BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Theory Natural Uncertainty Contract Menurut Adiwarman (2010:52) The natural uncertainty contracat adalah sebagai berikut: Kontrak/akad bisnis yang tidak memberikan kepastian pendapatan (return), baik dari segi jumlah (amount) maupun waktu (timing)-nya. Tingkat return-nya bias positif, negatif, atau nol. Yang termasuk dalam kontrak ini adalah kontrak-kontrak investasi. Kontrak-kontrak investasi ini secara “sunnahtullah” (by their nature) tidak menawarkan return yang tetap dan pasti. Jadi sifatnya tidak fixed and presidential. Dalam kontrak ini, pihak-pihak yang bertransaksi saling mencampurkan asetnya (baik real assets maupun financial assets) menjadi satu kesatuan dan kemudian menanggung risiko bersamasama untuk mendapatkan keuntungan. Yang termasuk dalam jenis ini adalah kontrak-kontrak investasi, dan dalam teori umum dikenal dengan Teori Percampuran (The Theory of Venture)
2. Theory of Venture (Teori Pencampuran) Menurut Adiwarman (2010:62) dilihat dari segi objeknya, yaitu: a. Percampuran Ayn dengan Ayn Percampuran antara ayn dengan ayn dapat terjadi, misalnya pada kasus dimana ada seorang tukang kayu bekerja sama dengan tukang batu untuk membangun sebuah rumah. Baik tukang kayu maupun tukang batu, keduanya sama-sama menyumbangkan tenaga dan keahliannya (jasa) dan mencampurkan jasa mereka berdua untuk membuat usaha bersama, yakni membangun rumah. Dalam kasus ini, yang dicampurkan adalah ayn dengan ayn. Tukang kayu menyumbangkan keahlian perkayuannya (jasa’ayn), dan tukang batu menyumbangkan keahliannya membangunnya 6
7
(jasa’dayn). Bentuk syirkah’abdan.
percampuran
seperti
ini
disebut
b. Percampuran Ayn dengan Dayn Percampuran antara ayn (real asset) dengan dayn (financial asset) dapat mengambil beberapa bentuk, di antara sebagai berikut. 1) Syirkah Mudharabah Dalam kasus ini, uang (financial asset) dicampurkan dengan jasa/keahlian (real asset). Hal ini terjadi ketika ada seseorang pemilik modal (A) yang bertindak sebagai penyandang dana, memberikan sejumlah dana tertentu untuk dipakai sebagai modal usaha kepada seseorang yang memiliki kecakapan untuk berbisnis (B). Di sini, A memberikan dayn (uang, financial asset), sementara B meberikan ayn (jasa/keahlian, real asset). 2) Syirkah Wujuh Dalam syirkah wujuh juga terjadi percampuran antara ayn dengan dayn. Dalam bentuk syirkah seperti ini, seorang penyandang dana (A) memberikan sejumlah dana tertentu untuk dipakai sebagai modal usaha, dan B menyumbangkan reputasi/nama baiknya. c. Percampuran Dayn dengan Dayn Percampuran antara dayn dengan dayn dapat mengambil beberapa bentuk pula. Bila terjadi percampuran antara uang dengan uang dalam jumlah yang sama (Rp X dengan Rp X), hal ini disebut syirkah mufawadah. Namun bila jumlah uang yang dicampurkan berbeda (Rp X dengan Rp Y), hal ini disebut syirkah inan. Percampuran dayn dengan dayn dapat juga berupa kombinasi antarsurat berharga, misalkan saham PT X digabungkan dengan saham PT Y, dan lain-lain.
