BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (Tandelilin, 2010:1). Seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi tersebut. Proses keputusan investasi tersebut diantaranya: penentuan tujuan investasi, penentuan kebijakan investasi, pemilihan strategi portofolio, pemilihan aset, pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio (Tandelilin, 2010:12). Investasi ke dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung dan investasi tidak langsung (Husnan, 2005:47). Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara yang lain. Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain
(Jogiyanto, 2010:6). Pemodal dapat berinvestasi pada perusahaan yang tidak go public maupun pada perusahaan yang telah go public.
2.1.2 Return saham Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Menurut Hartono (2007) return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi (realized return) dan return harapan (expected return). Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko di masa mendatang. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Investor dihadapkan pada ketidakpastian antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dari investasi, semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan positif dengan risiko. Risiko yang lebih tinggi biasanya dikorelasikan dengan peluang untuk mendapatkan return yang lebih tinggi pula (high risk high return, low risk low return). Return yang tinggi tidak selalu harus disertai dengan investasi yang berisiko. Hal ini bisa saja terjadi pada pasar yang tidak rasional. Return yang diterima oleh investor di pasar modal dibedakan menjadi dua jenis yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain/capital loss (keuntungan selisih harga). Current income adalah keuntungan yang didapat melalui
pembayaran yang bersifat periodik seperti dividen. Keuntungan ini biasanya diterima dalam bentuk kas atau setara kas sehingga dapat diuangkan secara cepat. Misalnya dividen saham yaitu dibayarkan dalam bentuk saham yang bisa dikonversi menjadi uang kas dengan cara menjual saham yang diterimanya, sedangkan Capital gain (loss) merupakan selisih laba (rugi) yang dialami oleh pemegang saham karena harga saham sekarang relatif lebih tinggi (rendah) dibandingkan harga saham sebelumnya. Jika harga saham sekarang (Pt) lebih tinggi dari harga saham periode sebelumnya (Pt1) maka pemegang saham mengalami capital gain. Capital loss terjadi apabila yang terjadi sebaliknya. Menurut Tandelilin (2010:225) ada tiga model dalam menentukan return harapan dalam rangka menguji efisiensi pasar : 1) Model Disesuaikan Rata-rata (Mean Adjusted-Model) Model ini beranggapan bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi. 2) Model Pasar (Market Model) Perhitungan return ekspektasi dengan model ini dilakukan melalui dua tahapan yaitu: (1) membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan (2) menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi di periode jendela. Model ekspektasi dapat dibentuk menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square).
3) Model Disesuaikan Pasar (Market Adjusted Model)
Model ini beranggapan bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut, dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.
2.1.3 Abnormal Return Menurut Mohamad Samsul (2006:275) abnormal return adalah selisih antara return aktual dan return yang diharapkan (expected return) yang dapat terjadi sebelum informasi diterbìtkan atau telah terjadi kebocoran informasi (leakage of information) sesudah informasi resmi diterbitkan. Menurut Kane dkk. (2006 :492) abnormal return yaitu imbal hasil atas apa yang akan diprediksi dari pergerakan pasar. Disimpulkan abnormal return merupakan imbal hasil dari suatu predìksi berdasarkan pergerakan pasar dan terjadi sebelum atau setelah kebocoran dan terbitnya sebuah informasi secara resmi. Abnormal return oleh Samsul (2006:276) dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: 1) Average Abnormal return (AAR) Average abnormal return merupakan rata-rata abnormal return (AR) dari scmua jenis saham yang sedang dianalisis secara harian. Average abnormal return dapat menunjukan reaksi paling kuat, baik positif maupun negatif, dan keseluruhan jenis saham pada hari-hari tertentu. 2) Cumulative Abnormal Return (CAR)
Cumulative abnormal return merupakan kumulatif harian abnormal return dari hari pertama sampai hari-hari berikutnya untuk setiap jenis saham. Jadi cummulative
abnormal
return
selama
periode
sebelum
peristiwa
akan
dibandingkan dengan cumulative abnormal return selama periode sesudah suatu peristiwa. 3) Comulative Average Abnormal Return (CAAR) Merupakan komulatif harian rata-rata abnormal return dari hari pertama sampai dengan hari-hari berikutnya.
