BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Kategori Status Pekerjaan Ibu Kategori status pekerjaan ibu yang diteliti dalam kasus ini terbagi menjadi tiga yaitu pertama, ibu yang bekerja sehari penuh. Pekerja sehari penuh atau pekerja fulltime telah memiliki ketentuan tersendiri yang sudah diatur pemerintah dalam undang-undang. Ketentuan jam kerja ini telah diatur dalam dua sistem yaitu tujuh jam kerja dalam satu hari atau 40 jam kerja dalam satu minggu untuk enam hari kerja dalam satu minggu; atau delapan jam kerja dalam satu hari atau 40 jam kerja dalam satu minggu untuk lima hari kerja dalam satu minggu (Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan). Jadi dapat disimpulkan bahwa ibu yang bekerja penuh yaitu ibu yang memiliki jam kerja kurang lebih 40 jam dalam seminggu, atau setiap harinya harus bekerja selama 8 jam atau lebih. Kedua, ibu yang bekerja secara fleksibel atau paruh waktu. Para pekerja paruh waktu bisa bekerja di bawah sejumlah aturan yang berbeda, seperti bekerja dua hari penuh dalam seminggu, 20 jam seminggu, 40 jam per dua minggu, dan lain-lain (Molloy, 2010). Dapat disimpulkan bahwa para pekerja paruh waktu memiliki jam kerja yang bebeda-beda, seperti 3 jam dalam sehari dalam satu minggu. Jika dikaitkan dengan pekerja penuh atau fulltime, maka pekerja paruh waktu tidak boleh memiliki lebih dari 7 jam kerja setiap harinya dalam satu minggu. Ketiga, ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga. Menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionaries, ibu rumah tangga (housewife) adalah seorang wanita yang telah menikah yang pekerjaan utamanya adalah merawat keluarganya, mengelola urusan rumah tangga, dan melakukan pekerjaan rumah tangga. Selain itu, ibu rumah tangga yaitu seorang wanita yang tinggal di rumah untuk memasak, membersihkan, menjaga anak, dll sementara suami atau partner keluar untuk bekerja (http://www.oxforddictionaries.com/). 6
7 Sebagai seorang yang telah menikah, wanita memiliki peran dalam keluarga inti sebagai seorang isteri, sebagai ibu, dan sebagai pengurus rumah tangga, Munandar (1985). Namun dengan banyaknya peran yang dimiliki oleh wanita tidak membuat wanita kehilangan haknya. Sesungguhnya setiap manusia, termasuk wanita ibu rumah tangga tetap mempunyai hak sebagai individu, sebagai pribadi yang mempunyai keunikannya sendiri (Munandar, 1985). 2. Pengaruh Pekerjaan Ibu terhadap Perkembangan Anak Terdapat beberapa pandangan mengenai status pekerjaan ibu jika dikaitkan dengan perkembangan dan kemampuan anak. pertama yaitu seperti yang dikemukakan Buehler & O’Brien (2011) yang menyatakan bahwa ibu yang bekerja paruh waktu yang diamati menjadi lebih sensitif dalam interaksi dengan anak-anak usia prasekolah mereka daripada ibu-ibu lain. Hal ini berarti ibu yang bekerja paruh waktu lebih peka atau reaktif terhadap interaksi yang dilakukan dengan anaknya. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa, pekerjaan paruh waktu memiliki beberapa manfaat untuk ibu dan keluarga selama pemeliharaan anak (Buehler & O’Brien, 2011). Sejalan dengan pandangan tersebut, hasil penelitian menunjukkan pengaruh pekerjaan ibu dan perawatan anak selama lima tahun pertama dari kehidupan anak cukup besar (Bernal, 2008). Biasanya wanita karir akan memilih menitipkan anak usia dini yang mereka miliki di tempat penitipan anak atau sejenisnya, sementara ibu rumah tangga akan mengurus anak mereka
sendiri
di
rumah.
