BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Keterampilan Bercerita Anak Usia Dini a. Pengertian Keterampilan Skill
(keterampilan)
menurut
Desmita
(2009)
adalah
suatu
kemampuan tingkat tinggi yang memungkinkan seseorang melakukan suatu perbuatan motorik yang kompleks dengan lancar disertai ketepatan. Soemardjadi, Ramanto, Zahri (2001) menyatakanbahwa keterampilan atau kecekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar. Seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi orang tersebut tidak bisa dikatakan terampil. Seseorang yang terampil dalam suatu bidang dia tidak akan ragu-ragu dalam melakukan pekerjaan dan seakan-akan tidak memikirkan bagaimana melaksanakannya, dan tidak ada kesulitan yang menghambat. Ruanglingkup keterampilan cukup luas, meliputi kegiatan berupa perbuatan, berpikir, berbicara, melihat, mendengar dan sebagainya. Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan otot dan urat syaraf yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olahraga dan sebagainya (Syah, 2008). Menurut Eliyani
(2015)
“keterampilan
berarti
kecekatan,
kecakapan
atau
kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan cepat dan benar dengan kematangan anak yang dapat diperoleh dengan praktik dan latihan”. Hosnan (2014) Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji dan mencipta. Seperti yang dikemukakan Dawson (Daryanto, 2014) bahwa setiap keterampilan berhubungan erat dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Semakin terampil seseorang dengan berbahasa, semakin 6
cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan menurut Tarigan hanya dapat diperoleh dengan praktek dan latihan (2008). Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan suatu kegiatantanpa ragu-ragu dengan kematangan yang diperoleh melalui jalan praktek dan latihan. b. Pengertian Keterampilan Bercerita Bercerita merupakan salah satu bagian dari keterampilan berbicara dalam pembelajaran bahasa. Bercerita menurut Bachri (2005) adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain. Faulkner, Kirkby, Manley, danPerrin (2014) mengatakan bahwa bercerita merupakan bentuk seni lisan antara orang yang menyampai cerita kepada orang lain yang dapat mengembangkan rasa percaya diri pada orang yang menyampaikan cerita. Sedangkan Sobol & Neile (dalam Madyawati 2016) berpendapat bahwa: Storytelling is the conveying of event in words, and images, often by improvisations or embellisment. Stories or narratives have been shared in every culture as a means of entertainment, education, cultural preservation, and stilling moral values. Crucial elements of stories and storytelling include plot, characters and narrative point in view. Bercerita menurut Madyawati (2016) adalah kegiatan yang dilakukan secara lisan oleh seseorang kepada orang lain mengenai pesan, informasi atau hanya dongeng yang dikemas dalam bentuk cerita yang menyenangkan. Bercerita bagi seorang anak adalah sesuatu yang menyenangkan (Nugraha & Rachmawati, 2008).Sedangkan pendapat dari Oduolowu dan Akintemi (2014)yaitu bercerita sangat efektif dan berguna bagi anak-anak untuk mengembangkan pemahaman bahasa kedua mereka.
7
Ikhromah (2015) berpendapat “keterampilan bercerita merupakan penyampaian suatu hal yang mengisahkan tentang sebuah kejadian atau perbuatan kepada orang lain untuk mencapai tujuan dari sebuah cerita yang disampaikan”. Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan bercerita adalah suatu kemampuan yang memungkinkan seseorang untuk menyampaikan informasi, pesan atau sekedar membagikan pengalaman kepada orang lain secara lisan dengan lancar dan tepat. c. Manfaat Bercerita Manfaat bercerita menurut Bachri (2005) adalah dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab dalam kegiatan bercerita anak mendapat tambahan pengalaman baru, selain itu cara berfikir dan kemampuan logika anak juga bertambahan. Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Musfiroh (2008) manfaat bercerita adalah sebagai berikut: 1) Membantu pembentukan pribadi dan moral anak 2) Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi 3) Memacu kemampuan verbal anak 4) Merangsang minat menulis anak 5) Merangsang minat baca anak 6) Membuka cakrawala pengetahuan anak. Madyawati (2016) berpendapat bahwa manfaat bercerita adalah dapat membantu pembentukan pribadi dan moral anak, menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi, serta dapat memacu kemampuan verbal anak. Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat diatas bahwa manfaat bercerita adalah memperluas wawasan dan cara berfikir anak, merangsang minat baca dan tulis, menyalurkan imajinasi, melatih keberanian dalam berkomunikasi. d. Tujuan Bercerita Tujuan bercerita menurut Bachri (2005) bahwa kegiatan bercerita dapat mengembangkan ranah kemampuan perkembangan berbahasa pada anak
usia
dini.