8
3. Bank Syariah a. Definisi Bank Syariah Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008, disebutkan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannnya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank Syariah adalah bank syariah yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Prinsip Syariah adalah prinsip hukum islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. BUS (Bank Umum Syariah) ialah bank yang dapat memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran yang sesuai
dengan syari’ah islam. b. Fungsi Bank Syariah Berdasarkan pasal 4 UU No.21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, disebutkan bahwa bank syariah wajib menjalankan
fungsi
menghimpun
dan
menyalurkan
dana
masyarakat. Bank syariah juga dapat menjalankan fungsi social dalam bentuk lembaga baitulmal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana soaial lainnya
9
(antara
lain
denda
terhadap
nasabah
atau
ta,zir)
dan
menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. Selain itu, bank syariah juga dapat menghimpun dana social yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazir) sesuai dengan pemberi wakaf (wakif). 4. Pembiayaan Mudharabah Menurut Muhammad (2009:158) Mudharabah/muqaradah adalah sebagai berikut: Suatu bentuk kerjasama anatara bank syariah selaku pemilik modal (shahibul/rabbul maal) dengan pengusaha selaku pengelola usaha (mudharib) di mana bank memberikan seluruh pembiayaan suatu usaha. Jika usaha tersebut mendapatkan keuntungan akan dibagi sesuai kesepakatan (berupa nisbah/ratio) di antara mereka, namun bila menderita kerugian (oleh karena resiko suatu usahaoperasional/business risk), maka ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal sepanjang kerugian tersebut tidak disebabkan oleh kelalaian/kesalahan pengelola. Menurut Adiwarman (2010:204) Mudharabah adalah sebagai berikut: Bentuk kontrak antara dua pihak di mana satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua, yakni si pelaksana usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan untung disebut akad mudharabah.
Menurut Muhammad (2011: 108) Qirad atau Mudharabah adalah sebagai berikut: Kerjasama antara pemilik modal atau uang dengan pengusaha pemilik keahlian atau keterampilan atau tenaga dalam pelaksanaan unit-unit ekonomi atau proyek usaha. Melalui qirad atau
10
mudharabah kedua belah pihak yang bermitra tidak akan mendapatkan bunga, tetapi mendapatkan bagi hasil atau profit dan loss sharing dari proyek ekonomi yang disepakati bersama. a. Jenis-jenis Mudharabah Menurut PSAK 105 , kontrak mudharabah dapat di bagi atas tiga jenis, yaitu: 1) Mudharabah muqayyadah Mudharabah muqayyadah adalah bentuk kerja sama antara pemilik dana dan pengelola, dengan kondisi pengelola dikenakan pembatasan oleh pemilik dana dalam hal tempat, cara dan/atau objek investasi. Dalam praktik perbankan mudharabah muqayyadah terdiri atas dua jenis, yaitu: a. Mudharabah muqayyadah executing b. Mudharabah muqayyadah channeling 2) Mudharabah muthlaqah Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara pemilik dan dan pengelola tanpa adanya pembatasan oleh pemilik dana dalam hal tempat, cara, maupun objek investasi. Mudharabah muthlaqah biasa juga disebut dengan mudharabah mutlak atau mudharabah tidak terikat. 3) Mudharabah mustarakah Mudharabah mustarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi. Akad mustarakah ini merupakan solusi sekiranya dalam perjalanan usaha, pengelola dana memiliki modal yang dapat dikontribusikan dalam investasi, sedang disisi lain, adanya penambahan modal ini akan dapat meningkatkan kemajuan investasi.
11
Nasabah dana dengan sistem pool of fund
Bank
Nasabah pengelola (mudharib)
Investor
Gambar 2.1 Skema Mudharabah Musyarakah Menurut Muhammad jenis-jenis mudharabah terbagi atas dua jenis (2011:110), yaitu: bersifat tidak terbatas (muthlaqah, unrestricted) dan yang bersifat terbatas (muqayyadah, restricted). 1) Mudharabah muthlaqah yaitu pemilik dana memberikan otoritas dan hak sepenuhnya kepada mudharib untuk menginvestasikan atau memutar uangnya. 2) Mudharabah muqayyadah yaitu pemilik dana memberi batasan kepada mudharib. Di antara batasan itu, misalnya adalah jenis investasi, tempat investasi serta pihak-pihak yang dibolehkan terlibat dalam investasi. Pada jenis ini, shahibul maal dapat pula mensyaratkan kepada mudharib untuk tidak mencampurkan hartanya dengan dana mudharabah.
