BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Metode Crossword Puzzle a. Pengertian Metode Salah satu faktor yang menyebabkan keberhasilan dalam proses pembelajaran adalah dengan penggunaan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan keadaan dan kebutuhan siswa. Kata metode sendiri berasal dari bahasa latin “methodo” yang berarti “jalan”.
Menurut Yamin dan
Maisah (2009:148), “metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.” Serupa
dengan
pendapat
diatas,
Hidayati
(2008:7-21)
mengungkapkan, “Metode adalah cara yang dianggap efisien yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan suatu mata pelajaran tertentu kepada siswa, agar tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya dalam proses kegiatan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif.” Hamruni (2012: 12) berpendapat bahwa metode adalah cara yang dipergunakan guru dalam menyampaikan pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Penentuan metode yang akan dipergunakan guru dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang berlangsung. Menurut Huda (2013: 111) metode dimaknai sebagai cara kerja yang teratur dan sistematis dalam melaksanakan suatu kegiatan dengan mudah dan teratur. Metode membantu dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan dalam suatu kegiatan, sehingga hasil suatu kegiatan akan lebih baik dengan penerapan suatu metode dibandingkan tanpa diterapkannya suatu metode. Suyono
dan
Hariyono
(2015:19)
mengungkapkan,
“Metode
pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkahlangkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan.” 7
8
Sedangkan menurut Suranto (2015:131) metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara-cara yang berbeda yang digunakan atau diterapkan pada kondisi yang berbeda untuk mencapai hasil yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran dapat di terapkan pada kondisi yang berbeda di setiap pelajaran sehingga suatu metode tidak terikat pada satu pelajaran saja. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien yang meliputi langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran dan cara penilaian. b. Pengertian Crossword Puzzle Serna dan Azor (2011) mengemukakan bahwa “The crossword puzzle is well-known game that can be easily implemented in the classroom.” Yang berarti crossword puzzle adalah permainan yang terkenal dapat dengan mudah diterapkan di dalam kelas. Menurut Rahmawati (2013: 236), “Crossword puzzle is a kind of games which is the activity filling in the blank form with letters forming words which is readable horizontally and vertically from the numbered clues related to the question
provide.” Yang berarti crossword puzzle
adalah salah satu jenis permainan dengan kegiatan berupa mengisi bagian kolom yang kosong dengan huruf hingga membentuk kata yang dapat dibaca secara horisontal dan vertikal dari petuntuk di setiap nomor terkait pertanyaan yang diberikan. Wahyuningsih dalam Njoroge, Ndung’u dan Gathigia (2013) berpendapat bahwa “Crossword puzzle is a game in which words, guessed from their definition, are fitted into a diagram of white and black squares.” Yang berarti crossword puzzle adalah permainan menebak kata dari suatu pernyataan yang kemudian di masukkan ke diagram kotak berwarna putih dan hitam. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa crossword puzzle adalah permainan kata yang terdiri atas pertanyaan dan susunan
9
huruf yang harus diisikan ke dalam kotak yang memiliki nomor baik secara horisontal maupun vertikal. Contoh dari crossword puzzle dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2. 1Crossword Puzzle Sumber : Johnny Clem Civil War Trust c. Pengertian Metode Crossword Puzzle Metode sebagai cara yang digunakan untuk membantu mencapai suatu tujuan diyakini perlu digunakan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Dengan penggunaan metode yang tepat, maka pembelajaran akan mencapai keberhasilan yang lebih baik jika dibandingkan dengan kegiatan pembelajaran yang tanpa menerapkan metode pembelajaran. Pada masa ini banyak metode pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dan dapat diterapkan sesuai dengan kebutuhan siswa, salah satunya metode Crossword Puzzle. Menurut Sari, Shaifuddin dan Sriyanto (2013), “Metode pembelajaran Crossword Puzzle adalah sebuah cara teratur yang digunakan dalam pembelajaran oleh guru untuk menjadikan mengajar menjadi efektif, dengan menggunakan atau memanfaatkan permainan kata yang telah menjadi permainan asah otak pokok di Amerika sejak awal tahun 1900-an, yang
10
terdiri atas susunan kata-kata yang harus diisi kedalam kotak bernomor dan disusun secara mendatar maupun disusun secara menurun.” Nuriyah, Suyanto dan Chamdani (2013) berpendapat bahwa metode permainan crossword puzzle merupakan suatu permainan mengisi ruang kosong dalam kotak putih dengan huruf-huruf berdasarkan petunjuk yang diberikan sehingga membentuk suatu kata baik secara mendatar maupun menurun. Suprijono (2015) telah mengelompokkan metode PAIKEM menjadi 3 kelompok yaitu 1) metode pembelajaran kooperatif, 2) metode pendukung pengembangan pembelajaran kooperatif dan 3) metode pembelajaran aktif. Dari ke-3 kelompok metode pembelajaran diatas, metode pembelajara crossword puzzle termasuk dalam metode pembelajaran aktif. Menurut Zaini, Munthe dan Aryani (2008: xiv), pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif dimana siswa secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok materi, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Njoroge, Ndung’u dan Gathigia (2013) menyatakan bahwa “Puzzle solving is a much more active type of learning, and will engage students with the material more than passive types of review techniques do.” Yang berarti memecahkan teka-teki adalah salah satu tipe belajar yang jauh lebih aktif dan akan memberikan pemahaman materi yang lebih pada siswa dari pada belajar tipe pasif dengan teknik mengulang. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran crossword puzzle adalah metode pembelajaran aktif yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan permainan kata yang mengharuskan siswa menjawab pertanyaan maupun pernyataan dalam kotak bernomor baik secara mendatar maupun menurun.
11
d. Kelebihan Metode Crossword Puzzle Crossword puzzle sebagai salah satu metode pembelajaran memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah Ratnawati, Bindarti dan Rofiq (2013) berpendapat bahwa “Crossword puzzle could be used to sustain students’ interest and make students feel relax.” Yang berarti bahwa teka-teki silang dapat digunakan untuk membangkitkan minat siswa dan membuat siswa merasa santai. Sejalan dengan pendapat diatas, Crossman & Crossman (Davis, Shepherd dan Zwiefelhofer, 2009) menjelaskan “Puzzle are often perceived as being a recreational activity,therefore making them more enjoyable and less threatening than traditional taeaching techniques.” Yang berarti tekateki sering dirasa sebagai aktivitas yang menghibur, sehingga menjadikan mereka lebih menyenangkan dan sedikit gangguan dibandingkan cara pembelajaran tradisional. Duri dan Basuni (2013:200) mengemukakan, “By using crossword puzzle the students will remember easily the material which just they learnt by counting the square.” Yang berarti dengan menggunakan teka-teki silang siswa akan mudah mengingat materi yang hanya mereka pelajari dari mengisi kolom sesuai jawaban yang tepat. e. Kelemahan Metode Crossword Puzzle Selain kelebihan, suatu metode pembelajaran juga memiliki kelemahan. Begitu pula dengan metode Crossword Puzzle yang memiliki beberapa kelemahan apabila diterapkan dalam proses pembelajaran. Njoroge, Ndung’u dan Gathigia (2013) mengemukakan kelemahan crossword puzzle bahwa, “Crossword puzzles require a lot of time to prepare”. Yang berarti bahwa teka-teki silang memerlukan banyak waktu untuk persiapannya. Selain itu menurut Harimurti (2011:11), kelemahan dari metode crossword puzzle diantaranya adalah siswa dituntut untuk berkonsentrasi secara matang, banyak memakan waktu saat mengerjakan serta terdapat siswa yang mendapat kesulitan dalam menyusun huruf menjadi sebuah kata.