Kemampuan-kemampuan
anak
mengembangkan melalui kegiatan bercerita antara lain: 8
yang
dapat
1) Kemampuan dan keterampilan mendengarkan 2) Kemampuan dan keterampilan berbicara 3) Kemampuan dan keterampilan berasosiasi 4) Kemampuan dan keterampilan berekspresi 5) Kemampuan dan keterampilan berimajinasi 6) Kemampuan dan keterampilan berfikir/ logika Sejalan dengan pendapat tersebut Ikromah (2015) mengatakan bahwa tujuan dari bercerita adalah agar dapat memberikan pengalaman belajar mengembangkan kemampuan mendengar, berbicara, berasosiasi, bereksperi, berimajinasi dan berfikir logis/ logika, serta agar anak dapat memperbaiki kemampuan verbal untuk komunikasi yang lebih baik. Pendapat dari Santosa (2008) bahwa tujuan bercerita yaitu menyampaikan informasi atau berkomunikasi dengan orang lain. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa tujuan bercerita adalah untuk memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai moral, sosial, dan keagamaan, pemberian informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan sosial (Moeslichatoen, 2004). Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan bercerita
adalah
mengembangkan
kemampuan
berbahasa
anak,
memberikan informasi atau untuk berkomunikasi dengan orang lain, serta menanamkan nilai moral, sosial, keagamaan. e. Perkembangan Keterampilan Bercerita Anak Kelompok A Pada usia taman kanak-kanak, anak biasanya menguasai 4000 hingga 6000 kata,pada usia ini bahasa berkembang sangat cepat rata-rata anak menambahkan 50 kata baru setiap bulan. Anak mulai mampu menggunakan kata-kata yang bersifat perintah, adanya rasa percaya diri dalam berkata-kata. Anak semakin sering bertanya sebagai ungkapan rasa keingin tahuan. Pada usia ini pula anak-anak mulai memvariasikan bahasa yang berbeda dalam berbagai konteks seperti bahasa untuk bertelepon, memesan makanan direstoran atau mengucapkan selamat pada pesta ulang tahun (Madyawati, 2016). 9
Tingkat pencapaian perkembangan anak usia 4-5 tahun mengenai lingkup perkembangan mengungkapkan bahasa sebagaimana dalam Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini menyebutkan bahwa: 1) mengulangi kalimat sederhana 2) menjawab pertanyaan sederhana 3) mengungkapkan perasaan dengan kata sifat 4) menyebutkan katakata yang dikenal 5) mengutarakan pendapat kepada orang lain 6) mengutarakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan atau ketidaksetujuan 7) menceritakan kembali cerita/ dongeng yang pernah didengar. Nugraha & Ratnawati (2005) mengatakan anak usia 4-5 tahun dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jelas, dapat bercerita mengenai hal yang terjadi pada situasi nyata atau melalui bantuan gambar, dapat memberi informasi atau berbicara tentang pengalaman yang telah dilalui walaupun masih sulit dalam mencari dan menggunakan kata-kata untuk mengungkapkannya, dapat mendongeng (membawakan sebuah cerita), mampu menerima pesan-pesan yang diberikan. Pada Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 kemampuan berbahasa anak usia 4-5 tahun antara lain mengulang kalimat sederhana, bertanya dengan kalimat yang benar, menjawab pertanyaan sesuai pertanyaan, mengungkapkan perasaan dengan kata sifat (baik, senang, nakal, pelit, baik hati, berani, baik, jelek, dsb), menyebutkan kata-kata yang dikenal, mengutarakan