b. Rukun-rukun Mudharabah Menurut Adiwarman (2009:204), yaitu: 1) Pelaku (pemilik modal maupun pelaksanaaan usaha) Pelaku. Jelaslah bahwa rukun dalam akad mudharabah sama dengan rukun dalam akad jual-beli ditambah faktor tambahan, yakni nisbah keuntungan. Faktor pertama (pelaku) kiranya sudah cukup jelas. Dalam akad mudharabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak pertama bertindak sebagai pemilik modal
12
(shahib al-mal), sedangkan pihak kedua bertindak sebagai pelaksanaan usaha (mudharib atau amil). Tanpa dua pelaku ini, maka akad mudharabah tidak ada.
2) Objek mudharabah (modal dan kerja) Objek. Faktor kedua (objek mudharabah) merupakan konsekuensi logis dari tindakan yang dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek mudharabah, sedangkan pelaksaan usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek mudharabah. Modal yang diserahkan bias berbentuk uang atau barang yang dirinci berapa nilai uangnya, sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian, keterampilan, selling, skill, management skill, dan lain-lain. Tanpa dua objek ini, akad mudharabah pun tidak akan ada.
3) Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul) Persetujuan. Faktor ketiga, yakni persetujuan kedua belah pihak, merupakan konsekuensi dari prinsip an-tarradin minkum (sama-sama rela). Disini kedua belah pihak harus secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah. Si pemilik dana setuju dengan perannya untuk mengkontribusikan dana, sementara si pelaksana usaha pun setuju dengan perannya untuk mengkontribusikan kerja. 4) Nisbah keuntungan Nisbah keuntungan. Faktor yang keempat (yakni nisbah) adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah, yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua pihak yang bermudharabah. Mudharib mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan shahib al-mal medapatimbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan.
13
Menurut Rizal (2009:124) rukun transaksi mudharabah meliputi dua pihak transaktor yaitu: c. (Pemilik modal dan pengelola), objek akad mudharabah (modal dan usaha), dan d. Ijab dan Kabul atau persetujuan kedua belah pihak. c. Bentuk-bentuk Mudharabah Dalam praktik perbankan syariah modern, kini dikenal dua bentuk mudharabah muqayyadah, yakni yang on balance-sheet dan-off balance sheet. Dalam mudharabah muqayyadah on balacesheet, aliran dana terjadi dari satu nasabah investor ke sekelompok pelaksana
usaha
dalam
beberapasektor
terbatas,
misalnya
pertanian, manufaktur, dan jasa. Nasabah investor lainnya mungkin mensyaratkan dananya hanya boleh dipakai untuk pembiayaan di sektor pertambangan, property, dan pertanian. Selain berdasarkan sektor, nasabah investor dapat saja mensyaratkan berdasarkan jenis akad
yang
digunakan,
misalnya
hanya
boleh
digunakan
berdasarkan akad penjualan cicilan saja, atau penyewaan cicilan saja, atau kerja sama usaha saja. Skema ini disebut on balancesheet karena dicatat dalam neraca bank. Dalam mudharabah muqayyadah oof balance-sheet, aliran dana berasal dari satu nasabah investor kepada satu nasabah pembiayaan (yang dalam bank konvensional disebut debitur). Di sini, bank syariah bertindak sebagai arranger saja. Pencatatan transaksinya di
14
bank syariah dilakukan secara off balance-sheet. Sedangkan bagi hasilnya melibatkan nasabah investor dan pelaksanaan usaha saja. Besar bagi hasil tergantung kesepakatan antara nasabah investor dan nasabah pembiayaan. Bank hanya memperoleh arranger fee. Skema ini disebut off balnce-sheet karena transaksi ini tidak dicatat dalam neraca bank, tetapi hanya dicatat dalam rekening administratif saja.
