7 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Literasi Keuangan a. Konsep Literasi Keuangan Literasi didefinisikan sebagai kemampuan seseorang individu untuk membaca, menulis, dan berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat kemahiran yang diperlukan, dalam individu, keluarga dan masyarakat (National Institute for literacy, dalam Remund, 2010:23). Salah satu kecerdasan yang harus dimiliki oleh manusia modern adalah kecerdasan keuangan yaitu kecerdasan dalam mengelolala aset pribadi, khususnya dalam pengelolaan aset keuangan pribadi. Salah satu bentuk aplikasi dari manajemen keuangan adalah manajemen keuangan pribadi (personal finance) yaitu proses perencanaan dan pengendalian keuangan dari unit individu atau keluarga. Menurut buku pedoman Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (2013:80), yang dimaksud dengan literasi keuangan adalah “Rangkaian proses atau aktivitas untuk meningkatkan pengetahuan (knowledge), keyakinan (convidence) dan keterampilan (skill) konsumen dan masyarakat luas sehingga mereka mampu mengelola keuangan yang lebih baik”. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsumen produk dan jasa keuangan maupun masyarakat luas diharapkan tidak hanya mengetahui dan memahami lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan, melainkan juga dapat mengubah atau memperbaiki perilaku masyarakat dalam pengelolaan keuangan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan mereka. Memahami dan menerapkan konsep dasar ekonomi secara tepat tercermin dalam perilaku seseorang dalam mengelola keuangan. Literasi keuangan terjadi manakala seorang individu memiliki sekumpulan keahlian dan kemampuan yang membuat orang tersebut mampu memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan. Tujuan pembangunan literasi keuangan untuk jangka panjang adalah meningkatkan literasi seseorang yang sebelumnya less literate atau not literate
8 menjadi well literate, dan meningkatkan jumlah pengguna produk dan jasa keuangan. Menurut Otoritas Jasa Keuangan, tujuan literasi keuangan tersebut tidak dapat tercapai dengan optimal apabila faktor-faktor external lainnya tidak mendukung. Faktor ekternal yang berpotensi memengaruhi keberhasilan literasi keuangan tersebut antara lain : pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita, distribusi pendapatan, tingkat kemiskinan masyarakat, tingkat pendidikan masyarakat, komposisi penduduk yang berusia produktif dan pemanfaatan teknologi informasi. Otoritas Jasa Keuangan sudah menetapkan visi, misi, dan prinsip literasi keuangan dalam Cetak Biru Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia. Visi literasi keuangan Indonesia menurut Otoritas Jasa Keuangan ialah mewujudkan masyarakat Indonesia yang memiliki tingkat literasi keuangan yang tinggi (well literate) sehingga masyarakat dapat memiliki kemampuan atau keyakinan untuk memilih dan memanfaatkan produk dan jasa keuangan guna meningkatkan kesejahteraan. Misi Cetak Biru Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia adalah : melakukan edukasi di bidang keuangan kepada masyarakat Indonesia agar dapat mengelola keuangan secara cerdas dan meningkatkan akses informasi serta penggunaan produk dan jasa keuangan melalui pengembangan infrastruktur pendukung literasi keuangan.
b. Pengukuran Literasi Keuangan Literasi keuangan dicerminkan oleh pengetahuan dan kemampuan seseorang secara kognitif mengenai keuangan. Kemampuan dalam literasi keuangan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan pengetahuan keuangan yang dimiliki untuk membuat keputusan. PISA (2010:87) menjelaskan kemampuan dalam literasi keuangan merupakan proses kognitif yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan siswa untuk mengenali dan menerapkan konsepkonsep yang relevan dengan keuangan. Remund (2010:45) menyatakan empat hal yang paling umum dalam literasi keuangan adalah pemahaman penganggaran, tabungan, pinjaman dan investasi, sedangkan menurut Heilgert, et al (Klien, 2009:121) dalam survei nasional
9 tentang keuangan konsumen ada empat variabel yaitu : cash-flow management, credit management, savings, and investment practices. Literasi keuangan
adalah gambaran kemampuan menggunakan dan
mengelola keuangan. Variabel Literasi keuangan secara lebih luas mengukur kemampuan seseorang berkaitan dengan pemahaman mengenai nilai tukar uang, fitur jasa layanan keuangan, pencatatan keuangan, sikap dalam mengeluarkan keuangan (ASIC, 2003:94; Giregor, 2006:32). Menurut Widayat (2010:76) literasi keuangan diukur dengan : 1) Menyusun/merencanakan anggaran penghasilan yang akan diterima 2) Menyusun/merencanakan anggaran biaya yang akan dikeluarkan 3) Kepatuhan terhadap rencana anggaran pengeluaran 4) Pemahaman atas nilai riil uang 5) Pemahaman nilai nominal uang 6) Pemahaman tentang inflasi Australian Securities & Investment Commission (dalam Yunikawati, 2012:61) menyatakan bahwa untuk mendalami dan mengetahui seberapa besar tingkat literasi keuangan seseorang dapat menggunakan tolok ukur pengetahuan sebagai berikut : 1) Pengetahuan seseorang atas nilai suatu barang dan skala prioritas dalam hidupnya 2) Penganggaran, tabungan dan bagaimana mengelola uang 3) Pengelolaan kredit 4) Pentingnya asuransi dan melindungi terhadap resiko 5) Dasar-dasar investasi 6) Perencanaan pensiun 7) Pemanfaatan dari belanja dan membandingkan produk dimana harus pergi mencari saran dan informasi bimbingan, dan dukungan tambahan 8) Bagaimana mengenali potensi konflik atas kegunaan (prioritasi) Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa literasi keuangan seseorang dapat dilihat dari proses kognitif atau pengetahuan yang dia miliki dalam mengelola keuangan, dan dalam sikap terhadap keuangan pribadi yang akan memengaruhi perilaku keuangan atau keputusan dalam mengelola keuangan.
10 Hal ini dapat diperkuat dengan pendapat (Capuono, 2011:52) menyatakan bahwa diperlukan studi pre dan post test untuk mengetahui adanya perubahan literasi keuangan. Lebih lanjut kemampuan mengelola keuangan seseorang terutama untuk kalangan muda masih rendah dibandingkan dengan orang dewasa, disamping itu pada kelompok anak muda juga terjadi perbedaan dalam hal literasi keuangan yang disebabkan oleh latar belakang keluarga dan ekonomi orang tua, serta tingkat pendidikannya (Lusardi, 2009:111).
2. Kecerdasan a. Konsep Kecerdasan Menurut bahasa, inteligensi diartikan sebagai kemampuan umum dalam memahami hal-hal yang abstrak. Menurut istilah, inteligensi didefinisikan sebagai kesanggupan seseorang untuk beradaptasi dengan berbagai situasi dan dapat diabstraksikan pada suatu kualitas yang sama. Istilah cerdas atau inteligensi berbeda dengan Intelligence Quotient. Cerdas digunakan untuk melihat sejauh mana kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah, sedangkan Intelligence Quotient digunakan untuk melihat bagaimana status seseorang dibandingkan dengan teman lain. Untuk menentukan kecerdasan seseorang dapat diukur dengan mengacu pada salah satu konsep yang ditawarkan para ahli seperti konsep multiple intelligence Gardner (1999:58). Adapun untuk mengetahui Intelligence Quotient seseorang dapat dilakukan dengan tes Intelligence Quotient . Banyak ahli yang sudah mengungkapkan definisi tentang kecerdasan atau inteligensi, dari yang sangat sederhana sampai yang modern (lebih kompleks), diantaranya : 1) Amstrong (2009:79-82) menyatakan bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman seseorang 2) Menurut Santrock (2010:110) inteligensi adalah keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi pada pengalaman hidup serta belajar dari pengalaman hidup sehari-hari.