pendapat kepada orang lain, menyatakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan atau ketidaksetujuan, menceritakan kembali cerita/ dongeng yang pernah didengar, memperkaya perbendaharaan kata, berpartisipasi dalam percakapan. Anak-anak usia 3-5 tahun sering disebut usia bertanya karena anakanak pada usia ini sangat sering mengajukan pertanyaan sebagai wujud rasa keingintahuannya, anak mulai mahir mengungkapkan apa yang dirasakannya dengan cara yang lebih tepat, anak juga meniru pembicaraan dari orang yang dilihatnya, dapat menceritakan kembali 3 gagasan utama
10
dalam sebuah cerita serta dapat menceritakan kembali buku cerita bergambar dengan tingkat ketepatan yang memadai (Sujiono, 2007). Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbahasa anak kelompok A yang berusia 4-5 tahun antara lain 1) mengulangi kalimat sederhana 2) menjawab pertanyaan sederhana 3) mengungkapkan perasaan dengan kata sifat 4) menyebutkan kata-kata yang dikenal 5) mengutarakan pendapat kepada orang lain 6) mengutarakan
alasan
terhadap
sesuatu
yang
diinginkan
atau
ketidaksetujuan 7) menceritakan kembali cerita/ dongeng yang pernah didengar 8) anak menggunakan kata-kata bersifat perintah 9) anak sering mengajukan pertanyaan 10) anak menggunakan kata-kata bersifat perintah. Berdasarkan beberapa pendapat yang ada diatas, penulis mengambil indikator untuk mengukur keterampilan bercerita anak dari Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini yaitu menjawab pertanyaan sederhana, menceritakan kembali cerita yang pernah didengar, mengutarakan pendapat kepada orang lain. 2. Hakikat Kegiatan Sains dengan Metode Eksperimen a. Pengertian Sains Dari sudut bahasa, sains atau science berasal dari bahasa latin yaitu dari kata scientia yang berarti pengetahuan. Sains (dalam arti sempit) sains atau ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dengan segala isinya (Ragil, 2013). Sains bukan hanya pengetahuan tentang benda ataupun makhluk hidup, tetapi menyangkut cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah. Winatpura (dalam Daryanto, 2014) berpendapat bahwa sains adalah ilmu yang mempelajari tentang sebab-akibat dari kejadian-kejadian di alam. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sains adalah ilmu yang mempelajari alam seisinya, yaitu benda ataupun
11
makhluk hidup yang menyangkut cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan suatu masalah. b. Metode Eksperimen 1) Pengertian Metode Pembelajaran Secara harfiah metode berarti cara. Metode menurut Siregar & Nara adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (2014).Menurut Suwarto (2014) metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaikan suatu pembelajaran agar terjadi interaksi dan proses belajar yang efektif serta tujuan pembelajarannya dapat tercapai. Menurut Hamdani (2011) metode pembelajaran diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara guru mengadakan interaksi dengan siswa untuk menyampaikan suatu pembelajaran agar terjadi proses belajar yang efektif dan agar tujuan pembelajarannya dapat tercapai. 2) Pengertian Metode Eksperimen Metode
eksperimen
atau
percobaan
menurut
pendapat