12
f. Lagkah-Langkah Metode Crossword Puzzle Langkah-langkah dalam pembelajaran dengan metode crossword puzzle menurut Silberman (2009: 256), yaitu : 1) menjelaskan beberapa istilah atau nama-nama penting yang terkait dengan mata pelajaran yang telah diajarkan, 2) menyusun sebuah teka-teki silang sederhana, 3) menyusun kata-kata pemandu pengisian teka-teki silang seperti definisi singkat, kategori yang cocok dengan unsur yang ada, contoh dan lawan kata. 4) membagikan teka-teki kepada siswa baik secara perseorangan maupun kelompok dan 5) memberikan batas waktu pengerjaan. Variasi dari metode crossword puzzle menurut Zaini (2008:71), yaitu: 1) menuliskan kata-kata kunci, terminologi atau nama-nama yang berhubungan dengan materi yang diberikan, 2) membuat kisi-kisi yang dapat diisi dengan kata-kata yang telah dipilih, 3) membuat pertanyaanpertanyaan yang jawabannya adalah kata-kata yang telah dibuat atau juga dapat membuat pernyataan-pernyataan yang mengarah pada kata-kata yang telah dibuat, 4) membagikan teka-teki kepada siswa, dapat secara individu maupun kelompok, 5) membatasi waktu mengerjakan. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan langkah-langkah dalam pembelajaran menggunakan metode Crossword Puzzle antara lain: 1) menyusun pertanyaan maupun pernyataan sesuai dengan materi; 2) menyusun teka-teki silang sederhana; 3) menuliskan kata-kata kunci; 4) membagikan teka-teki silang pada siswa untuk dikerjakan baik secara individu maupun kelompok; 5) membatasi waktu pengerjaan. 2. Hakikat
Pemahaman
Konsep
Perjuangan
Mempertahankan
Kemerdekaan Indonesia a. Pengertian Pemahaman Pada proses pembelajaran, sebelum siswa menerapkan suatu materi maka siswa harus memiliki pemahaman yang baik terhadap materi yang telah diterimanya. Pemahaman merupakan bagian dari aspek kemampuan kognitif yang harus dimiliki siswa. Berkaitan dengan pemahaman, Sanjaya
13
(2007: 68) menjelaskan “Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman pengetahuan yang dimiliki setiap individu.” Winkel (2009: 274) berpendapat bahwa, “Pemahaman merupakan kemampuan yang dimiliki individu digunakan untuk menangkap maksud, arti dan tujuan dari materi yang dipelajari.” Benjamin Bloom
(Sagala, 2014: 157) mengemukakan enam
tingkatan domain kognitif, yaitu: pengetahuan/ingatan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan/aplikasi (application), analisis (analysis), Sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Pemahaman sebagai tingkat kedua domain kognitif
mengacu pada kemampuan
mengerti, memahami serta memaknai arti bahan atau materi yang dipelajari. Sagala (2014: 157) membedakan pemahaman menjadi tiga kategori yaitu: “Pertama penerjemahan (translation) misalnya dari lambang ke arti; kedua penafsiran (interpretation); dan ketiga ekstrapolasi (ekstrapolation) yaitu menyimpulkan dari sesuatu yang telah diketahui.” Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, pemahaman adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk mengerti dan memahami sesuatu yang telah dipelajari. Kemampuan ini peenting untuk dimiliki oleh setiap individu, karena apabila kemampuan ini masih kurang maka maksud yang diharapkan tidak akan dipahami oleh individu. b. Pengertian Konsep Pemahaman terhadap suatu konsep dapat membantu individu dalam memahami materi selanjutnya dan konsep biasanya terkandung dalam pengertian pada materi yang diajarkan. Suyono dan Hariyanto (2015: 138) berpendapat bahwa “Konsep merupakan simbol hasil pemikiran, diperoleh dari hasil membuat penafsiran terhadap fakta, prinsip, prosedur atau fenomena alam dan hubungan antar berbagai fakta.” Menurut Winkel (2009:113), konsep atau pengertian merupakan kesatuan arti yang mewakili sejumlah objek dengan ciri yang sama dan dapat diwakili oleh suatu kata sebagai lambang bahasa.
14
Selanjutnya Sagala (2014: 71), mengungkapkan pengertian konsep sebagai berikut : Konsep merupakan pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berfikir abstrak, kegunaan konsep untuk menjelaskan dan meramalkan. Hamruni (2012: 18), berpendapat bahwa pembentukan konsep (pengertian) didasarkan atas pemahaman terhadap stimulus dan objek belajar yang memiliki ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan absatraksi terhadap segala objek yang dihadapi, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu (klasifikasi). Schuncke (Samlawi, 2001: 12) mengemukakan beberapa karakteristik atau ciri umum konsep, yaitu: Pertama, merupakan suatu abstraksi, dimana konsep merupakan gagasan atau gambaran mental yang kita kembangkan tentang benda, peristiwa, atau kegiatan; kedua mencerminkan pengelompokan/klasifikasi benda (kegiatan, peristiwa, ataupun gagasan) yang mempunyai karakteristik atau kualitas tertentu yang umum; ketiga bersifat pribadi, latar belakang dan pengalaman pribadi berbeda antar satu orang dengan orang yang lain; keempat dipelajari melalui pengalaman baik secara langsung maupun tidak langsung; dan kelima tidak terbatas pada kata-kata sebagai label terhadap konsep. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep adalah hasil pemikiran seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu yang telah dipelajari sehingga menghasilkan produk pengetahuan. c. Pengertian Pemahaman Konsep Pemahaman terhadap suatu hal dapat membantu dalam proses pembelajaran. Karena dengan pemahaman yang baik maka siswa dapat menerima maksud dan tujuan pembelajaran yang telah diberikan kepadanya. Sedangkan pemahaman terhadap suatu konsep dapat membantu siswa dalam
15
proses pembelajaran selanjutnya, karena konsep merupakan dasar dalam siswa mempelajari sesuatu. Heruman (2008: 3) berpendapat bahwa pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian, yaitu 1) merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan, 2) pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya. Menurut Girad dan Wong, “State that conceptual understanding requires both knowledge of and the abilityto use scientific concepts to develope mental models about the way the word operates in accordance with a current scientific theor”, yang berarti pemahaman konsep membutuhkan baik pengetahuan dan kemampuan untuk menggunakan konsep-konsep ilmiah untuk mengembangkan model-model mental tentang cara dunia menjalankan pada kesesuaian dengan teori ilmiah yang telah ada (Saleh, 2011: 249). Sejalan dengan pendapat diatas, Trianto (2014) menyatakan bahwa pemahaman konsep sangat mempengaruhi sikap, keputusan dan cara-cara siswa dalam menyelesaikan masalah saat kegiatan belajar mengajar. Sehingga supaya kegiatan pembelajaran menjadi bermakna guru harus mampu menanamkan konsep dalam diri siswa bukan hanya sekedar meyampaikan wawasan yang dimilikinya kepada siswa. Berdasarkan
pendapat
ahli
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
pemahaman konsep adalah proses pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep yang memerlukan pengetahuan dan kemampuan yang baik serta mempengaruhi sikap, keputusan dan cara-cara siswa dalam menyelesaikan masalah saat kegiatan belajar mengajar. d. Pemahaman Konsep Perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia Pemahaman
terhadap
konsep
perjuangan
mempertahankan
kemerdekaan Indonesia sangat penting untuk dipelajari. Hal ini dikarena
16
dengan
dengan
memahami
konsep
perjuangan
mempertahankan
