BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Keterampilan Menulis Tegak Bersambung pada Siswa Sekolah Dasar a. Pengertian Keterampilan Keterampilan setiap orang berbeda-beda, keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan praktik dan banyak berlatih. Menurut Soemarjadi, dkk, “Kata keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan. Terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu dengan cepat dan benar. Seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan terampil. Demikian pula apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat, juga tidak dapat dikatakan terampil” (2001: 2). Sejalan dengan pendapat tersebut Budhiarto mengungkapkan bahwa “Keterampilan berasal dari kata terampil yang artinya mampu bertindak dengan cepat dan tepat” (2008: 2). Terampil sama artinya dengan cekatan, cakap mengerjakan sesuatu. Dengan kata lain keterampilan dapat disebut juga kecekatan, kecakapan, atau kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat. Green menjelaskan bahwa, “Skill is a personal quality with three key features: productive: using skill is productive value; expandeble: skill are enhanced by training and development; and social: skill are socially determined” (2011: 5). Keterampilan merupakan kualitas pribadi yang memiliki tiga ciri utama, yakni bernilai produktif, dapat ditingkatkan dengan pelatihan, da nada pengaruh social. Menurut
Muhibbinsyah
“Keterampilan
yaitu
kegiatan
yang
berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya. Sehingga dalam pelaksanaannya keterampilan memerlukan adanya koordinasi gerak yang teliti dan penuh kesadaran tinggi untuk menciptakan keterampilan yang baik” (2013: 117). Dari pendapat tersebut keterampilan merupakan 8
9
kegiatan yang memerlukan koordinasi dari syaraf dan otak sehingga bersifat motorik. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu hal dengan benar dan mudah. Seseorang yang mampu memadukan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas atau masalah dengan cepat dan mudah dapat dikatakan terampil. b. Pengertian Menulis Menulis merupakan suatu kegiatan produktif yang memadukan kemampuan,
pengetahuan,
dan
pengalaman
seseorang.
Menulis
merupakan suatu alat komunikasi yang berbentuk non lisan dari penulis kepada pembaca. Tarigan
meengemukakan
bahwa
menulis
merupakan
suatu
keterampilan berbahasa yang gunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif (2008: 3). Sejalan dengan pendapat tersebut Suparno dan Yunus mengungkapkan bahwa, menulis adalah suatu kegiatan menyampaikan pesan (komunikasi) antara penulis dan pembaca dengan menggunakan bahasa tulis sebagai medianya (2010: 1. 3). Alek dan Ahmad menyatakan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang bertujuan menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara (2011: 106). Sejalan dengan pendapat
tersebut,
menurunkan
atau
menurut
Yunus,
menuliskan
“Pengertian
lambang-lambang
menulis
adalah
grafik
yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membacanya jika dia memahami bahasa atau gambaran grafik tersebut” (2008 : 143). Menulis merupakan menciptakan catatan yang berupa informasi. Catatan tersebut berupa tulisan, grafik, aksara yang dapat dibaca atau dipahami oleh orang lain.
10 Karataş, Arslan, Karataş mengengungkapkan, “Writing is a motoric production process of symbols and signs necessary to express feelings and thoughts” (2014: 242). Yang artinya “Menulis adalah proses motorik dari simbol-simbol dan tanda-tanda yang diperlukan untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran. Ditentukan dari ilustrasi (penggambaran) seperti menggambar gua, dan melukis, dan juga pelestarian bahasa nonsimbolis melalui media nontekstual (tidak tertulis) seperti pemutar musik magnetis. Dari pendapat-pendapat di atas dapat dirumuskan pengertian menulis adalah suatu kegiatan atau aktifitas yang bersifat sederhana. Menulis merupakan cara penyampaian pesan melalui simbol-simbol, grafik, dan lambang-lambang untuk menyampaikan ide atau gagasan yang dapat dipahami oleh penyampai dan penerima pesan dengan bahasa tulis. c. Pengertian Keterampilan Menulis Keterampilan berbahasa di SD dapat dibagi menjadi keterampilan berbahasa tulis dan keterampilan berbahasa lisan. Menurut Santoso, “Klasifikasi ini dibuat berdasarkan pendekatan komunikatif. Keterampilan berbahasa tulis dapat dibagi menjadi membaca dan menulis, sedangkan keterampilan bahasa lisan dibagi menjadi menyimak dan berbicara” (2008: 63). Pembelajaran keterampilan berbahasa tidak boleh ditafsirkan sebagai mengajarkan memahami dan menggunakan bahasa, tetapi juga harus dipahami sebagai mengajak siswa berlatih memahami dan menggunakan bahasa di SD. Dengan pemahaman seperti itu, guru akan terdorong untuk merancang pembelajaran bahasa dengan lebih bervariasi lagi sehingga pengalaman belajar siswa akan lebih bermakna. Menurut Santoso (2008: 63). Keterampilan proses belajar bahasa dibagi menjadi berbagai tahap sebagai berikut: 1) Keterampilan yang paling sederhana adalah keterampilan mekanis berupa hafalan atau ingatan. Misalnya, anak mulai mengenal kosakata baru, membaca suku kata dan kelompok kalimat; 2) Keterampilan tahap berikutnya adalah pengetahuan berupa demonstrasi pengetahuan tentang fakta, kaidah tentang apa saja yang
11
dipelajari. Misalnya, pada tahap ini murid mengingat kaidah, kebahasaan yang ia pelajari; 3) Keterampilan transfer, keterampilan ini merupakan kemampuan reseptif dimana siswa berusaha mengaplikasikan pengetahuan yang ia miliki; dan 4) Tahap ke empat adalah komunikasi. Murid mampu memahami serta mengkomunikasikan ilmu yang ia dapat baik secara tertulis maupun secara lisan. Menurut St. Y Slamet yang mengutip simpulan Byme. pengertian keterampilan menulis pada hakikatnya bukan sekedar kemampuan menulis simbol-simbol grafis yang
berbentuk kata dan kalimat, melainkan
keterampilan menulis adalah kemampuan menuangkan sebuah gagasan ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca sesuai dengan tujuannya (2008: 106). Keterampilan menulis menuntut kemampuan menggunakan bahasa secara tertulis untuk menyampaikan informasi suatu peristiwa sehingga timbul komunikasi. Sekurang-kurangnya ada tiga komponen yang tergabung dalam keterampilan menulis, yaitu : 1) penguasaan bahasa tulis, yang akan berfungsi sebagai media tulisan, antara lain meliputi kosakata. struktur kalimat, paragraf, ejaan, dan pragmatik; 2) penguasaan isi karangan sesuai dengan topik yang akan ditulis; dan 3) penguasaan tentang jenis-jenis tulisan, yaitu bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti esai, artikel, cerita pendek, atau makalah. Keterampilan menulis digunakan untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan. menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca yang bertujuan untuk dapat menyusun, dan merangkai jalan pikiran dan mengemukakannya secara tertulis dengan jelas, lancar dan komunitatif. Beberapa manfaat menulis di antaranya dalam hal; I) peningkatan kecerdasan; 2) pengembangan daya inisiatif dan kreativitas; 3) penumbuhan keberanian; dan 4) pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi,
