BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Prestasi Belajar a. Definisi Prestasi Belajar Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang
dapat
dibedakan,
yakni
tujuan
pengajaran
(instruksional),
pengalaman (proses) belajar mengajar, dan evaluasi. Hubungan ketiga unsur tersebut digambarkan dalam Gambar 1. Tujuan (a)
(c)
KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)
(b)
Evaluasi
Gambar 1. Hubungan Proses Belajar Mengajar (Sumber: Arikunto, 2013:38) Garis (a) menunjukkan hubungan antara tujuan dengan kegiatan belajar, garis (b) menunjukkan hubungan antara kegiatan belajar dan hasil belajar, dan garis (c) menunjukkan hubungan tujuan dengan evaluasi. Kesimpulan dari Gambar 1 yaitu kegiatan penilaian dinyatakan oleh garis (c), yakni suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuantujuan telah dapat dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk evaluasi yang diperlihatkannya setelah mereka menempuh pengalaman belajarnya (proses belajar mengajar). Garis (b) merupakan kegiatan penilaian untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru yang dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Penilaian belajar dapat dilakukan dengan menggunakan tes. Tes yang diberikan merupakan alat 6
7 ukur untuk mengukur prestasi atau hasil yang dicapai oleh siswa dalam belajar. Sehinga, prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran dan penilaian proses belajar siswa. b. Prinsip-prinsip Prestasi Belajar Prinsip-prinsip pengukuran prestasi belajar menurut Gronlund (Azwar, 2012:18) adalah sebagai berikut: 1) Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan instruksional. 2) Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil belajar dan dari materi yang dicakup oleh program instruksional atau pengajaran. 3) Tes prestasi harus berisi bagian-bagian dengan tipe yang paling cocok digunakan guna mengukur hasil belajar yang diinginkan. 4) Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaan hasilnya. 5) Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin. 6) Tes prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar siswa. Berdasarkan teori diatas dapat dinyatakan bahwa prinsip prestasi belajar yaitu tes prestasi harus dirancang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. c. Faktor yang Memengaruhi Prestasi Belajar Menurut Dimyati dan Mujiyono (2009: 235-253) prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern. Kedua faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Faktor intern adalah faktor yang dialami dan dihayati secara langsung oleh siswa dan berpengaruh terhadap proses pembelajaran dalam pencapaian prestasi belajar. Faktor intern ini meliputi: a) Sikap siswa terhadap belajar. b) Motivasi belajar.
8 c) Konsentrasi belajar. d) Kemampuan mengolah bahan belajar. e) Kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar. f) Kemampuan menggali hasil belajar yang telah tersimpan. g) Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar. h) Rasa percaya diri siswa. i) Intelegensi dan keberhasilan belajar. j) Kebiasaan belajar 2) Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yang memengaruhi prestasi belajar, yaitu: a) Guru sebagai pembimbing belajar. b) Sarana dan prasarana belajar. c) Kondisi pembelajaran. d) Kebijakan penilaian. e) Kurikulum yang diterapkan. f) Lingkungan sosial siswa Lystiani dan Siswandari (2008:124) faktor-faktor yang kemungkinan dapat memengaruhi prestasi belajar adalah: 1) Faktor jasmaniah, meliputi kesehatan dan cacat tubuh. 2) Faktor psikologi, meliputi perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. 3) Faktor kelelahan, meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. 4) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, hubungan antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. 5) Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. 6) Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
9 Faktor yang dianggap penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu motivasi, panca indra, pengertian orang tua, relasi antar anggota keluarga, alat pembelajaran, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, teman bergaul, disiplin sekolah (Wirastanti, dkk., 2015:289). Faktor yang memengaruhi prestasi belajar berdasarkan teori yang telah dijelaskan yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dari dalam diri siswa, seperti motivasi, sikap, kebiasaan, kesehatan, kesiapan, dan minat. Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. d. Strategi Meningkatkan Prestasi Belajar Salah satu indikator yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran adalah peningkatan prestasi belajar. Agar prestasi belajar dapat ditingkatkan maka perlu ada strategi yang tepat yang diterapkan dikelas. Strategi yang tepat adalah strategi yang sesuai dengan kondisi siswa dan sarana prasarana yang tersedia. Strategi untuk meningkatkan prestasi belajar diantaranya dengan cara: 1) Menumbuhkan kesiapan belajar siswa Kesiapan siswa dalam belajar sangat penting untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran. Mulyani (2013) kesiapan individu dalam belajar akan menentukan proses dan prestasi belajar siswa. Hal ini berarti guru perlu menumbuhkan kesiapan siswa untuk belajar agar prestasi belajar siswa meningkat. 2) Meningkatkan motivasi belajar Semakin tinggi motivasi belajar siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajar yang diraihnya. Hamdu dan Agustina (2011) siswa yang bermotivasi tinggi memungkinkan akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula, artinya semakin tinggi motivasinya, semakin tinggi intensitas usaha dan upaya yang dilakukan, maka semakin tinggi prestasi belajar yang diperolehnya.
