perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Tinjauan tentang Media Pembelajaran Film Dokudrama a. Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar”. Jadi secara bahasa media berarti pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media merupakan bentuk jamak dari kata medium, medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima. Menurut Hamdani (2011: 72-73) mengartikan bahwa “Media merupakan perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan”. Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi dan membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Gerlach dan Ely (1980: 244) dalam Wina Sanjaya (2012: 204) menyatakan bahwa media : “A medium, conceived is any person, material or event that establish condition
which enable the to acquire knowledge,
skill and attitude”. Media itu meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan memperoleh pegetahuan, keterampilan, dan sikap. Jadi dalam pengertian ini media bukan hanya alat perantara seperti tv, radio, slide, bahkan cetakan, akan tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar atau juga berupa kegiatan semacam diskusi, seminar, karyawisata, simulasi dan lain sebagainya yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap siswa atau untuk menambah keterampilan.
commit11to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, dan minat dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Penggunaan media mempunyai arti yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, melalui media ketidakjelasan materi yang disampaikan kepada siswa dapat disederhanakan. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru jelaskan, bahkan materi yang masih abstrak dapat dikonkritkan dengan menggunakan media, sehingga siswa lebih mudah memahami materi pelajaran. Menurut H.A.R Tilaar (2013: 27), pembelajaran merupakan proses aktif peserta didik yang mengembangkan potensi dirinya. Peserta didik dilibatkan ke dalam pengalaman yang difasilitasi oleh guru yang melibatkan pikiran, emosi, terjalin dalam kegiatan yang menyenangkan dan mendorong prakarsa siswa. Winarno (2013: 72) berpendapat bahwa “Pembelajaran bukan hanya terbatas pada kegiatan yang dilakukan guru, tetapi pembelajaran mencakup semua kegiatan yang mungkin mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia”. Pembelajaran mencakup pula kejadian-kejadian yang diturunkan oleh bahan-bahan cetak, gambar, program radio, televisi, film, slide maupun kombinasi dari bahan-bahan itu”. Menurut Abdul Majid (2013 : 5), menyatakan bahwa : “Pembelajaran merupakan kegiatan terencana yang menkondisikan/ merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, kegiatan pembelajaran akan bermuara pada dua kegiatan pokok. Pertama, bagaimana orang melakukan tindakan perubahan tingkah laku melalui kegiatan belajar. Kedua, bagaimana orang melakukan tindakan penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan mengajar. Dengan demikian, makna pembelajaran merupakan kondisi eksternal kegiatan belajar yang antara lain dilakukan oleh guru dalam mengkondisikan seseorang untuk belajar”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
Berdasarkan
pendapat
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor, dengan guru sebagai fasilitator bagi siswa dalam proses belajarnya. Pembelajaran yang diterapkan di sekolah merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Proses pembelajaran tersebut merupakan suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Proses pembelajaran lebih efektif apabila guru mampu menerapkan sumber dan media pembelajaran dengan tepat. Berdasarkan hasil penelitian Merry Pratiwi (2010: 9), yang menyatakan bahwa : “Guru diharapkan mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran dengan tepat. Banyak cara yang dapat dipergunakan oleh guru dalam menyampaikan materi kepada siswa. Salah satu cara yang dapat dipergunakan adalah pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran. Proses pembelajaran dengan media belajar, maksudnya adalah cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan alat bantu yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Salah satu manfaat yang dapat diperoleh dari pembelajaran dengan alat bantu adalah memudahkan guru dan siswa dalam mempelajari dan memahami materi pelajaran yang akan diajarkan”. Menurut Sri Anitah (2009: 124), “Media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa menerima pengetahuan, keterampilan dan sikap”. Jadi media pembelajaran tidak hanya terbatas pada bahan atau alat, tetapi bisa meliputi orang atau suatu peristiwa yang dapat membentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik untuk mencapai tujuan yang akan dicapai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
Sementara itu, Arief S.Sadiman (2009: 7) mengartikan bahwa “Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi”. Pesan yang disampaikan dari pengirim ke penerima kemudian diolah dan diterima, sehingga akan terangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sebagai hasil dari proses belajar. Selanjutnya Azhar Arsyad (2013: 2), menyatakan bahwa “Media merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembejalaran di sekolah pada khususnya”. Jadi media merupakan salah satu unsur yang ada dalam sebuah proses belajar dalam mencapai tujuan pendidikan dan tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, jika proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran merupakan komponen integral dari sistem pendidikan. Media pembelajaran meliputi segala yang berupa sarana, prasarana, dan fasilitas yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau bahan pelajaran kepada siswa untuk memperjelas, memperlancar, dan lebih meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam proses pembelajaran.
b. Fungsi Media Pembelajaran Media dalam proses pembelajaran memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Oemar Hamalik dalam Arsyad (2006: 15) mengemukakan bahwa ”Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan commit to user keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis kepada siswa”. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data yang menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi. Menurut Musfiqon (2012: 35), fungsi media pembelajaran cukup luas dan banyak, diantaranya sebagai berikut : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran; Meningkatkan gairah belajar siswa; Meningkatkan minat dan motivasi belajar; Menjadikan siswa berinteraksi langsung dengan kenyataan; Mengatasi modalitas belajar siswa yang beragam; Mengefektifkan proses komunikasi dalam pembelajaran; Meningkatkan kualitas pembelajaran.
Selanjutnya Daryanto (2011: 9) fungsi media dalam proses pembelajaran sebagai berikut : 1) Menyaksikan benda atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau, misalnya melalui gambar, potret, slide, film video atau media yang lain. Melalui media tersebut, siswa dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang benda atau peristiwa sejarah; 2) Dapat menjangkau audiens yang jumlahnya besar dan mengamati suatu obyek secara serempak; 3) Dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat, dan temponya masing-masing; 4) Memperoleh gambaran yang jelas tentang benda atau hal-hal yang sukar diamati secara langsung karena ukurannya yang tidak memnungkinkan. Kemp & Dayton dalam Sukiman (2012: 39), media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama yaitu : 1) Memotivasi minat atau tindakan, untuk memebuhi fungsi motivasi media pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Hasil yang diharapkan adalah melahirkan minat dan merangsang para siswa atau pendengar untuk bertindak; 2) Menyajikan informasi, media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi. Isi dan bentuk penyajian bersifat umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan, atau commit to user pengetahuan latar belakang;
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
3) Memberi instruksi, media pembelajaran dirancang secara sistematis dengan materi pembelajaran agar dapat memberikan instruksi yang efektif. Berdasarkan pendapat ahli di atas, media pembelajaran mempunyai fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Fungsi media pembelajaran adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, kualitas belajar dibangun melalui komunikasi yang efektif. Komunikasi efektif hanya terjadi jika menggunakan alat bantu sebagai perantara interaksi antara guru dengan siswa. Oleh karena itu, fungsi media adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan indikator semua materi tuntas disampaikan dan peserta didik memahami secara lebih mudah dan tuntas.