kemerdekaan Indonesia siswa dapat lebih menghargai kemerdekaan yang telah diperoleh dari perjuangan para pahlawan. Dalam mempertahankan kemerdekaan berbagai upaya perjuangan dilakukan oleh para pejuang. Menurut Poerwadarminta (2011: 495), perjuangan diartikan sebagai perkelahian untuk merebut sesuatu. Perjuangan juga berkaitan dengan peperangan. Perjuangan biasanya dilakukan atas dasar keinginan merebut atau menjaga sesuatu yang dimiliki. Perjuangan dapat dilakukan oleh setiap orang, namun tujuan perjuangan setiap orang tidak selalu sama. Begitu pula perjuangan bangsa Indonesia yang berbeda dari masa ke masa. Poerwadarminta (2011: 1179) berpendapat bahwa mempertahankan terdiri atas tiga pengertian yaitu 1) mengusahakan sesuatu supaya tetap atau tidak berubah, 2) memegang teguh atau tidak mau melepaskan sesuatu dan 3) menjaga atau membela, melindungi supaya selamat. Poerwadarminta (2011: 764) juga mengemukakan kemerdekaan sebagai kebebasan. Kemerdekaan dipandang sebagai suatu keadaan dimana seseorang dapat berdiri sendiri. Perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia merupakan perjuangan bersama seluruh rakyat Indonesia yang dilakukan secara fisik, pikiran dan karya demi diwujudkannya kehidupan berbangsa dan bernegara yang bebas dari campur tangan negara lain (Anwar, 2015). Berdasarkan
uraian
diatas
maka
dapat
disimpulkan
bahawa
perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia merupakan suatu usaha menjaga atau mempertahankan hak untuk hidup bebas dari campurtangan negara lain. Sedangkan pemahaman konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia adalah proses pembelajaran yang membutuhkan kemampuan siswa untuk memahami maksud dan tujuan usaha yang dilakukan para pahlawan dalam mempertahankan hak untuk hidup merdeka, lepas dari dari penjajahan. Perjuangan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia
negara
Indonesia
dimulai
setelah
17
diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia. Perjuangan ini dilakukan dalam bentuk perjuangan fisik yaitu dengan peperangan melawan Belanda dan perjuagan secara diplomatik dengan mengadakan perundinganperundingan. e. Pembelajaran IPS di SD 1) Pengertian Pembelajaran IPS Pendidikan yang diberikan pada siswa saat ini meliputi berbagai aspek dan ilmu pengetahuan, salah satunya IPS. Pembelajaran IPS telah diterima sejak siswa duduk di bangku sekolah dasar sebagai pedoman siswa dalam bertindak dan bersosialisasi dengan individu lain baik di keluarga, sekolah maupun masyarakat. Wahab (2009: 1.3) mengemukakan bahawa secara sederhana IPS diartikan sebagai studi mengenai manusia yang dipelajari oleh anak didik khususnya siswa di tingkat sekolah dasar dan menengah. Menurut Sidiharjo, “IPS adalah hasil kombinasi atau hasil perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi dan politik (Hidayati, dkk. 2008:1-7).” Sejalan
dengan
pendapat
diatas,
Trianto
(2015:171)
mengemukakan bahwa IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial sehingga mewujudkan suatu pendekatan interdisipliner dari berbagai aspek dan cabang ilmu sosial. Faenkel (Susanto, 2013:142) berpendapat bahwa “Pendidikan IPS dapat membantu para siswa menjadi lebih mampu mengetahui tentang diri mereka dan dunia dimana mereka hidup.” Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan pembelajaran yang memadukan konsep-konsep dari ilmu sosial yang disusun dari pendekatan sosial dan psikologis dengan tujuan mendidik dan mengembangkan kemampuan siswa sesuai bakat dan minatnya.
18
2) Tujuan IPS Dalam setiap mata pelajaran pastilah memiliki tujuan yang ingin dicapai tak terkecuali dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Tujuan utama dari IPS adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, mempunyai sikap mental yang positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil dalam menghadapi masalah baik yang menimpa diri sendiri maupun masyarakat (Trianto, 2015:176). Hamalik
(Hidayati, dkk. 2008:
1-24) menjelaskan tujuan
pendidikan IPS sebagai berikut : a) Pengetahuan dan Pemahaman Tujuan pendidikan IPS untuk mentrasmisikan pengetahuan dan pemahaman
tentang
masyarakat
berupa
fakta-fakta
serta
mengembangkan rasa kontinuitas, stabilitas, memberikan informasi kepada siswa. b) Sikap Hidup Belajar Tujuan IPS mengembangkan sikap belajar yang baik. Sikap belajar tersebt diarahkan pada pengembangan motivasi untuk mengetahui, minat belajar, kemampuan merumuskan masalah, dan pemecahan hipotesis. c) Nilai-Nilai Sosial dan Sikap Berdasarkan nilai-nilai sosial yang diajarkan dalam IPS akan mengembangkan sikap-sikap sosial siswa. d) Keterampilan Dasar IPS Siswa mempelajari keterampilan dan alat-alat studi sosial, seperti mencari bukti dengan berpikir ilmiah, keterampilan mempelajari data masyarakat, mempertimbangkan validitas dan relevansi data, mengklasifikasikan dan menafsirkan data-data sosial, dan merumuskan kesimpulan. IPS memperkenalkan kepada siswa bahwa manusia dalam hidup bersama dituntut rasa tanggung jawab sosial.
19
Menurut Solihatin dan Raharjo (2012:15), “Tujuan pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal siswa kemampuan dasar untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.” 3) Karakteristik Pembelajaran IPS di SD Hidayati, dkk (2008:1-26) menjelaskan karakteristik IPS dilihat dari materi dan strategi penyampainnya sebagai berikut : a) Materi IPS Terdapat lima macam sumber materi IPS, yaitu: Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negaradan dunia dengan berbagai permasalahannya. Kegiatan manusia, misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, trasportasi. Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar. Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga b) Strategi Penyampaian Pengajaran IPS Strategi penyampaian pembelajaran IPS, sebagian besar adalah didasarkan pada tradisi, yaitu materi yang dirancang secara urut: anak, keluarga, masyarakat, kota, region, negara dan dunia.
20
4) Ruang Lingkup IPS di SD Permendiknas no. 24 tahun 2006 tentang kurikulum IPS SD menjelaskan bahwa ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspekaspek berikut : a) Manusia, tempat dan lingkungan. b) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan. c) Sistem sosial dan budaya. d) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Selanjutnya dapat dijabarkan lebih rinci berdasarkan Permendikans no. 24 tahun 2006 tentang kurikulum IPS SD, bahwa ruang lingkup IPS di SD adalah sebagai berikut : a) Kelas I berupa pemahaman identitas diri dan keluarga, sikap saling menghormati dalam kemajemukan keluarga serta mendiskripsikan lingkungan rumah. b) Kelas II berupa pemahaman peristiwa penting dalam keluarga secara kronologis serta memahami kedudukan dan peran anggota keluargadalam lingkungan keluarga dan lingkungan tetangga. c) Kelas III berupa pemahaman lingkungan dan pelaksanaan kerjasama di sekitar rumahdan sekolah, serta pemahaman jenis pekerjaan dan penggunaan uang. d) Kelas IV berupa pemahaman sejarah, kenampakan alam dan keberagaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi, serta pengenalan sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologidi lingkungan kabupaten/kota dan provinsi. e) Kelas V yaitu menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia. Selain itu kelas V juga mempelajari peranan tokoh perjuangan dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
21
f) Kelas VI berupa pemahaman perkembangan wilayah Indonesia, kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negaradi Asia Tenggara, serta benua-benua. Selain itu kelas VI juga memahami gejala alam yang terjadi di Indonesia dan sekitarnya serta memahami peranan bangsa Indonesia di era global. Variabel terikat yang akan diterapkan pada penelitian ini, yaitu pemahaman