12
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, pengertian keterampilan menulis adalah kemampuan menyusun atau mengorganisasikan gagasan serta mengkomunikasikan gagasan tersebut. Hasil olahan gagasan tersebut ditujukan kepada pembaca sehingga terjalin interaksi antara keduanya demi tercapainya suatu tujuan. d. Ciri-ciri Menulis yang Baik Menulis bertujuan untuk menyampaikan pesan melalui interkasi dua arah. Tersampainya tujuan tersebut penulis hendaknya menyampaikan tulisan dengan baik. Beberapa ahli berpendapat mengenai ciri-ciri tulisan yang baik, menurut Adelstein dan Pival (1976) yang disimpulkan oleh Tarigan (2008: 6-7), antara lain: Pertama, tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis mempergunakan nada yang serasi. Kedua, tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis menyusun bahan-bahan yang tersedia menjadi suatu keseluruhan yang utuh. Ketiga, tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis dengan jelas dan tidak samar-samar: memanfaatkan struktur kalimat, bahasa, dan contohcontoh sehingga maknanya sesuai dengan yang diinginkan oleh penulis. Keempat, tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis secara meyakinkan: menarik minat para pembaca terhadap pokok pembicaraan serta mendemonstrasikan suatu pengertian yang masuk akal dan cermat-teliti mengenai hal itu. Kelima, tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk mengkritik naskah tulisannya yang pertama serta memperbaikinya. Keenam, tulisan yang baik mencerminkan kebanggaan penulis dalam naskah atau manuskrip: kemudian mempergunakan ejaan dan tanda baca secara seksama, memeriksa makna kata dan hubungan ketatabahasaan dalam kalimatkalimat sebelum menyajikannya kepada para pembaca. Pendapat di atas menjelaskan tulisan yang baik menekankan penulis harus mampu menciptakan tulisan yang jelas sebagai kesatuan tulisan yang utuh dengan menggunakan struktur kalimat yang tepat dan dapat menarik
13
minat pembaca yang menggunakan ejaan, tanda-baca serta makna kata yang ada pada dalam kalimat. Menurut Mc. Mahan & Day (1960) yang disimpulkan oleh Tarigan (2008: 7) secara singkat ciri-ciri tulisan yang baik antara lain: jujur, jelas, singkat, beraneka ragam. Jujur: jangan coba memalsukan gagasan atau ide anda. Jelas: jangan membingungkan para pembaca. Singkat: jangan memboroskan waktu para pembaca. Beraneka ragam: panjang kalimat yang beranekaragam, berkarya dengan penuh kegembiraan. Berdasarkan pandangan Tarigan dapat disimpulkan bahwa tulisan yang baik sesuai dengan ide atau pemikiran penulis. Tulisan juga tidak membingungkan pembaca sehingga tulisan dapat dimengerti oleh pembacanya dan tulisan tersebut singkat, padat, sesuai dengan keanekaragaman kalimat yang diciptakan. Karakteristik menulis menurut Logan (et al) (1972) yang disimpulkan oleh Tarigan (2008: 9) yaitu: (1) Tulisan dibuat untuk dibaca; (2) tulisan didasarkan pada pengalaman; (3) tulisan ditingkatkan melalui latihan terpimpin; (4) dalam tulisan, makna menggantikan bentuk; (5) kegiatan-kegiatan bahasa lisan hendaklah mendahului kegiatan menulis. Pendapat yang dikutip dari Tarigan menunjukkan bahwa tulisan yang diciptakan penulis harus sesuai dengan pengalaman penulis. Kegiatan menulis juga perlu ditingkatkan melalui kegiatan latihan agar tulisan yang diciptakan mudah di baca oleh orang lain. Kegiatan menulis hendaknya menjadi dasar bagi keterampilan berbahasa lisan. Dengan demikian ciri-ciri tulisan yang baik dalam penelitian ini merujuk pada pendapat Logan, yaitu hendaknya jelas sehingga mudah dibaca oleh pembacanya. Oleh karena itu untuk mendapatkan tulisan yang baik perlu adanya latihan yang cukup dan teratur. e. Pengertian Menulis Permulaan Menulis permulaan merupakan jenjang dasar yang menjadi landasan bagi pendidikan selanjutnya. Perhatian perlu ditekankan pada belajar menulis permulaan, sebab kegagalan menulis permulaan dapat
14
menjadi kendala bagi kelanjutan siswa pada jenjang pendidikan di tingkat atasnya. Darmiyati dan Budiasih, menyatakan “Menulis permulaan di kelas I dan kelas II merupakan pembelajaran menulis tahap awal, keterampilan menulis yang diperoleh siswa di kelas I dan di kelas II akan menjadi dasar pembelajaran menulis di kelas berikutnya” (1997: 57). Keterampilan menulis merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki keterampilan menulis maka anak itu akan mengalami kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Menulis termasuk dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang termuat dalam GBPP Bahasa Indonesia kelas II (1994: 86). Adapun tujuan pembelajaran menulis di kelas II adalah sebagai berikut: 1) Siswa mampu menulis kata-kata dan permulaan, dan membaca lafal dan intonasi yang wajar; 2) Siswa mampu menuliskan kegiatan sehari-hari dengan permulaan; 3) Siswa mengenal sifatsifat dan watak yang baik melalui bacaan, cerita, percakapan dan kegiatan sehari-hari; 4) Siswa mampu memahami bermacammacam cerita; dan 5) Siswa mampu melafalkan kata-kata dalam bait-bait puisi yang sesuai dengan anak. Menulis permulaan merupakan dasar yang harus dimiliki oleh siswa kelas II, agar tidak mengalami kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi yang lain. Tujuan pembelajaran menulis permulaan adalah agar siswa mampu menulis kata-kata dan permulaan, dan dapat membaca dengan lafal dan intonasi yang wajar serta dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis. Untuk mencapai tujuan menulis permulaan diperlukan perhatian dan kesiapan yang matang dalam pembelajaran. hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran menulis permulaan menurut St. Y. Slamet (2014: 46) ada beberapa macam, antara lain: 1) tingkat perkembangan anak; 2) tingkat persiapan anak; 3) garis-garis besar program pengajaran Bahasa Indonesia SD; 4) tujuan pegajaran menulis
15
