BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1
Landasan Teori Teori-teori yang digunakan sebagai bahan pedoman penelitian ini
dianggap sebagai landasan teori. Sehubungan arah penelitian yang fokus pada variabel yang dianalisis, maka dalam penelitian ini teori-teori yang digunakan adalah teori-teori tentang perdagangan internasional, Ekspor, Pariwisata, Kurs Valuta Asing, dan Inflasi. 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan diartikan sebagai proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak suka rela dari masing-masing pihak (Boediono, 1993:10). Masingmasing pihak harus mempunyai kebebasan untuk menentukan untung rugi pertukaran tersebut dari sudut kepentingan masing-masing dan kemudian menentukan apakah ia mau melakukan pertukaran atau tidak. Pada dasarnya pertukaran atau perdagangan timbul karena salah satu atau kedua belah pihak melihat adanya manfaat atau keuntungan tambahan yang bias diperoleh dari pertukaran tersebut (gains from trade). Menurut Sobri (2001:2) perdagangan internasional adalah transaksi dagang antara subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi negara lain, baik mengenai barang-barang maupun jasa-jasa. Subyek ekonomi yang dimaksud adalah penduduk yang terdiri dari warga negara biasa, pengusaha ekspor, perusahaan impor, perusahaan industri, perusahaan negara maupun
16
departemen pemerintah yang dapat dilihat dari neraca perdagangan yang mencakup total ekspor dan impor suatu negara secara keseluruhan. Menurut Sobri (2001:5) sebab-sebab timbulnya hubungan ekonomi ataupun hubungan perniagaan antar daerah maupun antar bangsa berkisar pada faktor-faktor sebagai berikut: 1) Perbedaan Tingkat Kejarangan Dalam masyarakat senantiasa terdapat kekurangan yang bersifat relatif, sehingga dasar dari tindakan ekonomi adalah pemilihan di antara berbagai kemungkinan pilihan untuk memenuhi keperluan. Selama masih ada perbedaan scarcity di antara daerah satu dengan daerah lain, selama itu pula akan timbul hubungan ekoonomi dari daerah yang kurang scarce ke daerah yang lebih scarce. 2) Perbedaan Faktor Produksi Perbedaan faktor produksi menyebabkan adanya daerah yang menjadi daerah surplus dan daerah minus. Perbedaan itu selanjutnya menimbulkan perbedaan tingkat produktifitas tiap daerah yang mungkin dicapai. 3) Perbedaan Komparatif Dari Harga Barang Selama ada perbedaan komparatif daripada harga-harga barang, selama itu pula akan timbul arus ekonomi yang mengalir antar daerah. Perbedaan komparatif (perbedaan harga yang dibandingkan) adalah perbandingan harga barang A dengan harga barang B di suatu negara, dibandingkan dengan harga barang A dan B di negara lain. Teori perdagangan internasional dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yakni teori klasik dan modern. Teori klasik yang umumnya dikenal
17
adalah teori absolute dari Adam Smith, toeri keunggulan relatif atau keunggulan komparatif dari JS Mill dan teori biaya relatif dari David Ricardo. Sedangkan teori faktor proporsi dari Heacksher dan Ohlin di dalam buku-buku teks internasional disebut sebagai teori modern. 1) Teori Klasik a. Keunggulan Absolut (Absolute Adantage:Adam Smith) Teori keunggulan dari Adam Smith sering disebut sebagai teori murni perdagangan internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada variable riil seperti misalnya nilai suatu barang di ukur dengan banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan suatu barang. Makin banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi nilai barang tersebut (Nopirin, 1999:8) Teori kerja ini sifatnya sangat sederhanan sebab menggunakan anggapan bahwa tenaga kerja itu sifatnya homogen serta merupakan satusatunya faktor produksi. Teori keunggulan absolut (absolute advantage) menekankan bahwa efisiensi dalam penggunaan input (misalnya tenaga kerja) di dalam proses produksi sangat menentukan keunggulan atau tingkat daya saing. Dikatakan absolute advantage karena masing-masing negara menghasilkan satu macam barang dengan biaya (diukur dengan unit tenaga kerja) yang secara absolute lebih rendah dari negara lain. Spesialisasi atas dasar absolute advantage yang kemudian diikuti dengan pertukaran kedua negara dapat memperoleh keuntungan.