konsep
perjuangan
mempertahankan
kemerdekaan
Indonesia. Variabel ini termasuk dalam ruang lingkup IPS kelas V dengan Standar Kompetensi: 2. Menghargai peranan tokoh perjuangan dan
masyarakat
dalam
mempersiapkan
dan
mempertahankan
kemerdekaan Indonesia. Kompetensi Dasar yang digunakan adalah 2.4 Menghargai
perjuangan
para
tokoh
dalam
mempertahankan
kemerdekaan. 5) Materi Perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia Perjuangan bangsa Indonesia dalam usaha untuk hidup merdeka tidak hanya berhenti dengan kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II. Setelah memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia masiha harus berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah dicapai dari para pasukan Sekutu dan Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia. Berikut ini peristiwa-peristiwa setelah kemerdekaan Indonesia dan upaya bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan : a) Kedatangan dan Misi Sekutu Pasukan Sekutu, Komando Asia Tenggara (South East Asia Command) di bawah pimpinan Laksamana Lord Louis Mountbatten ditugaskan utnuk menduduki wilayah Indonesia dan melucuti senjata tentara Jepang. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Mountbatten membentuk komando khusus Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) di bawah pimpinan Letnan Jenderal Sir Philip Christison, dengan tugas : Menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Jepang
22
Membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu Melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian dipulangkan Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian diserahkan kepada pemerintah sipil Menghimpun keterangan tentang dan menuntut penjahat perang Kedatangan Sekutu semula disambut dengan sikap terbuka oleh pihak Indonesia. Akan tetapi, setelah diketahui bahwa Sekutu datang membawa orang NICA yang hendak menegakkan kembali kekuasaan kolonial Hindia-Belanda, sikap Indonesia berubah menjadi curiga dan kemudian bermusuhan. b) Pertempuran Surabaya Pada 25 Oktober 1945 Brigade 49/Devisi India ke 23 tentara Sekutu (AFNEI) dibawah pimpinan Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby mendarat di Surabaya. Pemerintah dan rakyat semula menyambut kedatangan Sekutu dengan tangan terbuka, tetapi pihak Sekutu mengabaikan uluran tangan tersebut dan menyerbu penjara Republik pada 27 Oktober 1945 untuk membebaskan perwiraperwira Sekutu dan pegawai RAPWI (Relief of Allied Prisoners of War and Internees). Pada tanggal 28 Oktober 1945 rakyat Indonesia menyerang pos-pos Sekutu di Surabaya, namun segera pemimpin Indonesia memerintahkan penghentian tembak-menembak. Dalam salah satu insiden yang belum terungkap secara jelas Brigadir Jenderal A.W.S Mallaby ditemukan mati. Tanpa perundingan, pemimpin tentara Sekutu di Surabaya pada 9 November 1945 mengeluarkan
ultimatum
untuk
memberikan
laporan
dan
menyerahkan senjata serta menyerahkan diri hingga pukul 06.00 pada tanggal 10 November 1945. Ultimatum tersebut kemudian memicu pertempuran Surabaya pada tanggal 10 November 1945. Sekutu mengerahkan satu divisi infantri yang berjumlah antara 10 sampai 15 ribu orang dengan dibantu meriam-meriam kapal
23
penjelajah Sussex dan beberapa kapal perusak serta pesawat Mosquito dan Thunderbolt Angkatan Udara Inggris (RAF). Pertempuran yang tidak seimbang tersebut berlangsung hingga awal Desember. c) Pertempuran Ambarawa Kedatangan Sekutu pertama kali di kota Semarang pada 20 Oktober 1945 dibawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel dengan tujuan mengurus tawanan perang dan tentara Jepang di Jawa Tengah. Pihak Sekutu berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Republik Indonesia. Insiden bersenjata mulai timbul di Magelang dan meluas menjadi pertempuran ketika Sekutu dan NICA membebaskan secara sepihak para interniran Belanda di Magelang dan Ambarawa. Setelah diadakan perundingan antara Presiden Soekarno dan Jenderal Bethel, tentaraSekutu secara diam-diam meninggalkan Malang dan mundur ke Ambarawa pada tanggal 21 November 1945. Gerakan mundur tentara Sekutu tersebut dikejar oleh Resimen Kedu Tengah dan diserang oleh pasukan Angkatan Muda. Untuk mempertahankan diri, Sekutu mencoba menduduki dua desa di daerah Ambarawa yang menyebabkan gugurnya Letnan Kolonel Isdiman dalam pertempuran dalam usaha membebaskan kedua desa tersebut. Dengan gugurnya Letnan Kolonel Isdiman, Kolonel Soedirman, Panglima Devisi Banyumas turun langsung ke pertempuran Ambarawa. Pada 23 November 1945 berlangsung tembak-menembak dengan pasukan Sekutu yang dibantu oleh tawanan Jepang dengan tank yang menyebabkan pasukan Indonesia mundur ke Bedono. Pada 12 Desember 1945 pasukan Indonesia melancarkan serangan serentak. Setelah pertempuran yang berlangsung selama empat hari pasukan Indonesia berhasil menghalau tentara Inggris dari Ambarawa dan mundur ke Semarang. d) Pertempuran Medan Area
24
Pasukan Sekutu yang dibonsengi oleh serdadu Belanda dan NICA di bawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly mendarat di Medan pada 9 Oktober 1945. Pertempuran pertama terjadi pada 13 Oktober 1945 antara para pemuda dan pasukan Belanda. Pertempuran tersebut kemudian menjalar ke seluruh kota Medan. Karena sering terjadi insiden, pada 18 Oktober 1945 Sekutu mengeluarkan maklumat yang melarang rakyat membawa senjata dan semua senjata yang ada harus diserahkan pada Sekutu. Pada tanggal 10 Desember 1945 Sekutu melancarkan serangan besarbesaran ke seluruh daerah Medan. Pertempuran ini memakan banyak korban dari kedua pihak. Selain di Medan, juga terjadi pertempuranpertempuran antara pejuang setempat dengan Jepang, Sekutu dan Belanda antara lain di Padang, Bukittinggi dan Aceh. e) Presiden dan Wakil Presiden Pindah ke Yogya Menjelang akhir tahun 1945 keamanan kota Jakarta semakin memburuk. Mendaratnya pasukan marinir Belanda di Tanjung Priok pada 30 Desember 1945 menambah gentingnya keadaan. Mengingat situasi yang demikian, Presiden dan Wakil Presiden pada tanggal 4 Januari 1946 pindah ke Yogyakarta dan kemudian ibu kota Republik Indonesia turut pindah ke Yogya. f) Bandung Lautan Api Sekutu memasuki kota Bandung pada bulan Oktober 1945, ketika para pemuda dan pejuang di kota Bandung sedang melaksanakan pemindahan kekuasaan dan merebut senjata serta peralatan dari tangan tentara Jepang. Tentara Sekutu
menuntut
supaya senjata-senjata yang diperoleh dari hasil pelucutan tentara Jepang berada di tangan para pemuda diserahkan kepada Sekutu. Pada tanggal 21 November 1945 Sekutu mengeluarkan ultimatum pertama untuk mengosongkan kota Bandung bagian utara selambatlambatnya pada 29 November 1945. Ultimatum tersebut tidak diindahkan oleh para pejuang Republik Indonesia sehingga sering
25
terjadiinsiden dengan pasukan Sekutu. Untuk kedua kalinya pada 23 Maret 1946 tentara Sekutu mengeluarkan ultimatum agar TRI mengosongkan seluruh kota Bandung. Pemerintah Republik Indonesia di Jakarta memerintahkan TRI mengosongkan kota Bandung
tetapi
menginteruksikan
sementara agar
tidak
itu
Markas
TRI
mengosongkan
di
kota
Yogya Bandung.
Akhirnya, TRI di Bandung mematuhi perintah dari Jakarta, namun sebelum meninggalkan kota Bandung pejuang Republik Indonesia melancarkan serangan ke arah kedudukan-kedudukan Sekutu dan membumihanguskan kota Bandung bagian selatan. g) Perundingan Indonesia-Belanda Pada 20 September 1946 Indonesia, Sekutu dan Belanda mengadakan
perundingan
gencatan senjata.