c. Jenis-jenis Media Pembelajaran Dampak
perkembangan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
mengakibatkan berkembangnya jenis-jenis media. Media pembelajaran meliputi segala yang berupa sarana, prasarana, dan fasilitas yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan kepada siswa untuk memperjelas, memperlancar, dan lebih meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam proses pembelajaran. Jenis media menurut Anderson dalam
Etin Solihatin (2013: 189)
dibagi menjadi 10 yaitu 1) audio, 2) cetak, 3) audio cetak, 4) proyeksi visual diam, 5) proyeksi audio visual diam, 6) visual gerak, 7) audio visual gerak, 8) objek fisik, 9) manusia dan lingkungan, 10) komputer. Pengelompokan media menurut Bretz dalam Sukiman (2012: 45) dikelompokkan menjadi 8 kategori yaitu : 1) media audio visual gerak, 2) media audio visual diam, 3) media audio semi gerak, 4) media visual gerak, 5) media visual diam, 6) media semi gerak, 7) media audio dan 8) media cetak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
Berdasarkan pengelompokkan jenis-jenis media tersebut, maka media dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Penggunaan media dalam proses pembelajaran perlu persiapan yang baik. Media pembelajaran banyak jenis dan macamnya, mulai yang paling sederhana dan murah, hingga media yang canggih dan mahal harganya. Meskipun media banyak ragamnya, tetapi kenyataannya tidak banyak jenis media yang digunakan oleh guru di sekolah. Pendapat Victoria Oyedele, dkk (2013) dalam jurnal International Vol. IV No. 1 berjudul “Using Educational Media And Technology In Teaching And Learning Processes: A Case Of Trainee Teachers At Africa University”, yang menyatakan bahwa : “Some of the media considered by teachers are non-projected aids, which include magneticboards, felt boards, photographs, charts, models and real objects. Audio media, which include CDs, DVDs and radios has the power to super-charge the meanings of words and sounds, giving them a dimension which is absent in printed media. Audio media also make certain demands on the receivers’ initiatives and imagination. Projected aids like the overhead and LCD projectors are also critical in learning in particular with their use of colour, overlays, revelations, demonstrations, enlargements and animation. Other projected aids include videocassette recorders and video cameras, slide projectors and episcopes as well as computers”. Beberapa media yang dapat dipertimbangkan untuk digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yaitu berupa bahan bantu non proyeksi, yang meliputi magnetik papan, merasa papan, foto, grafik, model dan benda nyata. Media audio, yang meliputi CD, DVD dan radio memiliki kekuatan super charge makna kata-kata dan suara, memberi mereka dimensi yang hadir di media cetak. Media Audio dapat mengembangkan inisiatif dan imajinasi penerima. Media bantu diproyeksikan seperti overhead dan Proyektor LCD juga penting dalam pembelajaran khususnya dengan penggunaan warna, lapisan, demonstrasi, pembesaran dan animasi. Media bantu yang diproyeksikan lainnya termasuk perekam kaset video dan commit to user kamera video, proyektor slide dan episcopes serta komputer.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
Selanjutnya Wina Sanjaya (2012: 211), mengklasifikasikan media pembelajaran menjadi beberapa klasifikasi yaitu antara lain : 1) Dilihat dari sifatnya, meliputi: a) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar, seperti radio dan rekaman suara; b) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat, tidak mengandung unsur suara, seperti film slide foto, transparansi, lukisan, gambar; c) Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti film, slide suara. 2) Dilihat dari kemampuan jangkauannya, meliputi: a) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak, seperti radio dan televisi; b) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu, seperti film slide, film, video. 3) Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, meliputi : a) Media yang diproyeksikan, seperti film slide, flim strip, transparansi; b) Media yang tidak diproyeksikan, seperti gambar, foto, lukisan, radio. Syaifuul Bahri dkk (2009: 61) mengelompokkan media pembelajaran menjadi 6 macam yaitu 1) media grafis, 2) media audio, 3) media proyeksi diam, 4) media audio visual, 5) multimedia dan 6) benda. Menurut Zainal Aqib (2014: 52) mengelompokkan media pembelajaran menjadi 3 yaitu 1) media grafis, 2) media audio, dan 3) multimedia. Menurut Maryono dan Bambang Eka Purnama (2012: 137) dalam IJCSI International Journal of Computer Science Issues, Vol. 9, Issue 5, No 1, membagi jenis-jenis media pembelajaran menjadi : 1) The text; 2) Media Audio; 3) Visual Media; 4) Projection Motion Media. These include motion film, film bracelets, TV programs, video tapes (CD, VCD, or DVD); 5) Artificial objects / miniature; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
6) Humans. This includes teachers, students, or expert / expert in the field / particular matter. Jadi jenis-jenis media pembelajaran meliputi : 1) Teks; 2) Media Audio 3) Media Visual 4) Media Gerak yang diproyeksikan, meliputi film gerak, film gelang, program Televisi, kaset video (CD, VCD atau DVD) 5) Benda buatan atau miniature 6) Manusia, meliputi guru, siswa, ahli atau pakar dalam materi tertentu. Penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan salah satu jenis media pembelajaran yaitu media pembelajaran film dokudrama. Apabila dilihat dari sifatnya, media film dokudrama audiovisual
karena
mengandung
gambar
termasuk jenis media
yang
dapat
dilihat
dan
mengandung unsur suara. Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media film dokudrama termasuk jenis media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu. Berdasarkan pemaparan dari beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan dan pemilihan media pembelajaran yang tepat dapat menarik perhatian siswa, karena siswa secara langsung membentuk dan memperagakan kegiatannya, baik secara perorangan ataupun secara kelompok.
d. Definisi Film Dokudrama Film merupakan salah satu jenis media audiovisual yaitu dapat media yang dapat dilihat dan didengar oleh audiens. Definisi film menurut Undang-Undang No. 23 tahun 2009 tentang perfilman Pasal 1 menyebutkan bahwa “Film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan”. Menurut Sukiman (2012: 184), film adalah gambar hidup. Pengertian secara harfiah film adalah Cinemathographie yang berasal dari Cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap (tulisan, gambar, citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Berdasarkan pendapat tersebut, maka yang dimaksud dengan film adalah alat atau media komunikasi yang dapat menyampaikan pesan dari komunikator (pembawa pesan) ke komunikan (penerima pesan) tentang suatu peristiwa tertentu agar tujuan dari penyampaian pesan tersebut dapat tercapai. Film dapat berfungsi sebagai media hiburan, kebudayaan maupun sebagai sarana pendidikan bagi peserta didik dalam proses pembelajaran. Asnawir
(2002:
100)
dalam
Yudhi
Munadi
(2010:
117)
mengklasifikan menjadi 10 jenis film, yakni film informasi, film kecakapan atau drill, film apresiasi, film dokumenter, film rekreasi, film episode, film sains, film berita, film industri dan film provokasi. Daryanto dan Tasrial (2012: 15), menyatakan bahwa ”melalui film siswa diajak untuk memahami dan menafsirkan hal-hal yang terjadi. Oleh karena itu akan mudah diingat oleh siswa, data atau peristiwa itulah yang kemudian menjadi landasan untuk melangkah ke tahap pembelajaran berikutnya”. Film termasuk jenis media audio visual. Film untuk konteks pembelajaran mempunyai banyak jenis yang variatif, diantaranya yaitu 1) film dokumenter, 2) dokudrama, 3) film drama dan semidrama. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka film merupakan salah satu media yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, salah satu jenis film yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran adalah film dokumenter. Film dokumenter merupakan film yang menggambarkan tentang suatu peristiwa yang telah terjadi atau sedang terjadi dan berupa kenyataan dan bukan fiksi. Melalui film dokumenter siswa dapat commit to user mengetahui tentang suatu peristiwa atau kejadian pada masa lalu.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
Pendapat Ahmad Sabri (2005: 116) dalam Musfiqon (2012: 106), film dalam pendidikan dan pembelajaran di kelas berguna untuk : 1) 2) 3) 4) 5)
Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa; Menambah daya ingat pada pelajaran; Mengembangkan daya fantasi anak didik; Mengembangkan minat dan motivasi belajar; Mengatasi pembatasan dalam jarak waktu.
