9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1.
Tinjauan Praktik Kerja Industri a.
Pengertian Praktik Kerja Industri Praktik kerja Industri merupakan salah satu pendekatan dalam upaya meningkatkan mutu tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang siap untuk memasuki dunia kerja. Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Industri melibatkan Sekolah, Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/DI), Asosiasi Profesi, Asosiasi Pekerja, dan industri terkait, sehingga program yang telah terencana dapat dilaksanakan secara terpadu. Praktik kerja industri di beberapa sekolah di sebut sebagai pelatihan kerja atau on the job training. Nasrudin
(2010:148)
mengemukakan
bahwa,
“Latihan
(training) adalah suatu bagian yang integral dari kemantapan dalam program latihan atau pekerjaan yang sedang kita kerjakan”. Dijelaskan lebih lanjut oleh Firman dan Martin yang dikutip dalam Nasrudin (2010:148) bahwa : Latihan yang dimaksud adalah untuk memperdalam dan memperkaya apa yang telah dinasihatkan atau diajarkan supaya siswa memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan dengan saksama, baik dalam taraf terampil maupun dalam taraf mahir, bahkan ahli. Latihan biasanya diadakan di laboratorium atau lembaga-lembaga pelatihan, bergantung pada kebutuhannya. Melalui latihan atau praktikum yang memadai, siswa dapat menemukan hal-hal baru yang mendorong kreativitas atau berinovasi dengan temuan sendiri, kutuhan dan kesinambungan. Dari uraian di atas latihan
dilaksanakan oleh siswa SMK
sebagai salah satu pendekatan untuk mencapai tujuan SMK dengan memperdalam dan memperkaya apa yang telah diajarkan untuk menemukan hal-hal baru yang mendorong kreativitas dan inovasi siswa
9
10
di lembaga-lembaga pelatihan yang menjadi lembaga pasangan sekolah dalam hal ini adalah DU/DI. Kegiatan latihan ini di SMK disebut sebagai praktik kerja industri. Dijelaskan oleh Koswara (Nasrudin, 2010:149) bahwa, “Praktik kerja industri dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan siswa, baik secara langsung maupun tidak langsung, pengajaran harus mengadakan latihan yang memadai sehingga secara metodologis
terjadi
keseimbangan,
keterpaduan,
dan
keutuhan
pendidikan”. Sementara itu, Hamalik (2007:91) mengemukakan pendapat bahwa : Praktik Kerja Industri adalah suatu tahap profesional di mana seorang siswa (peserta) yang hampir menyelesaikan studi (pelatihan) secara formal bekerja di lapangan dengan supervisi oleh seorang administrator yang kompeten dalam jangka waktu tertentu yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan melaksanakan tanggungjawab. Menurut Handoko (Rosleny, 2015:178), praktik kerja industri dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan tertentu tertentu secara terperinci untuk menyiapkan peserta untuk melakukan pekerjaan. Pendapat ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Stevani (2015:192) yang berjudul “Pengaruh Praktik Kerja Industri dan Keterampilan Siswa Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Administrasi Perkantoran SMK N 3 Padang” bahwa pelaksanaan Praktik Kerja Industri memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kesiapan kerja siswa. Praktik Kerja Industri dapat diartikan sebagai kegiatan latihan yang dilakukan oleh siswa SMK dengan dunia Usaha atau Dunia Industri untuk memperoleh pengalaman dan keterampilan sesuai dengan bidang keahliannya dalam jangka waktu tertentu.
11
b.
Tujuan Praktik Kerja Industri Praktik kerja industri bertujuan agar siswa memperoleh pengalaman bekerja langsung pada dunia usaha atau dunia industri sesungguhnya. Berdasarkan Dikmenjur (2015:5), praktik kerja industri bertujuan untuk : 1) Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan pekerjaan 2) Memperkokoh Link and Match antara sekolah dengan dunia kerja 3) Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas dan profesional Sedangkan menurut Hamalik (2007: 92) menyatakan bahwa tujuan praktik kerja industri adalah untuk mengembangkan kemampuan para siswa khususnya aspek keterampilan. Lebih jelasnya Rosleny (2015:179) mengemukakan bahwa praktik kerja industri bertujuan untuk : 1) Membekali dan mengembangkan pengetahuan, kompetensi dan keterampilan 2) Memperbaiki kinerja karena kekurangan keterampilan 3) Memutakhirkan keahlian peserta sejalan
dengan kemajuan
teknologi 4) Membantu memecahkan masalah 5) Mempersiapkan peserta melalui program yang sistematis 6) Mengorientasikan peserta terhadap organisasi 7) Memainkan peran ganda dengan menyediakan aktivitas-aktivitas yang menghasilkan efektivitas organisasional. Dari pendapat di atas tujuan diadakannya praktik kerja industri adalah sebagai berikut : 1) Untuk mempersiapkan tenaga kerja yang memiliki keahlian dan keterampilan yang profesional 2) Memiliki disiplin yang baik
12
3) Memperkokoh Link and Match antara sekolah dengan dunia kerja 4) Meningkatkan pendidikan yang berkulitas dan profesional 5) Memperbaiki kinerja 6) Mengorientasikan siswa terhadap organisasi
c.