Hamdayama adalah metode yang digunakan saat pembelajaran untuk melakukan suatu percobaan secara individu maupun kelompok (2014). Siregar & Nara (2014) mengemukakan bahwa metode eksperimen adalah metode yang mengedepankan aktivitas percobaan, sehingga siswa mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Tidak jauh berbeda dari pendapat tersebut,Sumantri menyatakan bahwa metode eksperimen adalah cara belajar yang melibatkan murid dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan(Setyanto, 2014). MenurutSuwarto (2014) metode eksperimen ialah suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa secara perorangan atau kelompok untuk berlatih melakukan suatu proses percobaan secara 12
mandiri. Metode eksperimen paling sesuai diterapkan dalam pembelajaran sains. Pada metode ini siswa sepenuhnya terlibat, keterlibatan
siswa
yaitu
dalam
merencanakan
eksperimen,
menemukan fakta, mengumpulkan data, menarik kesimpulan, merumuskan konsep, prinsip, atau hukum. Metode eksperimen sulit dipisahkan dengan demonstrasi karena keduanya kemungkinan dapat digunakan secara bersamaan (Anitah, 2009). Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen adalah metode yang melibatkan anak dalam suatu proses atau percobaan secara langsung agar anak dapat mengalami dan membuktikannya sendiri sesuatu yang dipelajari. 3) Kelebihan Metode Eksperimen Hamdayama (2014); Setyanto (2014)
menyebutkan kelebihan
metode eksperimen adalah sebagai berikut: a) Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru dan buku b) Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajah) tentang ilmu dan teknologi, suatu sikap yang dituntut dari seorang ilmuwan c) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaannya
yang
diharapkan
dapat
bermanfaat
bagi
kesejahteraan hidup manusia. Menurut Hamdani (2011) kelebihan metode eksperimen yaitu: a) Siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah b) Mereka lebih aktif berpikir dan membuktikan sendiri kebenaran suatu teori
13
c) Selain memperoleh ilmu pengetahuan, siswa menemukan pengalaman praktis serta keterampilan menggunakan alat-alat percobaan. Berdasarkan paparan kelebihan metode eksperimen dari beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kelebihan metode eksperimen adalah 1) Dapat membuat anak didik lebih percaya akan kebenaran dari percobaan; 2) Anak lebih aktif berpikir;dan 3)memperoleh ilmu pengetahuan serta menemukan pengalaman baru. 4) Kekurangan Metode Eksperimen Kekurangan metode eksperimen menurut Hamdayama (2014); Setyanto (2014) adalah sebagai berikut: a) Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan eksperimen b) Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran Sedangkan kekurangan metode eksperimen menurut Suwarto (2014) yaitu: (1) Memerlukan alat dan biaya; (2) Memerlukan waktu relatif lama; (3) Sangat sedikit sekolah yang memiliki fasilitas eksperimen; (4) Guru dan siswa banyak yang belum terbiasa melakukan eksperimen. Menurut Hamdani (2011) kekurangan metode eksperimen yaitu(1) Guru harus benar-benar menguasai materi yang diamati dan harus mampu mengatur siswanya;(2) Memerlukan waktu dan biaya yang sedikit lebih dibandingkan yang lain Berdasarkan paparan kekurangan metode eksperimen menurut beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kekurangan dari metode eksperimen adalah(1) Memerlukan waktu yang lama;(2) Memerlukan banyak alat dan biaya;(3) Guru harus menguasai materi dan mampu mengatur siswanya.