Yudhi Munadi (2010: 116), manfaat dan karakteristik dari media film dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran adalah : 1) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu; 2) Mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara realistis dalam waktu yang singkat; 3) Film dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan; 4) Pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat; 5) Mengembangkan pikiran dan pendapat siswa; 6) Mengembangkan imajinasi peserta didik; 7) Film sangat baik menjelaskan suatu proses dan dapat menjelaskan suatu keterampilan; 8) Menumbuhkan minat dan motivasi belajar. Film dokumenter merupakan salah satu media yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Menurut Heinich dalam Yudhi Munadi (2010: 117), film-film dokumenter adalah film-film yang dibuat berdasarkan fakta bukan fiksi dan bukan pula memfiksikan yang fakta. Atau dengan kata lain, Grierson (Heinich, 1985: 212) berpendapat bahwa documentary sebagai ”a creative treatment of actuality” yakni perlakuan kreatif terhadap suatu kenyataan.
Poin
penting
dalam
film
ini
adalah
menggambarkan
permasalahan kehidupan manusia meliputi bidang ekonomi, budaya, hubungan antarmanusia, etika dan lain sebagainya. Film dokumenter juga bisa menampilkan rekaman penting dari sejarah manusia. Menurut Syaifuul Bahri, dkk (2009: 43), menyatakan bahwa ”Program dokumenter dapat menceritakan tentang sesuatu yang sedang terjadi atau telah terjadi di masa lampau, dapat membicarakan kehidupan seseorang, apa yang dilakukan dan apa yang dipikirkan”. Film sejarah atau dokumenter commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
terbagi menjadi tiga jenis yaitu 1) film dokumenter, 2) film dokudrama dan 3) film semi dokumenter. Salah satu jenis film dokumenter yang dapat diterapkan dalam pembelajaran adalah film dokudrama. Penayangan film dokudrama dalam pembelajaran mengakibatkan peserta dapat mengetahui suatu peristiwa yang sedang atau sudah terjadi dari sebuah kehidupan nyata. Pendapat Yudhi Munadi (2010: 118), ”Dokudrama yakni film-film dokumenter yang membutuhkan pengadegan”. Kisah-kisah yang ada dalam dokudrama adalah kisah yang diangkat kisah nyata dari kehidupan manusia nyata, yang diangkat dari kisah nyata, bisa diambil dari sejarah. Andi Fachrudin (2012: 4) menyatakan bahwa ”Film dokudrama yang menjadi genre baru dalam dunia perfilman, seperti telah dituliskan bahwa dokudrama merupakan persilangan antara film dokumenter dan film drama”. Walaupun film dokumenter dikemas secara drama, dokudrama tidak meninggalkan benang merah dari fakta yang difilmkan. Dokudrama dapat digunakan sebagai media untuk mengembangkan pendidikan dan melestarikan kebudayaan. Definisi tentang Dokudrama dari Brad Lee Duren dalam Modul Creative Program Andi Fachrudin (2012: 4) yang menyatakan bahwa : ”Docudrama uses various forms, but the most common type of docudrama makes an historical event or era the focus of the production. But, differently from historical epics, docudrama puts the historical event it self to the primary centerpiece of the plot; it weaves dramatic elements within the incident without taking any emphasis away from the event. Definisi tersebut menegaskan bahwa walaupun film dokumenter dikemas dalam drama, dokudrama tidak meninggalkan benang merah dari fakta yang difilmkan. Peristiwa sejarah yang difilmkan secara dokudrama, tetap menjadi alur utama film. Kedudukan drama dalam hal ini sebagai ”kemasan” yang menarik. Nilai-nilai sejarah di dalamnya mengandung unsur pendidikan yang dapat disuarakan kepada khalayak film. Dokudrama
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
pun dapat digunakan sebagai media pendidikan dan melestarikan kebudayaan”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka film dokudrama adalah salah satu jenis film dokumenter yang menggambarkan suatu peristiwa atau kejadian yang sudah atau sedang terjadi berdasarkan kenyataan, dengan sebuah pengadegan dan penyutradaraan dengan persiapan yang detail. Menurut Andi Fachrudin (2012: 8), langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan film dokumenter drama antara lain : 1) Menentukan ide yang menarik dan bagus untuk diproduksi; 2) Menuliskan konsep ide dan dikembangkan menjadi suatu ringkasan cerita terpenting; 3) Menentukan sudut pandang; 4) Menentukan main caracter dari realita suatu peristiwa yang ingin dikemas dalam film; 5) Membuat plot cerita atau alur cerita; 6) Menentukan tokoh pemeran adegan berdasarkan alur cerita; 7) Membuat naskah drama, pengkajian penilaian naskah; 8) Produksi dokumenter drama Berdasarkan pendapat di atas, langkah-langkah pembuatan film dokumenter drama tentang peran lembaga negara Indonesia sebagai pelaksana kedaulatan rakyat antara lain meliputi : 1) Mencari dan menyeleksi film dokudrama melalui situs youtube; 2) Melakukan editing film disesuaikan dengan alokasi waktu dan materi pembelajaran menggunakan aplikasi Allok 3GP PSP MP4 iPod Video Converter untuk memotong video dan Ulead VideoStudio 11 untuk menggabungkan potongan-potongan video yang sudah dipotong (cutting) menjadi satu bagian; 3) Membuat tulisan atau rangkuman mengenai penjelasan film dokudrama yang ditayangkan; 4) Finishing dan finalisasi yaitu mengecek apakah video sudah sesuai dengan materi pembelajaran atau belum.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
Film dokudrama dapat diterapkan oleh guru dalam pelajaran PPKn, misalnya pada salah satu kompetensi dasar kelas VIII yaitu 5.2 Mendeskripsikan sistem pemerintahan Indonesia dan peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat, melalui pembelajaran pada kompetensi dasar tersebut diharapkan dapat tercipta kehidupan yang demokratis di dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, pemerintahan, dan organisasi-organisasi non-pemerintahan perlu dikenal, dipahami, diinternalisasi, dan diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi. Kenyataannya, kompetensi dasar tersebut kurang diminati oleh siswa karena cakupan materinya banyak dan terkesan menghafal. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu langkah perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah menggunakan dan memanfaatkan media pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa. Menurut hasil penelitian dari Elis Nurjanah (2013: 2), yang menyatakan bahwa : “Pembentukan karakter siswa untuk menjadi masyarakat yang mengerti akan hak dan kewajibannya dapat diwujudkan melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, sehingga perlu adanya rangsangan agar siswa semangat untuk belajar mata pelajaran PPKn. Rangsangan untuk membangkitkan minat belajar siswa pada mata pelajaran PPKn adalah dengan menerapkan media pembelajaran yang menarik, salah satunya dengan menerapkan media pembelajaran film”. Menurut Wina Sanjaya (2014: 72) yang menyatakan bahwa film dapat meningkatkan minat belajar siswa, film dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan. Kejelasan dan keruntutan pesan, daya tarik image yang berubah-ubah, penggunaan efek khusus yang dapat menimbulkan keingintahuan siswa untuk berpikir, yang kesemuanya menunjukkan bahwa media pembelajaran dokudrama memiliki aspek motivasi dan meningkatkan minat belajar siswa. Melalui commit to user media pembelajaran dokudrama, guru PPKn dapat menyajikan bahan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkrit sehingga mudah dipahami dan menghilangkan verbalisme. Misalkan untuk menyajikan bahan pelajaran tentang contoh pelaksanaan kedaulatan rakyat yaitu proses pemilihan umum presiden dan wakil presiden dapat disajikan melalui film dokudrama (dokumenter drama). Melalui penayangan film dokudrama, guru dapat memberikan penjelasan kepada siswa kaitan antara film dengan materi pembelajaran dan siswa dapat menanggapi makna dari penayangan film tersebut. Menurut hasil penelitian dari Zulkham Fatturakhman (2013: 59) yang menyatakan
bahwa
“media
film
dokumenter
membawa
suasana
pembelajaran yang lebih menyenangkan dan santai, hal ini membuat siswa dengan mudah membangun pemahamnnya lewat pengalaman mereka sendiri dari menonton film dokumenter”. Film dokumenter menjadikan siswa dapat mengembangkan pemahaman materinya dengan cara mencari materi pembelajaran yang berkaitan dengan film dokumenter.