Manfaat Praktik kerja industri Praktik Industri memiliki beberapa manfaat, seperti yang disampaikan Hamalik (2007:92) “Praktik kerja sebagai bagian integral dalam
program
pelatihan,
perlu
bahkan
dilaksanakan
karena
mengandung beberapa manfaat atau kedayagunaan tertentu”. Praktik kerja industri sangat penting untuk para siswa, karena siswa akan mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman langsung dari dunia kerja. Manfaat Praktik kerja industri bisa dirasakan oleh pihak industri maupun pihak pendidikan, akan tetapi yang paling merasakan manfaat Praktik kerja industri adalah para siswa. Adapun manfaat Pratik kerja industri untuk siswa atau para peserta menurut Hamalik (2007:93) adalah sebagai berikut: 1) Menyediakan kesempatan kepada peserta untuk melatih keterampilan-keterampilan manajemen dalam situasi lapangan yang aktual. Hal ini penting dalam rangka belajar menerapkan teori atau konsep atau prinsip yang telah dipelajari sebelumnya. 2) Memberikan pengalaman-pengalaman praktis kepada peserta sehingga hasil pelatihan bertambah luas. 3) Peserta berkesempatan memecahkan berbagai masalah manajemen di lapangan dengan mendayagunakan kemampuannya. 4) Mendekatkan dan menjembatani penyiapan peserta untuk terjun kebidang tugasnya setelah menempuh program pelatihan tersebut. Untuk menjembatani penyiapan peserta terjun ke bidang tugasnya tersebut perlu adanya bimbingan dalam pelaksanaan praktik kerja yang bertujuan untuk membantu peserta yang mengalami kesulitan. Sedangkan
menurut
Simamora
(Rosleny,
2015:180)
menyatakan bahwa manfaat praktik kerja industri adalah untuk
13
meningkatakan kualitas keterampilan, mengurangi waktu belajar yang diperlukan jika menjadi karyawan, membentuk sikap, loyalitas dan kerjasama, serta memenuhi kebutuhan perencanaan SDM.. Hal ini menunjukkan bahwa praktik kerja industri tidak hanya bermanfaat bagi siswa saja tetapi juga dapat memberikan manfaat bagi lembaga pasangan seperti yang dijelaskan pada pendapat di atas. Dari beberapa pendapat di atas praktik kerja industri dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut : 1)
Memberikan wawasan dan pengalaman baru untuk siswa
2)
Dapat melatih siswa untuk lebih terampil
3)
Dapat membantu pola pikir siswa agar dapat bersikap dewasa di dalam memecahkan suatu masalah
d.
4)
Membantu siswa memiliki kesiapan untuk memasuki dunia kerja
5)
Meningkatkan kualitas keterampilan
6)
Membentuk sikap, loyalitas, dan kerjasama
7)
Memenuhi kebutuhan perencanaan SDM
8)
Meningkatkan kinerja dan produktivitas
Penilaian Praktik Kerja Industri Keberhasilan siswa dalam mencapai kemampuan sesuai standart profesi yang dilakukan melalui proses penilaian praktik kerja industri. “Penilaian dan penentuan hasil disepakati dan dilakukan tim penguji yang terdiri dari : Sekolah, Perusahaan atau Industri pasangan, Asosiasi Profesi dan Organisasi Pekerja” (Dikmenjur, 2015:12). Ada beberapa kegiatan yang perlu dilaksanakan sehubungan dengan prosedur penilaian praktik kerja menurut Hamalik (2007:99) adalah sebagai berikut : 1)
Merumuskan tujuan penilaian praktik, yakni untuk mengetahui hingga mana kemajuan para peserta selama menempuh praktik dan tingkat ketercapaian tujuan praktik. Di samping itu, juga untuk mengetahui proses pelaksanaan program praktik dan ketercapaian tujuan program secara keseluruhan.
14
2)
3)
4)
5)
6)
Menentukan aspek-aspek yang hendak dinilai, yakni berkenaan dengan aspek keterampilan, baik keterampilan produktif maupun keterampilan reproduktif. Dilihat dari segi program praktik, dapat dinilai kualitas kemampuan peserta dan jumlah kelulusan praktik. Menyusun alat penilaian, berupa tes tindakan dan daftar centang atas skala pengamatan, yang disusun berdasarkan tujuan dan aspek-aspek yang hendak dinilai terutama menyangkut penilaian keterampilan. Pelaksanaan penilaian terhadap peserta, yang dilaksanakan sejak awal, selama dalam proses dan pada akhir kegiatan praktik, oleh siapa, kapan dan di mana penilaian akan dilaksanakan. Mengolah data pengukuran berdasarkan metode statistik tertentu sesuai dengan jenis data dan derajat keberartian yang diharapkan, yang dilanjutkan dengan kegiatan analisis untuk menarik kesimpulan. Penyusunan laporan penilaian secara tertulis. Menurut Hamalik (2007:120) evaluasi atau penilaian hasil
pelatihan atau praktik keja industri meliputi beberapa hal yaitu : 1) Evaluasi aspek pengetahuan Evaluasi aspek pengetahuan bertujuan untuk mengetahui; a) penguasaan siswa tentang pengenalan fakta-fakta; b)tingkat pemahaman siswa mengenai konsep-konsep dan teori; c) kemampuan siswa dalam penerapan prinsip-prinsip dan materi pelatihan; d) kemampuan siswa mengkaji (analisis) suatu masalah dan upaya pemecahannya; e) kemampuan peserta mengenai kegiatan dan produk yang dihasilkan 2) Evaluasi aspek keterampilan Evaluasi dilakukan pada akhir pelatihan yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan keterampilan siswa 3) Evaluasi aspek sikap Sikap mengandung beberapa unsur yakni penghargaan, minat, nilai, disiplin, kesadaran dan watak. Gary Dessier (Sirait, 2007:116) mengemukakan bahwa ada empat kategori dasar dari hasil pelatihan kerja atau yang disebut dengan praktik kerja industri
yang dapat diukur, yaitu reaksi (reaction),
pembelajaran (learning), perilaku (behavior), dan hasil (result). Berikut penjelasannya :
15
1) Reaction Menilai reaksi peserta yang dilatih terhadap program yang dilaksanakan 2) Learning Penilaian terhadap peserta mengenai prinsip, keterampilan, dan fakta-fakta yang harus dipelajari 3) Behavior Penilaian terhadap perilaku peserta setelah mengikuti pelatihan 4) Result Penilaian terhadap output peserta. Penilaian praktik kerja industri disepakati dan dilakukan oleh tim penguji. Adapun prosedur yang dapat dilakukan adalah dengan merumuskan tujuan penilaian, merumuskan aspek-aspek penilaian, menyusun alat penilaian, pelaksanaan penilaian, mengolah data pengukuran, penyusunan laporan penilaian secara tertulis. Sedangkan aspek yang dinilai meliputi aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap.
e.