18
Kelemahan dari teori ini, bahwa perdagangan internasional akan terjadi dan menguntungkan jika masing-masing negara memiliki keunggulan absolute dari produk ekspornya. Keunggulan absolut itu kedua produk yang diperdagangkan dimiliki oleh satu negara, maka tidak akan terjadi perdagangan internadional yang saling menguntungkan. b. Keunggulan Komperatif (Comparative Advantage:David Ricardo) Teori David Ricardo didasarkan pada niali tenaga kerja yang menyatakan bahwa nilai atau harga suatu produk ditentukan oleh jumlah waktu atau jam kerja yang diperlukan untuk memproduksinya (Hamdi, 2001:32). Suatu negara akan mendapatkan manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang-barang dimana negara tersebut dapat berproduksi lebih efesien dan mengimpor barang-barang yang diproduksinya kurang efesien. Kelemahan dari teori ini adalah, perdagangan internasional akan terjadi jika adanya perbedaan fungsi faktor produksi (tenaga kerja), perbedaan ini menimbulkan terjadinya berbedaan produktivitas dan efesiensi, sehingga menyebabkan perbedaan tingkat harga. Jika fungsi faktor produksinya sam (efesiensi dan produktivitasnya sama) maka tidak akan terjadi perdagangan internasional, karena barang kedua negara sama. 2) Teori Modern Teori modern yang dikemukakan oleh Hecksher-Ohlin dikenal dengan teori faktor proporsi yang menyatakan bahwa perbedaan dalam opportunity
19
cost suatu negara dengan negara yang lain disebabkan karena adanya perbedaan dalam jumlah faktor produksi yang dimilikinya. Hecksher-Ohlin menyatakan bahwa setiap negara akan mengekspor barang-barang yang diproduksinya menggunakan faktor produksi yang persediaannya melimpah dan murah secara intensif serta mengimpor barang yang produksinya menggunakan faktor produksi yang persediaannya langka dan mahal secara insentif (Hamdy, 2001:39).
2.1.2 Pengertian dan Faktor-Faktor Yang Menentukan Ekspor Kegiatan ekspor diartikan dengan pengeluaran barang-barang dari peredaran masyarakat dan mengirimkan keluar negeri sesuai dengan ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam bentuk valuta asing (amir, 1992:2). Pengertian ekspor menurut keputusan menteri perindustrian dan perdagangan: 182/MPP/Kep/4/1998 tentang ketentuan umum dibidang ekspor, menyatakan ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dan jasa dari daerah kepabeanan suatu Negara. Ekspor dapat pula diartikan sebagai kelebihan produksi dalam negeri yang kemudian kelebiahn produksi tersebut dipasarkan di luar negeri (Deliarnov, 1995:202). Collins (1994:218) menyatakan, pengertian ekspor dapat dibagi menjadi tiga pasar, yaitu: a) Suatu barang yang diproduksi dan secara fisik diangkut dan dijual di pasar luar negeri, kemudian diperoleh penerimaan dalam mata uang asing. Ekspor seperti ini disebut ekspot yang dapat dilihat (visible export) yaitu, setiap
20
barang seperti bahan mentah dan barang-barang jadi manufaktur yang dapat dilihat dan dicatat pada saat barang tersebut menyeberangi perbatasan antarnegara. b) Suatu jasa yang disediakan bagi orang asing baik di dalam negeri (sebagai contoh, kunjungan wisatawan mancanegara) maupun di luar negeri (sebagai contoh, perbankan dan asuransi) yang keduanya menghasilkan mata uang asing. Ekspor seperti ini disebut ekspot yang tidak dapat dilihat (invisible export) yaitu, setiap jasa seperti perbankan, asuransi dan pariwisata yang tidak dapat dilihat dan dicatat setelah melintasi baras Negara. c) Modal yang ditempatkan diluar negeri dalam bentuk investasi portofolio, investasi langsung luar negeri dalam bentuk aset fisik dan deposito bank disebut ekspor modal. Menurut Sukirno (2000:109), ada beberapa faktor yang menentukan ekspor, yaitu: 1. Daya saing dan keadaan ekonomi Negara lain Dalam
suatu
system
perdagangan
internasional
yang
bebas,
kemampuan suatu negara menjual barang keluar negeri tergantung pada kemampuannya
menyaingi
barang-barang
yang
sejenis
di
pasar
internasional. Besarnya pasaran barang diluar negara sangat ditentukan oleh pendapatan penduduk di negara lain. Kemajuan yang pesat di berbagai negara akan meningkatkan ekspor suatu negara.