Perundingan ini
berlangsung hingga tanggal 30 September 1946 tetapi tidak mencapai hasil. Pada tanggal 7 Oktober 1946 Lord Killearn berhasil membawa wakil Indonesia dan Belanda ke meja perundingan yang berlangsung di kediaman Konsul Jenderal Inggris di Jakarta. Perundingan itu disetujui untuk membicarakan gencatan senjata lebih lanjut, Indonesia diwakili oleh Menteri Sutan Sjahrir dan Belanda diwakili oleh suatu komisi umum yang diketuai oleh Prof. Schermerhorn. Perundingan gencatan senjata tersebut akhirnya menghasilkan persetujuan sebagai berikut : Gencatan senjata diadakan atas dasar kedudukan militer pada waktu itu dan atas dasar kekuatan Sekutu serta Indonesia. Dibentuk sebuah Komisi Bersama Gencatan Senjata untuk masalah-masalah teknis pelaksanaan gencatan senjata. Dibidang pilitik, delegasi Pemerintah Indonesia dan komisi umum Belanda hanya sepakat untuk menyelenggarakan perundingan politik “secepat mungkin”. h) Perjanjian Linggarjati
26
Sebagai kelanjutan perundingan sebelumnya, sejak tanggal 10 November 1946 di Linggarjati diadakan perundingan antara Pemereintah Indonesia dan komisi umum Belanda dengan dipimpin oleh Lord Killearn. Pada tanggal 15 November 1946, diperoleh persetujuan dari kedua belah pihak yang berisi : Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Sumatra, Jawa dan Madura. Belanda harus sudah meninggalkan daerah de facto paling lambat tanggal 1 Januari 1949. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerjasama dalam bentuk Negara Indonesia Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu negara bagiannya adalah Republik Indonesia. Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya. i) Pertempuran Margarana Pada tanggal 2 dan 3 Maret 1946 Belanda mendaratkan kurang lebih 2000 tentara di Bali, disertai tokoh-tokoh Bali yang pro Belanda. Letnan I Gusti Ngurah Rai yang baru kembali dari Yogaya untuk
berkonsultasi
dengan
Markas
Tinggi
TRI mengenia
pembinaan Resimen Sunda Kecil dan cara-cara menghadapi Belanda, menemukan kesatuan-kesatuan resimennya telah terpencar. Perkembangan situasi politik di pusat pemerintahan Republik Indonesia semakin memburuk akibat perundingan Linggarjati, yang menyebabkan Bali tidak diakui sebagai bagian dari Republik Indonesia. Sementara itu Belanda gencar mengusahakan berdirinya negara boneka di wilayah Indonesia timur dan mengajak Letnan Kolonel Ngurah Rai untuk bekerjasama, namun ajakan tersebut ditolak mentah-mentah. Pada tanggal 18 November 1946 setelah mengumpulkan cukup kekuatan, Ngurah Rai mulai menyerang Belanda di Tabanan dan berhasil membuat satu datasemen polisi
27
lengkap dengan senjatanya menyerah. Pada 29 November 1946 pasukan Ngurah Rai dapat dikalahkan dalam perang “puputan” di Margarana. Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai gugur bersama anak buahnya, dengan gugurnya Ngurah Rai ini telah mempermudah usaha Belanda membentuk Negara Indonesia Timur. j) Peristiwa Westerling di Makasar Pada bulan Desember 1946 Belanda mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Kapten Raymond Westerling ke Sulawesi Selatan. Sejak kedatangan pada tanggal 7 Desember hingga 25 Desember 1946, pasukan Westerling secara membabi buta telah membunuh ribuan rakyat dengan maksud membersihkan Sulawesi Selatan dari pejuang-pejuang Republik Indonesia dan mematikan perlawanan terhadap pembentukan Negara Indonesia Timur. Selain pembunuhan masal yang dilakukan Belanda, Belanda yang datang membonseng tentara Autralia juga memulai usaha memecah belah dan usaha Belanda berhasil mempengaruhi beberapa tokoh daerah. Menyadari bahwa taktik Belanda membahayakan , tampillah pemuda-pemuda pelajar seperti A. Rivai, Paersi dan Wolter Mongonsidi, Mongonsidi selaku pemimpin Angkatan Muda Pelajar mengajukan usul ke PPNI untuk mengadakan perlawanan dengan kekerasan. Mereka kemudian melakukan penyerangan dan merebut tempat-tempat strategis di kota Makasar. Tentara Australia pada mulanya tidak ikut campur tangan tetapi karena hasutan NICA, akhirnya mereka menyerbu markas pemuda
di
Jongaya.
Para
pemuda
kemudian
mengalihkan
perjuangannya ke luar kota dan gerakan untuk menduduki kota Makasar dilancarkan pada 26 Dessember 1945, tetapi mengalami kegagalan. k) Pertempuran di Palembang Pasukan Sekutu dan NICA mendarat di Palembang pada 12 Oktober
1945
dipimpin
oleh
Letnan
Kolonel
Carmichael.
Pemerintah Republik Indonesia di Palembang menentukan bahwa
28
pasukan Sekutu hanya diizinkan mendiami daerah Talang Semut, tetapi kemudian mereka memperluas daerahnya ke tempat-tempat lain. Insiden dengan pemuda setempat meletus ketika Sekutu menggeledah rumah-rumah penduduk untuk mencari senjata. Pada bulan Oktober 1946 pasukan Sekutu meninggalkan kota Palembang dan menyerahkan kedudukan-kedudukannya pada Belanda. Ketika Belanda menuntut supaya kota Palembangdikosongkan dan pemudapemuda menolak tuntutan tersebut, pertempuran meletus. Untuk mengulur waktu guna mendatangkan bantuan, Belanda mengajukan dilaksanakan perundingan. Ketika perundingan berjalan pada 1 Januari 1947 pertempuran meletus kembali. Setelah pertempuran berlangsung lima hari lima malam, seperlima kota Palembang hancur serta banyak korban berjatuhan di kedua belah pihak. Pada tanggal 6 Januari 1947, dicapai persetujuan hencatan senjata antara Belanda dan pimpinan Pemerintah Republik Indonesia kota Palembang. Berdasarkan
persetujuan
gencatan
senjata
tersebut
pasukan
Indonesia mengundurkan diri dari kota Palembang sejauh 20 kilometer. l) Pertempuran Laut di Teluk Cirebon Dalam usaha meningkatkan kewaspadaan dan keterampilan pasukan, di Cirebon TKR mengadakan latihan gabungan yang terdiri dari Angkatan Darat dan Armada Pangkalan III Cirebon dari tanggal 1 sampai 5 Januari 1947. Pada hari terakhir latihan kapal-kapal Angkatan Laut menuju ke utara dalam formasi beriringan dan berpapasan
dengan
kapal
perang
Belanda
yang
kemudian
memberikan isyarat untuk berhenti. Isyarat yang berbentu perintah itu tidak diindahkan dan kapal perang Belanda mulai melakukan penembakan. Karena serangan tersebut, RI Gajah Mada memutar halauan menghadapi lawan dan pertempuran tidak dapat dielakkan lagi. Dalam pertempuran tersebut RI Gajah Mada berkali-kali
29
mendapat tembakan dan akhirnya tenggelam, Letnan Samadikun, Komandan RI Gajah Mada gugur bersama dengan kapalnya. m) Penandatanganan Persetujuan Linggarjati Setelah melalui perdebatan sengit di dalam masyarakat dan dalam lingkungan KNIP akhirnya pada tanggal 25 Maret 1947 persetujuan Linggarjati ditandatangani di Istana Rijswijk yang sekarang disebut istana Merdeka, Jakarta. Begitu persetujuan ditandatangani (sebelumnya telah diterima Tweede Kamer Belanda dan KNIP), segera timbul masalah perbedaan penafsiran terhadap ketentuan-ketentuan yang ada. Dari kententuan Pasal 15, Belanda menolak penafsiran Republik Indonesia bahwa sesuai dengan pengakuan de facto, Republik Indonesia dapat mengadakan hubungan dan menetapkan perwakilan di luar negeri. Pasal 3 oleh Belanda ditafsirkan bahwa daerah-daerah yang dikuasainya dapat berdiri sendiri, apabila menginginkannya dan Belanda menolak tuntutan Republik Indonesia atas Irian Barat dengan alasan penduduk Irian Barat ingin berdiri sendiri. Beberapa hari setelah penandatanganan
persetujuan
Linggarjati,
Pemerintah
Inggris
mengumumkan pengakuannya secara de facto terhadap Republik Indonesia. Kurang dari sebulan pengakuan Inggris , Pemerintah Amerika Serikat menyampaikan pula pengakuan de facto terhadap Republik Indonesia yang meliputi daerah Sumatra, Jawa dan Madura. n) Agresi Militer Belanda I Pada tanggal 27 Mei 1947 Belanda mengirim nota yang merupakan ultimatum dan harus dijawab pemerintah Republik Indonesia dalam waktu 14 hari. Pokok-pokok nota itu adalah : Membentuk pemerintah ad interim bersama Mengeluarkan uang bersama dan mendirikan lembaga devisi bersama
30
Republik Indonesia harus mengirimkan beras untuk rakyat di daerah-daerah yang diduduki Belanda Menyelenggarakan keamanan dan ketertiban bersama, termasuk daerah-daerah Republik yang memerlukan bantuan Belanda (gendarmerie bersama) Menyelenggarakan penilikan bersama atas impor dan ekspor Pemerintah Republik Indonesia menolak tuntutan Belanda sehingga pada 21 Juli 1947 Belanda melancarkan serangan serentak terhadap daerah-daerah Republik Indonesia. Serangan militer ini dikenal dengan Agresi Militer Belanda Pertama. o) Komisi Tiga Negara Dewan keamanan PBB membentuk Komisi Jasa Baik yang dikenal dengan Komisi Tiga Negara (KTN) untuk menghentikan tembak-menembak dan mencari penyelesaian sengketa antara Republik Indonesia dan Belanda secara damai. Kabinet Republik dalam sidangnya pada 6 September memutuskan meminta Australia menjadi anggota KTN, sementara Belanda memilih Belgia dan kedua negara yang telah dipilih tersebut memilih Amerika Serikat sebagai anggota ketiga. Pada tanggal 27 Oktober KTN tiba di Jakarta untuk memulai pekerjaannya. p) Perundingan Renville KTN memberikan usulan untuk mengadakan perundingan guna menyelesaikan sengaketa antara Republik Indonesia dan Belannda. Perundingan ini dilaksanakan pada 8 Desember 1947 di atas kapal Renville yang berlabuh di teluk Jakarta dengan wakil dari Indonesia Mr. Amor Syarifudin dan Belanda R. Abdulkadir Widjojoatmojo.