Hubungan Praktik Kerja Industri dengan Kesiapan Kerja Siswa Praktik kerja industri merupakan kegiatan latihan yang dilakukan oleh siswa SMK dengan dunia Usaha atau Dunia Industri untuk memperoleh pengalaman dan keterampilan sesuai dengan bidang keahliannya dalam jangka waktu tertentu. Dengan diadakannya praktik kerja industri diharapkan siswa dapat memperoleh kompetensi yang belum didapatkan di sekolah karena keterbatasan alat dan dapat mengaplikasikan kompetensi yang telah didapatkan di sekolah pada lembaga pasangan praktik kerja. Pengalaman yang diperoleh siswa di dunia usaha dan dunia industri dapat memberikan gambaran kepada siswa tentang dunia kerja. Pengalaman yang diperoleh akan mempengaruhi pola pikir, sikap, dan tingkah laku dalam bekerja. Dari kesiapan mental, siswa menjadi
16
terlatih untuk berani menerima tanggung jawab, lebih bijak dalam menghadapi masalah, disiplin, mampu beradaptasi, bekerja sama dengan orang lain, dan menjunjung sikap kerja yang benar. Dengan demikian, makin banyak pengalaman yang diperoleh melalui kegiatan praktik kerja industri maka akan makin tinggi pula Kesiapan Kerja Siswa. Hal ini sesuai dengan teori Winkel dan Sri Hastuti (2007:647655) yang mengungkapkan bahwa kegiatan belajar di industri atau disebut dengan praktik kerja industri merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Stevani (2015:192) yang berjudul “Pengaruh Praktik Kerja Industri dan Keterampilan Siswa Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Administrasi Perkantoran SMK N 3 Padang” bahwa pelaksanaan Praktik Kerja Industri memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kesiapan kerja siswa. Serta penelitian dari Zamawi (2012) yang berjudul “Pengaruh Unit Produksi Prakerin dan Dukungan Keluarga Terhadap Kesipan Kerja Siswa SMK”.
f.
Indikator Pengalaman Praktik Kerja Industri Praktik Kerja Industri adalah kegiatan latihan yang dilakukan oleh siswa SMK dengan dunia Usaha atau Dunia Industri untuk memperoleh pengalaman dan keterampilan sesuai dengan bidang keahliannya dalam jangka waktu tertentu. Secara keseluruhan, indikator pengalaman praktik kerja industri yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi: 1) Membentuk sikap Dengan pelaksanaan praktik kerja industri diharapkan siswa dapat memiliki sikap yang siap kerja. Hal ini
dapat dilihat dari
kedisiplinannya ketika datang ke lembaga/tempat praktik kerja industri, loyalitas, tanggungjawab dan kerjasama yang terbentuk setelah melaksanakan praktik kerja industri.
17
2) Pengetahuan dan keterampilan kerja Pengetahuan kerja yang dimaksud adalah pengetahuan siswa tentang pekerjaan maupun keterampilan yang diperlukan berdasar bidang keahlian. Sedangkan keterampilan kerja dalam hal ini adalah keterampilan siswa di bidang administrasi perkantoran yang semakin terarah setelah bekerja langsung di DU/DI. 3) Pengalaman praktis Setelah
melaksanakan
praktik
kerja
industri
diharapkan
pengetahuan siswa tentang sikap kerja yang baik akan semakin luas. Pengalaman-pengalaman praktis ini dapat meningkatkan kesiapan kerja siswa saat terjun langsung ke dunia kerja setelah lulus nanti. 4) Pemecahan masalah kerja Dalam bekerja, tentunya setiap orang menghadapi berbagai permasalahan. Untuk itu, dengan adanya kegiatan praktik kerja industri ini siswa berkesempatan untuk memecahkan masalahmasalah yang muncul saat bekerja. Sehingga siswa akan lebih siap saat menghadapi permasalahan saat terjun langsung di dunia kerja. 5) Bimbingan selama praktik kerja industri Saat melaksanakan praktik kerja industri, para siswa dibimbing oleh guru pembimbing yang berasal dari sekolah maupun instruktur dari lembaga atau tempat siswa melaksanakan praktik kerja industri. Kegiatan bimbingan ini sangat membantu siswa ketika mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan praktik kerja industri. Selain itu, pembimbing juga bertugas untuk memantau perkembangan kemampuan siswa dalam pelaksanaan praktik kerja industri.
18
2.
Tinjauan Prestasi Belajar a.
Pengertian Prestasi Belajar Hamdani (2011:137) bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang
telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual
maupun kelompok. Pendapat tersebut didukung oleh Poerwodarminto (Nasrudin, 2010:105) yang menyatakan bahwa : Prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang, adapun prestasi belajar diartikan sebagai prestasi yang telah dicapai oleh seorang siswa pada jangka waktu tertentu dan dicatat dalam buku rapor tempat ia belajar. Sedangkan
menurut
Winkle
(Hamdani,
2011:138)
mengemukakakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Dengan demikian prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Selanjutnya Hamdani (2011:138) yang mengutip simpulan Harahap bahwa, “Prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum”. Prestasi belajar dapat dilihat dari hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar. Hasil tersebut merupakan perubahan tingkah laku sebelum dan sesudah proses belajar siswa. Dari beberapa pendapat di atas prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai dari suatu kegiatan yang telah dilakukan baik secara individual maupun kelompok yang merupakan hasil dari penilaian pendidikan kemajuan siswa dalam jangka waktu tertentu yang ditulis dalam rapor.