14
c. Sains dengan Metode Eksperimen untuk Anak Usia Dini Adapun sains di TKmenurut Erawati (2013) adalah pengetahuan yang berhubungan dengan alam, benda, atau suatu objek sederhana yang ada disekitar anak TK yang dilakukan menggunakan suatu penelitian melalui bermain yang menyenangkan dalam mengungkapkan sesuatu hal. Ragil (2013) mengatakan bahwa sains yang sesuai untuk anak usia prasekolah yaitu yang memberikan pengalaman langsung kepada anak, selain itu pembelajaran sains hendaknya mengembangkan kemampuan observasi,
klasifikasi,
pengukuran
menggunakan
bilangan
dan
mengidentifikasi hubungan sebab-akibat. Benda-benda yang digunakan adalah benda-benda yang bersifat konkrit (nyata). Menurut Yulianti (2010)ada beberapa jenis keterampilan sains yang dapat dilakukan pada anak usia dini yaitu sebagai berikut : 1) Mengamati Anak diajak untuk mengamati fenomena alam yang terjadi di lingkungan anak itu sendiri yang dimulai dari hal-hal yang paling sederhana. Misalnya mengapa es bisa mencair?. 2) Mengelompokkan Anak diminta untuk menggolongkan benda sesuai kategorinya. Misalnya kelompok bunga-bungaaan, biji-bijian, warna yang sama. 3) Memperkirakan Anak diminta untuk memperkirakan apa yang terjadi. Misalnya berapa lama es akan mencair, berapa lama lilin akan meleleh, berapa lama air yang panas akan menjadi dingin. 4) Menghitung Anak didorong untuk menghitung benda-benda yang ada di sekeliling, kemudian mengenalkan bentuk-bentuk benda kepadanya Sains dengan metode eksperimen yang digunakan pada pembelajaran di taman kanak-kanak, berbeda dengan pembelajaran anak usia SD, SMP, ataupun SMA karena benda-benda yang dipakai pada kegiatan sains dengan metode eksperimen ini adalah bahan yang aman dan tidak
15
berbahaya untuk anak usia dini, dekat dengan anak dan sering ditemui anak, serta benda yang berasal dari alam karena selain aman bagi anak juga dapat mendekatkan anak dengan alam. Widayati (2013)berpendapat bahwa kegiatan sains dapat dipelajari melalui pengamatan sehari-hari yang nyata dan sederhana, sehingga tercipta suasana yang menarik dan menyenangkan. Suasana tersebut akan memotivasi anak untuk terus menerus mencari jawaban tentang suatu masalah dengan menemukan sendiri kebenarannya. Dapat disimpulkan bahwa keterampilan sains yang diajarkan pada anak usia dini antara lain keterampilan mengamati, mengelompokkan, memperkirakan, mengamati. Kegiatan sains untuk anak usia dini menggunakan benda-benda yang berada disekeliling anak, aman dan tidak berbahaya bagi anak, serta benda yang berasal dari alam sehingga dapat mendekatkan anak dengan alam. 3. Kegiatan Sains Menggunakan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Keterampilan Bercerita Metode eksperimen menurut Schoenher paling sesuai diterapkan untuk pembelajaran dibidang sains (Setyanto, 2014).Menurut Setyanto (2014) dalam pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen, murid mendapatkan kesempatan untuk mengalami atau menyelesaikan masalah secara langsung. Sesuai hasil penelitian maryam ada 3 tahapan untuk memudahkan masuknya informasi yaitu mendengar, menulis atau menggambar lalu melihat dan melakukan percobaan sendiri (Asmani, 2009). Kegiatan sains untuk anak usia prasekolah sebaiknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Masa anak-anak adalah masa bermain sehingga kegiatan sains yang dimaksud disini adalah kegiatan bermain sains. Menurut Yulianti (2010) Kegiatan bermain bermanfaat untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak salah satunya yaitu untuk mengembangkan aspek perkembangan bahasa anak.