10 3) Penerapan model atau metode yang tepat Penggunaan model maupun metode pembelajaran yang tepat akan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Sulistiani (2015) metode atau model pembelajaran yang digunakan dalam proses pendidikan atau belajar mengajar sangatlah penting guna mencapai hasil belajar yang maksimal serta sebagai alat pendukung agar materi atau isi pelajaran semakin jelas dan dengan mudah dapat dikuasai siswa. Imaduddin dan Utomo (2012) guru perlu memiliki keterampilan dan memilih metode yang tepat ketika menyampaikan materi agar lebih menarik dan tidak membosankan sehingga menunjang prestasi belajar. 4) Penggunaan media dalam pembelajaran Bintoro
(2015)
sebagai
pendukung
keberhasilan
metode
pembelajaran, guru harus bisa menggunakan media pembelajaran yang tepat yaitu alat bantu pembelajaran yang digunakan sesuai dengan tujuan dan isi materi pembelajaran sebagai usaha untuk mempermudah menyampaikan informasi dari sumber belajar kepada penerima informasi, dengan tujuan untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, media yang digunakan sangat penting untuk meningkatkan keberhasilan dalam pembelajaran. e. Indikator Prestasi Belajar Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa berupa prestasi belajar adalah dengan cara mengetahui garis-garis besar indikator sebagai penunjuk adanya prestasi sesuai dengan jenis prestasi yang ingin diukur. Indikator prestasi belajar berdasarkan jenis prestasi yang diukur (Syah, 2014:148) yaitu: 1) Ranah cipta (kognitif) a) Pengamatan,
dapat
menunjukkan,
membandingkan,
menghubungkan. b) Ingatan, dapat menyebutkan dan menunjukkan kembali.
dan
11 c) Pemahaman, dapat menjelaskan dan mendefinisikan dengan lisan sendiri. d) Penerapan, dapat memberikan contoh dan menggunakan secara tepat. e) Analisis (pemeriksaan dan pemilahan secara teliti), dapat menguraikan dan mengklasifikasikan/memilah-milah. f) Sintesis (membuat paduan baru dan utuh), dapat menghubungkan, menyimpulkan,
dan
menggeneralisasikan
(membuat
prinsip
umum). 2) Ranah rasa (afektif) a) Penerimaan, menunjukkan sikap menerima dan sikap menolak. b) Sambutan, kesediaan berpartisipasi/terlibat dan memanfaatkan. c) Apresiasi
(sikap
menghargai),
menganggap
penting
dan
bermanfaat, menganggap indah dan harmonis, serta mengagumi. d) Internalisasi
(pendalaman),
mengakui
dan
meyakini,
serta
mengingkari. e) Karakterisasi (penghayatan), melambangkan atau meniadakan dan menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari–hari. 3) Ranah karsa (psikomotor) a) Keterampilan bergerak dan bertindak, mengoordinasikan gerak mata, tangan, dan anggota tubuh lainnya dalam proses belajar. b) Kecakapan ekspresi verbal dan nonverbal, mengucapkan dan membuat mimik gerakan jasmani sebagai bentuk keaktifan. Sudjana (2011: 22) berpendapat, “dari ketiga ranah (kognitif, afektif, dan psikomotor), ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran”. Maka pada penelitian ini jenis prestasi yang akan diukur adalah pada ranah kognitif karena peneliti ingin mengetahui secara lebih mendalam mengenai tingkat pengetahuan siswa terhadap materi dengan menggunakan model dan media pembelajaran yang telah dirancang.