11 3) Binet seorang psikologi Prancis, menyatakan bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan untuk bersikap kritis terhadap diri sendiri (Lesmana, 2010:31) 4) Para ahli psikologis mengartikan kecerdasan sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk memperoleh pengetahuan, menguasai dan mempraktekkannya dalam pemecahan suatu masalah (Yani, 2011 : 53) 5) Pendapat lain tentang pengertian inteligensi dikemukakan oleh Heidentich (dalam Haryu Islamudin, 2012:250) yaitu “Intelligence refers to the ability to learn and to utilize what has been learned in adjusting to unfamiliat situation, or in the solving of problems” Artinya adalah kecerdasan menyangkut kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha penyesuaian terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal, atau dalam pemecahan masalah-masalah. Berdasarkan pendapat di atas, maka peneliti mengartikan bahwa inteligensi adalah kemampuan seseorang dalam berpikir untuk memecahkan masalah dan menyesuaikan diri dengan lingkungan.
b. Faktor-faktor yang memengaruhi kecerdasan Islamudin dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan (2012:254255) menyatakan inteligensi seseorang pasti berbeda. Perbedaan itu terjadi karena adanya faktor-faktor yang memengaruhinya. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pembawaan Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat yang telah ada sejak lahir. Misalnya, dalam sebuah kelas, seorang guru memberikan materi yang sama, namun tidak menuntut kemungkinan semua siswa dapat menerima dengan kapasitas yang sama. Hal demikian terjadi karena kemampuan peserta didik yang berbeda yaitu memiliki kecerdasan yang baik dan tidak memiliki kecerdasan yang kurang baik. 2) Kematangan Kematangan yang dimaksud disini adalah kematangan organ tubuh dari hasil pertumbuhan dan perkembangan. Kematangan itu dapat disebut sebagai
12 kesanggupan organ tubuh dalam menjalankan fungsinya masing-masing. Misalnya, seorang siswa menerima soal namun tidak dapat mengerjakan dengan baik, dan merasa sukar karena soal tersebut masih sangat sukar baginya. Hal demikian terjadi karena, kapasitas soal yang diterima belum sesuai dengan usia anak didik. 3) Pembentukan Pembentukan dapat diartikan sebagai segala keadaan diluar diri seseorang yang memengaruhi perkembangan inteligensi. Pembentukan itu dapat dilakukan dengan sengaja (belajar disekolah) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar). 4) Minat dan pembawaan yang khas Minat mengarahkan perbuatan manusia kepada tujuan yang hendak dicapai. Dalam diri manusia terdapat dorongan–dorongan yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar sehingg menimbulkan minat terhadap sesuatu. Segala sesuatu yang diminati akan mendorong untuk melakukan lebih giat dan lebih baik lagi. 5) Kebebasan Kebebasan berarti manusia dapat memilih metode-metode yang hendak digunakan dalam memecahkan masalah. Manusia bebas memilih metode, juga bebas memilih masalah sesuai kebutuhan, dengan demikian minat tidak selamanya menjadi syarat dalam perbuatan inteligensi. Ada beberapa faktor yang memengaruhi kecerdasan menurut Bayley (1979) adalah : 1) Keturunan Berdasarkan studi korelasi diantara kakek nenek, anak dengan orang tua menunjukkan adanya pengaruh faktor keturunan terhadap tingkat kemampuan mental seseorang pada tingkat tertentu. 2) Latar belakang sosial ekonomi Pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga dan faktor-faktor sosial ekonomi lainnya, berkorelasi positif dan cukup tinggi dengan taraf kecerdasan individu mulai usia 3 tahun sampai dengan remaja.
13 3) Lingkungan hidup Kemampuan intelektual menjadi kurang baik apabila dalam lingkungan yang kurang baik. 4) Kondisi fisik Apabila anak dibesarkan dalam kondisi gizi dan kesehatan yang buruk, dan akhirnya menghambat perkembangan fisik maka kecerdasan anak menjadi rendah 5) Iklim emosi Perkembangan mental individu dipengaruhi iklim emosi dimana individu dibesarkan.
c. Kecerdasan Majemuk Menurut Gardner (1999:135), seorang psikolog dan ahli pendidikan dari Universitas Harvard AS mengembangkan teori Multiple Intelligences (kecerdasan ganda/majemuk) meliputi : 1). Kecerdasan Linguistik Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan, mengolah kata-kata secara efektif baik secara lisan maupun tertulis. Ciri-ciri : a) Dapat berargumentasi, meyakinkan orang lain, menghibur atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata b) Gemar membaca dan dapat mengartikan bahasa tulisan dengan jelas. Contoh pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan linguistik adalah wartawan dan reporter, tenaga penjual, penyair, copywriter, penulis dan pengacara 2). Kecerdasan Logika matematika Kecerdasan logika matematika adalah kemampuan menggunakan bilangan dan logika secara efektif. Ciri-ciri : a) Mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi b) Berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan hipotesis c) Memiliki pandangan hidup yang bersifat rasional
14 Contoh pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan logika matematika adalah : akuntan, ahli statistik, insinyur, penemu, pedagang, dan pembuat program komputer. 3) Kecerdasan Musikal Kecerdasan musikal adalah kemampuan untuk mengembangkan dan mengekspresikan dan menikmati bentuk musik dan suara. Ciri-ciri : a) Peka nada dan menyanyi lagu dengan tepat b) Dapat mengikuti irama c) Mendengar musik dengan tingkat ketajaman lebih Contoh pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan musikal adalah guru musik, pembuat instrumen atau alat musik, pemain band atau konduktor, DJ, kritikus musik, kolektor musik, pencipta lagu atau penyanyi. 4). Kecerdasan Spasial Kecerdasan spasial adalah kemampuan untuk melihat dan mengenali pola ruang secara akurat. Ciri-ciri : a) Kepekaan tajam untuk detail visual, keseimbangan, warna, garis, bentuk dan ruang b) Mudah memperkirakan jarak dan ruang c) Membuat sketsa ide dengan jelas. Contoh
pekerjaan
yang
membutuhkan
kecerdasan
spasial
adalah
photographer, decorator ruang, perancang busana, arsitek, pembuat film 5). Kecerdasan Kinestetik (Bodily-Kinesthetic) Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan untuk menggunakan seluruh tubuh secara terampil untuk mengungkapkan ide dan perasaan. Ciri-ciri : a)
Menikmati kegiatan fisik (olahraga)
b)
Cekatan dan tidak bisa tinggal diam
c) Berminat dengan segala sesuatu. Beberapa jenis pekerjaan
yang
membutuhkan kecerdasan ini adalah mekanik, pelatih, pengrajin, atlet, aktor, penari atau koreografer.
15 6). Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk mengorganisasikan orang lain dan mengkomunikasikan secara jelas apa yang perlu dilakukan, berempati kepada orang lain, membedakan dan menginterpretasikan berbagai jenis komunikasi dengan orang lain dan memahami intensi, hasrat, dan motivasi orang lain. Ciri-ciri : a) Menghadapi orang lain dengan penuh perhatian dan bersifat terbuka b) Menjalin kontak mata dengan baik c) Menunjukkan empati pada orang lain d) Mendorong orang lain menyampaikan kisah hidup yang dialami Contoh pekerjaan yang menggunakan kecerdasan interpersonal adalah manajer, politisi, pekerja sosial, pemimpin, psikolog, guru atau konsultan. 7). Kecerdasan Intrapersonal Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan untuk menilai kekuatan kelemahan, bakat, ketertarikan diri sendiri, menggunakan untuk menentukan tujuan, menyusun dan mengembangkan konsep dan teori berdasarkan pemeriksaan kedalam diri sendiri, memahami perasaan, intuisi, temperamen, dan menggunakan untuk mengekpresikan pandangan pribadi. Ciri-ciri : a) Membedakan berbagai macam emosi b) Mudah mengakses perasaan sendiri c) Menggunakan pemahaman yang dimiliki untuk memperkaya dan membimbing hidup yang dijalani d) Mawas diri dan tertarik melakukan meditasi e) Lebih suka bekerja sendiri. Beberapa jenis pekerjaan yang menggunakan kecerdasan ini adalah perencana, pemuka agama, atau ahli filosofi. 8). Kecerdasan Naturalis Kecerdasan
naturalis
adalah
kemampuan
untuk
mengenali,
mengelompokkan dan menggambarkan berbagai macam keistimewaan yang ada di lingkungan.