permulaan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor; dan 5) sumber bahan pengajaran. Dalam pembelajaran menulis permulaan di kelas II. Penulisan kalimat diperlukan dengan memperhatikan tanda baca dan penggunaan huruf kapital dalam penulisan kalimat sehingga menjadi lebih bervariasi. Berdasarkan pendapat tersebut, keterampilan menulis permulaan adalah kemampuan bertindak atau melakukan suatu pekerjaan (tugas) dengan baik, cermat, cepat, dan tepat dalam pembelajaran menulis tahap awal, kemampuan menulis yang diperoleh siswa di kelas II. f. Pengertian Keterampilan Menulis Tegak Bersambung Menulis tegak bersambung merupakan salah satu keterampilan yang terdapat pada kelas rendah yaitu kelas I dan II sekolah dasar. Menulis tegak bersambung pada pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas rendah dengan cara menggabungkan huruf demi huruf, sehingga membentuk suatu kata dan kalimat. Menulis tegak bersambung atau menulis halus menurut Depdikbud (1991: 51) “Menulis indah pada dasarnya juga menyalin suatu kalimat atau huruf dengan memperhatikan bentuk, ukuran, dan tebal tipisnya tulisan secara baik, benar dan rapi”. Menulis tegak bersambung membutuhkan sebuah kesabaran dan ketekunan pada saat melakukannya. Menurut pendapat Purwadarminta, “Huruf adalah gambar bunyi bahasa, aksara. Huruf balok adalah tulisan tegak yang tidak dirangkaikan. Tegak adalah berdiri (selalu tegak). Bersambung adalah bertalian atau bersangkut paut” (1984 : 23). Dengan demikian, huruf tegak bersambung dapat diartikan tulisan tegak yang saling bertalian atau dirangkaikan. Cursive handwriting (menulis tegak bersambung) merupakan salah satu
bagian dari
handwriting
(tulisan tangan). Menurut Arslan
“Handwriting, one of the important skills of an individual’s academic life, is taught by class teachers. Reading and writing are taught together.” (2012: 1), yang berarti tulisan tangan, salah satu keterampilan penting untuk individu di kehidupan akademik, keterampilan tersebut diajarkan
16
oleh guru kelas. Keterampilan menulis juga diajarkan bersama-sama dengan keterampilan membaca. Pembelajaran
Bahasa
Indonesia
bentuk
tulisannya
yang
dikembangkan di Sekolah Dasar (SD) adalah huruf lepas dan huruf tegak bersambung, artinya huruf ditulis dengan huruf setiap kata ditulis secara berangkai atau tidak putus. Adapun manfaat menulis tegak bersambung seperti yang diungkapkan oleh Abdurahman, "Alasannya siswa diberi pelajaran menulis huruf bersambung adalah : 1) Tulisan sambung memudahkan siswa untuk mengenal kata-kata sebagai satu kesatuan; 2) Menulis huruf sambung tidak memungkinkan menulis terbalik; dan 3) Menulis huruf sambung lebih cepat karena tidak ada gerakan berhenti tiap huruf”. (1999 : 35) Berdasarkan
pendapat
tersebut
dapat
dirumuskan
bahwa
keterampilan menulis tegak bersambung adalah kemampuan menyusun atau mengorganisasikan gagasan serta mengkomunikasikan gagasan dengan tulisan tegak yang saling bertalian atau dirangkaikan, setiap kata ditulis secara berangkai atau tidak putus. Pembelajaran menulis tegak bersambung pada siswa kelas II dapat diartikan sebagai menulis abjad tegak bersambung dengan
aturan dan
ejaan
yang benar serta
memperhatikan kecepatan , kerapian dan kebersihan tulisan. g. Kaidah Menulis Tegak Bersambung Menulis tegak bersambung membutuhkan persiapan agar siswa dapat menerima pembelajaran yang disampaikan guru dengan cepat. Persiapan dalam menulis tegak bersambung yang diperlukan menurut Depdikbud (1991: 12-13) antara lain: 1) Sikap duduk Sikap duduk yang baik dalam menulis adalah: a) Dada tidak menempel pada meja b) Badan tegak c) Jarak mata dengan buku antara 25-30 cm 2) Penerangan
17
a) Cahaya cukup, tidak terlalu terang sehingga menyilaukan mata dan juga tidak samar-samar b) Sinar yang lebih kuat datang dari arah kiri. 3) Letak buku Letak buku yang akan dibaca/ditulis hendaknya tegak 900 sejajar dengan pinggir meja tulis. 4) Cara memegang pensil ketika menulis Tangan kanan berfungsi untuk menulis (jika siswa tidak kidal), tangan kiri digunakan untuk menekan buku tulis agar tidak bergeser. Jari-jari tangan kanan memegang pensil. Pensil diletakan diantara ujung ibu jari, telunjuk, dan jari tengah menekan pensil dengan luwes (tidak kaku). Ujung pensil muncul di antara ketiga ujung jari di atas kira-kira 1
cm. Ibu jari menekan alat tulis kira-kira
cm lebih atas dari ujung
telunjuk. Letak ujung kelingking di daun meja/bangku hendaknya luwes agar kelancaran menulis tidak terhambat. Persiapan menulis tegak bersambung menurut Zuchdi dan Budiasih (2001: 72-73) adalah sebagai berikut: 1) Sikap duduk (kepala tegak, punggung lurus, tangan dan kaki ditempatnya). 2) Cara meletakan buku tulis (jarak antara buku dan mata cukup, dengan duduk tegak lurus). 3) Cara memegang dan membuka buku tulis. 4) Cara memegang pansil (posisi jari tangan kanan pada pensil). 5) Gerakan di udara untuk melemaskan tangan. Dalam tahap Persiapan menulis siswa, guru perlu memperhatikan faktor-faktor untuk membuat siswa siap dalam menerima pembelajaran menulis tegak bersambung. Menurut pendapat diatas tahap persiapan yang dilakukanoleh guru meliputi: 1) posisi duduk siswa, dengan posisi duduk siswa yang benar dan sesuai dengan memperhatikan postur tubuh siswa membuat perkembangan tubuh siswa tidak terganggu; 2) letak buku tulis, dengan
memperhatikan
letak
buku
tulis
siswa
dapat
membuat
18
perkembangan tubuh siswa tidak terganggu; 3) cara memegang pensil, pensil adalah alat yang digunakan siswa dalam menulis, dalam memegang pencil sikap siswa harus sesuai dengan aturan yang ditentukan sehingga menghasilkan tulisan yang bagus, menulis tegak bersambung pensil yang digunakan membutuhkan perlakuan khusus yaitu dengan membuat ujung pensil menjadi tumpul/tumpul miring sehingga dalam menulis tegak bersambung akan dihasilkan tulisan yang sesuai dengan kaidah penulisan dan tebal tipis tulisan akan sendirinya terbentuk. Menulis tegak bersambung diperlukan latihan-latihan terlebih dahulu sehingga siswa dapat menulis dengan lues, baik, dan benar. Latihan dapat dilaksanakan dari yang mudah hingga sukar. Latihan yang dimaksud menurut Depdikbud (1991: 41-47) antara lain: 1) Latihan gerakan tangan Sebagai persiapan pengajaran menulis para siswa hendaknya berlatih membuat garis-garis seperti garis lurus, garis lengkung, lingkaran dan sebagainya. Langkah-langkahnya antara lain sebagai berikut. a) Guru sambil bercerita menuliskan contoh-contoh pembuatan garisgaris di papan tulis. Contoh: “Anak-anak , kemarin bapak/ibu guru melihat pagar yang tertata rapi seperti ini! (ditulis di papan tulis)
Pada waktu menulis di papan tulis guru menerangkan proses penulisannya yaitu dari atas ke bawah. b) Guru menugaskan siswa untuk mengikiti menggerakan tangan di udara atau di atas meja dengan menggunakan alat menyerupai pensil atau dengan pensil yang belum diruncingkan. c) Siswa kemudian diberi tugas untuk membuat/menyalin garis-garis tersebut pada buku latihanya masing-masing. d) Kemudian sambil bercerita pula guru membuat bentuk-bentuk yang lain dengan langkah-langkah seperti diatas.