2.1.4 Informasi Informasi yang mempengaruhi keputusan investasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua (Hartono, 2009: 373), yaitu: 1) Informasi Keuangan. Pengumuman yang berhubungan dengan laba (earning related announcement), pengumuman dividen (dividend announcement),
pengumuman pendanaan
(financing announcement), dll. 2) Informasi Nonkeuangan. Pengumuman-pengumuman investasi (investment announcements), pengumumanpengumuman yang berhubungan dengan hukum (legal announcements), pengumuman-pengumuman yang berhubungan dengan pemasaran, pengumumanpengumuman yang berhubungan dengan produksi, pengumuman-pengumuman
yang berhubungan dengan penjualan (marketing production sales announcements), pengumuman-pengumuman manajemen dan direksi (management board of director announcements), pengumuman-pengumuman merjer, ambil alih, dan diversifikasi (merger take over divestiture announcements), dll.
2.1.5 Efisiensi pasar Menurut Fama (1970) menyatakan bahwa suatu pasar modal dikatakan efisien secara informasional apabila harga sekuritas-sekuritasnya mencerminkan semua informasi yang relevan. Efisiensi secara informasional tersebut merupakan keadaan dimana pasar berada dalam keseimbangan, sehingga keputusan perdagangan saham berdasarkan atas informasi yang tersedia di pasar. Kondisi tersebut menyebabkan tidak seorangpun, baik investor individu maupun investor institusi akan mampu memperoleh tingkat keuntungan di atas tingkat keseimbangan. Pasar modal yang efisien berkaitan dengan hipotesis pasar efisien (EfficientMarket Hypothesis). Hipotesis pasar modal yang efisien terdiri dari tiga versi hipotesis
yang
berkaitan
dengan
seluruh
informasi
yang
tersedia
(Tandelilin.2010:223), yaitu: 1) Efisiensi Bentuk Lemah (Weak-Form Efficiency) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga – harga dari sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Informasi masa lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi. Bentuk efisiensi secara lemah ini berkaitan dengan teori acak (random-walk theory) yang menyatakan bahwa data
masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Pasar efisien secara bentuk lemah, maka nilai–nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Implikasinya adalah investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan abnormal return. 2) Efisiensi Bentuk Setengah Kuat (Semistrong-Form Efficiency) Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga – harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (all publicly available information) termasuk informasi yang berada di laporan–laporan keuangan perusahaan emiten. Implikasinya adalah tidak ada investor atau grup dari investor yang dapat menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk mendapatkan abnormal return dalam jangka waktu yang lama. 3) Efisiensi Bentuk Kuat (Strong-Form Efficiency) Pasar modal yang efisien dalam bentuk kuat merupakan tingkat efisiensi pasar yang tertinggi. Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga – harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat. Implikasinya adalah bahwa tidak ada individual investor atau grup dari investor, meskipun dengan kemampuan yang superior, mampu memperoleh abnormal return dengan menggunakan semua informasi yang relevan, baik historis, yang dipublikasikan, maupun yang tidak dipublikasikan.
2.1.6 Event study Hartono (2007) menyatakan bahwa event study merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study merupakan penelitian yang mengamati dampak dari pengumuman informasi terhadap harga sekuritas. Penelitian event study umumnya berkaitan dengan seberapa cepat suatu informasi yang masuk ke pasar dapat tercermin pada harga saham, secara lebih spesifik studi peristiwa menyelidiki respons pasar terhadap kandungan informasi dari suatu pengumuman atau pulikasi peristiwa tertentu. Peristiwa yang menjadi fokus penelitian dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis, (Tandelilin,2010:565) antara lain : 1) Studi Peristiwa Konvensional Studi peristiwa konvensional mempelajari respons pasar terhadap peristiwaperistiwa yang seringkali terjadi dan diumumkan secara terbuka oleh emiten di pasar modal. Studi peristiwa konvensional telah banyak dilakukan baik di dalam maupun di luar negeri. Beberapa contoh studi peristiwa konvensional, antara lain : pengumuman laba, pembayaran dividen, penawaran hak atas saham (right issue), merger dan akuisisi, stock split. Pengumuman pembelanjaan kapita dan bentuk sejenis lainnya, oleh karena peristiwa bersifat konvensional, dampak peristiwa pada umumnya mudah diantisipasi oleh pelaku pasar. Dimungkinkan bahwa