b.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Hamdani (2011:139) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor internal (kecerdasan, faktor fisiologis, sikap, minat, bakat, dan motivasi) dan faktor eksternal
19
(keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan lingkungan masyarakat). Sedangkan Shertzer dan Stone
dikutip oleh Nasrudin (2010:106),
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu : 1)
Faktor Internal Faktor iternal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor internal dapat digolongkan menjadi dua kelompok, antara lain : a) Faktor fisiologis Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan panca indra. siswa harus memiliki kesehatan badan dan pancaindra yang sehat agar tidak menjadi penghalang dalam melaksanakan pembelajaran dan menerima materi pembelajaran. Apabila siswa memiliki cacat fisik atau cacat mental maka hal tersebut akan mempengaruhi prestasinya. b) Faktor psikologis Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, antara lain : (1) Intelegensi Taraf intelegensi sangat mempengaruhi prestasi belajar seseorang. Pada umumnya siswa yang memiliki taraf intelegensi tinggi mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi. Sedangkan siswa dengan taraf intelegensi
rendah
mempunyai
prestasi yang rendah. Tetapi bukan tidak mungkin siswa yang memiliki intelegensi yang rendah mempunyai prestasi yang baik, begitu juga sebaliknya. (2)
Sikap Menurut Sarlito Wirawan (1997:233), sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak tertentu terhadap
20
hal-hal tertentu. Sikap siswa yang positif terhadap pembelajaran merupakan langkah awal yang baik dalam mencapai tujuan belajar. Sikap pasif, rendah diri, dan kurang percaya diri merupakan faktor yang menghambat siswa dalam menampilkan prestasi belajarnya. (3)
Motivasi Motivasi adalah penggerak perilaku. Motivasi belajar merupakan pendorong seseorang untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi yang kuat kan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar, sehingga menunjang prestasi belajarnya.
2) Faktor Eksternal Selain
faktor-faktor
mempengaruhi
dari
prestasi
dalam belajar,
diri
siswa
faktor
yang
dapat
eksternal
yang
mempengaruhi antara lain : a) Faktor lingkungan keluarga (1)
Sosial ekonomi keluarga Dengan sosial ekonomi yang memadai seseorang berkesempatan mendapat fasilitas belajar yang lebih baik untuk menunjang prestasi belajarnya.
(2)
Pendidikan orangtua Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan yang tinggi
akan
cenderung memperhatikan
dan
memahami pentingnya pendidikan bagi anakanaknya. (3)
Perhatian orangtua dan suasana hubungan antara anggota keluarga. Dukungan
keluarga
berprestasi seseorang.
merupakan
pemacu
semangat
21
b) Faktor lingkungan tempat belajar (1)
Sarana dan prasarana Kelengkapan fasilitas tempat belajar akan mebantu kelancaran kegiatan pembelajran yang akan berpengaruh terhadap prestasi siswa
(2)
Kompetensi guru dan siswa Kompetensi guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi.
(3)
Silabus dan metode mengajar Hal ini meliput materi dan cara memberikan materi tersebut kepada siswa. Metode pembelajaran yang interaktif diperlukan untuk menumbuhkan minat belajar yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
c) Faktor lingkungan masyarakat (1)
Sosial budaya Pendangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan mempengaruhi kesungguhan pendidik dan siswa.
(2)
Partisipasi terhadap pendidikan Bila semua pihak mulai dari pemerintah sampai pada masyarakat bawah telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan pendidikan, setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha memajukan pendidikan
(3)
Pengukuran prestasi belajar Dalam dunia pendidikan, menilai merupakan salah satu kegiatan penting dalam proses belajar. Penilai prestasi belajar bidang akademik dicatat dalam sebuah rapor.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor internal yang terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis serta faktor eksternal
22
yang terdiri dari faktor lingkungan keluarga, lingkungan tempat belajar, dan lingkungan masyarakat.
c.
Evaluasi Prestasi Belajar Menilai merupakan salah satu kegiatan penting dalam mengukur proses belajar dan mengajar. Pengukuran prestasi belajar dibidang akademik dicatat dalam sebuah rapor untuk mengetahui sejauh mana prestasi belajar seorang siswa. Keseluruhan kegiatan pengukuran dilakukan dengan cara evaluasi hasil belajar. Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar. Muhibbin (2010:139) menyatakan bahwa, “evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program”.Sedangkan menurut Hamalik (2014:159) menyatakan bahwa : Evaluasi adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuuan pembelajran yang telah ditetapkan. Petty yang dikutip oleh Muhibbin (2010:140) berpendapat bahwa evaluasi prestasi belajar merupakan pengungkapan dan pengukuran hasil belajar. Dari beberapa pendapat di atas evaluasi prestasi belajar dapat diartikan sebagai kegiatan pengukuran terhadap hasil yang telah dicapai oleh siswa untuk mengetahui prestasi belajar atau tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan evaluasi prestasi sendiri menurut Muhibbin (2010:152) terdari dari evaluasi prestasi kognitif, evaluasi prestasi afektif, dan evaluasi prestasi psikomotor. Untuk mengukur prestasi belajar siswa maka diadakan ragam evaluasi belajar. Ragam evaluasi prestasi belajar menurut Muhibbin (2010:142) tersebut yaitu sebagai berikut :
23
1)
Pre-test dan post-test Pre-test bertujuan untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Sedangkam post-test bertujuan untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan.
2)
Evaluasi prasayarat Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan.
3)
Evaluasi diagnostik Bertujuan untuk mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa
4)
Evaluasi formatif Evaluasi ini bertujuan untuk mempeoleh umpan balik yang mirip dengan evaluasi diagnostik yaitu untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
5)
Evaluasi sumatif Evaluasi ini digunakan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir periode pengajaran.
6)
Ujian Nasional Evaluasi ini dirancang untuk siswa pada kelas tertinggi pada suatu jenjang pendidikan.
d.