19
Pembuatan garis-garis di atas juga berfungsi sebagai latihan dalam menuliskan huruf-huruf selanjutnya. 2) Mengeblat Pembelajaran mengeblat ialah menirukan atau menebalkan suatu tulisan dengan menindas tulisan yang tekah ada. Pengajaran mengeblat ini dimaksudkan untuk melatih gerakan jari-jari siswa dalam menuliskan sesuatu tulisan. Pengeblatan dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu menggunakan kertas karbon dan kertas tipis. Sebelum siswa memulai mengeblat guru hendaknya memberikan contoh di papan tulis terlebih dahulu gerakan tangan dalam proses pembentukan huruf/tulisan. Misalnya : ini bumbu ibu
ini bumbu ibu gerakan tangan dalam proses pembentukan/penulisan setiap hurufnya antara lain seperti yang ditunjukan gambar berikut:
20
3) Menebalkan tulisan Menebalkan tulisan dimaksudkan untuk melatih jari-jari siswa dalam menulis suatu tulisan. 4) Menghubungkan titik-titik Untuk
melatih
siswa
dalam
menulis
permulaan
dapat
juga
menggunakan cara dengan menghubungkan titik-titik pada buku latihan. 5) Menatap Menatap berarti mengadakan koordinasi antara mata, ingatan dan ujung jari (ketika menulis) sehingga ingatan akan bentuk kata/huruf dipindahkan dari otak ke ujung jari. Dengan demikian pelajaran menatap merupakan bentuk latihan pelajaran menulis. Menatap juga berarti memahami dengan melihat “gambaran kata” yang hendak ditulis sehingga tergores dalam ingatan siswa ketika belajar. Agar goresan “gambaran kata” yang akan dipelajari cara menuliskannya itu. Oleh karena itu diperlukan konsentrasi penuh. Untuk ini siswa diminta menutup mata ketika menatap suatu perkataan serta mencoba “melihat” perkataan itu “pada layar” kelopak mata. 6) Menyalin Apabila siswa dianggap guru telah terlatih dalam mengkoordinasikan mata, ingatan, dan jari-jarinya, langkah selanjutnya adalah menyalin tulisan. Tulisan yang disalin tersebut dapat berupa hasil tulisab yang terdapat dalam buku pelajaran, atau tulisan guru di papan tulis. Pendapat di atas merupakan langkah-langkah persiapan dalam menulis tegak bersambung. Menulis huruf tegak bersambung dimulai dari kiri dan dari atas. Langkah-langkah yang disiapkan yaitu dari mulai langkah persiapan siswa dalam menulis dan latihan-latihan siswa dalam menulis tegak bersambung, dalam menulis tegak bersambung langkahlangkah tersebut sangat penting untuk membuat siswa lancar dan lues
21
dalam menulis tegak bersambung. Penulisan tegak bersambung yang memperhatikan langkah persiapan dan latihan menulis akan merubah prilaku anak dalam menulis dan mendukung pertumbuhan siswa. h. Faktor-faktor Penunjang Pembelajaran Keterampilan Menulis Tegak Bersambung Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi banyak faktor. Santosa menyatakan bahwa, “Faktor yang mempengaruhi siswa dalam belajar ada dua macam yaitu faktor intern siswa dan faktor ekstern dari siswa tersebut” (2008: 1.8). Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa itu sendiri, seperti inteligensi anak sedangkan faktor ekstern siswa adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti lingkungan sekitar siswa. Dalam pembelajaran menulis di SD harus selalu disesuaikan dengan tujuan pembeiajaran yang ingin dicapai, pokok bahasan, sarana dan prasarana sekolah, kondisi siswa, dan lingkungan tempat siswa tinggal. Pembelajaran bahasa di SD harus disesuaikan dengan umur dan tingkat perkembangan siswa dalam hal kemampuan menulis yang dimiliki oleh siswa, mengingat tiap-tiap siswa mempunyai karakteristik yang berbedabeda. Untuk itu dalam mengajarkan menulis pada siswa, guru harus berupaya untuk memahami karakteristik siswa SD dan menyesuaikan dengan kondisi dari masing-masing siswa. i. Karakteristik Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Pembelajaran pada sekolah dasar tentunya harus memperhatikan karakteristik masing-masing siswa. Karakteristik anak sekolah dasar dapat ditinjau dari segi perkembangan dan pertumbuhan mulai dari fisik atau jasmani, intelektual, emosional, perkembangan bahasa, sosial, moral, dan sikap. Menurut Sumantri perkembangan dan pertumbuhan fisik atau jasmani anak berbeda-beda. Rata-rata pada usia 10 tahun anak akan bertambah tinggi dan bertambah berat badannya (2008: 2. 3-2. 59). Hal itu tergantung tingkat ekonomi, lingkungan, orangtua, dan jumlah nutrisi yang
22
diperoleh anak. Perkembangan intelektual menurut Sumantri yang mengutip Piaget terbagi atas perkembangan kognitif (tahap berfikir operasi konkrit), berfikir operasional (menggunakan berbagai symbol dan melakukan berbagai bentuk operasi), konservasi (kemampuan untuk mengembangkan berbagai operasi konkret) (2008: 2. 12). Perkembangan emosional dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan, dan pendidikan dari orang tua atau guru. Perkembangan sosial anak dipengaruhi oleh kemapuan anak untuk menyelesaikan diri dengan lingkungan dan pengalaman anak yang bersifat positif. Perkembangan moral dan sikap anak dan sikap anak sangat dipengaruhi oleh orangtua dan lingkungan sekitar karena anak akan mengidentifikasi dirinya sesuai dengan sikap orang disekitarnya (Sumantri, 2008: 2. 26). Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa, karakteristik anak sekolah dasar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan perkembangan anak yang terdiri dari perkembangan dan pertumbuhan baik dari segi fisik atau jasmani, intelektual, emosional, perkembangan sosial, moral, dan sikap. Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal ialah faktor yang berasal dari dalam diri anak dan orang tua sedangkan faktor eksternal terdiri dari lingkungan, pergaulan, teman sebaya, nutrisi yang didapatkan, dan tingkat ekonomi. Perkembangan bahasa anak menurut Madyawati terdiri dari 5 tahap linguistik yaitu yang pertama tahap holofrastik (1-2 tahun) pada tahap ini gerakan
fisik
seperti
menyentuh,
menunjuk,
menangkap
benda
dikombinasikan dengan satu kata. Satu kata ini dapat berupa perintah, pemberitahuan, penulakan, pertanyaan, dan lain-lain. Pada tahap kedua yaitu tahap kalimat dua kata (2-3 tahun) komunikasi yang ingin anak sampaikan berupa bertanyadan memnta. Kata-kata yang digunakan untuk itu semua sama seperti perkembangan awal, yaitu: sana, sini, itu, lihat, mau, dan minta. Tahap ketiga yaitu pengembangan tata bahasa (3-4 tahun)
23
anak mulai sudah dapat bercakap-cakap dengan teman sebaya dan mulai aktif
memulai
percakapan.
Tahap
keempat
bahasa
menjelang
dewasa/pradewasa (4-5 tahun) pada tahap ini anak sudah mulai menerapkan struktur tata bahasa dan kalimat-kalimat yang agak rumit. Tahap kelima yaitu kompetensi penuh (5 tahun-lebih) pada tahap ini pembendaharaan
kata
meningkat/berkembang
anak dengan
masih
terbatas
kecepatan
tetapi yang
akan
terus
mengagumkan.
Perkembangan baca tulis anak akan memanjang serta memperluas penggunaan maksud-maksud pribadi anak, misalnya melalui penulisan catatan harian, menulis surat (2016: 66-70). Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar yaitu sudah memasuki tahap kompetensi penuh, tahap ini anak mampu membuat berita, kalimat tanya, dan sejumlah konstruksi lain. Pada tahap ini anak mulai aktif dan mencari pengalaman baru, maka penggunaan media yang inovatif serta menyenangkan untuk anak sangat diperlukan. Dalam tingkatan sekolah dasar perkembangan bahasa anak termasuk dalam kelas rendah yaitu kelas I, II, dan III. j. Pembelajaran Keterampilan Menulis Tegak Bersambung Pada Siswa Kelas II SD Sekolah dasar dibagi menjadi dua tingkatan kelas, menurut Supandi tingkatan kelas disekolah dasar dapat dibagi menjadi dua, yaitu kelas rendah dan kelas tinggi. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua dan tiga, sedangkan kelas tinggi terdiri dari kelas empat, lima dan enam (1992: 44). Berdasarkan penjelasan diatas kelas II merupakan tingkatan kelas rendah. Karakteristik pembelajaran bahasa pada anak kelas rendah dan kelas tinggi tentunya berbeda. Pembelajaran
yang
bermakna
dan
dapat
mendungkung
perkembangan kognitif, afktif, dan psikomotor siswa dapat dilakukan dengan mengajak siswa mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih dari satu indera.