publikasi peristiwa oleh perusahaan tidak selalu mengandung makna yang sama karena manajemen atau pemilik perusahaan memiliki tujuan yang berbeda. 2) Studi Peristiwa Kluster Studi peristiwa kluster atau kelompok mempelajari respons pasar terhadap peristiwa yang diumumkan secara terbuka yang terjadi pada waktu yang sama dan berdampak pada sekelompok perusahaan tertentu. Peristiwa kluster memiliki bentuk yang beragam. Kluster dapat bersifat relatif sempit hingga luas. Contoh peristiwa kluster adalah pengumuman pemerintah yang membuat regulasi pada industri tertentu sehingga diperkirakan berdampak pada aliran kas perusahaan dalam industri yang bersangkutan. Respons pasar dalam studi peristiwa kluster cenderung sulit untuk di prediksi. hal ini disebabkan peristiwa kluster bukan peristiwa yang sering terjadi sehingga investor mungkin belum memahami kandungan informasi dari suatu peristiwa berdampak positif atau negatif terhadap aliran kas perusahaan. 3) Studi Peristiwa Tak Terduga Studi peristiwa tak terduga (unanticipated event) merupakan varian dari studi peristiwa kluster. Studi ini mempelajari respons pasar terhadap suatu peristiwa yang tidak terduga. Sesuai dengan namanya, karakteristik utama dari studi ini adalah peristiwa yang terjadi bersifat tak terduga.
4) Studi Peristiwa Berurutan Studi Peristiwa berurutan juga merupakan varian dari studi peristiwa kluster. Studi ini mempelajari respons pasar terhadap serangkaian peristiwa-peristiwa yang terjadi secara berurutan dalam situasi ketidakpastian yang tinggi. Kecepatan dan ketepatan informasi menjadi kunci dari respons pasar.
2.1.7 Pemilihan Umum Legislatif 2014 Berdasarkan UU RI Nomor 8 tahun 2012 Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (pemilu.indonesiavancouver.com). Pemilihan Umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan kepada merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan, menjelang hari pemungutan suara. Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang Pemilu ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para pemilih. Pemilihan umum (pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota. Setelah amandemen keempat UUD 1945 pada 2002, pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat sehingga pilpres pun dimasukkan ke dalam rezim pemilu. Pilpres sebagai bagian dari pemilu diadakan pertama kali pada Pemilu 2004. Pada 2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan sebagai bagian dari rezim pemilu. Di tengah masyarakat, istilah "pemilu" lebih sering merujuk kepada pemilu legislatif dan pemilu presiden dan wakil presiden yang diadakan setiap 5 tahun sekali. Pesta demokrasi di Indonesia sedang berlangsung melalui pemilu legislatif, rakyat mempunyai hak untuk menetapkan wakil-wakilnya yang akan ambil bagian dalam menentukan keadaan bangsa dan negara dimasa depan, setidaknya 5 tahun yang akan datang. Demokrasi pasti ada perbedaan, jika perbedaan ini disikapi dengan arif dan berpikir dewasa maka akan menjadi persatuan yang kokoh, dan siapapun pemenangnya dalam pemilu akan mendapat dukungan untuk memajukan bangsa dan negara. Perbedaan yang ada disikapi dengan rasa emosional dan rasa permusuhan maka yang dikhawatirkan akan tejadi ketidakstabilan negara, apalagi sampai terjadi kerusuhan antar peserta pemilu yang melibatkan rakyat sampai ujungnya menghambat perkembangan perekonomian. 2.1.8 Pasar modal Menurut Tandelilin (2010:26) pasar modal merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara
memperjualbelikan sekuritas. Pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Tempat di mana terjadinya jual-beli sekuritas disebut bursa efek, oleh karena itu bursa efek merupakan arti dari pasar modal secara fisik. Di Indonesia sendiri ada terdapat satu bursa efek, yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI). sejak tahun 2007, Bursa Efek jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) bergabung dan berubah menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) Menurut Suad Husnan (2002:73) faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal diantaranya adalah : 1) Supply sekuritas 2) Demand sekuritas 3) Kondisi ekonomi dan politik 4) Masalah hukum dan peraturan 5) Keberadaan lembaga yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal.