16 Ciri-ciri : a) Mencintai lingkungan b) Mampu mengenali sifat dan tingkah laku binatang c) Senang kegiatan di luar (alam) Contoh pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan naturalis ini adalah ahli biologi atau ahli konservasi lingkungan. 9). Kecerdasan Eksistensial Kecerdasan
Eksistensial
adalah
kemampuan
untuk
menikmati
keingintahuan mengenai kehidupan, kematian dan realita yang ada. Ciri-ciri : a) Mempertanyakan hakekat segala sesuatu b) Mempertanyakan keberadaan peran diri sendiri di alam/ dunia. Beberapa Pekerjaan di bidang ini adalah Filsuf dan Teolog d. Intelligence Quotient (IQ) Kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan yang dimiliki seseorang dalam belajar. Kecerdasan intelektual sering disebut sebagai kecerdasan yang mengacu terhadap kemampuan kognitif seseorang, yaitu kemampuan berpikir yang tinggi dalam usaha meningkatkan kemampuan yang dimiliki. Siswa yang memiliki kemampuan analitis tinggi cenderung lebih disukai dalam sekolah umum. Siswa mudah menyerap palajaran dimana guru memberi palajaran dan siswa diberi ujian. Siswa sering dianggap sebagai murid “pintar” yang memperoleh ranking bagus, nilainya selalu bagus, dan mudah masuk ke Universitas. Murid yang memiliki inteligensi kreatif tinggi biasanya bukan ranking atas dalam kelas. Strenberg mengatakan bahwa murid yang kreatif mungkin tidak dapat menyelesaikan tugas pelajaran sesuai dengan keinginan guru. Jawaban mereka mungkin tidak lazim atau tepat, sehingga sering disalahkan oleh guru. Seperti murid dengan inteligensi kreatif tinggi, murid dengan inteligensi praktis sering kali kesulitan memenuhi keinginan sekolah. Namun, murid ini sering berpestasi diluar kelas. Siswa memilik keahlian sosial yang tinggi. Saat dewasa menjadi manager sukses, pengusaha, atau politikus meski memiliki catatan
17 prestasi sekolah yang cukup. Menurut pengertian tersebut, kecerdasan analitis yang dimiliki tidak menjamin kesuksesan seseorang. Kecerdasan intelektual dijelaskan dengan berbagai macam teori. Banyak teoriteori dari berbagai ahli menyebutkan pengertian-pengertian inteligensi yang berbeda. Teori –teori kecerdasan intelektual itu adalah sebagai berikut: 1) Teori Uni-faktor Stern (1953:321) memperkenalkan inteligensi dengan sebutan “Unifactor theory”. Menurut teori ini, inteligensi adalah kemampuan umum. Karena itu, inteligensi bersifat umum. Reaksi terhadap lingkungan dalam menyesuaikan diri mereka dan dalam memecahkan masalah bersifat umum. Kapasitas umum itu dapat timbul akibat pertumbuhan biologis atau akibat belajar. Kapasitas umum yang ditimbulkan lazim disebut sebagai “G”. 2) Teori Two-faktors Seorang ahli matematika bernama Sperman (1923:67), mengajukan sebuah teori tentang inteligensi. Teori ini dikenal dengan sebutan “Two kind of factors theory”. Artinya dalam teori belajar ini terdapat dua faktor mental terhadap kecerdasan seseorang. Kedua faktor mental itu disebut dengan faktor yang diberi kode “G” dan faktor yang diberi kode “S”. Faktor “G” mewakili kekuatan mental yang berfungsi dalam setiap tingkah laku mental individu, sedangkan faktor “S” menentukan tindakan-tindakan mental untuk mengatasi permasalahan. Faktor “G” yang terdapat dalam inteligensi seseorang, memiliki kemampuan atau kapasitas untuk mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Siswa dapat mempelajari bermacam-macam pelajaran seperti matematika, bahasa, sains, dan sebagainya dengan simbol abstrak. Sedangkan siswa yang inteligensinya terdapat faktor “S” yaitu didasarkan pada gagasan. Artinya, fungsi otak tergantung kepada ada dan tidaknya struktur atau koneksi yang tepat bagi situasi atau masalah tertentu. Dengan demikian, luasnya faktor “S” mencerminkan kerja khusus dari otak, bukan karena struktur khusus otak. Faktor “S” lebih tergantung terhadap organisasi neurologist yang berhubungan dengan keamampuan –kemampuan khusus.
18 a) Teori Multi-Factors Teori intelligensi Multi Factors dikembangkan oleh Thorndike (1959:12). Menurut teori ini, inteligensi terdiri dari bentuk-bentuk hubungan antara stimulus dan respon. Hubungan neural ini yang dapat mengerahkan tingkah laku individu. Misalnya, ketika seseorang mampu menghafal sebuah materi pembelajaran dengan mudah, menghafal puisi, serta melakukan pekerjaan berarti siswa dapat melakukan karena terbentuknya koneksi di dalam sistem syaraf akibat belajar dan latihan. b) Teori Primary-Mental-Abilities Teori
Primary-Mental-Abilities
dikemukakan
oleh
Thurstone
(1938:45). Menurut teori ini, inteligensi terbagi menjadi tujuh kemampuan primer, yaitu sebagai berikut: (1) Kemampuan numerikal/matematis (2) Kemampuan verbal/ berbahasa (3) Kemampuan abstraksi berupa visualisasi atau berpikir (4) Kemampuan membuat keputusan, baik induktif maupun deduktif (5) Kemampuan mengenal dan mengamati (6) Kemampuan mengingat. c) Teori Sampling Teori Sampling dikemukakan oleh Godfrey H Thomson pada tahun 1916 dan kemudian disempurnakan kembali pada tahun 1935 dan 1948. Menurut teori ini, inteligensi merupakan berbagai kemampuan sampel. Dunia berisikan berbagai bidang pengalaman. Berbagai bidang pengalaman dikuasai oleh pikiran manusia. Masing –masing bidang hanya terkuasai sebagian saja, dan ini mencerminkan kemampuan mental seseorang. Inteligensi beroperasi dengan terbatas pada sampel dari berbagai kemampuan dan pengalaman dunia nyata. Sebagai gambaran, misalnya sebagian A dan B, atau dapat pula sebagian dari bidang A, B dan C. Dalam Buku Psikologi Perkembangan menurut Desmita (2010:54) menjelaskan bahwa Intelligence Quotient adalah kemampuan berpikir secara abstrak, memecahkan masalah dengan menggunakan simbol-simbol verbal dan kemampuan untuk belajar dan menyesuaikan diri dengan pengalaman hidup sehari-hari.
19 Seseorang yang memiliki kecerdasan intelektual Intelligence Quotient (IQ) yang cukup tinggi dapat dilihat dari hasil tes psikotest. Selain itu dapat terlihat biasanya orang tersebut : (1) Memiliki kemampuan membayangkan ruang (2) Memiliki kemampuan matematis (3) Memiliki kemampuan melihat sekeliling secara runtun atau menyeluruh (4) Dapat mencari hubungan antara suatu bentuk dengan bentuk lain (5) Memiliki memori yang bagus (6) Memiliki kemampuan mengenali, menyambung dan merangkai katakata serta mencari hubungan antara satu kata dengan kata yang lain. Azwar (2008:82) mengemukakan indikator-indikator kecerdasan
intelektual
yaitu : (1) Kemampuan memecahkan masalah yakni mampu menunjukkan pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi, mengambil keputusan tepat, menyelesaikan masalah secara optimal, menunjukkan pikiran jernih. (2) Inteligensi verbal yakni pemahaman dan nalar di bidang bahasa, kosa kata yang baik, membaca dengan penuh pemahaman, menunjukkan keingintahuan secara intelektual. (3) Inteligensi praktis, yaitu mengetahui situasi dan cara mencapai tujuan, sadar terhadap sekitar, menunjukkan minat terhadap dunia luar. Intelligence Quotient dapat mengalami kenaikan dan penurunan seperti batas waktu dan umur anak. Perubahan tersebut tidak bersifat mencolok dimana hasil testing pada saat tertentu dan hasil testing beberapa waktu kemudian memiliki variasi yang kecil. Intelegensi berhubungan dengan informasi yang diterima. Seseorang dikatakan cerdas apabila memiliki daya ingat yang baik, yaitu menggabungkan informasi yang baru dengan yang sudah ada, pandai menyederhanakan , meringkas dan mencerna agar bisa menggunakan lebih efisien dan pandai menggunakan serta menguasai informasi untuk menemukan pemecahan suatu masalah.