24
Berdasarkan silabus pembelajaran yang digunakan disekolah dasar, pembelajaran menulis tegak bersambung mulai diajarkan dikelas I dan berlanjut dikelas II. Menulis tegak bersambung termasuk dalam menulis permulaan. Pembelajaran tegak bersambung membahas mengenai bentuk dan struktur huruf dalam tulisan bersambung dan menulis tegak bersambung berdasarkan kalimat yang didekte oleh guru. Adapun standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan diajarkan dalam pembelajaran keterampilan menulis tegak bersambung adalah sebagai tabel 2.1 berikut : Tabel 2.1 SK dan KD Keterampilan Menulis Tegak Bersambung Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar Semester I
4. Menulis permulaan melengkapi 4.2 Menulis kalimat sederhana cerita dan dikte
yang
didiktekan
menggunakan
guru
dengan
huruf
tegak
bersambung dan memperhatikan penggunaan huruf kapital dan tanda titik (.) Semester II 8. Menulis permulaan dengan 8.2 Menyalin puisi anak dengan mendeskripsikan benda di sekitar huruf tegak bersambung yang rapi dan menyalin puisi anak (Diadaptasi dari Silabus KTSP kelas II semester II) Pembelajaran dikelas dasar dalam Permendiknas no 22 tahun 2006 yang menyatakan bahwa pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran di SD kelas rendah (I, II, III) adalah pembelajaran tematik. Anitah mengemukakan bahwa “Pendekatan tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberi pengalaman bermakna kepada siswa” (2009: 23). Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik siswa akan
25
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalam dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Peran guru dalam pembelajaran tematik sangat besar. Guru harus mampu menciptakan situasi belajar yang memungkinkan siswa aktif untuk berkomunikasi menggunakan bahasa tulis maupun lisan. Pembelajaran menulis pada kelas rendah menfokuskan pada penguasaan menulis dan merangkaikan huruf-huruf menjadi kata, serta merangkaikan kata-kata itu menjadi kalimat sederhana. Huruf tegak bersambung adalah sebuah seni yang bisa membuat tulisan tampak menjadi lebih indah dan rapi. Pada umumnya, belajar menulis dengan huruf tegak bersambung sudah diajarkan di bangku SD, tetapi tetap saja menjadi hal yang sulit karena menulis dengan huruf tegak bersambung tidaklah mudah, ada beberapa kaidah-kaidah yang harus diperhatikan. Sebelum menulis huruf tegak bersambung, siswa harus mengenal huruf-hurufnya terlebih dahulu, baik huruf kapitalnya maupun huruf kecilnya. Hal ini dikarenakan huruf tegak bersambung sangat berbeda dengan huruf-huruf cetak lepas. Berikut ini adalah abjad huruf tegak bersambung:
Gambar 2.1 Bentuk Baku Tulisan Tegak Bersambung (SK Dirjen Dekdasmen Nomor 094/C/Kep/I.83 tanggal 7 Juni1983)
26
Buku halus kasar adalah buku yang diciptakan untuk menulis huruf tegak bersambung karena buku ini memiliki garis-garis yang bisa membantu menyesuaikan tinggi huruf sehingga akan membuat tulisan menjadi lebih bagus dan rapih. Sebelum menulis, siswa harus memahami huruf-huruf tegak bersambung yang memiliki jambul atau ekor, dan huruf yang memiliki keduanya atau tidak. Depdikbud mengklasifikasikan ciriciri khas setiap huruf tegak bersambung meliputi: Huruf yang memiliki jambul, misalnya b, h, k, l, d, dan t; 2) Huruf yang memiliki ekor, misalnya g, j, y, p, dan q; 3) Huruf yang tidak memiliki ekor dan jambul, misalnya c, e, I, m, n, o, r, s, u, v, w, x, dan z; 4) Huruf yang tidak memiliki keduanya, yaitu f; dan 5) Hurufhuruf tersebut ditulis pada tepi bawah baris ke tiga pada buku tegak bersambunng (1991: 37). Setelah lancar menulis huruf tegak bersambung diatas, siswa menulis pula huruf kapitas tegak bersambung yang juga dimulai dari tepi bawah baris ke tiga, tetapi hampir semua huruf kapital memiliki tinggi yang berbeda-beda. Semua huruf tegak bersambung memiliki tinggi 3 baris kecuali huruf G, J, dan Y yang memiliki tinggi 5 baris. Siswa mulai untuk menulis kata-kata sederhana setelah itu menulis kalimat-kalimat dan kemudian menulis sebuah paragraph. Semakin sering berlatih, tentu akan membantu kita semakin mahir menulis huruf tegak bersambung. Dengan begitu, menulis huruf tegak bersambung akan menjadi mudah karena siswa sudah mulai terbiasa menulisnya. k. Penilaian Keterampilan Menulis Tegak Bersambung Pada Siswa Kelas II SD Pembelajaran
menulis
tegak
bersambung
dinilai
dengan
menggunakan pedoman penilaian menulis permulaan. Penilaian tersebut didasarkan pada aspek-aspek kemampuan menulis yang harus dikuasai siswa. Aspek kemampuan menulis permulaan siswa menurut Ribut. dan Arif yaitu: 1) kerapihan; 2) ketepatan menulis; 3) penguasaan teknik; dan 4) kreativitas (2007: 90). Sependapat dengan Ribut dan Arif , Depdikbud
27
menyebutkan bahwa Penilaian menulis tegak bersambung meliputi: 1) bentuk; 2) ukuran; 3) tebal tipisnya tulisan; 4) kerapian (1991: 69). Rofi’uddin dan Zuchdi menyatakan bahwa “Penilaian menulis tegak bersambung dapat dilakukan secara holistik dan per aspek” (1999: 81). Penilaian holistik tersebut berarti penilaian dilakukan secara utuh berdasarkan kesan penilai. Sedangkan penilaian per aspek dilakukan dengan cara menilai aspek penulisan, seperti bentuk huruf, ukuran huruf, tebal tipisnya penulisan huruf, dan kerapihan tulisan. Rofi’uddin dan Zuchdi selanjutnya mengatakan bahwa “Penilaian menulis tegak bersambung dilakukan per aspek, maka pedoman yang dapat digunakan adalah menentukan aspek-aspek yang akan dinilai dan menentukan bobot yang diberikan untuk setiap aspek yang akan dinilai” (1999: 272-274). Kegiatan penyekoran tersebut ditentukan dengan menggunakan dasar (pedoman penyekoran) yang akan dijadikan kriteria penyekoran. Menurut Hackney dalam Tompkins ada enam elemen dalam penilaian menulis tegak bersambung, antara lain: 1) komponen huruf (letter formation) yang saling menyambung satu sama lain, komposisi huruf tegak bersambung terdiri dari garis miring, bulatan, dan garis lengkung, 2) bentuk dan ukuran huruf (size and proportion) termasuk besar kecilnya ukuran huruf dan bagaimana bentuk huruf tegak bersambungnya, 3) jarak (spacing) antara huruf dalam kata dan antara kata-kata dalam kalimat, 4) kemiringan (slant) huruf pada kegiatan menulis tegak bersambung harus tegak lurus dan tidak boleh miring ke kanan atau ke kiri, 5) kesejajaran (alignment) setiap hurufnya harus dengan ukuran yang sama dan tetap menyentuh garis bawah, serta 6) kualitas barisan (line quality) diukur dari kecepatan yang tetap dalam menulis dan memegang alat tulis dengan benar dan kuat supaya tidak terjadi goncangan ketika menulis” (1995: 491-492). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penilaian menulis tegak bersambung dalam penelitian ini didasarkan atas dari beberapa pendapat
28
diatas , meliputi: 1) bentuk dan ukuran huruf; 2) jarak; 3) kemiringan; 4) penggunaan huruf kapital; serta 5) kerapian penulisan. 2. Hakikat Media Pembelajaran Kartu Magic a. Pengertian Media Pembelajaran Pengertian media pembelajaran Anitah berpendapat, “Media adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang
memungkinkan
pembelajar
untuk
menerima
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap” (2009: 5). Secara lebih khusus media merupakan suatu sarana untuk menuju ke suatu tujuan. Ngadino meyatakan “Media adalah
segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi” (2009: 11). Media tidak sekedar alat bantu untuk mencapai suatu tujuan, tetapi dari media meliputi sarana dan prasarana untuk menarik perhatian dan minat peserta didik untuk mempermudah dan melancarkan proses pembelajaran. Penggunaan
media
terdapat
informasi-informasi
yang