Setelah
diadakan
serangkaian
pendekatan,
perundingan akhirnya menerima saran-saran KTN yang pokokpokoknya adalah : Segera dikeluarkan perintah penghentian tembak-menembak di sepanjang “Garis van Mook”
31
Penghentian tembak-menembak segera diikuti dengan perjanjian peletakan senjata dan pembentukan daerah-daerah kantong militer (demiliterized zones) Perundingan-perundingan
dilanjutkan
samapai
akhirnya
tercapai suatu persetujuan yang dikenal dengan “Perjanjian Renville”. q) Perundingan Kliurang Selama perundingan Renville berlangsung, delegasi Republik Indonesia selalu berkonsultasi dengan Pemerintah Pusat di Yogyakarta terutama mengenai masalah daerah kekuasaan Republik Indonesia. Untuk membicarakan masalah yang menyangkut daerah kekuasaan Republik Indonesia pada 13 Januari 1948 di Kaliurang diadakan perundingan antara KTN dan Republik Indonesia. r) Penandatanganan Perundingan Renville Meski telah mencapai persetujuan dia atas kapal Renville, tembak-menembak belum juga berhenti sementara KTN praktis tidak berdaya. Pada 9 Januari 1948 Belanda menyampaikan ultimatum kepada Republik Indonesia untuk segera mengosongkan sejumlah daerah yang luas dan menarik TNI dari daerah-daerah grilya ke Yogyakarta. Dalam suasana demikian perjanjian Renville akhirnya ditandatangani pada 17 Januari 1948, disusul dengan intruksi penghentian tembak-menembak pada 19 Januari 1948. Perjanjian Renville terdiri atas 10 pasal persetujuan gencatan senjata, 12 pasal prinsip politik dan 6 pasal prinsip tambahan dari KTN. Perjanjian Renville ini menempatkan Republik Indonesia pada kedudukan yang sulit dimana wilayah Republik Indonesia menjadi semakin sempit, dikurung oleh daerah pendudukan Belanda. Kesulitan itu ditambah dengan blokade ekonomi yang dilakukan Belanda secara ketat. s) Agresi Militer Belanda II Pertikaian yang terjadi di kalangan Republik Indonesia sebagai akibat perjanjian Renville, kegoncangan di kalangan TNI sebungan
32
dengan adanya rekonstruksi dan rasionalisasi serta penumpasan pemberontakan PKI yang menelan daya upaya dan kekuatan Republik Indonesia, memberikan kesempatan baik bagi Belanda untuk lebih menekan Republik Indonesia. Dalam siatuasi demikian pada
13
Desember
Bung
Hatta
meminta
kembali
KTN
menyelenggarakan perundingan dengan Belanda, bahkan dengan syarat “kesediaan Republik Indonesia mengakui kedaulatan Belanda selama masa peralihan”. Uluran tangan tersebut dijawab Belanda bahwa perundingan tidak akan diadakan lagi apabila tidak didasarkan tuntutan-tuntutan yang diajukan Belanda. Pada tanggal 18 Desember 1948 pukul 23.30 Belanda melalui Dr. Beel memberitahuaan bahwa Belanda tidak lagi mengakui dan terikat pada persetujuan Renville. Delegasi Republik Indonesia tidak dapat menyampaikan berita tersebut ke Yogyakarta karena hubungan telepon telah diputus. Pada 19 Desember 1948 pukul 06.00 ppagi agresi militer Belanda kedua dilancarkan dengan serangan udara yang langsung ditujukan ke ibu kota Republik Indonesia, Yogyakarta. Lapangan terbang Maguwo dapat dikuasai Belanda dan selanjutnya seluruh kota Yogyakarta. Presiden, Wakil Presiden dan beberapa penjabat tinggi lainnya ditawan Belanda. Presiden Soekarno diterbangkan ke Prapat dan Wakil Presiden Hatta ke Bangka. Presiden Soekarno kemudian di pindahkan ke Bangka. Dalam sidang kabinet yang sempat diadakan pada hari itu juga telah diambil keputusan untuk memberikan mandat pada Menteri Kemakmuran Mr. Syarifuddin Prawiranegara yang sedang berada di Sumatra
untuk
membentuk
Pemerintahan
Darurat
Republik
Indonesia (PDRI). t) Serangan Umum Yogyakarta Kurang lebih setelah satu bulan Agresi Militer Belanda dilancarkan pada bulan Desember 1948, TNI telah selesai dengan konsolidasinya
dan
memulai
serangan
terhadap
garis-garis
33
komunikasi Belanda. Serangan tersebut menyebabkan Belanda terpaksa membentuk pos-pos di sepanjang jalan –jalan besar yang menghubungkan kota-kota yang telah diduduki dan mengakibatkan kekuatan Belanda terpencar pada ribuan pos kecil di seluruh daerah Republik yang merupakan suatu medan grilya yang luas. Setelah pasukan-pasukan tersebar di luar kota-kota yang didudukinya, TNI mulai menyerang kota itu sendiri. Puncak serangan terhadap kota Yogyakarta terjadi pada 1 Maret 1949 dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto. Serangan tersebut dilakukan dengan perencanaan dan persiapan
yang
matang
dan
atas
persetujuan
Sri
Sultan
Hamengkubuwono IX, Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada malam hari pasukan telah merayapmendekati kota dan dalam jumlah kecil mulai disusupkan ke dalam kota. Pagi hari pada tanggal 1 Maret 1949 kurang lebih pukul 06.00 serangan umum dilancarkan dari segi penjuru kota, dan selama enam jam kota Yogyakarta dikuasai oleh TNI. Berita serangan ini disiarkan ke luar melalui pemancar radio dari Wonosari. Ketika Belanda melakukan serangan balasan, sasaran utama mereka adalah penghancuran pemancar radio tersebut. Tepat pada waktu pasukan TNI mengundurkan diri yang semula ditentukan pada pukul 12.00 siang, bala bantuan Belanda tiba dengan kendaraan lapis baja serta pesawat terbang yang kemudian secara
terus
menerus
menghantam
daerah
sepanjang
jalan
pengunduran. Serangan umum tersebut berhasi mencapai tujuannya, yaitu : Ke dalam Mendukung
perjuangan
yang
dilaksanakan
secara
diplomatik Meninggikan moral rakyat serta TNI yang sedang bergrilya Ke luar Menunjukkan kepada dunia internasional bahwa TNI mempunyai kekuatan yang mampu mengadakan ofensif
34
Mematahkan moral pasukan Belanda u) Persetujuan Roem-Royen Sejalan dengan perlawanan grilya di Jawa dan Sumatra yang semakin meluas usaha-usaha di bidang diplomasi terus berjalan. Pada tanggal 17 April 1949 diadakan perundingan pendahuluan di Jakarta yang diketua Merle Cochran wakil Amerika Serikat dalam UNCI. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Moh Roem dan Belanda diketuai Dr. Van Royen. Setelah melalui perundingan yang berlarut-larut, akhirnya pada 7 Mei 1949 tercapai persetujuan yang kemudian dikenal dengan nama “Roem-Royen Statement”. Isi persetujuan tersebut adalah sebagai berikut : Delegasi
Indonesia
menyetakan
kesediaan
Pemerintah
Republik Indonesia untuk : Mengeluarkan perintah kepada “pengikut Republik yang bbersenjata” untuk menghentikan perang grilya Bekerjasama dalam mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertiban dan keamanan Turut serta dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag dengan maksud untuk mempercepat “penyerahan” kedaulatan yang sungguh dan lengkap kepada Negara Indonesia Serikat dengan tidak bersyarat Peryataan Belanda pada pokoknya berisi : Menyetujui kembalinya Pemerintah Republik Indonesia ke Yogyakarta Menjamin
penghentian
gerakan-gerakan
militer
dan
membebaskan semua tahanan politik Tidak akan mendirikan atau mengakui negara-negara yang ada di daerah yang di kuasai oleh Republik Indonesia sebelum 19 Desember 1949 dan tidak akan meluasakn negara atau daerah dengan merugikan Republik
35
Menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat Berusaha dengan sesungguh-sungguhnya supaya KMB segera diadakan sesudah Pemerintah Republik kembali ke Yogyakarta Hasil perundingan Roem-Royen ini mendapat reaksi keras dari berbagai pihak di Indonesia terutama pihak TNI dan PDRI. Selagi perundingan berlangsung, Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia Jenderal Soedirman pada tanggal 1 Mei 1949 mengeluarkan amanat kepada komandan-komandan kesatuan dan memperingatkan agar tidak turut memikirkan perundingan karena hanya akan merugikan pertahanan dan perjuangan. Amanat Panglima Besar Soedirman tersebut kemudian disusul dengan maklumat-maklumat Markas Besar Komando Djawa (MBKD) agar tetap waspada meskipun ada perundingan-perundingan yang menghasilkan
persetujuan.