20 Inteligensi dipengaruhi oleh interaksi antara faktor keturunan dan faktor lingkungan. Faktor keturunan diperoleh dari gen kedua orang tua yang mewarisi berbagai karakter. Faktor lingkungan diperoleh melalui proses belajar, interaksi dengan dunia sekitar, interaksi anak dengan orang tua, pengaruh budaya melalui standard dan norma sosial yang menjadi acuan individu berfikir dan bertingkah laku. Berdasarkan uraian di atas siswa yang memiliki kecerdasan tinggi mampu untuk membaca, menganalisis, dan mengelola kondisi keuangan saat akan membuat keputusan keuangan untuk menghindari dari masalah keuangan. Anak akan memiliki literasi keuangan yang baik dengan membuat keputusan membeli yang cerdas, menentukan prioritas pengeluaran dan mematuhi anggaran yang dibuat.
3. Pengetahuan Ekonomi a. Pengertian pengetahuan Definisi tentang pengetahuan diantaranya : 1) Menurut Notoatmodjo (2007:143) ”Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan terjadi melalui panca indra manusia yakni : penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba”. 2) Mubarok (2011:207) berpendapat,”Pengetahuan adalah informasi yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indranya”. 3) Menurut
Sudijono
(2009:50)
”Pengetahuan
adalah
kemampuan
seseorang untuk mengingat kejadian-kejadian yang pernah dialami tanpa mengharap kemampuan untuk menggunakannya”. Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukan di atas, menurut peneliti pengetahuan adalah berbagai gejala yang diperoleh manusia melalui pengamatan panca indra manusia. Menurut Mubarok (2011:83-84) ada 7 faktor yang memengaruhi pengetahuan yakni :
21 1) Pendidikan Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan pada orang lain agar dapat memahami sesuatu. Pendidikan tinggi yang dimiliki seseorang maka semakin mudah orang menerima informasi dan pengetahuan
yang
dimiliki semakin banyak. 2) Pekerjaan Lingkungan
pekerjaan
dapat
membuat
seseorang
memperoleh
pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung. 3) Umur Bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik terdiri atas 4 kategori perubahan, yaitu : perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri lama dan timbulnya ciri baru. Perubahan ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa. 4) Minat Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni sesuatu, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih dalam. 5) Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan. Orang cenderung berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik, jika pengalaman tersebut menyenangkan, maka secara psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat mendalam.
6) Kebudayaan lingkungan sekitar Lingkungan sekitar berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorang.
22 7) Informasi Informasi yang mudah diperoleh dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2010:73) yaitu : 1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan dalam tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. 2) Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintrepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah memahami objek atau materi harus
dapat
menjelaskan,
menyebutkan
contoh,
menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
dapat
dilihat
penggunaan
kata
kerja
seperti
dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan dan sebagainya.
23 5) Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan suatu bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.
b. Pengertian Ekonomi 1) Pengertian Ekonomi Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani “oikos” yaitu “Rumah tangga” dan “Nomos” yang berari “aturan”. Jadi ekonomi berarti aturan rumah tangga. Rumah tangga yang dimaksud adalah rumah tangga dalam arti luas, yaitu setiap bentuk kerjasama manusia untuk mencapai kemakmuran atas dasar prinsip ekonomi. Misalnya rumah tangga konsumen, rumah tangga produsen dan rumah tangga pemerintah. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa pengetahuan ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan dengan sebaik-baiknya melalui alat pemuas kebutuhan yang ada. 2) Fungsi dan Tujuan Pengetahuan Ekonomi a) Pengetahuan
ekonomi
di
SMA
dan
MA
berfungsi
untuk
mengembangkan kemampuan siswa dalam berekonomi, dengan cara mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa ekonomi, memahami konsep dan teori serta berlatih dalam memecahkan masalah yang terjadi di lingkungan masyarakat. b) Tujuan Pengetahuan ekonomi di SMA dan MA adalah sebagai berikut : (1) Memberikan bekal kepada siswa mengenai nilai-nilai etika ekonomi dan memiliki jiwa wirausaha (2) Membekali siswa dengan sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi pada jenjang selanjutnya.
24 (3) Membekali siswa dengan sejumlah konsep ekonomi untuk mengetahui dan mengerti peristiwa dan masalah ekonomi dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan setingkat individu/rumah tangga, masyarakat dan negara. (4) Meningkatkan kemampuan berkompetensi dan bekerjasama dengan masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional. 3) Karakteristik Pengetahuan Ekonomi Menurut (Depdiknas, 2003:2) karakteristik pengetahuan ekonomi meliputi : a) Pengetahuan ekonomi berangkat dari fakta atau gejala ekonomi yang nyata b) Pengetahuan ekonomi mengembangkan teori untuk menjelaskan fakta secara rasional c) Ilmu ekonomi adalah obyektif dan mempunyai tujuan yang jelas d) Analisis yang digunakan adalah pemecahan masalah e) Inti dari ilmu ekonomi adalah memilih alternatif yang baik f)
Lahirnya ilmu ekonomi karena adanya kelangkaan sumber pemuas kebutuhan manusia yang bersifat tidak terbatas.
4) Kompetensi Pengetahuan Ekonomi Standar kompetensi yang harus dimiliki siswa menurut Depdiknas (2003 : 7) adalah : a) Menganalisis perilaku pelaku ekonomi dalam kaitannya dengan kelangkaan,
pengalokasian
sumberdaya
dan
barang
melalui
mekanisme pasar. b) Mendeskripsikan konsep ekonomi kemasyarakatan dan kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi c) Menganalisis
perekonomian
internasional,
sistem
ekonomi
Indonesia, manajemen, pembangunan ekonomi, tenaga kerja, wirausaha dan model pemecahan masalah ekonomi
25 5) Landasan pembelajaran ekonomi Pembelajaran ekonomi yang dilaksanakan guru ekonomi harus berlandaskan pada : a) Landasan filosofi akademik Dalam pembelajaran diperlukan suatu perencanaan yang mencakup : (1) Aspek psikologis yakni kemampuan guru dalam membuat perencanaan pembelajaran menimbulkan rasa percaya diri dan keberanian dalam menyampaikan materi (2) Aspek pedagogis yakni dengan perncanaan pembelajaran mendidik guru untuk berlatih disiplin dan meningkatkan wawasan pengetahuan (3) Aspek manajerial dan aspek kontinuitas yakni dengan perencanaan
pembelajaran
akan
menjamin
adanya
kesinambungan , baik dalam kelancaran kegiatan belajar mengajar maupun dalam penyampaian materi pembelajaran b) Landasan filosofi kependidikan Hal ini berkaitan dengan tujuan pendidikan dalam skala sempit (tujuan pembelajaran, tujuan bidang studi dan tujuan institusional) maupun skala yang lebih luas (tujuan pendidikan nasional). Melalui pengetahuan tentang apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran maka guru akan dapat menciptakan kegiatan belajar yang optimal dengan menggunakan pendekatan dan metode, media dan alat evaluasi yang tepat. Ilmu ekonomi merupakan cabang ilmu sosial yang penting untuk dipelajari guna memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Pengetahuan ekonomi yang dipelajari siswa merupakan asumsi yang mendasari mereka untuk dapat berpikir secara rasional dalam bidang ekonomi sehingga meningkatkan literasi keuangan. Berdasarkan uraian di atas literasi keuangan dapat ditingkatkan antara siswa dengan sekolah. Pihak sekolah dan guru dapat memasukkan materi literasi keuangan pada mata pelajaran ekonomi ataupun tindakan aplikatif lainnya seperti pelatihan keuangan. Guru sebaiknya menghimbau
26 siswa untuk berperilaku produktif. Perlu adanya pengembangan sedini mungkin mengenai pengetahuan ekonomi pada siswa agar siswa dapat menghadapi kehidupan yang nyata berbeda pada masa sekolah dengan berbekal literasi keuangan yang diterapkan di sekolah. Pembelajaran ekonomi terutama mengenai pengetahuan ekonomi dan keuangan siswa SMA secara meyakinkan memberikan
pengaruh terhadap perilaku
konsumtif siswa (Herd, et al, 2012:191)
4. Perilaku Konsumtif a. Beberapa pendapat tentang Perilaku konsumtif 1) Menurut Yuliati (2008:125) perilaku konsumtif merupakan tindakan mengkonsumsi segala sesuatu yang mengacu pada keinginan dan kesenangan semata, tanpa melihat tingkat urgenitas. 2) Menurut Sukari (2013:221) perilaku konsumtif merupakan suatu perilaku yang boros yang mengonsumsi barang atau jasa secara berlebihan Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku konsumtif merupakan perilaku membeli barang dengan tidak berdasarkan pertimbangan rasional dimana mengutamakan keinginan daripada kebutuhan. b. Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku konsumtif Menurut Lina & Rosyid (dalam Indah, 2013:85) munculnya perilaku konsumtif disebabkan dua hal yaitu : 1). Faktor Internal Faktor internal ini meliputi motivasi, harga diri, observasi, proses belajar, kepribadian dan konsep diri 2). Faktor eksternal Faktor eksternal meliputi kebudayaan, kelas sosial, kelompok social, referensi dan keluarga c. Indikator Perilaku konsumtif Menurut Sumartono (dalam Endang 2013:71) secara operasional indikator perilaku konsumtif meliputi :
27 1) Membeli produk karena iming-iming hadiah 2) Membeli produk karena kemasannya menarik 3) Membeli produk demi menjaga penampilan dan gengsi 4) Membeli produk atas pertimbangan harga bukan berdasar manfaat dan kegunaan 5) Membeli produk untuk menjaga simbol status 6) Memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang mengiklankan 7) Munculnya penilaian bahwa dengan membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi 8) Mencoba lebih dari dua produk sejenis tapi berbeda merek
d. Pola Konsumtif pada Remaja Menurut
Koentjaraningrat
(2009:82)
bangsa
Indonesia
tergolong bangsa yang bergaya hidup boros bila dibandingkan dengan bangsa barat dimana apabila mendapatkan uang lebih biasanya uang tersebut akan disisakan untuk ditabung (bangsa barat), akan tetapi jika mendapat uang lebih akan membelanjakan uang yang dimiliki untuk mentraktir teman-temannya di restoran (bangsa Indonesia). Gaya hidup boros ini adalah gaya yang cukup menonjol di kalangan masyarakat Indonesia. Menurut Widini (2010:54) ada beberapa cara untuk mengubah perilaku konsumtif sejak dini antara lain : 1) Menjelaskan manfaat uang pada anak Adanya informasi yang mudah diterima melalui berbagai media tanpa disadari anak akan mengikuti gaya hidup yang lagi ngetren, hal ini memicu anak berkeinginan untuk membeli barang tersebut, tanpa disadari akan menimbulkan perilaku konsumtif. Saat itulah perlunya dijelaskan manfaat uang pada anak. Ketika anak mengerti manfaat uang dengan sendirinya akan mampu membatasi dan mengontrol pengeluaran yakni membatasi hanya membeli barang yang benar-benar bermanfaat.