Off balance-sheet Muqayyadah On balance-sheet
Mhudarabah Mutiaqah
Gambar 2.2 Bentuk-bentuk mudharabah di bank syariah
d. Manfaat Pembiayaan Mudharabah 1) Membiayai total kebutuhan modal usaha nasabah 2) Nisbah bagi hasil tetap antara Bank dan Nasabah 3) Angsuran berubah-ubah sesuai tingkat revenue atau realisasi usaha nasabah (revenue sharing).
15
e. Kententuan Hukum Pembiayaan Mudharabah 1) Mudharabah boleh dibatasi pada periode tertentu. 2) Kontrak tidak boleh dikaitkan (mu’allaq) dengan sebuah kejadian di masa depan yang belum tentu terjadi. 3) Pada dasarnya, dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, Karena pada dasarnya akad ini bersifat amanah (yad al-amanah), kecuali akibat dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan. 4) Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
5. Pembiayaan Musyarakah Menurut Adiwarman (2010:102) pembiayaan musyarakah adalah sebagai berikut: Semua bentuk usaha yang melibatkan dua belah pihak atau lebih dimana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Menurut Sudarsono dalam Puji hadiyati (2008:74) pembiayaan musyarakah adalah sebagai berikut: Kerja sama antara dua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi
16
dana dengan keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan. Menurut Rizal (2009:150) musyarakah adalah sebagai berikut: Musyarakah berasal dari kata syirkah. Syirkah artinya percampuran atau interaksi. Secara terminology, syirkah adalah persekutuan usaha untuk mengambil hak atau beroperasi.
Definisi IAI dalam PSAK 106 bahwa musyarakah sebagai akad kerja sama antara dua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dengan kondisi masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan, sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana.
a. Syarat Pembiayaan Musyarakah 1) Bank dan nasabah masing-masing bertindak sebagai mitra usaha dengan bersama-sama menyediakan dana atau untuk membiayai suatu kegiatan usaha tertentu. 2) Nasabah bertindak sebagai pengelola usaha dan bank sebagai mitra usaha dapat ikut serta dalam pengelolaan usaha sesuai dengan tugas dan wewenang yang disepakati. 3) Bank
berdasarkan
kesepakatan
dengan
nasabah
dapat
menunjuk nasabah untuk mengelola usaha. 4) Pembiayaan diberikan dalam bentuk tunai dan atau barang.
17
5) Jangka waktu pembiayaan, pengembalian dana, pembagian keuntungan dditentukan berdasarkan kesepakatan antara bank dan nasabah. 6) Biaya operasional dibebankan pada modal bersama sesuai kesepakatan. 7) Bank
dapat
meminta
jaminan
atau
agunan
untuk
mengantisipasi risiko apabila nasabah tidak dapat memenuhi kewajiban sebagaimana dimuat dalam akad karena kelalaian atau kecurangan.
b. Rukun dari akad musyarakah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa, yaitu: 1) Pelaku akad yaitu para mitra usaha 2) Objek akad (modal, kerja, keuntungan dan kerugian) 3) Ijab da Kabul c. Landasan Hukum Musyarakah Menurut Abdul Ghofur landasan hukum musyarakah adalah sebagai berikut: Musyarakah adalah kemitraan antara bank dan nasabah untuk bersama-sama memberikan modal dengan cara membeli saham untuk membiayai suatu investasi. Musyarakah merupakan pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana maisng-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Dasar hukum musyarakah berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah.
18
Secara teknis pembiayaan musyarakah ini di atur dalam pasal 36 huruf b poin kedua PBI No. 6/24/PBI/2004 tentang bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dan prinsip kehati-hatian dalam melakukan kegiatan usahanya yang meliputi penyaluran dana melalui bagi hasil berdasarkan akad musyrakah.