Hubungan Prestasi Belajar dengan Kesiapan Kerja Siswa Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai dari suatu kegiatan yang telah dilakukan baik secara individual maupun kelompok yang merupakan hasil dari penilaian pendidikan kemajuan siswa dalam jangka waktu tertentu yang ditulis dalam rapor. Pengetahuan yang dimiliki siswa baik yang memiliki prestasi tinggi cenderung lebih mantap dan percaya diri untuk dapat mewujudkan citacita atau masa depannya, sedangkan siswa yang berprestasi rendah cenderung kurang percaya diri terhadap apa yang akan dilakukannya
24
dalam hal ini berkaitan dengan kesiapan kerja. Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa makin tinggi Prestasi Belajar maka makin tinggi pula Kesiapan Kerja Siswa. Sesuai dengan teori Winkel dan Sri Hastuti (2007:647-655) yang mengungkapkan bahwa prestasi belajar merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Isnania Lestari (2015) yang berjudul “Pengaruh Pengalaman Prakerin, Hasil Belajar dan Dukungan Sosial Terhadap Kesiapan Kerja Siswa”. Penelitian oleh Ahmad Awaludin Baiti (2014) yang berjudul “Pengaruh Pengalaman Prakerin, Prestasi Belajar Kejuruan dan Dukungan Sosial Terhadap Kesiapan Kerja Siswa”.
e.
Indikator Prestasi Belajar Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur (Muhibbin, 2014:148). Selanjutnya agar lebih mudah dalam memahami hubungan antara jenis-jenis belajar dengan indikator-indikatornya, berikut ini jenis, indikator dan cara evaluasi prestasi belajar :
25
Tabel 2.1 Jenis, Indikator dan Cara Evaluasi Prestasi Belajar Jenis Prestasi A. Kognitif 1. Pengamatan
Indikator
Cara Evaluasi
Dapat menunjukkan Dapat membandingkan Dapat menghubungkan
Tes lisan Tes tertulis Observasi
2. Ingatan
Dapat menyebutkan Dapat menunjukkan kembali
Tes lisan Tes tertulis Observasi
3. Pemahaman
Dapat menjelaskan Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri
Tes lisan Tes tertulis
4. Penerapan
Dapat memberikan contoh Dapat menggunakan secara tepat
Tes tertulis Pemberian tugas Observasi
5. Analisis
Dapat menguraikan Dapat mengklasifikasikan
Tes tertulis Pemberian tugas
6. Sintesis
Dapat menghubungkan Dapat menyimpulkan Dapat menggeneralisasikan Menunjukkan sikap menerima Menunjukkan sikap menolak
Tes tertulis Pemberian tugas Tes tertulis Tes skala sikap Observasi
2. Sambutan
Kesediaan berpartisipasi Kesediaan memanfaatkan
Tes tertulis Pemberian tugas Observasi
3. Apresiasi
Menganggap penting dan bermanfaat Menganggap indah dan harmonis mengagumi
Tes skala sikap Pemberian tugas Observasi
4. Pendalaman
Mengakui dan meyakini Mengingkari
Tes skala sikap Pemberian
B. Afektif 1. Penerimaan
26
tugas ekspresif dan proyektif Observasi 5. Pengahayatan
Melembagakan atau meniadakan Menjelkan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari
C. Psikomotorik 1. Keterampilan Mengkoordinasikan gerak bergerak dan mata, tangan, kaki dan anggota bertindak tubuh lainnya 2. Kecakapan Mengucapkan ekspresi verbal Menunjukkan mimik dan nonverbal gerakkan jasmani
Pemberian tugas ekspresif dan proyektif Observasi
Observasi Tes tindakkan
Tes lisan dan Observasi Tes tindakkan
Sumber :Muhibbin Syah, 2010:148 Dari uraian di atas dapat menunjukkan bahwa indikator prestasi belajar dapat dilihat dari hasil yang dicapai oleh siswa pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam penelitian ini indikator prestasi belajar terdiri dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang diambil dari rata-rata nilai rapor semester 3 siswa yang menjadi subjek penelitian. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Muktiani (2014:170) menemukan bahwa prestasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kesiapan kerja siswa.
3.
Tinjauan Kesiapan Kerja a.
Pengertian Kesiapan Kerja Kesiapan kerja berasal dari kata “kesiapan” dan “kerja”. Dalyono (2012:166) berpendapat bahwa, “Readiness sebagai kesiapan atau kesediaan seseorang untuk berbuat sesuatu”. Kesiapan adalah keadaan atau kesediaan seseorang untuk berbuat sesuatu. Sedangkan menurut Hamalik (2011:141), “Kesiapan adalah keadaan kapasitas yang
27
ada pada diri siswa dalam hubungan dengan tujuan pengajaran tertentu”. Sejalan dengan pendapat tersebut, Slameto (2010: 113) menyatakan bahwa, “Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban dalam cara tertentu terhadap suatu situasi”. Beberapa di atas menunjukkan bahwa kesiapan adalah keadaan seseorang untuk berbuat sesuatu dengan memberi respon dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Menurut Hasibuan (2006: 41), “Kerja adalah sejumlah aktivitas fisik dan mental yang dilakukan seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan”.