12 2. Motivasi Belajar a. Pengertian motivasi Belajar Kata “motif” diartikan sebagai data upaya untuk mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif untuk menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/ mendesak (Sardiman, 2014:73). Motivasi belajar menurut Suardana & Simarmata adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki subjek belajar itu tercapai (2013:205). Motivasi belajar adalah dorongan atau semangat pada diri siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran untuk menghasilkan perubahan pengetahuan, keterampilan, dan tingkah laku (Saputri, dkk., 2015:182). Jadi, motivasi belajar adalah daya pengerak atau dorongan yang melibatkan perilaku siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Motivasi dalam belajar adalah faktor penting, karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar seorang siswa akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar sehingga hasilnya akan baik dan memuaskan. b. Indikator Motivasi Belajar Indikator motivasi belajar merupakan unsur yang mendukung dalam perubahan tingkah laku siswa. Indikator motivasi belajar (Uno, 2007:23) diantaranya adalah adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan
13 dan kebutuhan untuk belajar, adanya harapan dan cita–cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik. Sardiman (2014:83) indikator motivasi yang ada pada diri orang yaitu tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, lebih senang bekerja mandiri, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepas hal yang diyakini, dan senang mencari serta memecahkan masalah soal-soal. Motivasi belajar adalah suatu dorongan pada diri siswa baik secara intrinsik maupun ekstrinsik yang dapat menimbulkan perilaku dalam melaksanakan kegiatan belajar dengan ciri-ciri: aktif dalam belajar, tekun dalam mengerjakan tugas belajar, berupaya untuk mencapai sukses dan optimis dalam rangka mencapai tujuan belajar (Satrio, 2011:24). Indikator motivasi belajar dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan teori Uno (2007:23) yaitu: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil (2) adanya dorongan dan kebutuhan untuk belajar, (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan (4) adanya penghargaan dalam belajar (5) adanya kegiatan belajar yang menarik dan, (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini didukung oleh Aini,dkk. (2015) dan Saputri,dkk. (2015). c. Strategi Meningkatkan Motivasi Belajar Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah (Sardiman, 2014:91). Bentuk dan cara tersebut diantaranya: 1) Memberi angka Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegunaan belajarnya. Banyak siswa belajar yang utama justru untuk mendapat nilai/angka yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai pada rapor. Angka yang baik bagi siswa merupakan motivasi yang kuat.