d. Jenis-jenis Musyarakah Menurut Hindayanti (2011) Musyarakah ada dua jenis yaitu: Musyarakah pemilikan dan musyarakah akad (kontrak). Dalam musyarakah ini, kepemilikan dua orang atau lebih berbagi dalam sebuah aset nyata dan berbagi pula dari keuntungan yang dihasilkan aset tersebut. Musyarakah akad terbagi dengan cara kesepakatan di mana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah. Musyarakah akad terbagi menjadi: 1) Syirkah al-inan adalah kontrak dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Kedua pihak berbagi dalam keuntungan dan kerugian sebagaimana yang disepakati di antara mereka. Akan tetapi, porsi masing-masing pihak, baik dalam dana maupun kerja atau bagi hasil, tidak harus sama dan identik sesuai dengan kesepakatan mereka. Mayoritas ulama membolehkan jenis musyarakah. 2) Syirkah a’maal adalah kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk menerima pekerjaan secara bersamaan dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu. Musyarakah ini kadang-kadang disebut musyarakah abdan atau sanaa’i. Misalnya, kerja sama dua orang arsitek untuk menggarap sebuah proyek atau kerja sama dua orang
19
penjahit untuk menerima order pembuatan seragam sebuah kantor.
3) Syirkah wujuh adalah kntrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit dari sesuatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai. Mereka berbagi dalam keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan kepada pensuply yang disediakan oleh tiap mitra. Jenis al-musyarakah ini tidak memerlukan modal karena pembelian secara kredit berdasar pada jaminan tersebut, karenanya, kontrak ini pun lazim disebut sebagai musyarakah piutang. 4) Syirkah mufawadhah adalah kontrak kerja sama antara dua orang atur lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpasrtisipasi dalam kerja. Setiap pihak membagi keuntungan dan kerugian secara sama, dengan demikian, syarat utama dari jenis musyarakah ini adalah kesamaan dana yang diberikan, kerja, tanggung jawab, dan beban utang dibagi oleh masing-masing pihak. 6. Profitabilitas (profitability) Profitabilitas merupakan dasar dari adanya keterkaitan antara efisiensi operasional dengan kualitas jasa yang dihaasilkan oleh suatu bank. Tujuan analisis profitabilitas sebuah bank adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha yang dicapai oleh bank. Menurut Mamduh (2012:81) Rasio Profitabilitas adalah sebagai berikut: Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan
keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal
20
saham yang tertentu. Ada tiga rasio yang sering dibicarakan, yaitu : profit margin, return on asset (ROA), dan return on equity (ROE). Profit margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu. Return on asset (ROA) mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih beradasarkan tingkat aset yang tertentu. ROA juga sering disebut juga sebagai ROI (Return On Investment). Return on equity (ROE) mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Menurut Marsuki (2010:229) ROA adalah sebagai berikut : Rasio yang dipergunakan untuk melihat tingkat efisiensi operasi bank sentral secara keseluruhan karena rasio ini membandingkan antara laba atau surplus operasi dengan nilai asset. Rasio ini melihat sejauh mana aset telah dipergunakan untuk menghasilkan laba atau rugi operasi masing-masing bank sentral. Menurut Achmad (2013) Profitabilitas (profitability) atau ROA adalah sebagai berikut: Kemampuan suatu bank dalam memperoleh laba. menurut Bank Indonesia, Return On Asset (ROA) merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan rata-rata total asset dalam satu periode. Semakin besar Return On Asset (ROA) menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin besar. Sehingga dalam penelitian ini menggunakan Return On Asset (ROA) sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perusahaan perbankan.