Menurut
Bernal
(2008),
wanita
yang
bekerja/menggunakan jasa childcare mungkin secara sistematis berbeda dengan wanita yang tidak bekerja/tidak menggunakan jasa childcare. Perubahan sosial ekonomi seluruh masyarakat industri telah memiliki dampak yang cukup besar pada kegiatan perempuan dan terutama sifat pekerjaannya (England, 2005). Hal tersebut terjadi juga di Indonesia dilihat dari pemerintah Indonesia yang tidak mengatur tentang larangan untuk bekerja bagi wanita atau pun bagi ibu yang memiliki anak. Hal tersebut
8 dibuktikan dengan tingginya jumlah tenaga kerja wanita yang masuk dalam daftar pemenuhan tenaga kerja tahun 2014 yang menunjukkan 46,2% dari jumlah keseluruhan adalah wanita (Data Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dikutip dari publikasi statistik Indonesia, 2014). Fakta ini nampaknya sejalan dengan sebuah penelitian sebelumnya di Belanda yang menyatakan, “Pemerintah dapat mendorong ibu dari anak-anak usia sekolah untuk masuk kembali ke pasar tenaga kerja atau meningkatkan jam kerja mereka, karena pekerjaan ibu berhubungan positif dengan hasil anak” (KünnNelen, de Grip, & Fourage, 2013). Dari beberapa pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa status pekerjaan ibu memiliki pengaruh terhadap perkembangan anak. 3. Bahasa Lisan Anak Keterampilan bahasa, secara khusus, sangat penting untuk penyesuaian anak di sekolah dan di kemudian hari (Schoon, Parsons, Rush, & Law, 2010). Lingkup perkembangan bahasa anak usia 4 – 5 dalam Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 yaitu memahami bahasa, mengungkapkan bahasa, dan keaksaraan. Lingkup mengungkapkan bahasa sejalan dengan kemampuan bahasa lisan yang akan diukur dalam penelitian ini. Bahasa lisan adalah sistem ketika menggunakan kata-kata yang diucapkan untuk mengekspresikan pengetahuan, gagasan, dan perasaan (Lessaux dkk, 2014). Bahasa lisan meliputi kegiatan seperti berbagi informasi; menceritakan pada orang lain mengenai perasaan; saran; membujuk orang lain; menghibur; berbagi ide; mengingat; situasi khusus (Dahlgren, 2008). Dengan demikian, bahasa lisan merupakan modal utama untuk menjalin komunikasi yang diperlukan anak demi keberlangsungan tahap kehidupan yang lebih lanjut. Hal tersebut sejalan dengan simpulan Cregan itu (Shiel, Cregan, McGough, & Archer, 2012) yang mengemukakan bahwa bahasa lisan adalah hal pertama yang paling penting, dan paling digunakan media komunikasi terstruktur. Ini adalah sarana utama yang masing masing anak akan
9 mengaktifkan
untuk
menyusun,
mengevaluasi,
menggambarkan
dan
mengontrol pengalamannya. Selain itu, dan yang paling penting, bahasa lisan adalah mediator utama dari budaya, cara anak-anak menemukan diri mereka di dunia, dan mendefinisikan diri mereka dengan atau pun tanpa. Kemampuan
berbahasa
lisan
anak
sejalan
dengan
Lingkup
Perkembangan Mengungkapkan Bahasa Anak Usia 4 – 5 Tahun dalam Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 meliputi : mengulang kalimat sederhana, bertanya dengan kalimat
yang
benar,
menjawab
pertanyaan
sesuai
pertanyaan,