14 2) Hadiah Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidak selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut. 3) Memberi ulangan Siswa akan menjadi giat belajar apabila mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Akan tetapi yang harus diingat oleh guru adalah jangan terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas. 4) Mengetahui hasil Mengetahui hasil pekerjaan akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar, apalagi apabila siswa mengalami kemajuan. Semakin mengetahui bahwa grafik belajar meningkat, maka ada motivasi diri siswa untuk belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat. 5) Hasrat untuk belajar Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan yaitu ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. 6) Minat Motivasi erat hubungannya dengan minat. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepat apabila minat merupakan alat motivasi yang pokok. Strategi
untuk
meningkatkan
motivasi
belajar
(Dimyati
&
Mudjiyono,2009:101) yaitu: 1) Optimalisasi penerapan prinsip belajar Guru berhadapan dengan siswa dan bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran sehingga untuk meningkatkan motivasi siswa maka guru perlu lebih dulu memelajari bahan pelajaran, memahami
15 bagian yang mudah, sedang dan sukar, memahami sifat bahan pelajaran. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan motivasi dalam diri siswa dengan cara membelajarkan siswa. 2) Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran. Upaya optimalisasi unsur dinamis belajar yang dapat dilakukan guru kepada siswa adalah dengan pemberian kesempatan pada siswa untuk mengungkap hambatan belajar yang dialaminya, memelihara minat, kemauan, dan semangat belajarnya sehingga terwujud tindak belajar, meminta kesempatan pada orang tua/wali siswa agar memberi kesempatan pada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar, memanfaatkan unsur lingkungan yang mendorong belajar, menggunakan waktu secara tertib, dan guru merangsang siswa dengan memberi rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan dan pasti berhasil. 3) Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa Guru sebagai penggerak perlu memahami dan mencatat kesukaran-kesukaran siswa. Sebagai fasilitator belajar, guru diharapkan memantau tingkat kesukaran pengalaman belajar, dan segera membantu mengatasi kesukaran belajar. Upaya optimalisasi pemanfaatan pengalaman siswa tersebut dapat dilakukan dengan cara siswa diberi tugas membaca bahan ajar sebelumnya dan mencatat bagian yang sukar, guru mencari cara untuk memecahkan kesukaran siswa, dan guru mengajarkan pada siswa pemecahan masalah tersebut serta menguatkan pemahaman siswa. 4)
Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar Upaya untuk mengembangkan cita-cita dan aspirasi belajar dapat dilakukan dengan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, mengikutsertakan seluruh siswa dalam memelihara fasilitas belajar dan membuat program-program belajar, seperti dalam kegiatan osis.
16 Berdasarkan strategi meningkatkan motivasi belajar menurut para ahli yang telah diuraikan, maka strategi untuk meningkatkan motivasi belajar dapat dilakukan dengan optimalisasi penerapan prinsip belajar dengan cara memberikan membelajarkan siswa, optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran dengan memelihara minat, semangat dan kemauan siswa untuk belajar, optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa dapat dilakukan dengan mengetahui kesukaran-kesukaran yang dialami melalui hasil ulangan atau pertanyaan siswa pada saat pembelajaran, dan pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar melalui pembelajaran yang menyenangkan dan pemberian reward. 3. Media Pembelajaran Adobe Flash CS6 Media adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan seseorang untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Guru atau dosen, buku ajar, serta lingkungan adalah media. Setiap media merupakan sarana untuk menuju ke suatu tujuan. Di dalamnya terkandung informasi yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Informasi ini mungkin di dapatkan dari buku-buku, rekaman, internet, film, mikro film, dan sebagainya. Konsep media pembelajaran mempunyai dua segi yang satu sama lain saling menunjang, yaitu perangkat keras (hardware) dan materi atau bahan yang disebut perangkat lunak (software) (Anitah, 2009:6). Dewasa ini, orang membedakan antara alat peraga dengan media, namun banyak pula yang menggunakan kedua istilah itu saling berganti untuk menunjuk kepada suatu alat atau benda yang sama. Perbedaan antara keduanya hanyalah pada fungsi, bukan pada substansi maupun bendanya itu sendiri. Sesuatu disebut alat peraga bila fungsinya hanya sebagai alat bantu belaka, dan disebut media bila merupakan bagian integral dari seluruh kegiatan pembelajaran, serta ada pembagian tanggung jawab antara guru di satu pihak dan media ke pihak lain.