21
2. Proteksi di Negara-negara lain Proteksi di Negara-negara lain akan mengurangi tingkat ekspor suatu negara 3. Kurs valuta asing Peningkatan kurs mata uang Negara pengimpor terhadap mata uang Negara pengekspor dapat meningkatkan daya beli Negara pengimpor yang mengakibatkan volume ekspor Negara pengekspor meningkat.
2.1.3 Konsep Pariwisata dan Industri Pariwisata Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud tujuan bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata menikmati perjalanan tersebut untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan yang bermacam-macam (Yoeti, 1996:21). Selain itu pariwisata merupakan sejumlah kegiatan, terutama yang ada kaitannya dengan perekonomian yang secara langsung berhubungan dengan masuknya, adalanya pendiaman dan bergeraknya orang-orang keluar masuk suatu kota, daerah atau kota. Definisi ini mencakup dua kategori wisatawan mancanegara, yaitu: a) Wisatawan (tourism) adalah setiap pengunjung seperti definisi di atas yang tinggal paling sedikit 24 jam, akan tetapi tidak lebih dari 6 bulan di tempat yang dikunjungi dengan maksud kunjungan antara lain berlibur, pekerjaan, bisnis, kesehatan, pendidikan, misi, pertemuan, konggres, mengunjungi teman dan keluarga, keagamaan, olahraga, dan lainnya.
22
b) Pelancong (excursionist) adalah setiap pengunjung seperti definisi yang tinggal kurang dari 24 jam di tempat yang dikunjungi (termasuk cruise passenger), yaitu setiap pengunjung yang tiba di suatu Negara dengan kapal atau kereta api, dimana mereka tidak menginap di akomodasi yang tersedia di Negara tersebut. Menurut Yoeti (1996:6), industri pariwisata adalah kumpulan dari macammacam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (goods and service) yang dibutuhkan para wisatawan pada khususnya dan traveler pada umumnya, selam dalam perjalanan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka industri-industri yang dianggap termasuk industri pariwisata adalah akomodasi, agen perjalanan, restoran dan cafetasia, perusahaan angkutan, dan sebagainya. Kata industri mengandung pengertian suatu rangkaian perusahaanperusahaan yang menghasilkan barang tertentu produk wisata sebenarnya bukan merupakan suatu produk nyata, melainkan rangkaian jasa atau barang yang tidak hanya mempunyai segi-segi yang bersifat ekonomis, tetapi juga segi-segi yang bersifat social dan psikologis serta alami. Jasa-jasa yang di usahakan oleh berbagai perusahaan itu terkait menjadi suatu produk wisata. Pada dasarnya tujuan daripada kebanyakan Negara mengembangkan industri pariwisata di negaranya ialah untuk meningkatkan penghasilan devisa Negara. Disamping itu tujuan yang lebih jauh adalah guna memperoleh volumevolume ekonomi yang positif dimana pariwisata diharapkan dapat berfungsi sebagai katalisator dalam pembangunan perekonomian pada beberapa sector. Jadi
23
dalam pengembangan industri pariwisata dalam suatu Negara, tujuannya adalah untuk mengarahkan dan mengembangkan volume-volume ekonomi yang disebabkan adalanya lalu lintas orang-orang yang mengadakan perjalanan untuk tujuan pariwisata. Didalam kenyataannya banyak sekali wisatawan yang dating ke Bali selain untuk berlibur juga untuk berbelanja barang-barang kerajinan dan sejenisnya yang merupakan bagian komoditas utama ekspor Bali. Transaksi yang terjadi selama wisatawan berada di Bali pada umumnya merupakan transaksi contoh yang kemudian diteruskan dengan order dalam jumlah besar setelah mereka sampai di Negara asalnya. Jadi dapat dikatakn bahwa jumlah kunjungan wisatawan mancanegara memiliki hubungan positif terhadap ekspor komoditas barang dari Bali, khususnya produk kerajinan.