Selama
dan
setelah
perundingan
berlangsung perlawanan grilya tetap berjalan di daerah-daerah. v) Presiden dan Wakil Presiden Kembali ke Yogyakarta Setelah
diperoleh
kesepakatan
mengenai
pokok-pokok
pelaksanaan gencatan senjata dan kembalinya pemerintah Republik Indonesia ke Yogyakarta pada 22 Juni 1949 dimulailah persiapan penarikan tentara Belanda di bawah pengawasan UNCI. Penarikan tentara Belanda dari Yogyakarta dimulai pada 24 samapi 29 Juni 1949. Setelah kota Yogyakarta sepenuhnya dikosongkan dari tentara Belanda, pada 29 Juni 1949 TNI mulai memasuki kota. Pada 6 Juni 1949 Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta kembali ke Yogyakarta, disusul dengan kembalinya Panglima Besar Soedirman pada 10 Juli 1949 setelah bergrilya selama hampir 7 bulan. Pada 13 Juli 1949 Mr. Syarifuddin Prawiranegara menyerahkan mandatnya dengan resmi kepada Wakil Presiden Mohammad Hatta dalam suatu pertemuan antara pemimpin PDRI dan pemimpin Republik yang dulu ditawan di Bangka.
36
w) Konferensi Meja Bundar Pada tanggal 4 Agustus 1949 ditetapkan delegasi Republik Indonesia dalam KMB dan pada 23 Agustus 1949 Konferensi Meja Bundar dibuka di Den Haag Belanda. Masalah yang sulit dipecahkan dalam konferensi itu adalah sebagai berikut : Uni Indonesia-Belanda menginginkan agar sifatnya hanya kerja sama yang bebas tanpa adanya organisasi permanen, sedangkan Belanda menginginkan kerja sama yang luas dengan organisasi permanen yang luas pula. Soal hutang, Indonesia hanya mengakui hutang-hutang Hindia Belanda
sampai
menyerahnya
Belanda
kepada
Jepang.
Sebaliknya, Belanda berpendapat bahwa Indonesia harus mengambil alih semua kekayaan maupun hutang Hindia Belanda sampai saat itu, termasuk biaya perang kolonial terhadap Indonesia. Setelah diadakan perundingan yang berlarut-larut pada 2 November
1949 tercapailah persetujuan KMB dengan hasil
utamanya Belanda akan menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat pada akhir bulan Desember 1949. Terdapat pula persetujuan pokok mengenai masalah keuangan, ekonomi, budaya dan lain-lain serta mengenai Irian Barat penyelesaiannya ditunda selama satu tahun. x) Penandatanganan Piagam Konstitusi Republik Indonesia Serikat Wakil-wakil Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah negara dan daerah yang menjadi bagian RIS serta Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari masing-masing negara/daerah bagian tersebut pada 14 Desember 1949 berkumpul di Jalam Pegangsaan Timur 56, Jakarta untuk mengadakan
permudyawarahan
federal.
Pertemuan
itu
membicarakan dan kemudian menyetujui naskah Undang-Undang Dasar Sementara yang sebelumnya telah disetujui oleh delegasi
37
Republik Indonesia dan wakil-wakil daerah di Scheveningen pada 29 Oktober 1949 selama berlangsungnya KMB. Pada 15 Desember 1949 diadakan sidang susulan untuk memilih Presiden RIS dengan calon tunggal Ir. Soekarno oleh Dewan Pemilihan Presiden RIS yang beranggotakan wakil-wakil Republik Indonesia dan wakil-wakil negara/daerah bagian. Esoknya pada 16 Desember 1949 Ir. Soekarno terpilih sebagai Presiden RIS. y) Pengakuan Kedaulatan Pada tanggal 23 Desember delegasi RIS yang dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta berangkat ke Belanda untuk menandatangani naskah pengakuan kedaulatan dari Pemerintah Belanda. Upacara penandatanganan pengakuan kedaulatan dilakukan pada waktu yang sama di Indonesia dan di negeri Belanda yaitu pada 27 Desember 1949. Pada tanggal yang sama di Yogyakarta dilakukan penyerahan kedaulatan dari Republik Indonesia kepada Republik Indonesia Serikat. Setelah kekalahan Jepang pada perang dunia II, Sekutu datang ke Indonesia untuk mengambil alih kekuasaan Jepang terhadap Indonesia. Kedatangan Sekutu ke Indonesia mengawali perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan, karena Sekutu diboceng NICA yang ingin menguasai kembali Indonesia. Perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan jalan pertempuran dan perundingan. Perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dilakukan oleh seluruh rakyat Indonesia secara bersama di setiap daerah dengan mengorbankan
jiwa
raga
dan
mengesampingkan
ego
pribadi.
Pengorbanan yang tidak sedikit inilah yang menjadikan kemerdekaan sebagai suatu yang mahal harganya.
38
f. Implementasi Metode Crossword Puzzle terhadap Pembelajaran Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Implementasi metode Crossword Puzzle dalam pembelajaran IPS khususnya pada perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia ini sebagai berikut : 1) Guru mempersiapkan materi pelajaran perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia; 2) Guru menyusun pertanyaan maupun pernyataan terkait materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia; 3) Guru menyusun teka-teki silang; 4) Guru memulai pembelajaran IPS materi konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia;
5)
mempertahankan
Guru
meminta
kemerdekaan
siswa
membaca
Indonesia;
6)
materi
Guru
perjuangan
meminta
siswa
menuliskan atau mendaftar kata-kata kunci mengenai materi yang dibacanya; 7) Guru membagikan teka-teki silang kepada siswa untuk dikerjakan secara berkelompok; 8) Guru memberikan batas waktu pengerjaan. 3. Penelitian yang Relevan Dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan acuan dari beberapa penelitian yang relevan, di antaranya yaitu : a. Diah
Rahma
Sari.