17 Kegunaan media pembelajaran menurut Daryanto (2010:5): 1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitas. 2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra. 3) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara siswa dengan sumber belajar. 4) Memungkinkan siswa belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestetikanya. 5) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama. 6) Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Jadi media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan
(bahan
pembelajaran),
sehingga
dapat
merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Adobe flash CS6 merupakan merek dagang yang dimiliki oleh Adobe System Inc. dan merupakan software yang banyak digunakan oleh kebanyakan orang karena kemampuannya mengerjakan segala hal yang berkaitan dengan multimedia serta dapat di download secara gratis pada laman internet. Software ini dapat diaplikasikan untuk pembuatan animasi kartun, animasi interaktif, efek-efek animasi, banner iklan, website, games, presentasi, dan sebagainya. Kinerja flash juga dapat dikombinasikan dengan programprogram lain seperti adobe photoshop dan adobe acrobat. Adobe flash saat ini memakai action script sebagai bahasa pemrograman. Bahasa ini awalnya dikembangkan oleh Macromedia, tetapi kini telah dimiliki dan dilanjutkan perkembangannya oleh Adobe yang telah membeli macromedia pada tahun 2005 (Prasatya, 2014:263). Madcom (2008:1) media pembelajaran dengan program adobe flash baik digunakan untuk mendukung pembelajaran interaktif karena software tersebut
18 memiliki kemampuan yang lebih unggul dibandingkan software lain dalam menampilkan media, gabungan grafis, animasi, suara, serta memiliki interaktifitas dengan pengguna. Sekarang ini program adobe flash CS6 telah mampu mengolah teks, maupun objek dengan efek tiga dimensi sehingga tampak lebih menarik. Media pembelajaran yang dikembangkan menggunakan aplikasi adobe flash CS6 memiliki interaktifitas dengan pengguna. Media pembelajaran berbasis adobe flash CS6 termasuk dalam media hasil teknologi berdasarkan komputer, karena memanfaatkan komputer dalam proses pengoperasiannya. Berdasarkan hasil penelitian Haryawan (2014) media adobe flash cs6 menghasilkan pengaruh positif terhadap motivasi dan prestasi belajar pada mata kuliah pemrograman rakitan di Politama Surakarta. Selain itu, multimedia pembelajaran interaktif dengan bantuan perangkat lunak adobe flash yang dirancang secara menarik akan membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar siswa, membantu siswa menumbuhkan kreativitas belajar sehingga berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran (Kusantati, dkk., 2014). Edugame berbantu adobe flash CS6 hasil penelitian Prasatya, dkk (2014) juga dapat menarik minat para pelajar serta masyarakat luas untuk mempelajari sejarah pahlawan nasional. Software adobe flash CS6 juga layak digunakan sebagai media pembelajaran interaktif yang telah dibuktikan pada penelitian Bustomi (2013). Ditambah lagi, adobe flash CS6 yang dikembangkan sebagai media penilaian pembelajaran fisika telah memenuhi kriteria baik sekali dan layak digunakan sebagai instrumen penilaian pembelajaran fisika (Kusumadjati, dkk., 2015). Kelebihan yang dimiliki adobe flash CS6 (Priyanto,dkk 2014) yaitu dengan flash professional CS6 dengan mudah dapat menggabungkan beberapa simbol dan urutan animasi menjadi lembaran sprite tunggal dan optimal untuk alur kerja yang lebih baik dan menarik. Kelemahan adobe flash CS6 menurut Ulandari ( 2014) bahwa adobe flash CS6 dapat diputar jika telah dipasangi adobe flash player. Kelemahan ini dapat diatasi dengan menginstal adobe flash CS6, karena adobe flash player secara otomatis akan terinstal bersamaan
19 dengan adobe flash CS6 atau dengan cara mengunduh secara gratis pada website adobe flash player. 4. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning/CTL a. Pengertian CTL Cahyo (2013:150) pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu proses pendidikan holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural). Sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat
diterapkan
(ditransfer)
dari
satu
permasalahan/konteks
ke
permasalahan/konteks lainnya. CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong
siswa
membuat
hubungan
antara
pengetahuan
yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Menurut Amri, S & Ahmadi, L. K ( 2010:24) contextual teaching and learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya secara teoretis dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Pembelajaran