2.1.4 Hubungan Jumlah Kunjungan Wisatawan Dengan Ekspor Barang yang digolongkan dalam klasifikasi souvenir dalam berbagai jenis dan bentuk, jumlanya sangat banyak. Hal terpenting dalam industri pariwisata adalah bagaimana barang souvenir terutama hasil kerajinan dapat disajikan kepada wisatawan dalam kualitas bermutu asli bukan tiruan, mudah didapatkan dan bernilai seni tinggi sehingga dengan terjaminnya kualitas dan kemudahan mendapatkan barang souvenir ini akan meningkatkan keinginan wisatawan asing yang datang untuk bisa memiliki dan membawa pulang ke Negara asal. Terlebih adanya kegiatan pameran dagang dan industri yang diselenggarakan di dalam negeri hal ini akan merangsang wisatawan asing berkunjung untuk membeli,
24
bahkan melakukan order untuk keperluan bisnis. Bahkan Hunziker dan Kraft merumuskan teori dengan salah satu gagasannya bahwa ekspor barang dari tujuan pariwisata dan daya beli oleh wisatawan asing dikategorikan sebagai asset untuk neraca pembayaran luar negeri suatu Negara sehingga berbagai produk yang dihasilkan di dalam Negara baik berbagai barang dan jasa yang digunakan wisatawan asing selama kunjungannya di dalam Negara adalah sama dengan ekspor jika diperhitungkan akibatnya terhadap neraca pembayaran luar negeri yang selanjutnya dikenal dengan invisible eksport. Maka hubungan antara jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dengan nilai ekspor bersifat positif dimana saat jumlah kunjungan wisatawan asing mengalami kenaikan, maka akan diikuti oleh kenaikan ekspor (Pendit, 1993:137).
2.1.5 Teori Kurs Valuta Asing Valuta asing atau foreign exvhange (forex) merupakan mata uang tiap-tiap Negara di dunia seperti dollar US untuk Amerika, Pound untuk Inggris dan mata uang lainnya. Perubahana permintaan dan penawaran terhadap mata uang asing dalam pasar valuta asing akan merubah kurs valuta asing. Kurs valuta asing merupakan mata uang Negara lain yang dinilai dengan mata uang dalam negeri. Kurs valuta asing dapat didefinisikan sebagai perbandingan atau harga antara dua mata uang (Nopirin, 1996:163). Pertukaran antara mata uang yang berbeda, maka akan terdapat perbandingan nilai atau harga antar kedua mata uang tersebut dan perbadingan nilai inilah yang disebut dengan kurs atau exchange rate.