Selanjutnya dijelaskan oleh Brown (Anoraga,
2009:13) bahwa, “Kerja sesungguhnya merupakan bagian penting dari kehidupan manusia, sebab aspek kehidupan yang memberikan status kepada masyarakat”. Dari pengertian ini berarti kerja ialah suatu kegiatan yang dilakukan sesorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan untuk mendapatkan status dalam kehidupan bermasyarakat. Judith O. Wagner (Zawawi Firdaus, 2012: 402) mengatakan bahwa, “Kesiapan kerja adalah sperangkat keterampilan dan perilaku yang diperlukan untuk bekerja dalam pekerjaan apa pun bentuknya”. Selanjutnya dijelaskan oleh Stevani (2015:186) yang menyatakan bahwa : Kesiapan Kerja adalah keseluruhan kondisi individu yang meliputi kematangan fisik, mental dan pengalaman serta adanya kemauan dan kemampuan untuk melaksanakan suatu pekerjaan atau kegiatan. Kesiapan Kerja sangat penting dimiliki oleh seorang peserta didik SMK, karena peserta didik SMK merupakan harapan masyarakat untuk menjadi lulusan SMK yang mempunyai kompetensi sesuai dengan bidang keahliannya diterima di dunia kerja atau mampu mengembangkan melalui wirausaha. Bandaranaike dan Willison (2013:229) mengungkapkan bahwa, “Work-readiness is the key to understanding feelings and
28
emotions within oneself and of others, and the management of those emotions when working with cognitive knowledge and skills”. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa kesiapan kerja merupakan kunci untuk memahami perasaan dan emosi diri sendiri dan orang lain serta manajemen emosi ketika bekerja dengan pengetahuan kognitif dan keterampilan. Dari beberapa pendapat di atas kesiapan kerja siswa adalah kondisi yang menunjukan kematangan siswa baik dari segi fisik maupun mental untuk melaksanakan pekerjaan berdasarkan pengalaman belajar siswa dengan pengetahuan kognitif dan keterampilan. Penelitian yang dilakukan oleh Stevani (2015:193) menemukan bahwa kesiapan kerja siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dalam penelitian tersebut menghasilkan data yang signifikan antara praktik kerja industri dan prestasi terhadap kesiapan kerja siswa.
b.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Kerja Menurut Slameto (2010:113) kondisi kesiapan mencakup halhal sebagai berikut : 1)
Kondisi fisik Kondisi fisik meliputi kondisi fisik yang temporer (lelah, keadaan, alat indera dan lain-lain) dan kondisi yang permanen (cacat tubuh).
2)
Kondisi mental Kondisi mental menyangkut kecerdasan, seseorang yang memiliki kecerdasan tinggi akan memiliki kecenderungan untuk siap mengerjakan pekerjaan yang tinggi.
3)
Kondisi emosinal Kondisi emosional berhubungan dengan motif, hal ini akan berpengaruh terhadap kesiapan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan.
29
4)
Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan Kebutuhan akan mendorong suatu usaha, dengan kata lain akan menimbulkan motif untuk melakukan pekerjaan yang selanjutnya motif akan mengarah ke pencapaian tujuan.
5)
Keterampilan Keterampilan
adalah
kemahiran
yang
dmiliki
seseorang.
Seseorang yang memiliki keterampilan atau kemahiran dibidang tertentu akan memiliki kesiapan untuk melakukan pekerjaan. 6)
Pengetahuan Pengetahuan adalah pemahaman terhadap suatu hal yang telah dipelajari sebelumnya. Seseorang yang memiliki pemaham akan suatu hal memiliki kecenderungan untuk dapat melakukan pekerjaan. Dari uraian di atas menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kesiapan seseorang menurut Slameto adalah kondisi fisik, kondisi mental, kondisi emosional, kebutuhan-kebutuhan, motif, tujuan, ketrampilan, dan pengetahuan. Selain itu, Slameto (2010:115) mengungkapkan
bahwa,
“Pengalaman-pengalaman
mempunyai
pengaruh yang positif terhadap kesiapan”. Sedangkan menurut Dalyono (2012:166) mengungkapkan bahwa kesiapan melibatkan beberapa faktor, antara lain : 1)
Perlengkapan dan pertumbuhan fisiologis Ini menyangkut pertumbuhan terhadap kelengkapan pribadi seperti tubuh pada umumnya, alat-alat indra, dan kapasitas intelektual
2)
Motivasi Motivasi menyangkut minat dan tujuan. Berhubungan dengan sistem kebutuhan dalam diri manusia serta tekanan-tekanan lingkungan. Winkel (2007:647) berpendapat bahwa kesiapan kerja dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor internal dan faktor
30
eksternal. Yang termasuk faktor internal antara lain: nilai-nilai, kehidupan, taraf intelegensi, bakat khusus, minat, sifat-sifat, prestasi, keadaan jasmani. Sedangkan faktor eksternal atau faktor yang dari luar terdiri atas: masyarakat, keadaan sosial ekonomi, status sosial ekonomi keluarga,belajar di industri, pendidikan di sekolah, pergaulan teman sebaya dan tuntutan yang melekat pada masing-masing jabatan. Sofyan (2000:14) mengemukakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan kerja antara lain: 1)
Motivasi belajar Keterkaitannya dengan masalah kesiapan kerja bagi siswa SMK, motivasi belajar akan mendorong perbuatan belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, akan senantiasa tergerak untuk terus belajar, teori maupun praktek, sehingga akan dicapai hasil yang optimal. Dengan belajar sungguh-sungguh siswa akan mampu menguasai keterampilan kerja sebanyak mungkin. Dengan menguasai keterampilan yang banyak, maka siswa akan tebih memiliki kesiapan kerja.
2)
Pengalaman praktik luar Dengan adanya pengalaman praktik luar siswa akan mendapatkan manfaat-manfaat dan merasakan secara langsung bagaimana situasi
kerja
yang sebenarnya.
Siswa
akan
memperoleh
pengalaman kerja sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja setamat dari bangku sekolah. 3)
Bimbingan vokasional Bimbingan vokasional sangatlah penting dan diperlukan bagi siswa.. Dengan bimbingan vokasional, siswa akan memiliki gambaran tentang jenis-jenis pekerjaan serta kemungkinankemungkinan dengan pekerjaan tersebut. Sehingga siswa yang memperoleh bimbingan vokasional akan lebih memiliki kesiapan kerja.