dikomunikasikan terhadap orang lain. Informasi ini mungkin didapatkan dari buku-buku, rekaman, internet dan lain-lain. Semua hal yang memuat informasi tersebut merupakan media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar. Media sangat berperan bagi tercapainya tujuan pendidikan dan tujuan pembelajaran di sekolah. Selain itu media pembelajaran juga dapat membangkitkan minat siswa terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk selalu menggunakan media dalam pembelajaran yang mereka lakukan terlebih sekolah dasar. Berdasarkan
pendapat
di
atas,
dapat
disimpulkan
media
pembelajaran adalah media dalam arti umum yaitu segala bentuk komunikasi yang dipakai orang menyebabkan ide menyampaikan pesan,
29
dimana medium tersebut merupakan jalan atau alat dimana suatu pesan berjalan komunikasi dengan komunikator. Media pembelajaran adalah peralatan fisik untuk menyampaikan pengajaran termasuk di dalamnya buku, film, video, tape dan sebagainya termasuk suara guru dan perilaku nonverbal. b. Jenis-jenis Media Pembelajaran Pengelompokan berbagai jenis media apabila dilihat dari segi pengembangan teknologi menurut Arsyad yang merangkum pendapat Seels dan Glasgow, dibagi kedalam dua katagori luas, yaitu pilihan media tradisional dan pemilihan media teknologi muthakhir 1) Media Tradisional Media tradisional bibagi menjadi delapan jenis yaitu: a) media visual diam yang diproyeksikan (proyeksi opaque (tak-tembus pandang), proyeksi overhead, slides, filmstrips); b) visual yang tidak diproyeksikan (gambar, poster, foto, kartu, charts, grafik, diagram, pameran, papan info, papan-bulu); c) audio (rekaman piringan, pita kaset, reel,cartridge); d) penyajian multimedia (slide plus suara (tape), multi-image); e) visual dinamis yang diproyeksikan (film, televise, video); f) cetak (buku teks, modul, teks terprogram, workbook, majalah ilmiah, berkala, lembaran lepas (hand-out)); g) permainan (teka-teki, simulasi, permainan papan); h) realia (model, specimen (contoh), manipulative (peta, boneka)). 2) Media Teknologi Mutakhir Media teknologi muthakhir terdiri dari 2 jenis meliputi: a) media berbasis telekomunikasi (telekonferen, kuliah jarak jauh); b) media berbasis mikroprosesor (computer-assisted instruction, permainan computer, system tutor intelegen, interaktif). Pengelompokan media yang dikemukanan oleh Arsyad merangkum pendapat Seels dan Glasgow (2007: 35-36) berbeda dengan yang dikmukakan oleh Sadiman, dkk (2006: 27-97) yang mengelompokan media ke dalam 3 jenis yang meliputi:
30
1) Media grafis Media grafis merupakan media visual untuk menyampaikan pesan sumber ke penerima pesan yang bertujuan memperjelas ide, dan memudahkan dalam mengilustrasikan sehingga mudah untuk diingat, media grafis meliputi: gambar, foto, sketsa, bagan, kartu, diagram, grafik, kartun, poster, peta/globe, papam flanel, dan papan bulletin. 2) Media audio Media audio adalah media yang berkaitan dengan pendengaran, pesan disampaikan dan dituangkan ke dalam lambing-lambang auditif baik verbal lisan atau nonverbal. Contoh media ini meliputi: radio, alat perekam pita magnetik, dan piringan hitam. 3) Media proyeksi diam Media proyeksi dian adalah media yang menggunakan bahanbahan grafis seperti proyektor. Contoh media proyeksi diam adalah film rangkai, over head, proyektor, proyektor opaque, chitoscope, microprojection, video, permainan, dan simulasi. Sementara menurut Anitah (2009: 2) media pembelajaran dapat di klasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu: media visual (media visual yang tidak diroyeksikan dan media visual yang diproyeksikan), media audio, dan media audio visual. Berdasarkan tiga pendapat diatas media dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima pesan. Berdasarkan jenisjenis media telah dikelompokan di atas media cetak dapat digunakan dalam menyampaikan pembelajaran. Untuk itu penelitian ini memilih media kartu untuk meningkatkan ketrampilan berbahasa. Berdasarkan pendapat dari Arsyad yang menyimpulkan pendapat Seels dan Glasgow juga menyebutkan kartu dalam jenis media yang dapat digunakan dalam menyampiakan pesan. Pendapat dari Seels dan Glasgow yang disimpulkan oleh Arsyad dikuatkan oleh Sadiman, dkk dan Anitah yang menyatakan kartu dapat digunakan untuk menyampaikan pesan. Terutama yang digunakan dalam
31
penelitian ini pesan pembelajaran. berbeda menurut Sadiman, dkk media Permainan termasuk dalam media grafis dan menutut Anitah media kartu merupakan media visual. Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulan kartu merupakan jenis media tradisional karena media kartu termasuk dalam jenis media grafis yang cocok diterapkan di sekolah dasar karena sesuai dengan karakteristik anak sekolah dasar. c. Manfaat Media Pembelajaran Media pembelajaran mempunyai manfaat yang beragam simpulan Sudjana dan Rivai dalam Ngadino mengemukakan bahwa manfaat media pembelajaran dalam proses pembelajaran siswa, yaitu: 1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; 2) bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai danmencapai tujuan pembelajaran; 3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran; 4) siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memamerkan, dan lain-lain (2009: 26-27). Dalam proses pembelajaran manfaat media sangat penting sebagai penyalur informasi dari guru ke siswa. Secara lebih detail Arsyad mengungkapkan, pertama media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. Kedua media pembelajaran dapat meningkatkan
dan
mengarahkan
perhatian
anak
sehingga
dapat
menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Ketiga media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu, dan keempat media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada
32
siswa
tentang
peristiwa-peristiwa
di
lingkungan
mereka,
serta
memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karyawisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang (2014: 29-30). Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan, bahwa media
pembelajaran
bermanfaat
untuk
membantu
siswa
dalam
meningkatkan pemahaman, menyajikan materi/data dengan menarik, memudahkan menafsirkan data, dan memadatkan informasi. Dalam proses pembelajaran manfaat media sangat penting, media berperan sebagai penyalur atau sarana mentransfer informasi serta dalam penggunaannya penggunaan media dapat memusatkan dan menarik perhatian siswa dalam proses belajar mengajar, menigkatkan proses, dan hasil belajar. d. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran Pemilihan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dalam pembelajan sangat dibutuhkan sehingga informasi dapat tersalur. Dalam memilih media pembelajaran menurut Ngadino kriteria pemilihan media pembelajaran, mempunyai beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu: tujuan, sasaran, waktu, ketersediaan biaya, karakteristik media yang bersangkutan, dan mutu teknis (2009: 73). Sejalan dengan Ngadino kriteria pemilihan media pembelajaran menurut arsyad ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran yaitu: 1) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai; 2) tepat untuk mendukung isi pembelajaran yang bersifat fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi; 3) praktis, luwes, dan bertahan lama; 4) guru terampil menggunakannya; 5) pengelompokan sasaran; 6) mutu teknis (2014: 74-76). Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kriteria pemilihan media pembelajaran menyesuaikkan dengan kondisi lingkungan, kelas, siswa, dan guru. Penggunaan media pembelajaran harus sesuai dengan tujuan pembelajaran dan dapat mendukung isi pembelajaran sehingga kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran dapat tercapai.