e. Definisi Konseptual Media pembelajaran film dokudrama adalah media komunikasi yang dapat menyampaikan pesan dari komunikator (pembawa pesan) ke komunikan (penerima pesan) mengenai suatu peristiwa, sehingga akan mudah diingat oleh siswa. Data atau peristiwa itulah yang kemudian menjadi landasan untuk melangkah ke tahap pembelajaran berikutnya.
f. Definisi Operasional Berdasarkan pemikiran tentang media pembelajaran film dokudrama dari beberapa ahli tersebut, maka unsur-unsur media pembelajaran film dokudrama meliputi antara lain : 1) Membawakan sesuatu atau sejumlah isi pesan 2) Memuat nilai atau moral
commit to user 3) Diambil dari dunia kehidupan nyata
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
4) Menarik minat dan perhatian siswa 5) Terjangkau oleh kemampuan belajar siswa
2. Tinjauan tentang Minat Belajar Siswa pada Kompetensi Dasar Sistem Pemerintahan Indonesia dan Peran Lembaga Negara sebagai Pelaksana Kedaulatan Rakyat a. Pengertian Minat Belajar Siswa Minat menurut para ahli psikologi adalah suatu kecenderungan untuk selalu memerhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat dalam bahasa Inggrisnya interest, ihtimaam dalam bahasa Arab. Pendapat Sardiman (2009: 76) mengemukakan bahwa ”Minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi, yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan manusia”. Muhibbin Syah (2010: 136) dalam psikologi belajar mengartikan bahwa “Minat merupakan kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”. Menurut Abdul Rahman dan Muhbib Abdul Wahab (2004: 263), minat dapat diartikan sebagai : “Suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas, atau situasi yang menjadi obyek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang. Dalam bahasan tersebut terkandung suatu pengertian bahwa di dalam minat ada pemusatan perhatian subyek, ada usaha untuk mendekati, mengetahui, memiliki, menguasai, atau berhubungan dari subyek yang dilakukan dengan perasaan senang, ada daya penarik dari obyek”. Sardiman (2009: 95) mengemukakan cara membangkitkan minat sebagai berikut : 1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan; 2) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau;
commit user 3) Memberi kesempatan untuktomendapatkan hasil yang lebih baik;
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
4) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar. Berdasarkan
pendapat
tersebut,
maka
minat
merupakan
kecenderungan seseorang yang berasal dari luar maupun dalam sanubari yang mendorongnya untuk merasa tertarik terhadap suatu hal sehingga mengarahkan perbuatannya kepada suatu hal tersebut dan menimbulkan perasaan senang. Keberhasilan proses kegiatan belajar dan pembelajaran, selain dipengaruhi oleh faktor guru juga dipengaruhi oleh faktor siswa itu sendiri. Tingkah laku siswa ketika mengikuti proses pembelajaran dapat mengindikasikan akan ketertarikan siswa tersebut terhadap pembelajaran. Minat dalam proses pembelajaran dapat mencakup minat belajar, minat membaca, minat menulis dan sebagainya. Penulis hanya meneliti mengenai minat belajar siswa, karena jika siswa tidak memiliki minat belajar dalam sebuah proses pembelajaran maka tujuan dari proses pembelajaran tidak dapat tercapai. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 7), ”Belajar merupakan tindakan dan proses internal yang kompleks”. Proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Winarno (2013: 72) mengartikan belajar adalah proses yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman individu dan bukan karena proses pertumbuhan fisik dan belajar melibatkan tiga hal pokok sebagai berikut : Pertama, belajar mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku. Kedua, perubahan yang terjadi karena belajar bersifat relatif permanen atau tetap. Ketiga, perubahan tersebut disebabkan oleh hasil latihan atau pengalaman bukan oleh proses pertumbuhan atau perubahan fisik. Suyono dan Hariyanto (2014: 9) menyatakan bahwa ”Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan commit to user kepribadian”. Penjelasan Slameto dalam Hamdani (2011: 20) bahwa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
”Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Berdasarkan pendapat tersebut, belajar merupakan sebuah proses yang terjadi dan dialami oleh setiap individu yang menyebabkan sebuah perubahan yang kompleks dalam dirinya sebagai hasil dari pengalamannya. Jadi minat belajar merupakan suatu kecenderungan individu untuk selalu mengingat dan memperhatikan secara terus menerus dalam sebuah proses belajar yang dialami oleh setiap individu. Menurut Hamdani (2011: 237) yang memberikan pendapat bahwa “Siswa digambarkan sebagai seseorang yang bersifat bergantung”. Oemar Hamalik (2013: 170) yang menyatakan bahwa “Siswa adalah suatu organisme yang hidup, di dalam dirinya beraneka ragam kemungkinan dan potensi yang hidup yang sedang berkembang”. Wina Sanjaya (2012: 17) menyatakan bahwa, “Siswa adalah organisme
yang
unik
yang
berkembang
sesuai
dengan
tahap
perkembangannya”. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masingmasing anak pada setiap individu tidak selalu sama. Jadi siswa adalah seseorang yang bergantung dan sedang berkembang melalui suatu pembelajaran di sekolah, maka siswa akan menjadi manusia yang dicitacitakan dalam masyarakat. Berdasarkan
pendapat
tersebut,
minat
belajar
siswa
adalah
kecenderungan siswa untuk memiliki rasa senang tanpa ada paksaan sehingga dapat menyebabkan perubahan pengetahuan, ketrampilan dan tingkah laku. Minat belajar yang telah dimiliki oleh siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi, akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
Slameto (2010: 54) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa dalam proses pembelajaran di sekolah meliputi : 1) Metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar; 2) Kurikulum; 3) Hubungan guru dengan siswa; 4) Hubungan siswa dengan siswa; 5) Media pembelajaran; 6) Sarana prasarana sekolah. Berdasarkan pendapat tersebut, maka salah satu faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa adalah penerapan media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan faktor eksternal yang dapat membangkitkan minat belajar siswa. Penerapan media pembelajaran yang tepat dan sesuai diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa. Penelitian yang dilakukan penulis yaitu dengan menerapkan salah satu jenis media pembelajaran.