contextual teaching and learning adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya (Johnson, 2009:14). Dari beberapa pengertian pembelajaran contextual teaching and learning maka dapat disimpulkan sebagai sebuah sistem belajar yang didasarkan bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka
20 menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima dan mereka menangkap makna dalam tugas–tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. Guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat Pembelajaran dan pengajaran CTL melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan keduanya, para siswa melihat makna di dalam tugas sekolah. Ketika siswa menemukan permasalahan yang menarik, ketika mereka membuat pilihan dan menerima tanggungjawab, kesimpulan,
ketika
mereka
mencari informasi dan menarik secara
aktif
memilih,
menyelidiki,
mempertanyakan, dan membuat keputusan, mereka mengaitkan isi akademis dengan konteks dalam situasi kehidupan dan dengan cara ini mereka menemukan makna. Pembelajaran CTL dinilai mampu untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan kualitas pembelajaran. Hal ini relevan dengan hasil penelitian Wiyana, dkk. (2013) bahwa penerapan model pembelajaran CTL dengan berbantu media video dapat meningkatkan prestasi belajar menulis narasi. Hasil penelitian ini merupakan acuan utama yang berkontribusi dalam penerapan model pembelajaran CTL. Namun, terdapat perbedaan media yang digunakan, yaitu peneliti menggunakan bantuan media adobe flash CS6. Pembelajaran CTL yang telah diterapkan dalam penelitian Ginting (2013) menunjukkan hasil belajar IPS siswa meningkat sebesar 58,17%. Penelitian Murtiani, Dkk., (2012) bahwa pembelajaran CTL berbasis lesson study mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian yang dilakukan Suparman, Dkk,. (2013) menyatakan bahwa”there is a significant interaction between contextual teaching and
21 learning approch and achievemnt motivation upon students’writing competency…” dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pendekatan pembelajaran CTL dengan motivasi berprestasi pada kompetensi menulis siswa. Tiningsih.,et al., (2014), “There is an increase for students of writing skills paragraph in Jayapura after learning to write a paragraph arguing with contextual approach…”. Hassrudin.,et al, (2015), “…students’critical thinking skills was improved by 18,5% after applying contextual learning in Biology Teaching and Learning Srategy course”. Jadi, penerapan pembelajaran CTL mampu memberikan dampak positif bagi siswa dalam mata pelajaran baik kemampuan menulis maupun pelajaran biologi. b. Komponen CTL Tujuh komponen pembelajaran CTL (Amri, S & Ahmadi, L. K 2010:28) : 1)
Konstruktivisme Salah satu landasan teoritik pendidikan modern termasuk CTL adalah teori pembelajaran konstruktivis. Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar dan tujuan pembelajaran kontruktivis adalah membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal dan pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkontruksi” bukan menerima pengetahuan.
2) Inkuiri Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan yang menemukan, apapun materi yang diajarkannya.
22
3) Questioning (Bertanya) Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “bertanya”. Bertanya merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting bagi pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, mengonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. 4) Learning Community (Masyarakat Belajar) Pada konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasi belajar yang diperoleh harus mengedepankan masa depan anak agar bisa bersaing di dalam masyarakat, apabila setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang bisa menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap orang akan sangat membantu proses pembelajaran di kelas dan setiap pembelajar terikat dengan lingkungan, juga masyarakat. 5) Pemodelan Pada sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru oleh siswa. Model, dapat juga didatangkan dari luar yang ahli di bidangnya, misalkan mendatangkan seorang guru lain untuk memodelkan cara menggunakan bahan ajar untuk mengukur kemampuan siswa. 6) Refleksi Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa–apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari
23 pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. 7) Authentic Assessment (Penilaian yang sebenarnya) Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan pembelajaran siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Assesment menekankan proses pembelajaran sehingga data yang diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran, pengumpulan data yang demikian merupakan autentik. Prinsip
CTL menurut Johnson (2009:86) memiliki tiga komponen
utama, yaitu: 1) CTL mencerminkan kesaling-bergantungan. Kesaling-bergantungan mewujudkan diri, misalnya ketika para siswa bergabung untuk memecahkan masalah dan ketika para guru mengadakan pertemuan dengan rekannya. Hal ini tampak jelas ketika subjek yang berbeda dihubungkan, dan ketika kemitraan menggabungkan sekolah dengan dunia bisnis dan komunitas. 2) CTL mencerminkan prinsip diferensiasi. Diferensiasi menjadi nyata ketika CTL menantang para siswa untuk saling menghormati keunikan masing-masing, untuk menghormati perbedaan-perbedaan, untuk menjadi kreatif, untuk bekerja sama, untuk menghasilkan gagasan yang baru dan hasil baru yang berbeda, dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tanda kemantaban dan kekuatan. 3) CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri. Pengorganisasian diri terlihat ketika para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan minat mereka sendiri yang berbeda, serta mendapatkan manfaat. c. Strategi Pembelajaran CTL
24 Strategi pembelajaran merupakan kegiatan yang dipilih untuk mencapai keberhasilan pembelajaran. Strategi pembelajaran mencakup segala materi, model, media yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan center for occupational research and development (Suprijono, 2014:84) bahwa strategi pembelajaran CTL digambarkan sebagai berikut: 1) Relating, belajar dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata. 2) Experiencing, belajar adalah kegiatan “mengalami”. 3) Applying, belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dalam konteks dan pemanfaatannya. 4) Cooperating, belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui
belajar
kelompok,
komunikasi
interpersonal,
atau
hubungan intersubjektif. 5) Transfering, belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru. d. Kelebihan dan Kelemahan CTL Kelebihan dan kelemahan pembelajaran CTL menurut Fahrudin & Indahwati (2013:158): 1) Kelebihan a) Siswa lebih aktif karena selalu mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari. b) Menumbuhkan kerja sama dan saling pengertian sesama teman dengan terbentuknya learning community. c) Pembelajaran berlangsung alami karena siswa yang berusahan menemukan cara yang menurut dirinya (inquiry) untuk mencapai ketuntasan. 2) Kelemahan a) Guru harus lebih intensif dalam membimbing dan mendampingi siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
25 b) Membutuhkan waktu yang lama karena pendekatan ini bersifat inquiry atau menemukan pengetahuan dan keterampilan sendiri. Kelemahan yang ada pada pembelajaran CTL dapat diatasi dengan cara guru pembelajaran dilaksanakan secara intensif dan guru secara langsung membimbing siswa untuk mengembangkan pemikiran bahwa belajar lebih bermakna dengan bekerja sendiri, menemukan sendiri pengetahuan barunya. e. Pembelajaran CTL pada Mata Pelajaran Akuntansi Akuntansi
merupakan
proses
pencatatan,
penggolongan
dan
peringkasan pada aktivitas bisnis dengan cara setepat-tepatnya yang bersifat keuangan atau dinyatakan dalam uang (Aryati & Imran, 2014:15). Pembelajaran akuntansi berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap rasional, teliti, jujur, dan bertanggungjawab melaui prosedur
pencatatan,
pengelompokkan,
pengikhtisarian
transaksi
keuangan, penyusunan laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Pembelajaran CTL pada mata pelajaran akuntansi terbukti memiliki dampak positif bagi siswa. Hal ini sesuai simpulan Puspitasari dkk. (2015) bahwa pembelajaran CTL dengan metode snowball throwing dapat meningkatkan karakter rasa ingin tahu dan hasil belajar akuntansi pada siswa SMK Muhammadiyah 3 Gemolong. Hasil penelitian Wahyuni,dkk. (2015) penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dilengkapi media word square dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi kelas X Ak 1 SMK Negeri 1 Karanganyar. Tahapan pembelajaran CTL pada mata pelajaran akuntansi dilakukan dengan langkah-langkah: 1) Pendahuluan a) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai, tujuan dari proses pembelajaran, dan pentingnya materi pelajaran akuntansi yang akan dipelajari.