33
Penggunaan media pembelajaran harus memperhatikan mutu teknis dengan visual gambar yang baik, informasi atau pesan yang ingin ditonjolkan dan ingin disampaikan menonjol sehingga informasi dapat tersampaikan dengan baik. e. Pengertian Media Kartu Magic Media
pembelajaran
terdapat
klasifikasi-klasifikasi
untuk
menentukan media termasuk dalam media audio, visual atau audiovial. Menurut Anitah, media visual merupakan media yang dapat dipandang dan dihayati melalui penglihatan dari pendapat tersebut media visual dibagi menjadi media visual yang tidak diproyeksikan dan media visual yang diproyeksikan (2009: 7). Magic menurut Swasti ang adalah sesuatu yang dapat ditulis dan dihapus ( 2011: 34). Menurut pendapat tersebut media kartu magic merupakan media visual yang tidak diproyeksikan. Media kartu magic adalah sebuah kartu yang berisi huruf-huruf abjad tegak bersambung yang bertujuan untuk melatih siswa agar dapat menulis tegak bersambung dengan mudah dan sesuai dengan aturan yang ditentukan. Kartu magic ini berbentuk persegi panjang dengan ukuran 21 x 29 cm yang berisi satu huruf abjad dengan kapital dan non kapital secara tegak bersambung, garis-garis untuk menulis siswa sehingga dapat mengikuti contoh. Media kartu magic ini di design yang menarik bagi siswa serta latihan menulis tegak bersambung yang inovatif yang dikemas dalam satu set kartu.
34
Gambar 2. 2 Sampul Media Kartu
Gambar 2. 3 Pentunjuk Penulisan
Magic
Huruf Tegak Bersambung
Gambar 2. 4 Media Kartu Magic
Gambar 2. 5 Media kartu Magic
Tingkat I dan II
Tingkat III
f. Kelebihan dan Kekurangan Media Kartu Media yang digunakan dalam setiap pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan, begitu pula media yang akan dipakai oleh peneliti yaitu kartu magi. Kartu magic semula disusun oleh swasti ang, kartu magic yang disusun tersebut hanya digunakan untuk anak usia dini atau pra sekolah.
35
Dalam media kartu tersebut swasti berpendapat keutungan media kartu magic adalah: 1) kartu tersebut dapat digunakan untuk mengenal huruf, angka, dan kosa kata dengan gambar yang menarik; 2) kartu yang berisi permainan huruf, menebalkan huruf dengan mengikuti arah panah dan menebalkan serta menulis kosakata; 3) hemat dan efesien karena dapat ditulis dan dihapus (2011: 34). Dari pendapat tersebut keuntungan dan kemudahan kartu magic dalam penelitian ini adalah: 1) Mudah dibawa: media kartu magic dibuat dengan ukuran yang relative sedang seukuran dengan buku paket. Ukuran ini membuat media kartu magic mudah dibawa dan disimpan. Dalam menyimpan media kartu magic juga tidak membutuhkan ruang yang luas. 2) Mudah diingat: karekteristik media kartu magic adalah menyajikan huruf-huruf pada setiap kartu yang disajukan dan terdapat tempat tersendiri untuk siswa dapat mencoba meniru dan menjiplak hurufhuruf tersebut, sehingga siswa dapat berlatih menggunakan media tersebut. 3) Menyenangkan: media karu magic dalam penggunaannya bisa melalui permainan. Misalnya siswa secara berpasangan berlomba menulis dengan rapi dan sesuai dengan aturan yang ada. 4) Mendorong minat dan motifasi siswa untuk belajar, karena media kartu magic ini sangat menarik dengan warna yang beragam, hal ini akan memberikan semangat kepada siswa untuk mengikuti pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. 5) Media kartu magic
mudah digunakan, mudah didapat, dapat
digunakan berulang-ulang karena media ini setelah siswa menulis pada kartu dapat dihapus kembali, media kartu magic juga dapat dibuat sendiri. 6) Keseimbangan pengembangan aspek tiga ranah, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Meskipun mempunyai banyak kelebihan, media kartu magic juga memiliki kekurangan diantaranya : 1) media kartu magic akan menjadi
36
membosankan apabila digunakan secara berulang-ulang ; 2) media kartu magic untuk keterampilan menulis tegak bersambung merupakan media yang harus disediakan untuk masing-masing siswa secara individu sehingga membutuhkan persiapan yang lama. g. Cara Pembuatan Media Kartu Magic Pembuatan media kartu magic juga sangat mudah. Guru dapat membuat sendiri di rumah. Cara pembuatannya sendiri sebagai berikut: 1) menyiapkan kertas karton. Kertas ini berfungsi untuk membuat kertas bergaris; 2) membuat kertas berukuran 21 x 29 cm; 3) membuat 10 kertas dengan 5 jenis garis berbeda dan memberikan petunjuk kata atau kalimat yang harus ditulis; 4) membuat 5 kertas dengan ukuran kertas halus biasa; 5) kertas dicetak sejumlah siswa; 6) media kartu magic di laminating sehingga dapat tulis menggunakan spidol dan dapat dihapus kembali; dan 7) media kartu magic siap digunakan. h. Penggunaan Media Kartu Magic Langkah-langkah pembelajaran
penggunaan
keterampilan
menulis
media tegak
kartu
magic
bersambung:
dalam 1)
guru
membagikan paket media kartu magic kepada masing-masing siswa; 2) media kartu magic sudah tersusun rapi; 3) siswa mengikuti pentunjuk guru untuk mengerjakan terlebih dahulu lembar yang paling depan; 4) siswa menuliskan sesuai perintah pengerjaan dengan bimbingan guru; 5) jika siswa sudah mahir dalam lembar pertama baru dapat dibuka lembar selanjutnya; dan 6) pembelajaran dilakukan dengan model permainan untuk yang dapat mengerjakan dengan tepat akan mendapat poin dari guru. i. Langkah Pembelajaran Menggunakan Media Kartu Magic Pelaksanaan pembelajaran media kartu mempunyai langkah yang sistematis dan mudah untuk diterapkan, berikut adalah Langkah-langkah penggunaan media kartu huruf menurut Susilana dan Riyana (2009: 27) menjelaskan cara penggunaan media flash card adalah sebagai berikut: 1) kartu-kartu yang sudah dipegang setinggi dada dan menghadap kedepan siswa; 2) cabutlah satu persatu kartu tersebut setelah guru selesai
37
menerangkan; 3) berikan kartu-kartu yang telah diterangkan tersebut kepada siswa yang duduk di dekat guru. Mintalah siswa untuk mengamati kartu tersebut satu persatum kemudia teruskan kepada siswa yang lain; 4) jika disajikan dalam satu permainan, letakan kartu-kartu tersebut di dialm sebuah kotaj secara acak dan tidak perlu disusus. Sejalan
dengan
pendapat
Susilana
dan
Riyana,
Lestari
mengungkapkan langkah-langkah penggunaan media kartu huruf dalam proses pembelajaran membaca aksara Jawa adalah sebagai berikut: 1) guru menunjukkan semua kartu huruf yang sudah ditata setinggi dada; 2) guru mengambil satu persatu dari kartu huruf tersebut, kemudian menunjukkannya kepada siswa; 3) guru menempelkan kartu huruf yang telah ditunjukkan kepada siswa di papan flanel; dan 4) guru menggunakan kartu huruf untuk permainan (2013: 3). Media kartu huruf dan kartu magic hakikatnya adalah sama tetapi menurut swasti kartu magic lebih efesien karena dapat ditulis dan dihapus kembali sehingga siswa tidak takut salah dalam menggunakan media tersebut. Dari langkah yang dijelaskan diatas makan dalam pembelajaran menggunakan media kartu magic langkah pembelajaran dikelas II SD Negeri I Dologan saat menggunakan media kartu magic yaitu sebagai berikut : 1) guru membagikan media kartu magic kepada masing-masing siswa; 2) guru membimbing siswa menggunakan media kartu magic. Huruf, kata dan kalimat yang harus ditulis sudah ada disetiap lembar kartu magic. 3) siswa menjimplak dan menulis menggunakan media kartu magic pada lembar satu sampai delapan yang berisi tentang penulisan huruf besar danhuruf kecil dalam bentuk tegak bersambung; 4) siswa menjiplak dan menulis setiap suku kata pada media kartu magic di lembar sembilan dan sepuluh; 5) siswa menjiplak dan menulis kata pada media kartu magic lembar sebelas dan dua belas dengan menggunakan huruf tegak bersambung; 6) siswa mulai menulis kata pada media kartu magic lembar ke tiga belas; 7) siswa menulis kalimat sederhana pada media kartu magic kalimat empat belas dan lima belas; dan 8) guru bertindak sebagai
38
pembimbing, fasilitator dan pengamat siswa dalam mengerjakan tugas pada media kartu magic. 3. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan adalah penilitian Penelitian Lilik Bangun Yunianto yang berjudul “Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Tegak Bersambung Melalui Pendekatan Kontekstual Bagi Siswa Kelas II Sekolah Dasar Negeri II Waleng Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2009/2010”. Subjek penelitian ialah siswa kolas II SD Negeri II Waleng.