28 2) Menanyakan kebutuhan anak setiap semester Pada
setiap
semester
kebutuhannya
ditanyakan
pada
anak
mengenai
maka kebutuhan anak akan terpenuhi tiap
semesternya, sehingga anak akan belajar mengerti bagaimana cara mengelola keuangan, dan kelak mampu hidup dengan tepat guna yang
berarti
tepat
sesuai
kebutuhan
dan
berguna
untuk
kehidupannya. 3) Menjelaskan kebutuhan dan pengeluaran rumah tangga Agar anak mengerti kebutuhan keluarga maka perlu dijelaskan kebutuhan dan pengeluaran rumah tangga untuk menghindari anak berpikiran negatif kepada orang tua dan tidak membandingbandingkan dengan orang tua teman anak. 4) Menjelaskan tentang pemasukan keluarga Anak perlu mengetahui kapan orang tua mendapatkan pemasukan sehingga ketika anak menginginkan sesuatu bisa menyesuaikan dengan pemasukan sehingga tidak terjadi pengeluaran di luar kendali. Menurut sejumlah penelitian para ahli, ada perbedaan perilaku membeli antara pria dan wanita yaitu : 1) Pola perilaku belanja pria : a) Membeli karena mudah sekali terpengaruh oleh bujukan penjual b) Sering tertipu karena tidak sabaran dalam memilih barang c) Mempunyai perasaan kurang enak atau malu jika tidak membeli sesuatu setelah memasuki toko d) Kurang menikmati kegiatan berbelanja sehingga sering terburuburu mengambil keputusan dalam membeli. 2) Pola perilaku belanja wanita : a) Lebih tertarik pada warna dan bentuk, bukan pada hal teknis dan kegunaannya. b) Tidak mudah terbawa arus bujukan penjual c) Menyenangi hal-hal yang romantis daripada obyektif
29 d) Senang melakukan kegiatan berbelanja meskipun hanya window shopping (melihat-lihat saja tetapi tidak membeli) e. Dampak Perilaku konsumtif Kegiatan konsumsi yang berlebihan dapat menimbulkan perilaku konsumtif masyarakat. Perilaku konsumtif ini bisa dilihat dari sisi positifnya yakni : 1) Membuka dan menambah lapangan pekerjaan karena akan membutuhkan banyak tenaga kerja yang lebih banyak untuk memproduksi barang dalam jumlah besar 2) Meningkatkan motivasi konsumen untuk menambah jumlah penghasilan
karena
konsumen
akan
berusaha
menambah
penghasilan agar bisa membeli barang yang diinginkan dalam jumlah dan jenis yang beraneka ragam. Tumbuhnya pusat perbelanjaan menawarkan banyak fasilitas lengkap, memberikan kenyamanan, semua serba praktis sehingga memanjakan masyarakat, termasuk para pelajar. Banyak dijumpai siswa di mal-mal yang tujuannya tidak sekedar berbelanja namun menjadi sarana alternatif untuk menghabiskan waktu luang untuk sekedar cuci mata, dan nongkrong. Situasi dan kondisi tersebut membawa pengaruh konsumtif bagi siswa sebagai pengunjung. Produsen menawarkan berbagai produknya yang menggiring siswa untuk menghabiskan uang sakunya. Siswa dengan memiliki rasa gengsi dan demi penampilan di hadapan teman-temannya membuat siswa melakukan kebiasaan saling mentraktir, mengadakan pesta ulang tahun di mal atau kafe. Karakter manusia konsumtif cenderung boros, tidak bisa berhemat dan suka menghabiskan uang, bertolak belakang dengan manusia produktif yang suka berhemat, pekerja keras, dan menghasilkan sesuatu. Siswa berperilaku konsumtif mempunyai tabiat selalu menuntut dan meminta, bermental ketergantungan, royal, malas bekerja dan
mudah
sekali
tersinggung.
Orang
yang
produktif
akan
mengandalkan potensi diri, tahan uji, mampu berkreasi dan inovasi
30 serta mampu menciptakan sesuatu untuk orang lain sehingga dapatt tercipta generasi tangguh dan mandiri. Berdasarkan penjabaran di atas dapat diketahui bahwa remaja memiliki potensi besar berperilaku konsumtif. Perilaku konsumtif yang dilakukan para remaja ataupun orang dewasa pada saat ini adalah suatu realita. Salah satu perilaku yang menyimpang yang kebanyakan dilakukan para remaja yakni membeli sesuatu yang bukan lagi sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup, akan tetapi lebih cenderung membicarakan masalah eksistensi diri. Perilaku konsumtif remaja hampir melanda semua kalangan baik di sekolah maupun di masyarakat. Adanya fenomena
pengeluaran
keuangan yang tinggi tidak berdasarkan kebutuhan tetapi berdasar keinginan maka diperlukan literasi keuangan yang baik akan menjadikan konsumen yang cerdas, dapat memilah barang, mengatur keuangan dengan baik dan merencanakan masa depan. Uraian di atas mengindikasikan pentingnya pemahaman literasi keuangan yang baik untuk mencegah perilaku konsumtif dan ada keterkaitan antara literasi keuangan dengan perilaku konsumtif. Kenyataan ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Samuel (2013:301) menyatakan bahwa literasi keuangan berpengaruh terhadap perilaku konsumtif. Semakin tinggi skor literasi keuangannya maka perilaku konsumtifnya relatif terkendali, demikian juga sebaliknya. Amromin, et al (2010:119) dalam penelitiannya yang berjudul “Financial Literacy and The Effectiveness of Financial Education and Counseling”
menegaskan
bahwa
pengetahuan
ekonomi
secara
meyakinkan memberikan kontribusi atau pengaruh terhadap perilaku konsumtif anak muda dengan pola yang negatif linear, artinya semakin tinggi pengetahuan ekonomi anak muda maka akan mampu untuk mengendalikan perilaku konsumtifnya. (Gaurav, 2012:56)
dalam
penelitiannya yang berjudul “An Inquiry into the Financial Literacy and Cognitive Ability of Farmers” menegaskan bahwa kemampuan
31 kognitif secara meyakinkan memberikan pengaruh terhadap perilaku konsumtif.