Media
pembelajaran
yang
diterapkan
yaitu
media
pembelajaran film dokudrama, yang diharapkan dapat meningkatkan minat belajar
siswa
dalam
proses
pembelajaran
pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn).
b. Materi Ajar Sistem Pemerintahan Indonesia dan Peran Lembaga Negara sebagai Pelaksana Kedaulatan Rakyat 1) Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut Sirojul Munir (2013: 60), Istilah Pemerintahan dapat diartikan secara luas maupun sempit, dijelaskan sebagai berikut : Dalam arti luas, pemerintahan adalah segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan, dan meningkatkan derajat kehidupan rakyat serta untuk menjamin kepentingan negara itu sendiri, jadi bukan saja dikaitkan dengan pemerintahan yang menjalankan fungsi eksekutif saja tetapi hubungannya dengan fungsi legislatif, eksekutif dan yudikatif. Sedangkan dalam arti sempit adalah hanya menyangkut fungsi commit to user eksekutif saja.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
Berdasarkan pendapat tersebut, sistem pemerintahan diartikan sebagai sistem hubungan dan tata kerja antara lembaga-lembaga negara. Dalam konsep hukum tata negara sistem pemerintahan adalah suatu sistem hubungan antara lembaga legislatif dengan lembaga eksekutif. Sistem pemerintahan Indonesia adalah kebulatan atau keseluruhan yang utuh dari berbagai komponen atau unsur pemerintahan Indonesia yang membahas bagaimana pembagian kekuasaan antar lembaga negara sebagai komponen pemerintahan, dan bagaimana hubungan kerja antar lembaga tersebut dalam menyelenggarakan fungsinya. Sederhananya sistem pemerintahan negara adalah sistem hubungan dan tata kerja antara lembaga-lembaga negara. Secara umum sistem pemerintahan dibagi menjadi dua, yaitu sistem pemrintahan presidensil dan sistem pemerintahan parlementer. Menurut pandangan Moh.Mahfud MD dalam Sirojul Munir (2013: 6667), terdapat beberapa perbedaan antara kedua sistem pemerintahan tersebut yaitu : a) Sistem pemerintahan presidensiil (1) Kepala negara menjadi kepala pemerintahan (eksekutif); (2)Pemerintahan tidak bertanggung jawab kepada Parlemen (DPR), Parlemen dan Pemerintah adalah sejajar; (3)Menteri-menteri diangkat dan bertanggung jawab kepada Presiden; (4)Eksekutif dan legislatif keduanya kuat. b) Sistem pemerintahan parlementer (1) Kepala
negara
tidak
berkedudukan
sebagai
kepala
pemerintahan karena ia lebih bersifat simbol nasional (pemersatu bangsa); (2) Pemerintah dilakukan oleh sebuah kabinet yang dipimpin oleh seorang Perdana Menteri; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
(3) Kabinet bertanggung jawab kepada parlemen dan dapat dijatuhkan oleh Parlementer melalui mosi tidak percaya; (4) Kedudukan eksekutif (kabinet) lebih rendah dan bergantung kepada parlementer.
2) Peran Lembaga Negara sebagai Pelaksana Kedaulatan Rakyat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Alinea Keempat menyatakan bahwa “Negara Kesatuan Republik Indonesia
adalah
negara
yang
berkedaulatan
rakyat
dengan
berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia peran merupakan perangkat
tingkah
berkedudukan
yang diharapkan
dalam
masyarakat.
dimiliki Lembaga
oleh
orang
merupakan
yang badan
(organisasi) yang tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha. Pendapat Harjono (2007) dalam jurnal nasional Vol.4 No.2 menyatakan bahwa : “Kata lembaga dalam praktik digunakan dalam banyak makna atau maksud sebagai padan makna, lembaga juga dimaksudkan mempunyai makna yang sama dengan institusi. Dalam kaitannya dengan UUD, kata lembaga pernah digunakan sebagai nomenklatur untuk menyebut wadah dari fungsi-fungsi pemerintahan yang disebutkan dalam UUD 1945 sebelum mengalami perubahan. Hal demikian menimbulkan penggunaan lembaga tertinggi negara bagi MPR, disamping adanya lembaga tinggi lainnya, seperti Presiden, DPR, MA dan BPK. Penggunaan demikian tertuang dalam satu ketetapan MPR”. Kabul Budiyono (2012: 27) mengartikan “Negara merupakan
user adalah agency atau alat dari integrasi dari kekuasaancommit politik.to Negara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubunganhubungan manusia dalam masyarakat dan menerbitkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat”. Jadi negara adalah organisasi yang dalam sesuatu wilayah dapat memaksakannya secara sah terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan yang dapat menetapkan tujuan dari kehidupan manusia. Jimly Asshiddiqie (2011: 11), mengartikan “Negara merupakan konstruksi yang diciptakan oleh umat manusia (human reaction) tentang pola hubungan antarmanusia dalam kehidupan bermasyarakat yang diorganisasikan sedemikian rupa untu maksud memenuhi kepentingan dan mencapai tujuan bersama”. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa peran lembaga negara adalah peran lembaga pemerintahan di mana lembaga tersebut dibuat oleh negara, dari negara, dan untuk negara di mana bertujuan untuk membangun negara itu sendiri. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 1 ayat (2) menyatakan, bahwa “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Ketentuan itu dapat diartikan, bahwa pemilik kedaulatan dalam negara Indonesia ialah rakyat. Pelaksanaan kedaulatan ditentukan menurut Undang-Undang Dasar. Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 terkandung makna bahwa kekuasaan tertinggi dalam kehidupan kenegaraan adalah di tangan rakyat Indonesia. Pemisahan kekuasaan menurut Montesquieu yang dikenal dengan trias politika yaitu : (1) Lembaga legislatif yaitu berfungsi sebagai lembaga pembuat undang-undang, meliputi DPR, DPD; (2) Lembaga eksekutif yaitu berfungsi sebagai pelaksana undangundang, meliputi Presiden dan Wakil Presiden; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
(3) Lembaga yudikatif yaitu berfungsi sebagai lembaga yang mengawasi jalannya undang-undang, meliputi MA, MK. Menurut Jimly Asshiddiqie dalam Jurnal Konstitusi (2010: 20), berpendapat bahwa konsepsi Trias Politica yang diidealkan oleh Montesquieu tersebut tidak relevan lagi. Berikut pendapatnya : “Yang diidealkan oleh Baron de Montesquieu (1689-1785) adalah bahwa ketiga fungsi kekuasaan negara itu harus dilembagakan masing-masing dalam tiga organ negara. Satu organ hanya boleh menjalankan satu fungsi (functie), dan tidak boleh saling mencampuri urusan masing-masing dalam arti yang mutlak. Jika tidak demikian, maka kebebasan akan terancam. Konsepsi trias politica yang diidealkan oleh Montesquieu ini jelas tidak relevan lagi dewasa ini, mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organisasi tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari ketiga fungsi kekuasaan tersebut. Kenyataan dewasa menunjukkan bahwa hubungan antar cabang kekuasaan itu tidak mungkin tidak saling bersentuhan, dan bahkan ketiganya bersifat sederajat dan saling mengendalikan satu sama lain sesuai dengan prinsip checks and balances. Selain itu, pembagian kekuasaan baik dalam arti pembagian atau pemisahan yang diungkapkan dari keduanya juga mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membatasi kekuasaan sehingga tidak terjadi pemusatan kekuasaan pada satu tangan yang memungkinkan terjadinya kesewanang-wenangan”. Jimly Asshiddiqie dalam Jurnal Konstitusi (2010: 22), berpendapat bahwa setelah adanya perubahan UUD NRI 1945 selama empat kali, dapat dikatakan sistem konstitusi kita telah menganut doktrin pemisahan itu secara nyata. Beberapa yang mendukung hal itu antara lain adalah : 1) Adanya pergeseran kekuasaan legislatif dari tangan Presiden ke DPR. 2) Diadopsinya sistem pengujian konstitusional atas undang-undang sebagai produk legislatif oleh Mahkamah Konstitusi. Dimana sebelumnya undang-undang tidak dapat diganggu gugat, hakim hanya dapat menerapkan undang-undang dan tidak boleh menilai undang-undang. 3) Diakui bahwa lembaga pelaksana kedaulatan rakyat itu tidak hanya MPR, melainkan semua lembaga negara baik secara langsung atau tidak langsung merupakan penjelmaan kedaulatan rakyat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
4) MPR tidak lagi berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara, namun sebagai lembaga negara yang sederajat dengan lembaga negara lainnya. 5) Hubungan-hubungan antar lembaga negara itu bersifat saling mengendalikan satu sama lain sesuai dengan prinsip checks and balances. Jadi berdasarkan kelima alasan tersebut, maka UUD 1945 tidak lagi dapat dikatakan menganut prinsip pembagian kekuasaan yang bersifat vertikal maupun menganut ajaran trias politica Montesquieu yang memisahkan cabang-cabang kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif secara
mutlak
dan
tanpa
diiringi
oleh
hubungan
yang
saling
mengendalikan satu sama lain. Sistem baru yang dianut oleh UUD 1945 pasca perubahan keempat adalah sistem pemisahan kekuasaan berdasarkan prinsip checks and balances, sehingga masih ada koordinasi antar lembaga negara. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, lembaga-lembaga negara tersebut dibentuk melalui pemilihan umum. Pemilihan umum di Indonesia diselenggarakan melalui asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Pelaksana kedaulatan negara Indonesia menurut UUD NRI tahun 1945 adalah rakyat dan lembaga-lembaga negara
yang berfungsi
menjalankan tugas-tugas
kenegaraan sebagai representasi kedaulatan rakyat.