31
4)
Latar belakang ekonomi orang tua Dalam kaitannya dengan masalah kesiapan kerja, orang tua dengan status sosial ekonomi tinggi akan mengalokasikan lebih banyak sumber daya yang dimilikinya bagi pendidikan anaknya, prestasi dan tingkat kesiapan kerja yang dicapai anak-anaknya pun akan lebih optimal dibanding dengan orang tua dari status sosial ekonomi yang lebih rendah. Sehingga kondisi ekonomi keluarga sangat berpengaruh terhadap tingkat kesiapan kerja siswa.
5)
Prestasi belajar Prestasi belajar merupakan indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik. Dari tingkat kualitas dan kuantitas pengetahuan maka siswa memiliki keterampilan dan rasa percaya diri untuk memasuki dunia kerja.
6)
Informasi pekerjaan Informasi tentang pekerjaan merupakan hal penting bagi siswa. Pentingnya informasi ini sebagai garnbaran bagi siswa tentang dunia kerja yang nantinya mau tidak mau harus dimasuki. Kebutuhan akan informasi tentang pekerjaan bagi siswa akhirakhir ini sangat dibutuhkan. Dengan memiliki informasi tentang dunia kerja, dapat membantu siswa dalam perkembangannya. Sehingga dengan perkembangan yang dibantu dengan informasi pekerjaan menjadikan siswa lebih siap untuk melakukan pekerjaan secara nyata.
7)
Ekspektasi masuk dunia kerja Kaitannya dengan kesiapaan kerja siswa SMK, maka siswa yang memiliki ekspektasi dan harapan yang jelas untuk masa depannya akan lebih termotivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh demi tercapainya harapan-harapan tersebut.
32
Dari beberapa pendapat di atas terdapat dua faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor dari dalam diri siswa seperti keadan fisik, mental, emosional, motif dan tujuan, prestasi belajar, keterampilan, pengetahuan dll. Sedangkan faktor eksternal meliputi faktor bimbingan vokasional, pengalaman praktik luar, informasi pekerjaan, dan latar belakang ekonomi orang tua.
c.
Ciri-ciri Siswa yang Memiliki Kesiapan Kerja Menurut Hardjono
(1990)
yang dikutip
oleh Stevani
(2015:188) siswa yang telah mempunyai Kesiapan Kerja adalah siswa yang memiliki kesiapan sebagai berikut: 1) Kesiapan fisik dan mental Keadaan fisik dan mental yang serasi siswa akan memiliki pertimbangan yang logis, kritis, dan bersikap dewasa dalam mengendalikan emosi 2) Kemampuan kerja Kecakapan yang dimiliki siswa untuk menjalankan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya untuk meningkatkan produktivitas kerjanya. 3) Disiplin kerja Sikap menghormati, menghargai dan taat pada peraturan yang berlaku baik tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya 4) Tanggung Jawab Penerapan tanggung jawab dalam ruang lingkup pekerjaan tertuang dalam kewajiban menyelesaikan job desk yang telah diberikan. 5) Bekerja sama dengan orang lain Keterampilan saling melengkapi serta berkomitmen untuk mencapai misi yang sudah disepakati untuk mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien 6) Informasi dunia kerja Berkenaan dengan bimbingan dan konseling mengenai informasi dan gambaran dunia kerja Wardiman (Firdaus, 2012:402) mengungkapkan beberapa keterampilan yang dimiliki oleh siswa SMK menjelang memasuki dunia kerja antara lain:
33
1) Memiliki keterampilan dasar dan penyesuaian diri dengan perkembangan IPTEK 2) Mampu mencari informasi 3) Mampu mengkomunikasikan ide 4) Mampu mengorganisasi kegiatan 5) Mampu bekerjasama 6) Mampu memecahkan masalah 7) Berfikir logis dan 8) Mampu berbahasa global Caballero (2014:13) mengemukakan bahwa the work readiness has six aspects : 1.
Responsibility Responsible workers come to work on time and work until quitting time.
2.
Flexibility Flexible workers are able to adapt to the changes and demands of the work place.
3.
Skills Work-ready individuals know their capabilities and the skill sets that they bring to a wew work situation
4.
Communication(Interpersonal Relating) Work-ready individuals have communication abilities that enable them to interpersonally relatein the workplace.
5.
Self-View (Intrapersonal Relating) Self-View is related to individuals intrapersonal processes their beliefs about them selves and work.
6.
Health & Safety Work-ready
individuals
maintain
personal
hygiene
and
grooming.They keep physically fit and mentally alert.
Pendapat tersebut mengungkapkan bahwa kesiapan kerja terdiri dari enam aspek yaitu: responsibilty (tanggungjawab), flexibility (mudah
menyesuaikan),
skills
(keterampilan),
communication
34
(komunikasi), self-view (percaya diri), health and safety (kesehatan dan keselamatan). Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kesiapan kerja memiliki aspek-aspek tersebut sebagai ciri-ciri siswa yang siap kerja. Bandaranaike dan Willison (2013:230) mengungkapkan bahwa Contextual to work-readiness consists : Initiative, Technology, Learning, Planning, Problem Solving, and Communication. Pendapat tersebut mengungkapkan bahwa konteks kesiapan kerja terdiri dari inisiativ, kemampuan dalam teknologi, pembelajaran, perencanaan, pemecahan masalah, dan kemampuan komunikasi. Dapat disimpulan bahwa siswa yang siap kerja memiliki konteks atau ciri-ciri tersebut. Dijelaskan lebih lanjut oleh Jackson (2013:105) bahwa Employability skills framework to work readiness consists : 1) Working effectively with others (Kemampuan kerjasama yang efektif) 2) Communicating effectively (Berkomunikasi secara efektif) 3) Self-awareness (Kesadaran diri) 4) Thinking critically (Berpikir kritis) 5) Analyzing data & using technology (Menganalisis data dan menggunakan teknolog) 6) Problem solving, Developing initiative & enterprise (Memecahkan masalah, memngembangkan inisiatif dan usaha) 7) Self-management,
Social
responsibility
&
accountability
(Manajemen diri, tanggungjawab sosial dan akuntabilitas) 8) Developing profesionalism (mengembangkan profesionalisme)
Berdasarkan uraian di atas seorang siswa lulusan SMK sebagai calon tenaga kerja akan disebut memiliki kesiapan kerja apabila siswa yang memiliki kesiapan fisik dan mental, kemampuan kerja, disiplin kerja, memiliki informasi dunia kerja, dan siswa yang siap kerja adalah siswa memiliki pertimbangan yang logis dan objektif, kemampuan dan
35
kemauan untuk bekerja sama dengan orang lain, sikap kritis, keberanian untuk menerima tanggung jawab secara individual, serta ambisi untuk maju dan berusaha mengikuti perkembangan bidang keahliannya, memiliki kemampuan komunikasi, memiliki perencanaan, dan mampu mampu memecahkan masalah.