B. Penelitian yang relevan Penelitian yang relevan merupakan penelaahan dari hasil penelitian tedahulu yang diperlukan untuk mempertajam penelitian yang akan dilaksanakan. Beberapa penelitian yang relevan terhadap judul reset : Lusardi (2009) dalam penelitiannya yang berudul “Financial Literacy Among The Young: Evidence and Implications For Consumer Policy” menyimpulkan bahwa : 1.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana literasi keuangan yang dimiliki usia muda.
2.
Penelitian ini menemukan bahwa remaja memiliki literasi keuangan yang baik karena memeperoleh pengetahuan keuangan melalui pendidikan orang tua. Remaja yang memiliki orang tua berpendidikan tinggi atau memiliki keluarga yang memiliki saham atau tabungan pensiun maka memiliki literasi keuangan yang lebih baik.
3.
Penelitian ini menemukan bahwa kemampuan kognitif berpengaruh terhadap literasi keuangan, namun demikian kemampuan kognitif bukan satu-satunya penentu tingkat pengetahuan keuangan.
4.
Implikasi bagi konsumen dan peneliti yaitu adanya perbedaan ras, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan karakteristik harus dipertimbangkan dalam pengambilan kebijakan publik untuk meningkatkan literasi keuangan.
5.
Implikasi bagi program pendidikan keuangan yaitu pertama memberikan pendidikan keuangan di SMA mungkin sangat bermanfaat bagi anak-anak dari latar belakang yang kurang beruntung, kedua literasi keuangan tidak sepenuhnya ditentukan oleh kemampuan kognitif dimana ada peran pendidikan dalam meningkatkan pengetahuan keuangan, ketiga penting untuk memberikan program pendidikan keuangan sebelum siswa terlibat dalam pengambilan keputusan keuangan dan keempat pentingnya pengaruh orang tua dalam program pendidikan keuangan dalam membimbing perilaku keuangan anak.
32 Jappelli (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Economic Literacy : An International Comparison” menyimpulkan bahwa penelitian ini menghasilkan dua implikasi kebijakan yaitu pertama, perbandingan internasional menunjukkan bahwa literasi ekonomi membaik dengan modal manusia dan reformasi pasar keuangan, kedua reformasi jaminan sosial terkait dengan pendalaman pasar keuangan (misalnya penciptaan dana pensiun swasta) dengan menaikkan insentif untuk memperoleh pengetahuan keuangan akhirnya akan mengarah pada perbaikan literasi keuangan. Persamaan penelitian yang telah dilakukan Japelli adalah sama-sama memiliki variabel terikat yaitu literasi keuangan. Perbedaan penelitian yang telah dilakukan Japelli adalah menggunakan regresi berganda, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti menggunakan SEM. Huston (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Measuring Financial Literacy” menyimpulkan bahwa pertama penelitian ini merangkum langkah-langkah literasi keuangan, kedua untuk mengurangi masalah keuangan yang dihadapi individu dan keluarga maka diciptakan program pendidikan keuangan yang dirancang khusus untuk meningkatkan literasi keuangan, ketiga bahwa tidak semua program pendidikan keuangan sama-sama efektif. Persamaan penelitian yang telah dilakukan Huston adalah sama-sama memiliki variabel terikat yaitu literasi keuangan. Perbedaan penelitian yang telah dilakukan Huston adalah menggunakan metode kualitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti menggunakan metode kuantitatif. Capuano (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “What Causes Suboptimal Financial Behaviour? An Exploration of Financial Literacy Social Influences And Behavioural Economics” menyimpulkan bahwa faktor personal seperti kemampuan kognitif, sosial dan ekonomi dapat menentukan tingkat literasi keuangan dan financial behavior seseorang. Tinggi rendah kemampuan kognitif dapat menentukan tingkat literasi keuangan seseorang, sehingga perbedaan kemampuan kognitif seseorang dapat menyebabkan perbedaan tingkat literasi keuangan. Persamaan penelitian yang telah dilakukan Capuano adalah sama-sama memiliki variabel terikat yaitu literasi keuangan. Perbedaan penelitian yang telah dilakukan Capuano adalah menggunakan metode kualitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti menggunakan metode kuantitatif.
33 Gregor (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Consumer Acumen : Augmenting Consumer Literacy” menyimpulkan bahwa pertama ketajaman konsumen berarti kemampuan seseorang dalam menemukan ide-ide yang mengarah pada wawasan ekonomi dengan cepat dan tegas, kedua pemikiran yang tajam dan kemampuan berpikir kreatif dengan kemampuan pemahaman lebih cepat maka menimbulkan rasa percaya diri konsumen dalam pasca resesi abad 21. Persamaan penelitian yang telah dilakukan Gregor adalah sama-sama memiliki variabel terikat yaitu literasi keuangan. Perbedaan penelitian yang telah dilakukan Gregor adalah menggunakan metode kualitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti menggunakan metode kuantitatif. Sabri (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Estimating a model of Subjective Financial Well-Being among College Students” menyimpulkan bahwa pertama literasi keuangan siswa berpengaruh signifikan terhadap manajemen keuangan, kedua pengetahuan keuangan dapat ditingkatkan melalui institusi sosial seperti masjid dan gereja. Pendidikan keuangan dapat diakses dengan mudah melalui online (website), majalah, buku dan selebaran. Pendekatan yang efektif untuk mendidik siswa bertanggung jawab dan bijaksana dengan menyediakan pengetahuan dasar keuangan. Ketiga, untuk memperoleh kesejahteraan keuangan, pendidikan keuangan seharusnya tersedia untuk semua sekolah usia anak, siswa, perguruan tinggi dan orang tua untuk meningkatkan manajemen keuangan. Persamaan penelitian yang telah dilakukan Sabri adalah sama-sama menggunakan SEM. Perbedaan penelitian yang telah dilakukan Sabri adalah menggunakan lima variabel, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti menggunakan empat variabel. Gaurav (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “An Inquiry into the Financial Literacy and Cognitive Ability of Farmers : Evidence from Rural India” menyimpulkan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara literasi keuangan dengan kemampuan kognitif para petani. Kinerja petani dinilai dari kemampuan matematika, kemampuan probabilitas, aptitude keuangan dan pengetahuan utang. Hasil dari penelitian ini adalah pendidikan dan pengalaman keuangan petani memiliki efek positif terhadap kemampuan kognitif. Persamaan penelitian yang telah dilakukan oleh Gaurav adalah sama-sama meneliti kemampuan
34 kognitif terhadap literasi keuangan. Perbedaan penelitian yang telah dilakukan Gaurav adalah pengaruh kognitif petani terhadap literasi keuangan sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah pengaruh kognitif siswa terhadap literasi keuangan. Carlin (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “What Does Financial Literacy Training Teach Us?” menyimpulkan bahwa siswa yang diberikan pelatihan keuangan dapat mengambil keputusan keuangan dengan lebih baik, seperti peningkatan dalam hal tabungan dan dengan pelatihan literasi keuangan mengajarkan untuk menggunakan informasi yang ada di sekitar kita. Persamaan penelitian yang telah dilakukan oleh Carlin adalah sama-sama meneliti literasi keuangan. Perbedaan penelitian yang telah dilakukan Carlin adalah menggunakan kelompok pembanding dengan adanya perlakuan sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan menyebar angket. Herd (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “The Links between EarlyLife Cognition and Schooling and Late-Life Financial Knowledge” menyimpulkan bahwa tinggi rendah Intelligence Quotient (IQ) mempunyai pengaruh yang siqnifikan terhadap pengetahuan keuangan. Persamaan penelitian yang telah dilakukan oleh Herd adalah sama-sama meneliti kemampuan Intelligence Quotient (IQ) terhadap literasi keuangan. Perbedaan penelitian yang telah dilakukan Herd adalah menggunakan regresi berganda, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti menggunakan SEM. Huston (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Financial Literacy and the cost of borrowing” menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan literasi keuangan konsumen Amerika dengan cara meningkatkan tabungan sehingga meningkatkan kesejahteraan keuangan rumah tangga dan mengurangi beban pemerintah mensubsidi rumah tangga yang tidak mampu. Persamaan penelitian yang telah dilakukan oleh Huston adalah sama-sama meneliti literasi keuangan. Perbedaan penelitian yang telah dilakukan Huston adalah menggunakan responden dari SMA sampai Perguruan Tinggi, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti menggunakan responden siswa SMA. West (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Financial Literacy Education and Behaviour Unhinged : Combating Bias and Poor Product Design”