2.1.9 Indeks saham LQ45 Pasar modal di Indonesia masih tergolong pasar modal yang transaksinya tipis (thin market), yaitu pasar modal yang sebagian besar sekuritasnya kurang aktif diperdagangkan. IHSG yang mencakup semua saham yang tercatat (sebagian besar
saham tidak aktif) dianggap kurang tepat sebagai indikator kegiatan pasar modal. Oleh karena itu, pada tanggal 24 Februari 1997 dikenalkan alternatif indeks yang lain, yaitu Indeks Likuid-45 (ILQ45). Indeks LQ45 dimulai pada tanggal 13 Juli 1994 dan tanggal ini merupakan hari dasar indeks dengan nilai awal 100. Indeks ini dibentuk hanya dari 45 saham-saham yang paling aktif diperdagangkan. Pertimbanganpertimbangan yang mendasari pemilihan saham yang masuk di ILQ45 adalah likuiditas dan kapitalisasi pasar dengan kriteria sebagai berikut (Hartono, 2008): 1) Selama 12 bulan terakhir, rata-rata transaksi saham masuk dalam urutan 60 terbesar dari total transaksi saham di pasar regular. 2) Selama 12 bulan terakhir, rata-rata nilai kapitalisasi pasarnya masuk dalam urutan 60 terbesar di pasar reguler. 3) Telah tercatat di BEI paling tidak selama 3 bulan. 2.2
Rumusan Hipotesis
2.2.1 Penelitian terdahulu Beberapa penelitian terdahulu mengenai event study dengan menggunakan variabel abnormal return yang menganalisis efek sebuah peristiwa terhadap abnormal return. Beberapa penelitian sebelumnya mendapatkan hasil yang bertentangan yakni penelitian yang dilakukan oleh Angelovska (2011) yang menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata abnormal return (CAR) baik sebelum maupun sesudah perubahan struktural dalam volatilitas pasar modal Macedonia. Ortega (2009) dengan penelitiannya yang berjudul “Politics and
Elections at the Spanish Stock Exchange” , di mana penelitan tersebut menemukan bahwa tidak ada perbedaan abnormal return yang signifikan baik sebelum maupun sesudah peristiwa politik yang terjadi. Penelitian yang mendukung juga telah dilakukan seperti Hubner dan kirchler (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Corporate Campaign Contribution and Abnormal Stock Return After Presidential Election” yang mendapatkan hasil signifikan setelah pengumuman presiden terhadap abnormal return pada 4 pemilihan presiden sejak tahun 1992 hingga 2004. Chung-Hung (2013) juga mendapatkan hasil abnormal return yang signifikan, dalam penelitiannya mendapatkan kesimpulan temuan menunjukkan pasar saham Taiwan sensitif terhadap hubungan AS-ChinaTaiwan. Nezerwe (2013) meneliti tentang efek pemilihan presiden terhadap return saham di Mesir mendapatkan hasil bahwa dalam dua pemilu presiden memiliki dampak positif pada return saham di Mesir. Coulumb dan Sangnier (2014) yang meneliti mengenai reaksi pasar saham dan nilai perusahaan-perusahaan yang mendapat manfaat dari masing-masing kandidat calon presiden di Prancis, yang mendapatkan hasil yang siginifikan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara abnormal return dan Pemilihan Presiden Di Prancis. Liu (2007) juga meneliti mengenai event study yang berjudul An Empirical Study of the Presidential Elections Effect on Stock Market in Taiwan, South Korea, Singapore, Philippine, and Indonesia, mendapatkan hasil yang signifikan yakni kumulatif abnormal return (CAR) di 11 pemilihan presiden untuk periode lima belas hari sebelum pemilu positif dan CAR positif ini berlanjut lima belas hari setelah
pemilihan. Penelitian yang dilakukan oleh Ziobrowski et al. (2011) yang berjudul “Abnormal Returns From the Common Stock Investments of Members of the U.S. House of Representatives Stock Market”, menemukan bahwa saham yang dibeli oleh Anggota DPR AS mendapatkan abnormal return positif yang signifikan. Paul dan Gift (2011) juga meneliti mengenai event study yang mendapatkan hasil bahwa terjadi penurunan abnormal return setelah pernyataan Presiden Obama terhadap industri judi di US. Penelitian yang menganalisis dampak pemilhan presiden US terhadap harga saham juga pernah dilakukan oleh Oehler et al., (2010) yang mendapatkan hasil yang bervariasi dalam arah dan besarnya abnormal return setelah pemilihan presiden dari tahun 1976-2008. Dar-Hsin et al. (2014) melakukan penelitian dengan judul “The Impacts of Political Events on Foreign Institutional Investors and Stock Returns: Emerging Market Evidence from Taiwan” menyimpulkan bahwa terdapat hasil yang signifikan terhadap abnormal return pada pasar saham Taiwan akibat peristiwa Politik / konflik pemerintahan yang terjadi di Taiwan. Penelitan Kumar dan Liu (2013) juga memperoleh hasil yang signifikan terhadap abnormal return di pasar saham dari 63 negara akibat peristiwa terorisme. Murekachiro (2014) melakukan penelitian event study dengan judul “Opinion Polls And The Stock Market: Evidence From The 2013 Zimbabwe Presidential Elections” menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh abnormal return yang signifikan terhadap pasar saham Zimbabwe baik sebelum maupun sesudah pemilihan Presiden.