Dalam UUD NRI
tahun 1945 ada beberapa bidang yang dilaksanakan oleh rakyat secara langsung, misalnya dalam hal sebagai berikut : (1)Pemilihan anggota badan legislatif yaitu anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota; (2)Pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden; (3)Pemilihan umum kepala daerah seperti : Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota;
to user (4)Pemilihan Kepalacommit Desa dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
Lembaga-lembaga negara menurut UUD NRI tahun 1945 adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi, Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Pemerintah Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Komisi Pemilihan Umum (KPU), dan Komisi Yudisial (KY), dengan penjelasan sebagai berikut : a) Presiden dan Wakil Presiden Presiden memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD NRI 1945, dan dalam melakukan kewajibannya dibantu oleh Wakil Presiden. (Pasal 4) Presiden berhak mengajukan RUU, dan menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan UU (Pasal 5). Tugas dan wewenang Presiden antara lain: (1) Memegang kekuasaan tertinggi atas AD, AL dan AU (Pasal 10); (2) Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain dengan
persetujuan DPR, terutama
yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi Negara (Pasal 11); (3) Menyatakan keadaan bahaya, yang syarat dan akibatnya ditetapkan dengan UU (Pasal 12); (4) Mengangkat dan menerima duta dan konsul dengan memperhatikan pertimbangan DPR (Pasal 13); (5) Presiden memberikan grasi dengan pertimbangan MA, dan memberikan amnesti dan abolisi dengan pertimbangan DPR (Pasal 14); (6) Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan menurut UU (Pasal 15);
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
b) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Majelis Permusyawaratan Rakyat adalah salah satu lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, yang terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah. Masa jabatan anggota MPR adalah 5 tahun, dan berakhir bersamaan pada saat anggota MPR yang baru mengucapkan sumpah/janji. Berdasarkan Undang -Undang No. 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD yang disahkan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 29 Agustus 2009 Pasal 11 tugas dan wewenang MPR adalah sebagai berikut : (1) mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar; (2) melantik Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan hasil pemilihan umum, dalam Sidang Paripurna MPR; (3) memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan di dalam Sidang Paripurna MPR; (4) melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat
melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya; (5) memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diajukan Presiden apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari; (6) memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam masa jabatannya, dari dua commit to user paket calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
oleh partai politik atau gabungan partai politik yang paket calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan sebelumnya, sampai habis masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu tiga puluh hari; (7) menetapkan Peraturan Tata Tertib dan kode etik MPR.
c) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Dewan Perwakilan Rakyat adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan lembaga
perwakilan
rakyat
dan
memegang
kekuasaan
membentuk Undang-Undang. DPR memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum, yang dipilih berdasarkan hasil Pemilihan Umum. Masa jabatan anggota DPR adalah 5 tahun, dan berakhir bersamaan pada saat anggota DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji. Berdasarkan Pasal 26 UU No. 22 Tahun 2003, tugas dan wewenang DPR antara lain sebagai berikut : (1) Membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama; (2) Membahas
dan
memberikan
persetujuan
peraturan
pemerintah pengganti undang – undang; (3) Menerima dan membahas usulan rancangan undang-undang yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang tertentu dan mengikutsertakannya dalam pembahasan; (4) Memperhatikan pertimbangan DPD atas rancangan undangundang APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
(5) Menetapkan
APBN
bersama
Presiden
dengan
memperhatikan pertimbangan DPD; (6) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan undangundang, anggaran pendapatan dan belanja negara, serta kebijakan pemerintah; (7) Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD terhadap pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama; (8) Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan pertimbangan DPD; (9) Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan negara yang disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan; (10) Memberikan
persetujuan
kepada
Presiden
atas
pengangkatan dan pemberhentian anggota Komisi Yudisial;
d) Dewan Perwakilan Daerah (DPD) DPD merupakan lembaga perwakilan daerah yang berkedudukan sebagai lembaga negara. Anggota DPD dipilih dari setiap provinsi melalui pemilu, setiap provinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh anggota DPD tidak lebih dari 1/3 jumlah anggota DPR. DPD bersidang sedikitnya sekali dalam setahun (Pasal 22C). DPD berhak mengajukan RUU kepada DPR dan ikut membahasnya yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat-daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan SDA dan SDE serta commit to user yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat-daerah,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
serta memberi pertimbangan atas RUU APBN yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama (Pasal 22D). DPD dapat melakukan pengawasan terhadap UU yang usulan dan pembahasannya dimiliki oleh DPD.
e) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) BPK adalah salah satu badan bebas dan madiri yang diadakan untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara. Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan diresmikan oleh presiden. Melalui perubahan konstitusi keberadaan BPK diperkukuh, antara lain ditegaskan tentang kebebasan dan kemandirian BPK, suatu hal yang mutlak ada untuk sebuah lembaga
negara
yang
melaksanakan
tugas
memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara. Hasil kerja BPK diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD serta ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan atauu badan sesuai dengan
UU.