mengungkapkan perasaan dengan kata sifat (baik, senang, nakal, pelit, baik hati, berani, baik, jelek, dsb), menyebutkan kata-kata yang dikenal, mengutarakan pendapat kepada orang lain, menyatakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan atau ketidaksetujuan, menceritakan kembali cerita/dongeng yang pernah didengar, memperkaya perbendaharaan kata, dan berpartisipasi dalam percakapan. Dari beberapa hal tersebut, ditentukan indikator kemampuan bahasa lisan yang relevan dalam penelitian ini yaitu (1) mengulang kalimat sederhana, (2) menjawab pertanyaan sesuai pertanyaan, (3) mengungkapkan perasaan dengan kata sifat, (4) mengutarakan pendapat kepada orang lain, (5) menyatakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan atau ketidaksetujuan, dan (6) berpartisipasi dalam percakapan. Selain beberapa teori yang mendukung, terdapat beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini yang perbandingannya terlampir. Dilihat dari penelitian yang relevan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang berjudul Status Pekerjaan Ibu sebagai Prediktor Kemampuan Bahasa Lisan Anak Usia 4 – 5 tahun merupakan penelitian yang asli dan belum pernah dilakukan sebelumnya. B. Kerangka Berpikir Bahasa lisan menjadi sangat penting dalam perkembangan anak usia 4 – 5 tahun. Tanpa bahasa lisan yang fasih dan terstruktur, anak-anak akan sangat sulit untuk berpikir (Dahlgren, 2008). Dalam perkembangan bahasa yang dialami
10 anak, dapat diprediksi bahwa ibu sebagai orang terdekat anak memainkan peranan penting, hal tersebut erat kaitannya dengan intensitas komunikasi yang dipengaruhi oleh pekerjaan ibu. Munandar (1985) menyatakan, sebagai seorang yang telah menikah, wanita memiliki peran dalam keluarga inti sebagai isteri, sebagai ibu, dan pengurus rumah tangga. Namun dalam kehidupan modern dan dalam era pembangunan dewasa ini wanita dituntut dan sering juga termotivasi untuk memberikan sumbangan lebih dari itu. Banyak wanita yang tidak merasa puas hanya dengan ketiga peran di atas, dan sering keadaan ekonomi keluarganya menuntut bahwa ia bekerja di luar. Sehingga, wanita yang memiliki beban kerja kemungkinan harus memainkan peran ganda dalam kehidupannya. Di rumah mereka berperan sebagai ibu dan di tempat bekerja mereka berperan sebagai pekerja atau pegawai dengan sekian jam beban kerja yang sudah tentu akan menyita waktu mereka. Merujuk pada penelitian terdahulu, terdapat hasil menggambarkan pengaruh ataupun hubungan antara status pekerjaan ibu dengan perkembangan anak yang dalam penelitian kali ini memiliki fokus pada perkembangan bahasa lisan anak usia 4–5 tahun. Untuk itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan status pekerjaan ibu dengan kemampuan bahasa lisan anak usia 4-5 tahun sehingga dapat ditentukan lebih lanjut apakah status pekerjaan ibu dapat menjadi prediktor kemampuan bahasa lisan anak usia 4–5 tahun. Skema kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar.1
11
Pekerja Sehari Penuh
Pekerja Paruh Waktu
Tidak Bekerja
Bahasa Lisan Anak Usia 4 - 5 Tahun Keterangan : Secara parsial Secara simultan
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir Berdasarkan kerangka berpikir, maka akan dihasilkan persamaan regresi dalam penelitian ini sebagai berikut 𝑌 = 𝑎 + 𝑏1𝑋1 𝐹𝑈𝐿𝐿𝑇𝐼𝑀𝐸 + 𝑏2𝑋2 𝑃𝐴𝑅𝑇𝑇𝐼𝑀𝐸 Keterangan : Y = bahasa lisan anak a = konstanta b1 = fulltime b2 = parttime Hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen ditunjukkan oleh nilai Odds Ratio (OR) atau pun eksponen b. Adapun interpretasi OR adalah sebagai berikut : OR atau b = 1,
berarti tidak ada hubungan antara variabel dependen dan independen
12 OR atau b > 1,
berarti ada hubungan positif antara variabel dependen dan independen
OR atau b < 1,
berarti ada hubungan negatif antara variabel dependen dan independen C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir, maka hipotesis dari penelitian ini adalah status pekerjaan ibu memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan bahasa lisan anak usia 4 – 5 tahun dan dapat dijadikan sebagai prediktor kemampuan bahasa lisan anak usia 4 – 5 tahun.