Kapoor (2013) juga meneliti mengenai event study yang berjudul “Effect of Political Decision Making on Indian Capital Market” mendapatkan kesimpulan yaitu terdapat pengaruh abnormal return yang signifikan bila investor membeli saham ketika terjadi berita politik. Goodel dan Bodey juga meneliti (2012) mendapatkan hasil yang signifikan juga yakni Pemilihan Presiden memberikan dampak yang signifikan terhadap price earning di Bursa Efek Amerika.
2.2.2 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran pada penelitian ini adalah untuk mengetahui reaksi yang terjadi pada pasar modal Indonesia ketika berlangsungnya peristiwa politik pemilu legislatif 2014, baik sebelum maupun sesudah berlangsungnya peristiwa tersebut. Khususnya pada perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam LQ45. Reaksi tersebut kemudian dianalisis berdasarkan abnormal return yang diperoleh perusahaanperusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2.2.3 Hipotesis penelitian Peristiwa politik dalam negeri sangat mempengaruhi harga saham yang ada dalam Bursa Efek, sebab kestabilan politik juga akan mempengaruhi kestabilan perekonomian sebuah negara. Peristiwa tersebut seperti pemilu legislatif, pemilu Presiden, pergantian Menteri atau Kabinet Pemerintahan, kerusuhan politik, terorisme, dan peristiwa-peristiwa lainnya yang mempengaruhi keamanan Politik dalam sebuah negara.
Abnormal return dapat terjadi karena adanya kejadian-kejadian tertentu, misalnya hari libur nasional, awal bulan, suasana politik yang tidak menentu, kejadian-kejadian yang luar biasa, stock split, penawaran perdana saham, dan lainlain (Hartono,2007) seperti yang telah diteliti dalam penelitian sebelumnya seperti: Hubner dan kirchler (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Corporate Campaign Contribution and Abnormal Stock Return After Presidential Election” yang mendapatkan reaksi pasar modal yang signifikan setelah pengumuman presiden terhadap abnormal return pada 4 pemilihan presiden sejak tahun 1992 hingga 2004. Chung-Hung (2013) dengan penelitianya yang berjudul “U.S. Presidential Elections and the Taiwanese Stock Market” juga mendapatkan hasil yang signifikan, dalam penelitiannya yaitu menemukan hasil adanya reaksi dari pasar modal Taiwan terhadap pemilihan presiden di Amerika Serikat dilihat dari abnormal return yang positif. Murekachiro (2014) melakukan penelitian event study dengan judul “Opinion Polls And The Stock Market: Evidence From The 2013 Zimbabwe Presidential Elections” menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap abnormal return pada perusahaan pasar saham Zimbabwe baik sebelum maupun sesudah dilaksanakannya pemilihan Presiden. Wardhani (2012) yang meneliti pengaruh abnormal return terhadap pemilihan kepala daerah Jakarta yang menyimpulkan terjadi abnormal return yang siginifikan pada sekitar hari peristiwa. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah, maka rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam kalimat pertanyaan (Sugiyono,
2013:93). Berdasarkan landasan teori dan penelitian-penelitian sebelumnya yang maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: H1 : Terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan sebelum dan setelah dilaksanakannya Pemilu legislatif 9 April 2014.