Untuk
memperkuat
jangkauan
wilayah
pemeriksaan, BPK memiliki perwakilan di setiap Provinsi.
f) Mahkamah Agung (MA) Mahkamah Agung adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan
kehakiman
bersama-sama
dengan
Mahkamah
Konstitusi. Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan wewenang MA adalah : (1) Berwenang mengadili
pada
tingkat
kasasi,
menguji
peraturan perundang-undangan di bawah Undang-Undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh commit to user Undang-Undang;
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
(2) Mengajukan 3 orang anggota Hakim Konstitusi; (3) Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberi grasi dan rehabilitasi.
g) Mahkamah Konstitusi (MK) Mahkamah Konstitusi adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Agung. Menurut
Undang-Undang
Dasar
1945,
kewajiban
dan
wewenang MK adalah: (1) Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji UndangUndang
terhadap
Undang-Undang
Dasar,
memutus
sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum; (2) Wajib memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD 1945.
h) Komisi Yudisial (KY) Komisi Yudisial adalah lembaga yang bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan penganggkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim (Pasal 24B ayat 1 UUD 1945 Amandemen). Anggota komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh presiden dengan persetujuan DPR.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
i) Komisi Pemilihan Umum (KPU) Komisi Pemilihan Umum (KPU) merupakan komisi yang bertanggung jawab akan pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia. KPU bersifat nasional, tetap dan mandiri. Adapun tugas dari KPU adalah sebagai berikut : (1) Merencanakan penyelenggaraan pemilu; (2) Menetapkan organisasi dan tata cara semua tahapan pemilu; (3) Mengkoordinasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan semua tahapan pelaksanaan pemilu; (4) Menetapkan peserta pemilu; (5) Menetapkan daerah pemilihan, jumlah kursi dan calon anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota; (6) Menetapkan waktu, tanggal dan tata cara pelaksanaan kampanye dan pemungutan suara; (7) Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemilu; (8) Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur oleh Undang-Undang. (http://www.edukasippkn.com/2015/06/peran-lembaganegara-sebagai-pelaksana.html) Pelaksanaan kedaulatan rakyat menurut Undang-Undang Dasar Negara
Republik
Indonesia
tahun
1945
inilah
sebagai
sistem
pemerintahan Indonesia. Dengan kata lain sistem pemerintahan Indonesia adalah
pemerintahan
yang
didasarkan
pada
kedaulatan
rakyat
sebagaimana ditentukan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
c. Definisi Konseptual Minat belajar siswa adalah suatu kecenderungan siswa yang berasal dari luar maupun dalam sanubari yang mendorongnya untuk merasa tertarik dalam sebuah proses belajar sehingga mengarahkan perbuatannya kepada suatu hal tersebut dan menimbulkan perasaan senang.
d. Definisi Operasional Berdasarkan pemikiran tentang minat belajar siswa dari beberapa ahli tersebut, maka indikator minat belajar siswa meliputi antara lain: 1) Perasaan senang siswa terhadap proses pembelajaran; 2) Ketertarikan siswa pada materi pembelajaran yang disampaikan; 3) Perhatian siswa dalam proses pembelajaran; 4) Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
3. Kajian tentang Pengaruh Media Pembelajaran terhadap Minat Belajar Siswa a. Kajian Teori tentang Pengaruh Media Pembelajaran Terhadap Minat Belajar Penelitian ini menggunakan teori belajar kognitivisme dari Jerome S.Bruner, teori kerucut pengamalan Dale dan teori behaviorisme dari Thorndike. Menurut Bruner dalam Sukiman (2012: 30) ada tiga tingkatan utama belajar modus belajar, yaitu “Pengalaman langsung (enactive), pengalaman pictorial atau gambar (iconic) dan pengalaman abstrak (symbolic)”. Jadi agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik, maka siswa sebaiknya diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi, semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan. Teori Bruner didukung oleh landasan teori penggunaan media yang dikemukakan oleh Edgar Dale, yaitu teori commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
Kerucut Pengalaman Dale (Dale’s Cone of Experience) seperti gambar dibawah ini :
Gambar 2.1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Menurut Azhar Arsyad (2013: 30), Dale berkeyakinan bahwa simbol dan gagasan yang abstrak dapat lebih mudah dipahami dan diserap manakala
diberikan
dalam
bentuk
pengalaman
konkrit.
Kerucut
pengalaman Dale merupakan awal untuk memberikan alasan tentang kaitan teori belajar dengan komunikasi audiovisual. Bruner membagi alat atau media pembelajaran menurut fungsinya menjadi 4 macam : 1) Alat untuk menyampaikan pengalaman, yaitu menyajikan bahanbahan pembelajaran kepada siswa yang tidak dapat diperoleh melalui pengalaman langsung, contohnya melalui film, televisi, rekaman suara; 2) Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu gejala, misalnya model molekul, demonstrasi atau eksperimen yang dapat memberikan langkah-langkah untuk memahami suatu prinsip materi pembelajaran; 3) Alat dramatisasi, yaitu alat yang dapat mendemonstrasikan sejarah suatu peristiwa atau tokoh, film tentang alam yang memperlihatkan perjuangan untuk hidup, sehingga dapat memberikan pengertian tentang suatu ide atau gejala; 4) Alat automatisasi seperti pelajaran berprogram yang menyajikan suatu masalah dalam urutan yang teratur dan memberi balikan commit to user tentang respon siswa. (Muhibbin Syah, 2010: 110)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka penelitian yang dilakukan penulis mengenai penerapan media film dokudrama termasuk kedalam alat untuk
menyampaikan
pengalaman,
yaitu
menyajikan
bahan-bahan
pembelajaran kepada siswa yang tidak dapat diperoleh melalui pengalaman langsung. Tingkatan penerapan film dalam kerucut pengalaman Edgar Dale berada pada tingkatan keempat, dari pembelajaran abstrak ke konkrit. Misalkan siswa mengamati film dokumenter drama tentang peristiwa pada masa kemerdekaan, pelaksanaan pemilihan umum presiden dan wakil presiden di Indonesia dan sebagainya. Penayangan film dokudrama diharapkan siswa dapat belajar melalui pengamatan, yang tidak dapat diperoleh langsung melalui pengalaman langsung. Teori tentang media pembelajaran yang dikemukakan oleh Jerome S. Bruner dan Edgar Dale tersebut didukung oleh teori behaviorisme dari Torndike.