21
Laba merupakan tujuan dengan alasan sebagai berikut: a. Dengan laba yang cukup dapat dibagi keuntungan pemegang saham dan atas persetujuan pemegang saham sebagian dari laba disisihkan sebagai cadangan. Tambahan cadangan akan menaikan kredibilitas (tingkat kepercayaan) bank tersebut di mata masyarakat. b. Laba merupakan penilaian keterampilan pimpinan. Pimpinan bank yang cakap dan terampil pada umumnya dapat mendatangkan keuntungan yang lebih besar dari pada pimpinan yang kurang cakap. c. Meningkatkan daya tarik bagi pemilik modal (investor) untuk menanamkan
dananya
dengan
membeli
saham
yang
dikeluarkan atau ditetapkan oleh bank. Sehingga bank akan mempunyai kekuatan modal untuk memperluas penawaran produk dan jasanya kepada masyarakat. d. ROA menurut Ravika (2011) adalah rasio perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aktiva yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas aktiva yang dipergunakan dalam periode tertentu. Jika ROA suatu perusahana naik dari tahun ke tahun, maka bisa dikatakan perusahaan semakin efisien dalam mengelola bisnisnya. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank dan semakin baik posisi
22
bank tersebut dari segi penggunaan asset (Dendawijaya dalam Achmad, 2009:118). Profitabilitas
dari
bank
tidak
hanya
penting
bagi
pemiliknya, tetapi juga bagi golongan-golongan lain di dalam masyarakat. Bila bank berhasil mengumpulkan cadangan dengan memperbesar modal, akan meminjamkan yang lebih besar karena tingkat kepercayaan atau kridibilitas meningkat. Untuk menghitung ROA dapat digunakan rumus sebagai berikut: ROA = Laba Bersih Total Asset
7. Penelitian terdahulu Dalam sebuah penelitian, penelitian terdahulu memiliki tujuan untuk menjelaskan keterkaitan dan kesamaan masalah penelitian yang sedang dikaji dengan penlitian yang telah dilakukan sebelumnya. Puji (2013) dalam penelitiannya peneliti menggunakan metode regresi linier dan menggunakan variable pembiayaan mudharabah, pembiayaan
musyarakah
dan
profitabilitas.
Hasil
penelitian
menyatakan bahwa, variable tersebut secara simultan NPF pembiayaan musyarakah
dan
pembiayaan
mudharabah
mempengaruhi
profitabilitas. Fauzan (2012) dalam penelitiannya peeniliti menggunakan metode regresi
linier
dan
menggunakan
variabel
risiko
pembiayaan
23
musyarakah,
pembiayaan
murabahah
dan
profitabilitas.
Hasil
penelitian menyatakan bahwa variable tersebut secara simultan risiko pembiayaan musyarakah dan pembiayaan murabahah mempengaruhi profitabilitas Bank Syariah Banda Aceh. Russely (2014) jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan dalam penelitiannya peneliti menggunakan variable pembiayaan mudharabah, pembiayaan musyarakah dan ROE. Hasil penelitian menyatakan bahwa variable tersebut secara simultan pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah mempengaruhi tingkat ROE. Yesi Oktriani jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan dalam penelitiannya peniliti menggunakan variabel pembiayaan musyarakah, pembiayaan mudharabah, pembiayaan murabahah dan profitabilitas. Hasil penelitian menyatakan bahwa variable tersebut secara simultan mempengaruhi profitabilitas. Wuri Arianti N.P jenis penelitian yang digunakan adalah metode statistic deskriptif dan dalam penelitiannya peniliti menggunakan variable dana pihak ketiga (DPK), CAR, NPF, ROA dan pembiayaan. Hasil penelitian menyatakan bahwa variable tersebut secara simultan mempengaruhi variabel DPK, CAR, NPF, dan ROA mempengaruhi pembiayaan.
24
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu NO
NAMA
VARIABEL
HASIL RISET
PENELITI 1.
Puji Hadiyati
NPF,
NPF pembiayaan mudharabah dan
(2013)
Pembiayaan
NPF
Mudharabah,
berpengaruh
dan
profitabilitas
pembiayaan
Musyarakah
signifikan
terhadap
Pembiayaan Musyarakah 2.
Fauzan
Tingkat Risiko
Secara
simultan
maupun
parsial
Fahrul,
Pembiayaan
menunjukkan
(2012)
Musyarakah,
pembiayaan musyarakah dan risiko
Tingkat Risiko
pembiayaan murabahah berpengaruh
Pembiayaan
terhadap tingkat profitabilitas.
bahwa
risiko
Murabahah dan tingkat Profitabilitas 3.
Russely Inti
Pembiayaan
Pembiayaan
mudharabah
dan
Dwi Permata
Mudharabah,
musyarakah memberikan pengaruh
(2014)
Musyarakah
yang signifikan terhadap tingkat
dan
ROE secara simultan.