25
Mata uang asing yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional disebut sebagai hard currency, yaitu mata uang yang nilainya relatif stabil dan kadangkadang mengalami apresiasi atau kenaikan terhadap mata uang lainnya. Sedangkan soft currency adalah mata uang lemah yang jarang digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung karena nilainya relative tidak stabil dan sering mengalami depresi atau penurunan terhadap mata uang lainnya (Hady, 2001:24). Kurs diantara dua Negara adalah harga dimana penduduk kedua Negara saling melakukan perdagangan (Mankiw, 2000:192). Mankiw membagi kurs menjadi 2 yaitu: a) Kurs Nominal ( nominal exchange rate) Kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua Negara, misalnya: jika kurs antara dollar AS dan jepang adalah 120 yen per dollar, maka anda bisa menukar 1 dollar untuk 120 yen di pasar dunia untuk mata uang asing. Orang jepang yang ingin mendapatkan dollar akan membayar 120 yen untuk setiap dollar yang dibelinya. Orang Amerika yang ingin mendapatkan yen akan mendapatkan 120 yen utnuk setiap dollar yang ia bayar. b) Kurs Riil (exchange rate) Kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang kedua Negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu Negara untuk barang-barang dari Negara lain. Kurs riil kadangkadang disebut terms of trade. Sebagai contoh adalah sebagai berikut:
26
harga kerajinan kayu Amerika adalah $10.000 dan harga kerajinan kayu jepang 2.400.000 yen. Untuk membandingkan harga dari kedua kerajinan kayu tersebut, harus mengubahnya menjadi mata uang umum, jika satu dollar bernilai 120 yen, maka harga kerajinan kayu Amerika (1.200.000 yen) dan harga kerajinan kayu Jepang (2.400.000 yen), dapat disimpulkan bahwa harga kerajinan kayu Amerika separuh dari harga kerajinan kayu jepang. Kurs riil dapat dihitung dari kurs nominal dan tingakat harga di kedua Negara. Jika kurs riil tinggi, barang-barang luar negeri relatif murah dan barang-barang domestik relatif mahal. Namun, apabila kurs riil rendah, barang-barang luar negeri relatif mahal dan barang-barang domestik relatif murah. Kestabilan nilai tukar rupiah sangatlah diperlukan agar kegiatan ekonomi dapat berlangsung lebih mantap. Ada beberapa sistem kurs yang dapat menjaga kestabilan nilai tukar, diantaranya: 1. Sistem Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate System) Merupakan kurs yang ditentukan
oleh badan yang berwenang di
bidang meneter (otoritas moneter), untuk waktu tertentu kurs ini tidak berubah-ubah. Apabila nilai mata uang Negara tersebut mengalami perubahan maka otoritas moneter yang berhak mengambil kebijakan untuk
mengembalikan
nilai
tukar ke nilai
yang
ditetapkan.
Konsekuensi dari kebijakan nilai tukar tetap adalah otoritas moneter harus bisa memperkirakan dengan tepat nilai tukar equilibrium yang harus dipertahankan agar tidak over value, sehingga dibutuhkan
27
cadangan devisa yang besar untuk melakukan intervensi, dibutukan koordinasi moneter antar Negara. Keunggulan dari kurs tetap adalah penerapannya lebih mudah daripada aturan kebijakan lain, karena penawaran uang menyesuaikan secara otomatis, selain itu menurunkan sebagian dari ketidak pastian dalam transaksi bisnis internasional. 2. Sistem Kurs Mengambang atau Berubah (Floating Exchange Rate System) Kebijakan sistem kurs ini adalah dengan memberikan kebebasan atau mengembangkan pada pasar untuk mencapai nilai keseimbangan, sehingga tinggi rendahnya kurs tergantung dari permintaan dan penawaran. Sistem kurs mengambang terdiri dari: a. Sistem Kurs Mengambang Bebas Penentuan nilai tukar ini terjadi tanpa adanya campur tangan dari otoritas moneter. Oleh sebab itu, kebijakan moneter dapat lebih independen. Otoritas moneter bisa menetapkan supply rupiah dan membiarkan pasar valuta asing menentukan nilai tukar, sehingga sasaran kebijakan moneter terfokus dan lebih efektif dalam mengendalikan inflasi. b. Sistem Kurs Mengambang Terkendali Penentuan nilai tukar ini dibiarkan secara bebas sesuai dengan permintaan dan penawaran pasar tetapi berbagai intervensi kebijakan masih dipakai untuk menjaga agar nilai tersebut berada pada target nilai yang ditentukan.