26 b) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL yaitu siswa diberi ilustrasi materi akuntansi untuk membuka pola pikir siswa dan menemukan makna dalam ilustrasi yang diberikan.. 2) Inti a) Materi dijelaskan oleh guru berdasarkan ilustrasi yang diberikan sebelumnya dengan media adobe flash CS6 dan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari serta contoh yang relevan. b) Daftar pertanyaan disiapkan
untuk mengaitkan materi dengan
dunia nyata dan terjadi proses diskusi. c) Ilustrasi yang diberikan pada siswa didiskusikan, dicatat dan selanjutnya dilaporkan hasil diskusi. 3) Penutup a) Dengan bantuan guru, hasil diskusi disimpulkan siswa sesuai dengan indikator prestasi belajar yang harus dicapai. b) Siswa ditugaskan untuk membuat karangan/mengerjakan latihan mengenai pengalaman belajar. c) Reward diberikan kepada siswa yang bersedia menjelaskan hasil pekerjaan yang dilakukan. B. Kerangka Berpikir Guru sebagai seorang pendidik harus memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi sosial, kompetensi, profesional, kompetensi pedagogik, dan kompetensi kepribadian. Kompetensi yang berkaitan dengan proses pembelajaran adalah kompetensi profesional. Guru harus melibatkan siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan model dan strategi mengajar yang tepat. Selain itu guru menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep yang benar, oleh karena itu guru harus melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan media, sehingga terjadi suasana belajar yang menyenangkan. Pada studi pendahuluan yang telah dilakukan pada siswa kelas X Akuntansi 2
27 terjadi beberapa permasalahan dalam pembelajaran, yaitu motivasi belajar siswa masih rendah yang terlihat dari siswa belum fokus saat proses belajar mengajar berlangsung sehingga lingkungan belajar menjadi tidak kondusif, hal ini dikarenakan siswa belum bersungguh-sungguh dalam pelajaran, hanya beberapa siswa yang fokus memperhatikan penjelasan dari guru. Prestasi belajar siswa juga kurang optimal yang diketahui berdasarkan nilai hasil Ulangan Tengah Semester (UTS) yaitu dari 31 siswa sejumlah 41,94 % (13) siswa diantaranya belum tuntas belajar atau belum mencapai nilai KKM. KKM yang sipersyaratkan yaitu 2,67 pada skala 4. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan siswa terhadap materi masih kurang. Dari permasalahan yang ada maka guru perlu menjadikan pembelajaran lebih menarik dan inovatif agar siswa fokus pada pelajaran menggunakan model, strategi, dan media yang tepat sesuai kondisi siswa. Selain itu perlu adanya pengaitan materi dengan kehidupan sehari-hari agar siswa lebih mudah menemukan makna terhadap materi yang diajarkan. Implementasi pembelajaran CTL berbantu media menggunakan program adobe flash CS6 diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa sehingga siswa lebih kompeten. Skema kerangka berpikir dapat dilihat pada Gambar 2.
28 Siswa lebih kompeten
Motivasi dan prestasi belajar akuntansi siswa meningkat
Upaya perbaikan dengan implementasi pembelajaran CTL berbantu adobe flash CS6
Motivasi dan prestasi belajar akuntansi siswa rendah
Siswa belum bersungguh-sungguh selama proses pembelajaran akuntansi
Gambar 2. Skema Kerangka berpikir
29
C. Hipotesis Tindakan Hipotesis merupakan sesuatu yang dianggap benar atas suatu pendapat atau teori meskipun kebenarannya harus dibuktikan. Berdasarkan kerangka berpikir yang telah digambarkan, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah: 1. Implementasi pembelajaran contextual teaching and learning berbantu adobe flash CS6 dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada kelas X akuntansi 2 SMK Negeri 1 Banyudono tahun 2016. 2. Implementasi pembelajaran contextual teaching and learning berbantu adobe flash CS6 dapat meningkatkan prestasi belajar akuntansi siswa pada kelas X akuntansi 2 SMK Negeri 1 Banyudono tahun 2016.