Profitabilitas 4.
Yesi
Pembiayaan
Pembiayaan
Oktriani
Musyarakah,
mudaharabah
Mudharabah
berpengaruh
dan
profitabilitas
musyarakah, dan
murabahah
signifikan
terhadap
Pembiayaan 5.
Wuri Arianti
DPK,
CAR,
Secara
simultan
N.P
NPF, ROA dan
yakni DPK, CAR, NPF dan ROA
Pembiayaan
berpengaruh pembiayaan
semua
signifikan
variabel
terhadap
25
B. Rerangka Pemikiran Penelitian mudharabah
dan
ini
bertujuan
pembiyaan
untuk
menganalisis
musyarakah
yang
pembiayaan mempengaruhi
profitabilitas bank mandiri syariah. Di mana variable Profitabilitas diukur dengan ROA untuk mengetahui yang dimiliki bank syariah dalam memperoleh profitabilitas 1. Pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap profitabilitas Teknis pembiayaan mudharabah pada perbankan di Indonesia adalah pembiayaan yang ditunjukkan untuk membiayai suatu investasi, modal kerja dan penyediaan fasilitas. Pembiayaan mudharabah akan menghasilkan laba dari perhitungan bagi hasilnya. Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan adalah sebagai berikut: H1 : Pembiayaan mudharabah berpengaruh terhadap profitabilitas 2. Pengaruh pembiayaan musyarakah terhadap profitabilitas Pembiayaan musyarakah dalam kerjasamanya masing-masing pihak menyertakan modalnya dan ikut mengelola usaha tersebut. Teknis pembiayaan musyarakah yang diterapkan pada perbankan di Indonesia sama halnya dengan pembiayaan mudharabah yaitu menggunakan
metode
rekening
sharing.
menghasilkan laba dari perhitungan bagi hasilnya.
Musyarakah
juga
26
Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan adalah sebagai berikut: H2 : Pembiayaan musyarakah berpengaruh terhadap profitabilitas
Pembiayaan Mudharabah (X1)
Profitabilitas (Y)
Pembiayaan Musyarakah (X2) Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis Hipotesis bisa didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. (Uma Sekaran, 2014 : 135) Pembiayaan mudharabah adalah suatu bentuk kerjasama antara bank syariah selaku pemilik modal (shahibul/rabbul maal) dengan pengusaha selaku pengelola usaha (mudharib) di mana bank memberikan seluruh pembiayaan suatu usaha. Jika usaha tersebut mendapatkan keuntungan akan dibagi sesuai kesepakatan (berupa nisbah/ratio) di antara mereka, namun bila menderita kerugian (oleh karena resiko suatu usahaoperasional/business risk), maka ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal
sepanjang
kerugian
tersebut
tidak
kelalaian/kesalahan
pengelola
(Muhammad,
disebabkan 2009).
oleh
Pembiayaan
27
Musyarakah adalah Semua bentuk usaha yang melibatkan dua belah pihak atau lebih dimana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud (Adiwarman, 2010). Pendapatan yang diperoleh akan mempengaruhi besarnya aba yang diperoleh bank (Firdaus, 2009). Bukti penelitian sebelumnya oleh Yessi (2012) menujukkan bahwa semakin tinggi pembiayaan mudharabah maka akan semakin tinggi profitabilitas Bank Syariah yang diproksikan oleh Return on Asset (ROA). Sedangkan Russely (2014) menujukkan bahwa hasil pembiayaan yang mengalami penurunan maka akan menyebabkan turunnya profitabilitas pada bank syariah H1 : Pembiayaan mudharabah berpengaruh terhadap profitabilitas. Russely (2014) menujukkan bahwa semakin tinggi pembiayaan musyarakah yang dihasilkan maka akan semakin tinggi profitabilitas yang diperoleh oleh bank syariah. Dan yessi (2012) menunjukkan bahwa tingginya hasil pembiayaan musyarakah maka akan berpengaruh terhadap tingginya profitabilitas. H2 : Pembiayaan musyarakah berpengaruh terhadap profitabilitas.