28
3. Sistem Kurs Terikat Sistem nilai tukar yang ditetapkan dengan cara mengaitkan nilai tukar mata uang suatu Negara dengan nilai tukar Negara lain atau sejumlah mata uang tertentu. Salah satu variasi dari sistem kurs terikat adalah Currency Board System (CBS) yang diterpkan oleh beberapa Negara yang mengalami kesulitan moneter. Currency Board System (CBS) dilaksanakan dengan cara mengaitkan dan menetapkan nilai tukar tetap antara mata uang suatu Negara dengan Hard Currency tertentu didasarkan kepada jumlah mata uangnya yang beredar dan cadangan devisa yang dimilikinya (dalam bentuk mata uang Hard Currency) (Hady, 2001:20).
2.1.6
Hubungan Kurs Valuta Asing dengan Ekspor Hubungan kurs valuta asing dengan ekspor dapat dijelaskan dengan
konsep teori penawaran dimana penawarannya adalah ekspor dari negera yang bersangkutan, sedangkan harga yang dimaksud dalam hal ini adalah kurs valuta asing. Teori penawaran mengatakan bahwa apabila harga meningkat maka penawaran akan komoditas tersebut juga meningkat. Sebaliknya apabila harganya rendah maka jumlah barang yang ditawarkan akan berkurang (Sukirno, 2000:87). Ekspor akan sangat tergantung pada kurs valuta asing dan harga dalam negeri. Suatu kenaikan dalam kurs valuta asing (misalnya karena terapresiasi), maka akan mempunyai kecenderungan untuk menciptakan ekspor (Denburg, 1994:385). Meningkatnya kurs valuta asing dalam hal ini dollar AS maka akan
29
mendorong terjadinya peningkatan permintaan sehingga nilai ekspor meningkat karena importer merasa harga barang yang diimpor akan lebih murah, hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan produk impor yang merupakan produk ekspor bagi eksportir. Dalam sistem kurs mengambang, depresiasi atau apresiasi nilai mata uang akan mengakibatkan perubahan keatas ekspor maupun impor. Jika kurs mengalami depresiasi, yaitu nilai mata uang dalam negeri menurun dan berarti nilai mata uang asing bertambah tinggi kursnya (harganya) akan menyebabkan ekspor meningkat dan impor cenderung menurun. Jadi kurs valuta asing mempunyai hubungan yang searah dengan nilai ekspor. Apabila nilai kurs dollar meningkat, maka ekspor juaga akan meningkat (Sukirno, 2000:319).
2.1.7
Teori Inflasi Salah satu peristiwa moneter yang sangat sering dan dapat dijumpai
disemua Negara adalah inflasi, karena suatu perekonomian di dalam usahanya untuk mencapai perkembangan yang lebih cepat daripada tingkat perkembangan yang diperlukan, maka perekonomian yang bersangkutan selalu mengalami inflasi. Menurut Boediono (1993:97), inflasi adalah kecenderungan dari kenaikan harga-harga secara umum dan terus menerus. Ini tidak berarti, bahwa harga berbagai barang itu naik dengan persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan itu tidaklah bersamaan, yang penting terdapat kenaikan harga umum
30
barang secara terus menerus selama satu periode tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja bukanlah merupakan inflasi. Tiga kelompok mengenai inflasi yaitu: a) Teori Kuantitas Teori ini menyoroti peranan dalam proses inflasi terjadi, antara lain jumlah uang berdar dan psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga. b) Teori Keynes Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi menurut pandangan ini, tidak lain adalah proses perebutan bagian rezeki anatara kelompokkelompok social yang menginginkan baian yang lebih besar daripada yang bias disediakan oleh masyarakat. c) Teori Strukturalitas Teori ini didasarkan atas pengalaman-pengalaman di Negara-negara Amerika Latin. Menurut teori ini ada dua ketegaran utama dalam perekonmian Negara-negara sedang berkembang yang bisa menimbulkan inflasi, seperti: 1. Berupa ketidak elastisan dari penerimaan ekspor, yaitu ekspor yang tumbuh secara lamban dibandingkan dengan pertumbuhan sektorsektor lain. 2. Berkaitan dengan ketidak elastisan dari produksi bahan makanan di dalam negeri dibanding dengan pertambahan penduduk sehingga