16
Bercerita adalah keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain dengan cara menyampaikan berbagai macam ungkapan, berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilihat dan dibaca (Madyawati, 2016). Melalui kegiatan sains dengan menggunakan metode eksperimen ini anak terlibat dan mengalami langsung suatu percobaan. Pada akhir pembelajaran diharapkan anak mengkomunikasikan hasil percobaan yang baru dialami anak. Beberapa kegiatan sains yang digunakan peneliti untuk meningkatkan keterampilan bercerita anak antara lain: a. Larut tidak larut Alat dan bahan yang digunakan adalah benda-benda yang ada disekitar anak dan tidak asing bagi anak-anak sehingga dapat mempermudah kegiatan pembelajaran. Alat dan bahan tersebut berupa gula, teh, sirup, garam untuk benda yang larut dalam air, sedangkan untuk benda yang tidak larut dalam air berupa kopi, teh, asam. b. Benda Terapung tenggelam dan melayang Alat dan bahan yang digunakan untuk percobaan terapung tenggelam dan adalah benda-benda yang dekat dengan anak seperti, daun, ranting, batu, koin, mainan anak yang terbuat dari plastik, berasa, kacang tanah, merica, kacang hijau. c. Percobaan Telur Percobaan telur ini memerlukan alat dan bahan berupa wadah, air, garam, sendok, dan telur. Telur dimasukkan kedalam air kemudian ditambahkan garam kedalamnya, maka telur yang tadinya tenggelam diair dapat melayang, bahkan terapung jika terus dimasuki garam kedalam airnya. d. Pencampuran warna Anak diberi kegiatan pencampuran warna dengan alat dan bahan yaitu cup, air, sendok, pewarna makanan, plastik. Anak diajak melakukan kegiatan percobaan pencampuran warna secara kelompok, lalu warnawarna yang mereka hasilkan tersebut dimasukkan kedalam plastik
17
panjang yang akhirnya bisa digunakan sebagai mainan. Setelah kegiatan percobaan selesai anak mempresentasikan percobaan yang telah dilakukannya. B. Kerangka Berpikir Keterampilan bercerita pada anak kelompok A TK/ RA Masyitoh IV Surakarta pada kondisi awal masih perlu untuk ditingkatkan. Tidak semua anak dapat mengungkapkan ide dan gagasanya kepada orang lain dengan kalimat yang tepat serta belum memiliki kelancaran dalam bercerita, kebanyakan anak terbatabata dan kurang percaya diri saat bercerita didepan kelas, dalam menjawab pertanyaan kebanyakan anak malu-malu bahkan tidak mau menjawab pertanyaan yang diberikan. Hal tersebut disebabkan guru masih kurang maksimal dalam melatih anak untuk meningkatkan keterampilan bercerita anak. Media ataupun metode yang digunakan guru dalam meningkatkan keterampilan bercerita juga belum maksimal. Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti menerapkan kegiatan sains dengan menggunakan metode eksperimen. Pada kegiatan sains dengan menggunakan metode eksperimen ini anak dilibatkan langsung dalam kegiatan pembelajaran untuk melakukan suatu percobaan. Sehingga kegiatan percobaan sains ini dapat dijadikan stimulasi untuk memicu ide cerita pada anak. Upaya peningkatan keterampilan berceritapada anak kelompok A di TK/ RA Masyitoh IV Surakarta ini dilakukan melalui kegiatan sains dengan menggunakan metode eksperimen. Kegiatan sains dengan menggunakan metode eksperimen ini diterapkan pada siklus I, siklus II sampai siklus ke-n yaitu hingga keterampilan bercerita anak mencapai bahkan melebihi nilai yang sudah ditentukan oleh peneliti. Proses tindakan yang diberikan terdiri dari: 1) perencanaan 2) Pelaksanaan 3) Observasi, serta 4) Refleksi. Sehingga dengan menerapkan kegiatan sains dengan menggunakan metode eksperimen saat pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan bercerita anak.
18
Kondisi Awal: Guru belum menggunakan kegiatan sains dengan menggunakan metode eksperimen dan keterampilan bercerita anak masih rendah
Tindakan (Penelitian Tindakan Kelas): Pada siklus I, siklus II sampai siklus ke-n guru menggunakan kegiatan sains dengan menggunakan metode eksperimen dalam mengembangkan keterampilan bercerita anak
Kondisi akhir: Keterampilan bercerita anak meningkat Gambar 2. 1 Bagan kerangka berpikir C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, serta kondisi yang terjadi di lapangan, maka dapat dirumuskan hipotesis bahwa melalui kegiatan sains dengan menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan keterampilan bercerita pada anak kelompok A TK/ RA Masyitoh IV Surakarta tahun ajaran 2015/ 2016.
19