselesaikan selama 95 hari dengan kemungkinan 0,28% paling lambat dapat diselesaikan selama 114 hari dengan kemungkinan 99.98% paling mungkin diselesaikan selama 103, 47 hari-104 hari dengan kemungkinan 47,21% 2. Dengan alternatif penambahan 1 jam waktu kerja maka proyek dapat
33
diselesaikan selama 100 hari atau dapat di percepat selama 12 hari dengan penambahan biaya sebesar Rp 5,013,158,81 dan besar cost Rp 417.763.23/hari 3
4
5
ANALISA PENJADWALAN PROYEK DENGAN METODE PERT DI PT.HASANA DAMAI PUTRA YOGYAKARTA PADA PROYEK PERUMAHAN TIRTA SANI
Irwan Raharja
Studi Tentang Perencanaan Waktu Dan Biaya Proyek Penambahan Ruang Kelas Di Politeknik Manufaktur Pada PT. Haryang Kuning
Agus Somantri
Implementation Of Critical Path Method And Project Evaluation And Review
Ali Gosku, Selma Catovic T (2012)e c h n i q u e
(2014)
(2008)
)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dari segi waktu penyelesaian untuk awal adalah 201 hari dan untuk usulan (dipercepat) adalah selama 168 hari, sehingga terjadi efisiensi waktu selama 33 hari. Penelitian tersebut menganalisis waktu dan biaya dalam mencapai biaya yang optimal dalam pelaksanaan penambahan ruang kelas di Politeknik Manufaktur pada PT. Haryang Kuning. Dengan menggunakan CPM (Critical Patch Methode) memiliki keuntungan dari sehi waktu dan biaya. Waktu proyek mempunyai efisiensi 8 hari atau sebesar 7,07 %, dan biaya proyek mempunyai efisiensi sebesar Rp. 4.795.118,140 atau sama dengan 0,349 %.
One of the most challenging jobs that any manager in furniture companies can take on is the management of a large-scale project that requires coordinating numerous activities throughout the process of making the final product. A myriad of details must be considered in planning how to coordinate all these activities, in developing a realistic schedule, and then in monitoring the progress of the project. Fortunately, two closely related operations research techniques, PERT (program evaluation and review technique) and CPM (critical path method), are available to assist the project manager in carrying out these responsibilities.
34
These techniques make heavy use of networks to help plan and display the coordination of all the activities. They also normally use a software package to deal with all the data needed to develop schedule information and then to monitor the progress of the project. Project management software, such as MS Project in your OR Courseware, now is widely available for these purposes. 6
APPLICATION OF PROJECT SCHEDULING IN A BOTTLING UNIT STARTUP USING
Siddharth Chatwal (2014)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
The requirement of the project necessitates the preplanning. It increases the harmony and coordination. It usually predicts and determines the troublesome items.It specifies and segregates the responsibilities. It refines the thoughts and increases the knowledge of user about related subjects and their relative importance in whole operation. It attracts the management attention to those activities which may face problems or seems to be associated with them. It specifies the optimum start and finish points of each activity in the operation.It facilitates the possibility of readjusting of the project for new conditions. It facilitates the reporting and instructing procedures. It is a very useful device for educating employees in different fields of operation. It is the most suitable tool for presenting the organizational chart and their relation. It shows the relation between activities. It is adjustable and also updatable. Changing and modifying the program in new and
35
unprecedented situations will accomplish easily. Every parts of the network can be changed easily. Hence we conclude that that the PERT and CPM techniques were successfully used to generate the time in which activities should be completed in a startup and how they actually depend on each other. These techniques showed that the actual time taken is more than the calculated time because of certain delays that go against the circumstances. Thus CPM was used to show that the activities which are of high priority should be given special consideration as any effect on them can lead the project down. 7
An Improvement of Numerical Result of Crashing CPM/PERT Network
Ten Wei The probability of completing the Pengª project within 415 days was increased from20.61%, to 33%, 43.25%, 53.19%, (2011) 60.26%, 64.06%, 67.36% and 68.79% to the investment of the amounts of money $5000, $10000, $15000, $20000,$25000, $30000 and $35000. From the Table 4.5, the expected duration of the project was successfully reduced from 421 days to 412 days upon the increased in the amounts of money from $5000 to $35000 to the project. Besides that, Figure 4.3-4.10(figures on next page) show that the area under the normal distribution was become larger when the expected duration of the project was reduced small enough to the scheduled times. Unfortunately, the results of the probability of completing the project within 415 days for the additional investment of $30000 was differ with the [3]. That is 67.36% and 35%. However, according to the table from [10], probability that project will be
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
completed sooner than the expected duration are 1%-50%, whileprobability that project will be completed later than expected duration are 50%-99%. Moreover, from [2],[4],[6] and [7], there exist an example shows that probability of the project will be complete later than expected duration are 50%-99%.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
C. RERANGKA BERPIKIR
Mulai
Data Sekunder Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis.(Dailly Report) Penjadwalan
Tahapan Pembuatan Penjadwalan dengan WBS
Membuat Jaringan Kerja dengan CPM (Critical Path Method)
Pengendalian Waktu Optimal dengan menghitung jalur kritis dan menentukan Slack Activity Pembuatan jaringan baru dengan waktu yang sudah di Crash dan slack activity Line Balancing dengan metoda (Ranked Positional Weight) untuk perhitungan stasiun kerja, efesiensi kerja, dan balance delay.
Efesiensi kerja
http://digilib.mercubuana.ac.id/