35 menyimpulkan bahwa tindakan individu yang memiliki literasi keuangan tidak berarti menunjukkan perilaku keuangan yang baik. Dalam rangka meningkatkan perilaku keuangan Peneliti mengusulkan pertama, tujuan program literasi keuangan seharusnya tidak hanya mendidik konsumen tentang pasar dan produk keuangan tetapi menyoroti mereka sebagai individu yang memiliki keterbatasan, kedua regulasi produk keuangan yang dijual kepada konsumen perlu perubahan untuk melindungi konsumen dari produk-produk keuangan yang kompleks, yang membingungkan dan tidak pantas. Persamaan penelitian yang telah dilakukan oleh West adalah sama-sama meneliti literasi keuangan. Perbedaan penelitian yang telah dilakukan West adalah mencari alternatif untuk mengatasi perilaku keuangan yang buruk, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui pengaruh kecerdasan, pengetahuan ekonomi dan perilaku konsumtif terhadap literasi keuangan. Nisbett
(2012)
dalam
penelitiannya
yang
berjudul
“Intelligence”
menyimpulkan bahwa pertama ada hubungan antara memori kerja dan kecerdasan, kedua ada kontradiksi yang kuat antara Intelligence Quotient (IQ) heritabilitas dan efek yang kuat pada Intelligence Quotient (IQ) dan ketiga ada hubungan antara selfrelugation dan ketrampilan kognitif. Persamaan penelitian yang telah dilakukan oleh Nisbett adalah sama-sama meneliti Intelligence Quotient ( IQ). Perbedaan penelitian yang telah dilakukan Nisbett adalah memiliki satu variabel yaitu
kecerdasan,
sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti memiliki empat variabel yaitu kecerdasan, pengetahuan ekonomi, perilaku konsumtif dan literasi keuangan. Li (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Complementary Cognitive Capabilitie” menyimpulkan bahwa orang tua memiliki pengalaman hidup yang banyak sehingga mampu membuat keputusan yang lebih baik. Persamaan penelitian yang telah dilakukan oleh Li adalah sama-sama meneliti literasi keuangan dan menggunakan metode SEM. Perbedaan penelitian yang telah dilakukan Li adalah menggunakan responden usia tua sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti menggunakan responden usia muda. Agarwal (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Cognitive Abilities and Household Financial Decision Making” menyimpulkan bahwa konsumen dengan skor AFQT lebih tinggi secara keseluruhan dan memiliki kemampuan kognitif yakni
36 nilai matematika yang lebih tinggi tidak mampu mengambil keputusan keuangan dengan baik. Jadi nilai kemampuan kognitif tidak memengaruhi dalam pengambilan keputusan. Persamaan penelitian yang telah dilakukan oleh Agarwal adalah samasama meneliti kemampuan kognitif terhadap literasi keuangan. Perbedaan penelitian yang telah dilakukan Agarwal adalah obyek penelitian pada rumah tangga sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti menggunakan obyek siswa. Boyle (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Cognitive Decline Impairs Financial and Health literacy Among Community-Based Older Persons Without Dementia menyimpulkan bahwa literasi keuangan menunjukkan proporsi yang cukup besar pada orang tua bahkan yang tidak memiliki masalah kognitif yang jelas (tidak ada demensia atau gangguan kognitif ringan) rentan akan terpancing oleh iklan dan akhirnya mengambil keputusan yang tidak baik. Persamaan penelitian yang telah dilakukan oleh Boyle adalah sama-sama meneliti kemampuan kognitif terhadap literasi keuangan dan menggunakan SEM. Perbedaan penelitian yang telah dilakukan Boyle adalah memiliki enam variabel sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti menggunakan empat variabel. Enrico (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “The factors that Influenced Consumptive Behaviour : A Survey of University Students in Jakarta” menyimpulkan bahwa variabel produk penggunaan dan daya beli, status sosial, prestise dan kepuasan berhubungan dengan kecenderungan masyarakat untuk memiliki perilaku konsumtif. Saran peneliti untuk mahasiswa diharapkan dapat meminimalkan perilaku konsumtif mereka dengan mengetahui faktor-faktor yang memicunya, dan siswa dapat lebih sadar tentang pentingnya penghematan. Siswa benar-benar harus memiliki simpanan atau tabungan, selain mereka dapat membeli produk di luar daya beli mereka jika mereka menghemat uang, tetapi yang dapat melatih mereka untuk tidak menjadi terlalu konsumtif di masa depan jika mereka terbiasa untuk menyimpan beberapa uang saku mereka. Persamaan penelitian yang telah dilakukan oleh Boyle adalah sama-sama meneliti variabel perilaku konsumtif terhadap literasi keuangan dan menggunakan angket untuk mendapatkan data. Perbedaan penelitian yang telah dilakukan Boyle adalah memiliki wilayah penelitian yang lebih luas sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti memiliki wilayah kecil.
37 Bahonar (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Investigating the relationship between financial literacy and prosperity, and the determining association with demographic variabels (case study : yazd county schools teachers)” menyimpulkan bahwa variabel jenis kelamin, tingkat kerja, status perkawinan memengaruhi literasi keuangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara kemakmuran guru dengan literasi keuangan. Persamaan penelitian yang telah dilakukan oleh Bahonar adalah sama-sama meneliti variabel literasi keuangan. Perbedaan penelitian yang telah dilakukan Bahonar adalah menggunakan variabel demografi sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti menggunakan variabel kecerdasan, pengetahuan ekonomi dan perilaku konsumtif. Lusardi (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “The Economic Importance of Financial Literacy : Theory and Evidence” menyimpulkan bahwa pertama teori model tabungan harus terus dikembangkan, kedua mengupayakan pendidikan keuangan dengan mengumpulkan berbagai informasi, program pelatihan dan materi yang dibahas. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui apa saja yang masih harus dipelajari jika peneliti ingin menginformasikan model teoretis dan empiris serta kebijakan publik. Upaya yang dilakukan untuk menambah pengetahuan
keuangan
dengan
mengisi
program
tertentu
dengan
cara
mengidentifikasi individu yang paling membutuhkan pendidikan keuangan dan cara yang terbaik untuk meningkatkan pendidikan keuangan. Persamaan penelitian yang telah dilakukan oleh Lusardi adalah sama-sama meneliti variabel literasi keuangan. Perbedaan penelitian yang telah dilakukan Lusardi adalah bertujuan mencari cara yang terbaik untuk meningkatkan pendidikan keuangan sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ingin memgetahui pengaruh kecerdasan, pengetahuan ekonomi dan perilaku konsumtif terhadap literasi keuangan. Sabri (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “The Influence of Financial Literacy, Saving behaviour, and Financial Management on Retirement Confidence among Women Working in the Malaysian Public Sector menyimpulkan bahwa literasi keuangan, perilaku menabung, manajemen keuangan, dan keuangan status adalah prediktor signifikan kepercayaan pensiun di kalangan pekerja perempuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh literasi keuangan, perilaku