Hasil
penelitian
melalui
pendekatan
kontekstual
dapat
meningkatkan keterampilan menulis tegak bersambung bagi siswa kelas II SD Negeri II Waleng tahun pelajaran 2009/2010. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 66,76; siklus pertama 72,18; siklus kedua naik menjadi 74,76; dan pada siklus ketiga meningkat menjadi 78,06. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 71) pada tes awal 29,41%, tes siklus pertama 41,18%, tes siklus kedua 70,59%, dan tes siklus ketiga meningkat menjadi 88,24%. Dalam penelitian ini variable yang sama dengan yang akan diteleliti oleh peneliti adalah variable terikatnya yaitu keterampilan menulis tegak bersambung, dan perbedaan dari penelitian yang akan dilakukan adalah variable bebasnya disini peneliti menggunakan media dan penelitian yang dilakukan oleh saudara lilik melakukan pendekatan konstekstual. Penilitian yang relevan lainnya adalah penelitian Fitrianto Dwi Nugroho dengan judul “Penggunaan Media Kartu Aksara Jawa Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Aksara Jawa Pada Siswa Kelas III SDN Sampangan No. 26 Tahun Pelajaran 2013/2014”. Subjek penelitian ini adalah siwa kelas III dengan jumlah siswa 29. Berdasarkan hasil penelitian, ditinjau dari KKM ( kriteria ketuntasan minimal) yaitu 75 diperoleh nilai rata-rata kelas hasil tes awal sebelum tindakan untuk keterampilan membaca aksara Jawa yaitu 63, kemudian siklus I meningkat mencapai 72,32, dan pada siklus II meningkat menjadi 83,7. Dengan
39
ketuntasan klasikal untuk keterampilan membaca aksara Jawa sebelum tindakan sebesar 28%, kemudian pada siklus I sebesar 52%, dan pada siklus II naik menjadi 93%. Dalam penelitian ini variable yang sama dengan yang akan diteleliti oleh peneliti adalah variable bebasnya yaitu penggunaan media kartu, dan perbedaan dari penelitian yang akan dilakukan adalah variable terikatnya disini materi yang diteliti adalah keterampilan membaca aksara jawa dan penelitian yang akan dilakukan yaitu keterampilan menulis tegak bersambung. Penelitian ketiga yang relevan yaitu penelitian saudara Sigit Pambudi yang berjudul “Penggunaan Media Kartu Aksara Jawa Stensil (KAJS) Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Aksara Jawa Nglegena Pada Siswa Kelas III SDN 01 Wukirsawit, Jatiyoso, Karanganyar Tahun Ajaran 2014/2015”. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas III SDN 01 Wukirsawit, Jatiyoso, Karanganyar tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri dari 14 siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa media KAJS dapat meningkatkan keterampilan menulis aksara Jawa nglegena pada siswa kelas III SDN 01 Wukirsawit, Jatiyoso, Karanganyar tahun ajaran 2014/2015. Peningkatan tersebut dapat diketahui dari peningkatan jumlah siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (≥65) pada setiap siklus, yaitu persentase ketuntasan klasikal pada prasiklus sebesar 21,4% meningkat menjadi 50% pada siklus I dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 92,9%. Dalam penelitian ini variable yang sama dengan yang akan diteleliti oleh peneliti adalah variable bebasnya yaitu penggunaan media kartu, dan perbedaan dari penelitian yang akan dilakukan adalah variable terikatnya disini materi yang diteliti adalah keterampilan menulis aksara jawa dan penelitian yang akan dilakukan yaitu keterampilan menulis tegak bersambung. Dari ketiga penelitian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa media
kartu
pernah
diteliti
dalam
pembelajaran
menulis
tegak
bersambung. Penilitan tersebut menujukkan hasil yang positif dalam meningkatkan keterampilan siswa melalui media tersebut. Berdasarkan
40
kenyataan ini, peneliti semakin mantap bahwa media kartu magic memiliki pengaruh terhadap keterampilan menulis tegak bersambung.
B. Kerangka Berfikir Pada kondisi awal, berdasarkan dokumentasi arsip nilai siswa menunjukan bahwa nilai siswa kelas II SD Negeri I Dologan dalam keterampilan menulis tegak bersambung. Dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimmal) Bahasa Indonesia sebesar 75, dari 20 siswa terdapat 16 siswa memperoleh nilai di bawaah nilai KKM, sedangkan 4 siswa memperoleh nilai diatas nilai KKM. Presentase tingkat ketuntasan klasikal sebesar 80%. Peserta didik belum mempunyai keterampilan menulis tegak bersambung. Faktor utama permasalahan ini adalah penggunaan media pembelajaran yang kurang inovatif dan siswa tidak diajak untuk mempraktekan langsung ilmu yang didapat. Hal ini menyebabkan proses belajar mengajar kurang menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan adanya penggunaan media pembelajaran yang tepat dapat menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Media pembelajaran inovatif yang sesuai untuk digunakan adalah media kartu magic. Penggunaan media kartu magic dalam pembelajaran Bahasa Indonesia memberikan suasana baru bagi siswa dalam belajar. Siswa dapat lebih termotivasi dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Masalah-masalah dan tindakan yang ada di atas maka dirumuskan pada kondisi akhir penggunaan media kartu magic dapat meningkatkan keterampilan menulis tegak bersambung pada siswa kela II SD Negeri I Dologan, Karanggede, Boyolali Tahun Ajaran 2015/2016. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dibuat bagan 2.3 kerangka berfikir dibawah ini:
41
Kondisi awal
Tindakan
Guru menggunakan model pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan belum menggunakan media pembelajaran.
Kualitas proses dan hasil belajar Bahasa Indonesia Materi Keterampilan Menulis Tegak Bersambung II SD Negeri I Dologan masih rendah.
Penggunaan media Kartu magic dalam pembelajaran Keterampilan Menulis Tegak Bersambung
Siklus I Terdiri dari 4 tahap: 1. perencanaan 2. pelaksanaan 3. observasi 4. refleksi
Siklus II Terdiri dari 4 tahap: 1. perencanaan 2. pelaksanaan 3. observasi 4. refleksi
Kondisi Akhir
Penggunaan media kartu magic untuk meningkatkan Keterampilan menulis tegak bersambung pada siswa kelas II SD Negeri I Dologan tahun ajaran 2015/2016 dapat meningkat
Siklus III Terdiri dari 4 tahap: 1. perencanaan 2. pelaksanaan 3. observasi 4. refleksi
Gambar 2. 6 Bagan Kerangka Berfikir Penilitian Tindakan Kelas
42
C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan, dan kerangka berfikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan yang akan dilaksanakan sebagai berikut: Melalui penerapan media kartu magic dapat meningkatkan keterampilan menulis tegak bersambung pada siswa kelas II SD Negeri I Dologan, Karanggede, Boyolali Tahun Ajaran 2015/2016 dan dapat membuat siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, membuat guru lebih kreatif dalam mengembangkan media yang digunakan
sehingga
menyenangkan.
tercipta
suasana
pembelajaran
yang
efektif
dan