Penerapan
Metode
Crossword
Puzzle
Untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Koperasi Pada Siswa Kelas V SD N Premulung No. 94 Surakarta Tahun 2012/2013. Skripsi. FKIP UNS. 2013. Kesamaan variabel pada penelitian ini adalah penerapan merode crossword puzzle. Dengan hasil penelitian yaitu kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada materi pelajaran Koperasi Indonesia dengan menggunakan metode pembelajaran crossword puzzle dapat meningkatkan pemahaman konsep koperasi pada siswa kelas IV SDN Premulung No. 94 Laweyan, Surakarta. Dibuktikan dengan meningkatnya rata-rata kognitif siswa di setiap siklusnya. Pada siklus I diperoleh rata-rata kognitif siswa sebesar 61, 54 sedangkan rata-rata kelas pada pratindakan adalah 56,79. Dan rata-rata kognitif siswa meningkat lagi menjadi 87,18 pada siklus II. b. Ari Faoziyati. Penerapan Model Pembelajaran Kooperative Tipe ThinkPair-Share (TPS) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Perjuangan
39
mempertahankan kemerdekaan Indonesia Indonesia Pada Pemebelajaran IPS. Skripsi. FKIP UNS. Kesamaan variabel dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia Indonesia. Dengan hasil peneklitian yaitu meningkatnya hasil tes dan hasil pengamatan pemahaman konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri Tambakprogaten Klirong, Kebumen. Dibuktikan dengan meningkatnya hasil tes pada siklus I pertemuan I yaitu 49% dan pertemuan II menjadi 72, 97 % sedangkan pada pratindakan hasil tes siswa yang mencapai KKM hanya 25%. Pada siklus II pertemuan I meningkat menjadi 77, 14 % dan pada pertemuan II siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 81,58%. Sedangkan pemahaman konsep pada siklus I pertemuan I rata-ratanya 69% dan pertemuan II rataratanya 72,2% dengan rata-rata pada pratindakan 25%. Rata-rata pemahaman konsep siswa pada siklus II pertemuan I adalah 75,3% dan pertemuan II rata-ratanya meningingkat menjadi 77,53%. c. Mohammad Iskandar Dzulkarnain. Improving Student's Vocabulary Mastery Using Crossword Puzzle (An Action Research at the Fifth Grade Students of SD Negeri 2 Ngerangan in the Academic Year 2011/2012). A thesis. Surakarta: teacher training and education faculty of sebelas maret university, 2012. Di dalam penelitian ini terdapat kesamaan varianbel yaitu crossword puzzles, dzulkarnain menggidentifikasi penggunaan crossword puzzle dalam meningkatkan penguasaan kosakata dan mendeskripsikan situasi kelas ketika crossword puzzle diterapkan dalam pelajaran bahasa inggris pada siswa kelas V di SDN 2 Ngerangan tahun ajaran 2011/2012. Dan memiliki hasil penelitian bahwa dengan penggunaan crossword puzzle dapat meningkatkan penguasaan kosakata yang dimiliki oleh siswa meliputi beberapa hal, antara lain : The improvement of students vocabulary mastery includes: (1) students had fewer mispronounciations; (2) student made fewer mistakes in spelling some vocabularies; (3) students could easily identify the meaning of vocabularies. The improvement of classroom situation
40
includes: (1) the students made less noise during the lesson; (2) no student asked for permission to go to the bathroom as the reason to get out of the class; (3) students looked enthusiastic during the lesson; (4) most of students were active during the class activities; (5) students could be controlled during the lesson; (6)students voluntarily took notes of the lesson. Besides the two findings above, there are other findings as follows: (1) students could work either in group or individually; (2) students who were ususlly shy become more brave and active to express their answer. Yang berarti peningkatan kosakata siswa meliputi: (1) siswa memiliki lebih sedikit salah pengucapan, (2) siswa lebih sedikit membuat kesalahan pada ejaan kosakata, (3) siswa bisa dengan mudah mengidentifikasi makna kosakata. Peningkatan situasi kelas meliputi: (1) siswa lebih sedikit membuat kebisingan selama pelajaran, (2) tidak ada siswa yang meminta izin ke kamar mandi sebagai alasan untuk keluar dari kelas, (3) siswa antusias dalam pelajaran, (4) hampir seluruh siswa aktif dalam kegiatan kelas, (5) siswa dapat diatur dalam pelajaran, (6) siswa memiliki kesadaran mencatat pelajaran. Selain kedua hal tersebut, diperoleh temuan lain yaitu: (1) siswa dapat bekerja di dalam grup maupun mandiri, (2) siswa yang biasanya pemalu menjadi lebih berani dan aktif dalam menyampaikan pendapatnya. Crossword puzzle juga berperan dalam penguasaan kelas dan siswa di dalam mata pelajaran bahasa inggris khususnya pelajaran bahasa inggris pada siswa kelas V SDN 2 Ngerangan tahun ajaran 2011/2012.
B. Kerangka Berpikir Pemahaman konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Hal ini dikarenakan, apabila siswa tidak memiliki pemahaman konsep yang baik terhadap materi yang diberikan maka siswa akan mengalami kesulitan dalam proses
41
pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat dapat membantu pemahaman konsep siswa dan keberhasilan proses pembelajaran, metode pembelajaran yang dapat digunakan salah satunya adalah crossword puzzle. Fakta menunjukkan kegiatan pembelajaran IPS yang diaksanakan pada kelas V SD Negeri Ngarum 01 khususnya pada materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia
masih
menggunakan
metode ceramah sehingga
pemahaman konsep siswa masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari hasil observasi dan pre test yang telah dilaksanakan yaitu beberapa siswa masih belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan dalam materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia yaitu 70. Terdapat 68,75% siswa atau 22 siswa yang belum mencapai KKM dari 32 siswa. Pemahaman siswa yang kurang terhadap konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia berdampak pada minat siswa terhadap pelajaran IPS khususnya perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Berdasarkan kondisi awal tersebut maka diperlukan suatu tindakan yang dapat
meningkatkan
pemahaman
konsep
perjuangan
mempertahankan
kemerdekaan Indonesia pada siswa sehingga siswa dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), yaitu dengan menggunakan metode crossword puzzle. Metode crossword puzzle merupakan metode pembelajaran aktif yang berisikan sekumpulan pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab dengan melengkapi kolom yang telah disediakan dengan huruf-huruf sehingga membentuk kata yang tepat. Crossword puzzle menjadi permainan asah otak siswa karena menuntut siswa untuk berpikir menemukan jawaban yang sesuai dengan teka-teki dan kolom yang telah disediakan. Penerapan metode crossword puzzle dapat menghasilkan pembelajaran yang efektif, efisien serta menyenangkan bagi siswa dan guru. Pada kondisi akhir diharapkan dengan diterapkan metode crossword puzzle dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa khususnya terhadap materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada penelitian ini ditetapkan indikator kinerja secara klasikan sebesar 80%.
42
Untuk memperjelas, alur kerangka berpikir pada penelitian ini dapat digambarkan paga gambar 2.2 sebagai berikut:
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi akhir
Guru belum menerapkan metode pembelajaran crossword puzzle
Guru menggunakan metode pembelajaran crossword puzzle dalam pembelajaran konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia
Melalui penerapan metode pembelajaran crossword puzzle diduga dapat meningkatkan pemahaman konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia
Gambar 2. 2 Kerangka Berpikir
Pemahaman konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia siswa masih rendah, terdapat 68,75% siswa memperoleh nilai dibawah KKM
Siklus I Pemahaman konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia siswa sebesar 63,64%
Siklus II Pemahaman konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia siswa sebesar 84,85%
43
C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan simpulan sementara (hipotesis) dari penelitian ini sebagai berikut : dengan penerapan metode pembelajaran Crossword Puzzle dapat meningkatkan pemahaman konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada pemecahan masalah di kelas V semester II SD Negeri Ngarum 01 Sragen tahun pelajaran 2015/2016.