Menurut
Thorndike
dalam
Winfred
F.Hill
(2012:
90), “Belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera”. Respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, gerakan atau tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme. Aplikasi
teori
belajar
behaviorisme dalam
kegiatan
pembelajaran
tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Menurut Arief S.Sadiman (2011: 9), pada tahun 1960-1965 orang commit to user mulai memperhatikan siswa sebagai komponen yang penting dalam proses
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
belajar mengajar. Pada saat itu teori tingkah laku (behaviorisme theory) ajaran Thorndike mulai memperngaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran. Teori ini mendorong orang untuk lebih memperhatikan siswa dalam proses belajar mengajar. Menurut Winfred F.Hill (2012: 99), teori behaviorisme Thorndike, “Mendidik adalah mengubah tingkah laku siswa”. Teori ini telah mendorong diciptakannya media yang dapat mengubah tingkah laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Peneliti menggunakan teori kognitivisme dari Jerome S Bruner, teori kerucut pengalaman Dale dan teori behaviorisme dari Thorndike dikarenakan penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar siswa. Minat belajar merupakan sebuah respon berupa gerakan, tindakan dan tingkah laku. Respon tersebut muncul setelah adanya sebuah stimulus, stimulus yang diberikan kepada siswa yaitu melalui penerapan media pembelajaran. Penulis membatasi penelitian tentang minat belajar siswa hanya pada satu kompetensi dasar, yaitu kompetensi dasar 5.2 mendeskripsikan sistem pemerintahan Indonesia dan peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat. Kompetensi dasar 5.2 mendeskripsikan sistem pemerintahan Indonesia dan peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat, menurut Winarno (2013: 125) yang menyatakan : “Jika memakai kategori Benyamin S.Bloom kata kerja “mendeskripsikan” termasuk dalam ranah kognitif, namun dalam dimensi kompetensi kewarganegaraan termasuk dalam ranah intellectual skill. Intelectual skill merupakan salah satu bentuk dari civic skill. Civic skills (yang didalamnya termasuk intelectual skills) meliputi ketrampilan berpikir kritis, kemampuan menganalisis dan mencari solusi, partisipasi aktif dalam pembelajaran, dan kerjasama dalam menyelesaikan masalah”. Berdasarkan kajian teori tersebut, penelitian yang dilakukan penulis mengenai pembelajaran PPKn diterapkan berdasarkan pengalaman nyata, dengan demikian perkembangan kognitif siswa akan lebih baik daripada commit to user hanya menggunakan bahasa untuk berkomunikasi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
b. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian mengenai pengaruh media pembelajaran terhadap minat belajar siswa terdapat penelitian terdahulu, yaitu : 1) Penelitian dari Elis Nurjanah (2013). Universitas Pendidikan Indonesia. Berjudul ”Pengaruh media film dokumenter terhadap motivasi belajar siswa dalam pembelajaran PKn di SMA Negeri 1 Karangnunggal” menunjukkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kelas
yang
menggunakan
media
film
dokumenter
dan
tidak
menggunakan media film dokumenter dengan peningkatan rata-rata kelas eksperimen sebesar 0,5790. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian quasi eksperimen, dengan pretestposttest
control
group
design,
yang
dilakukan
di
SMAN
1
Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian penulis yaitu sama-sama menggunakan pendekatan kuantitatif eksperimen, variabel X adalah media film dan mengukur skala sikap dengan menggunakan instrumen angket, sedangkan perbedaannya yaitu metode penelitian menggunakan quasi eksperimen dengan pretestpostets control group design, subyek penelitiannya siswa kelas XI di Sekolah Menengah Atas, variabel Y adalah motivasi belajar. Berdasarkan persamaan dan perbedaan tersebut, maka penulis ingin mengetahui pengaruh media film dengan variabel yang lain, yaitu terhadap minat belajar siswa pada salah satu kompetensi dasar mata pelajaran PPKn di Sekolah Menengah Pertama. 2) Penelitian dari Fatturrakhman, Zulkham (2013). Universitas Negeri Semarang. berjudul “Pengaruh Media Pembelajaran Film Dokumenter Terhadap Hasil Belajar Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Batang Tahun Ajaran 2012/2013”, berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Uji regresi sederhana diperoleh nilai rxy= 0,833, dengan = 5 % dan N = 32, diperoleh nilai rtabel = 0,349. Karena rhitung > commit to user rtabel maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
signifikan sebesar 0,828 antara media pembelajaran film dokumenter terhadap hasil belajar PPKn siswa. Koefisien determinasinya r2 = 0,8332 = 0,694. Persamaannya adalah pada Variabel X Media Pembelajaran Film
Dokumenter,
menggunakan
metode
penelitian
kuantitatif
eksperimen, sedangkan perbedaannya variabel Y adalah hasil Belajar, Subyek penelitiannya di Sekolah Menengah Atas, uji analisis data menggunakan uji regresi. 3) Penelitian dari Yanri Kusma Wijaya dan Abdul Gafur. 2013. Universitas Negeri Yogkarta. Jurnal E-Civics Vol.II No.5. Pengaruh Media Film “Nagabonar Jadi 2” terhadap Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pembelajaran Pkn. Hasil penelitian nenunjukkan bahwa penggunaan media film sangat efektif menumbuhkan minat siswa dalam belajar. Berdasarkan hasil uji t didapatkan bahwa nilai t hitung pada minat sebesar 86,913 dengan nilai taraf signifikan < 0,05 yaitu 0,000 < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan minat yang signifikan antara kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol. Atau dengan kata lain ada pengaruh ada pengaruh antara pembelajaran menggunakan media film “Nagabonar Jadi 2” terhadap peningkatan minat belajar siswa. Hasil nilai t hitung pada prestasi belajar sebesar 7,667 dengan nilai taraf signifikan < 0,05 yaitu 0,000 < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan prestasi yang siginifikan antara kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan penulis yaitu sama-sama menerapkan media
film
dalam
pembelajaran
dengan
pendekatan
kuantitatif
eksperimen, variabel Y adalah minat belajar siswa, menggunakan uji t dalam analisis datanya, sedangkan perbedaannya yaitu film yang ditayangkan film nagabonar jadi 2, variabel Y minat belajar siswa dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran PKn. Berdasarkan kajian teori dan beberapa penelitian yang relevan commit to user tersebut, maka dapat mendukung dan menguatkan penelitian yang dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
penulis mengenai pengaruh penggunaan media pembelajaran dalam meningkatkan minat belajar siswa.
B. Kerangka Berfikir Berdasarkan kajian pustaka dan teori di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut : Media pembelajaran film dokudrama (Variabel X) adalah media komunikasi yang dapat menyampaikan pesan dari komunikan (pembawa pesan) ke komunikator (penerima pesan) mengenai suatu peristiwa yang diadegankan agar tujuan dari penyampaian pesan tersebut dapat tercapai, sehingga akan mudah diingat oleh siswa. Data atau peristiwa itulah yang kemudian menjadi landasan untuk melangkah ke tahap pembelajaran berikutnya. Minat belajar siswa adalah suatu kecenderungan siswa yang berasal dari luar maupun dalam sanubari yang mendorongnya untuk merasa tertarik dalam sebuah proses belajar sehingga mengarahkan perbuatannya kepada suatu hal tersebut dan menimbulkan perasaan senang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
Kerangka berpikir di atas dapat digambarkan dibawah ini : Kompetensi Dasar 5.2 Mendeskripsikan Sistem Pemerintahan Indonesia dan Peran Lembaga Negara sebagai Pelaksana Kedaulatan Rakyat
Kelas Kontrol dengan pembelajaran konvesional tidak diberikan treatment media pembelajaran film dokudrama
Kelas Eksperimen dengan pembelajaran diberikan treatment media pembelajaran film dokudrama
Minat Belajar Siswa
Gambar 2.2 Interaksi pengaruh media pembelajaran film dokudrama terhadap minat belajar siswa pada kompetensi dasar mendeskripsikan sistem pemerintahan Indonesia dan peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat.
C. Hipotesis Menurut Sugiyono (2015: 159), hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Kebenaran dari hipotesis harus dibuktikan melalui data yang terkumpul. Suharsimi Arikunto (2013: 71), mengartikan bahwa “hipotesis sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian,commit sampaitoterbukti user melalui data yang terkumpul”.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
Sementara itu, Suwanda (2011: 26) mengungkapkan bahwa “Hipotesis statistik merupakan pernyataan tentang parameter sebuah distribusi atau parameter model”. Hipotesis statistik menurut Suwanda (2011: 26) adalah sebagai berikut : H0 : µ1 = µ2 H1 : µ1 ≠ µ2 Pernyataan H0 : µ1 = µ2 disebut hipotesis null dan H1 : µ1 ≠ µ2 disebut hipotesis alternatif. Hipotesis alternatif yang dinyatakan di atas disebut hipotesis alternatif dua pihak karena hipotesis ini benar jika µ1 < µ2 atau µ1 > µ2. Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah “Adanya perbedaan penggunaan media pembelajaran film dokudrama dengan kelas yang tidak menggunakan media tersebut terhadap minat belajar siswa pada kompetensi dasar mendeskripsikan sistem pemerintahan indonesia dan peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat kelas VIII di SMP Negeri 3 Grogol”.
commit to user