38 tabungan dan manajemen keuangan pensiun di kalangan pekerja perempuan. Implikasi bagi penasehat keuangan dalam membantu pekerja perempuan untuk menjadi lebih sadar mempersiapkan dana pensiun dan untuk mencegah krisis keuangan di masa depan. Persamaan penelitian yang telah dilakukan oleh Sabri adalah sama-sama meneliti variabel literasi keuangan. Perbedaan penelitian yang telah dilakukan Sabri adalah menggunakan regresi berganda sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti menggunakan SEM. Subha (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “The Emerging Role of Financial Literacy Financial Planning” menyimpulkan bahwa literasi keuangan sangat penting dalam memengaruhi perilaku keuangan yang membantu membuat pilihan informasi tentang produk dan layanan yang disediakan di pasar . Persamaan penelitian yang telah dilakukan oleh Subha adalah sama-sama meneliti variabel literasi keuangan. Perbedaan penelitian yang telah dilakukan Subha adalah menekankan pentingnya literasi keuangan sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui pengaruh kecerdasan, pengetahuan ekonomi dan perilaku konsumtif terhadap literasi keuangan. Falahati (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “An Exploratory Study of Personal Financial Wellbeing Determinants: Examining the Moderating Effect of Gender” menyimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukkan laki-laki dan perempuan menampilkan perilaku keuangan yang berbeda dalam berbagai tingkat kesulitan merencanakan keuangan, pengetahuan keuangan dan sikap keuangan. Bagi pendidik ekonomi dan praktisi yang terlibat dalam program pembangunan khususnya dalam pelatihan keluarga dan siswa maka sekolah dapat meningkatkan kualitas program pendidikan dan memberikan pelajaran lebih praktis mengenai literasi keuangan. Siswa tidak saja bisa mengembangkan keuangan tetapi bisa belajar bagaimana menerapkan pengetahuan ini. Dengan demikian kurikulum profesional harus menyampaikan cara meningkatkan manajemen stres, self efficacy, ketrampilan hidup, pemecahan masalah, dan teknik penggunaan cerdas dan tepat aset keuangan. Persamaan penelitian yang telah dilakukan oleh Sabri adalah samasama meneliti variabel literasi keuangan. Perbedaan penelitian yang telah dilakukan Sabri adalah menekankan pentingnya literasi keuangan sedangkan penelitian yang
39 akan dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui pengaruh kecerdasan, pengetahuan ekonomi dan perilaku konsumtif terhadap literasi keuangan. Fitria (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Dampak online Shop di instagram dalam perubahan gaya hidup konsumtif perempuan shopaholic di Samarinda” menyimpulkan bahwa penggunaan instagram untuk berbelanja on line secara berlebihan dan terus menerus dalam kurun waktu yang panjang mengakibatkan dampak gaya hidup konsumtif. Persamaan penelitian yang telah dilakukan oleh Fitria adalah sama-sama meneliti variabel perilaku konsumtif terhadap literasi keuangan. Perbedaan penelitian yang telah dilakukan Fitria adalah menggunakan wawancara mendalam sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti menggunakan angket untuk mendapatkan data. Road map penelitian membimbing peneliti untuk selalu berada pada jalur yang benar. Road map penelitian bukan hanya mengakomodasi penelitian yang akan dilakukan, tetapi harus pula mencerminkan penelitian yang telah dan sedang dikerjakan. Pengembangan road map penelitian sangat diperlukan untuk membantu dan mengarahkan peneliti mencapai tujuan penelitian yang diinginkan. Road map penelitian memberikan gambaran yang jelas tentang status penelitian yang diusulkan, terhadap hasil penelitian sebelumnya (dari pustaka dan karya sendiri) dan terhadap kemungkinan perkembangan penelitian tersebut di masa depan. Berdasarkan penelitian terdahulu dapat dibuat road map penelitian sebagai berikut.
40 Huston, S.J : cara meningkatkan literasi keuangan
Japelli, T : kemampu -an kognitif dan dana pensiun
Carlin et al : literasi keuangan dengan keterbatasan nya
Gauraf, S. et al :kemampu an kognitif
Huston, S.J :pengguna -an ukuran literasi keuangan
2010 2009
Lusardi, A. : literasi keuangan usia muda
Nisbett, R.E. et al : kecerdasan
West, J : tindakan individu yang literasi keuangan
Herd, P. et al : IQ berpengaruh terhadap pengetahu an keuangan
Lusardi, A. : literasi keuangan orang tua Sabri, M.F et al :pendidikan keuangan
2011
Lusardi, A et al :teoi tabungan
Sabri, M.F et al :kepercaya an pensiun pekerja perempuan
Enrico, A.et al :perilaku konsumtif masyarakat
2013 2012
McGregor, S.L : ketajaman konsumen
Bahonar, Z. et al :variabel jenis kelamin, tingkat kerja, status perkawinan memengaruhi literasi keuangan
2015 Literasi Keuangan 2014
Ye Li et al : pengalaman orang tua dalam literasi
keuangan
Capuano : kemampua n kognitif terhadap literasi keu
MV Subha et al : literasi keuangan sangat penting untuk mengambil keputusan keuangan
Boyle, P.A. et al : kemampu an kognitif
Gambar 1. Road Map Penelitian
Agarwal, S. et al : kemampuan kognitif
Fitria E.M : penggunaan instagram dalam berbelanja on line berdampak pada perilaku konsumtif
Falahati : jenis kelamin terhadap literasi keuangan
Setiawati Merak : Pengaruh Kecerdasan, Pengetahuan Ekonomi dan Perilaku Konsumtif terhadap Literasi Keuangan
41 C. Kerangka Berpikir SMA Negeri sekota Madiun memiliki siswa yng heterogen dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai literasi keuangan. Literasi keuangan sebenarnya dipengaruhi oleh banyak sekali faktor, antara lain kecerdasan, pengetahuan ekonomi dan perilaku konsumtif dan masih banyak yang lain. Perilaku konsumtif remaja yang menyimpang yakni membeli sesuatu yang bukan lagi sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup tetapi berdasar keinginan, hal ini menunjukkan tidak adanya konsep yang jelas dalam mengeluarkan uang. Adanya fenomena pengeluaran yang tinggi tidak berdasar kebutuhan tetapi berdasar keinginan maka diperlukan literasi keuangan yang baik akan menjadikan konsumen yang cerdas, dapat memilah barang, mengatur keuangan dengan baik dan merencanakan masa depan. Menurut Sumartono (dalam Endang 2013:71) mengemukakan indikator perilaku konsumtif adalah (1) Membeli produk secara spontan (2) Kurangnya kontrol diri ketika berada pada situasi membeli (3) Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi (4) Membeli produk hanya sekedar menjaga symbol status (5) Membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi (6) Membeli atas dasar pertimbangan harga (bukan atas manfaat dan kegunaanya). Menurut Samuel (2013:301) “Literasi keuangan berpengaruh terhadap perilaku konsumtif, semakin tinggi skor literasi keuangan maka perilaku konsumtifnya relatif terkendali, demikian juga sebaliknya.” Pengetahuan ekonomi yang dipelajari siswa merupakan asumsi yang mendasari mereka untuk dapat berpikir secara rasional dalam bidang ekonomi sehingga meningkatkan literasi keuangan, misalnya dengan pelatihan keuangan. Menurut Herd (2012:191) “Pembelajaran ekonomi terutama mengenai pengetahuan ekonomi dan keuangan siswa SMA secara meyakinkan memberikan pengaruh terhadap perilaku konsumtif siswa. Kecerdasan tinggi yang dimiliki siswa mampu membantu siswa untuk membaca, menganalisis dan mengelola kondisi keuangan saat akan mengambil keputusan keuangan untuk menghindari dari masalah keuangan. Menurut Lusardi (2009:120) “Kemampuan kognitif berpengaruh positif terhadap literasi keuangan, dimana semakin tinggi kemampuan kognitif akan berpeluang menyebabkan literasi keuangan seseorang semakin tinggi pula”.
42 Literasi keuangan seseorang dapat dilihat dari proses kognitif atau pengetahuan yang dia miliki dalam mengelola keuangan dan dalam sikap terhadap keuangan pribadi yang akan memengaruhi perilaku keuangan atau keputusan dalam mengelola keuangan. Remund (2010:45) mengemukakan indikator literasi keuangan adalah (1) Penyusunan anggaran pendapatan (2) Penyusunan anggaran pengeluaran (3) Kepatuhan terhadap anggaran pengeluaran (4) Tabungan (5) Sikap terbuka terhadap informasi. Menurut Capuano (2011:52) yang menyatakan bahwa diperlukan studi pre dan post test untuk mengetahui adanya perubahan literasi keuangan. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan kecerdasan, pengetahuan ekonomi dan perilaku konsumtif mempunyai pengaruh terhadap literasi keuangan.
Kecerdasan
1 2
1
Literasi Keuangan
Pengetahuan ekonomi
4
2 3 4
3
5
Perilaku konsumtif
5 6
Gambar 2.
Kerangka Berpikir
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang berdasarkan pada masalah atau tujuan penelitian, dimana kebenarannya harus diuji terlebih dahulu melalui suatu kegiatan penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh positif antara kecerdasan terhadap literasi keuangan. 2. Terdapat pengaruh positif antara pengetahuan ekonomi terhadap literasi keuangan. 3. Terdapat pengaruh positif antara perilaku konsumtif terhadap literasi keuangan. 4. Terdapat interaksi positif pengaruh kecerdasan, pengetahuan ekonomi dan perilaku konsumtif terhadap literasi keuangan.