d.
Indikator Kesiapan Kerja Seorang siswa lulus SMK sebagai calon tenaga kerja akan memiliki kesiapan kerja apabila memiliki kemampuan yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan saat bekerja. Berdasarkan teori-teori di atas dapat dilihat adanya indikator untuk mengukur kesiapan kerja siswa yang antara lain: 1)
Kesiapan fisik dan mental Siswa yang memiliki fisik dan mental yang sehat menunjang kelancaran dalam melakukan pekerjaan. Siswa akan siap untuk bekerja apabila memiliki sehat secara jasmani dan rohani.
2)
Kemampuan kerja Kemampuan kerja diperoleh dai pengalaman-pengalaman belajar yang dilakukan
siswa baik yang diperoleh dari materi-materi
yang diberikan disekolah maupun pengalaman-pengalaman seperti pengalamn praktik kerja industri yang telah dilaksanakan. 3)
Kesiapan sikap Selain kesiapan fisik dan mental serta kemampuan kerja siswa, kesiapan sikap menggambarkan kesiapan siswa untuk bekerja. kesiapan sikap apat dilihat dari kedisiplinan siswa, tanggung jawab, kemampuan bekerja sama dengan orang lain, berpikir kritis dan logis, serta mampu memecahkan masalah.
4)
Informasi dunia kerja Infromasi dunia kerja membantu siswa dalam memasukki dunia kerja. Informasi dunia kerja dapat diperoleh dari berbagai sumber,
36
misalnya teman, keluarga, dan dari pihak sekolah atau lembaga terka
B. Kerangka Berpikir Kesiapan Kerja Siswa adalah Kondisi yang menunjukan kematangan siswa baik dari segi fisik maupun mental untuk melaksanakan kegiatan atau pekerjaan berdasarkan pengalaman belajar siswa. Kesiapan kerja siswa di pengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam diri siswa (internal) dan faktor dari luar (eksternal). Faktor internal meliputi kematangan siswa, kreativitas siswa, minat, bakat intelegensi, kemadirian penguasaan ilmu pengetahuan, dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal meliputi peran keluarga, kelengkapan peralatan, sarana-prasarana sekolah, peran masyarakat, informasi dunia kerja, dan pengalaman kerja atau praktik kerja industri. Praktik kerja industri merupakan salah satu pendekatan dalam upaya meningkatkan mutu tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang siap untuk memasuki dunia lapangan kerja. Tujuannya untuk meningkatkan kecakapan siswa dalam pekerjaan tertentu. Pengalaman yang diperoleh akan mempengaruhi pola pikir, sikap, dan tingkah laku dalam bekerja. Dari kesiapan mental, siswa menjadi terlatih untuk berani menerima tanggung jawab, lebih bijak dalam menghadapi masalah, disiplin, mampu beradaptasi, bekerja sama dengan orang lain, dan menjunjung sikap kerja yang benar. Dengan demikian, makin banyak pengalaman yang diperoleh melalui kegiatan praktik kerja industri maka akan makin tinggi pula kesiapan kerja siswa. Faktor lain adalah prestasi belajar yang dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh siswa dalam kurun waktu tertentu dan dicatat dalam buku rapor tempat ia belajar. Dalam hal ini, pengetahuan yang dimiliki siswa baik yang memiliki prestasi tinggi cenderung lebih mantap dan percaya diri untuk dapat mewujudkan cita-cita atau masa depannya, sedangkan siswa yang berprestasi rendah cenderung kurang percaya diri terhadap apa yang akan dilakukannya dalam hal ini berkaitan dengan kesiapan kerja. Berdasarkan uraian di atas, dapat
37
dinyatakan bahwa makin tinggi prestasi belajar maka makin tinggi pula kesiapan kerja siswa. Secara sistematis kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
\ Praktik Kerja Industri
X1 Kesiapan Kerja Siswa Y Prestasi Belajar X2 Gambar 1. Kerangka berpikir
C. Perumusan Hipotesis “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.”(Sugiyono, 2014:96). Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H0 :
Tidak ada pengaruh yang signifikan praktik kerja industri dan prestasi belajar terhadap kesiapan kerja siswa kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Sukoharjo tahun ajaran 2015/2016. Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang penulis kemukakan,
penulis menyajikan hipotesis (Ha) penelitian sebagai berikut : 1.
Ada pengaruh yang signifikan praktik kerja industri terhadap kesiapan kerja siswa kelas XI Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1 Sukoharjo Tahun Ajaran 2015/2016.
2.
Ada pengaruh yang signifikan prestasi belajar terhadap kesiapan kerja siswa kelas XI Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1 Sukoharjo Tahun Ajaran 2015/2016.
38
3.
Ada pengaruh yang signifikan praktik kerja industri dan prestasi belajar terhadap kesiapan kerja siswa kelas XI Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1 Sukoharjo Tahun Ajaran 2015/2016.