31
akan membawa pengaruh pada penentuan kenaikan upah yang akan menimbulkan kenaikan harga. Macam-macam inflasi Inflasi dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu: (Setiawan, 2004:149) 1. Penggolongan berdasarkan atas parah tidaknya inlflasi tersebut, dibedakan menjadi: a. Inflasi ringan (di bawah 10% / tahun) b. Inflasi sedang (antara 10%-30% / tahun) c. Inflasi berat (antara 30%-100%/ tahun) d. Hiper inflasi (di atas 100% / tahun) 2. Penggolongan atas dasar sebab dari inflasi, dibedakan menjadi: a. Excess demand inflation Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat. Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total. b. Cost push inflation Inflasi yang timbul karena biaya produksi. Inflasi ini biasanya ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total sebagai akibat kenaikan biaya produksi. 3. Penggolongan berdasarkan asal dari inflasi, dibedakan menjadi: a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)
32
Inflasi jenis ini timbul misalnya karena deficit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, gagal panen dan lain-lain. b. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation) Inflasi ini timbul karena harga-harga dari luar negeri atau di negera-negara
yang
bekerja
sama
dalam
perdagangan.
Penularan inflasi dari luar neger ke dalam negeri bias pula kenaikan harga barang-barang ekspor. Iinflasi ini jelas lebih mudah terjadi pada negera-negara perekonomian terbuka
2.1.8
Hubungan Inflasi dengan Ekspor Kenaikan harga-harga menimbulkan akibat yang buruk terhadap
perdagangan luar negeri dari negera yang mengalami inflasi (Sukirno S, 1997:308). Kenaikan harga-harga menyebabkan barang yang diproduksi di Negara itu tidak dapat bersaing di pasaran internasional. Akibatnya ekspor negera akan turun tidak berkembang. Jadi antara inflasi dan ekspor mempunyai hubungan yang negatif. Artinya bahwa inflasi yang semakin tinggi akan menyebabkan ekspor akan semakin rendah.
2.2
Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian ini dilaksanakan dengan mengacu pada penelitian-penelitian
sebelumnya. Penelitian sebelumnya yakni hasil penelitian yang ditulis oleh Ni Made Ayu Wulandari (2009), dalam penelitiannya yang berjudul “Prospek
33
Perkembangan Volume Ekspor Kerajinan Kayu Provinsi Bali dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi”. Dari hasil regresi diperoleh persamaan: Y=15023138,6+8,771 X 1 +2794,545 X 2 +221096,3 X 3 Dengan menggunakan data 15 tahun dan pengolahannya menggunakan program SPSS dengan teknik analisis statistik yaitu analisis linier berganda t-test, F-test, diperoleh bahwa hubungan antara kurs dollar berpengaruh positif terhadap volume ekspor kerajinan kayu Provinsi Bali, dan Kunjungan Wisatawan mancanegara juga mempunyai hubungan positif terhadap volume ekspor kerajinan kayu Provinsi Bali, dan untuk Varibel inflasi berpengaruh positif terhadap volume ekspor kerajinan kayu Provinsi Bali. Uji serempak menunjukan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, kurs dollar amerika dan inflasi secara serempak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor kerajinan kayu Provinsi Bali. Dengan F hitung (17,846) > F tabel (3,49). a. Persamaan Dalam penelitian ini, sama-sama melakukan penelitian di Provinsi Bali dan juga sama-sama menggunakan volume ekspor sebagai variabel terikatnya. Selain itu teknik analisis yang digunakan juga sama yaitu analisis regresi liniear berganda, Uji F, dan Uji t. b. Perbedaan Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu terletak pada variabel bebasnya, dimana penelitian sebelumnya menggunakan tahun periode
34
1992-2007 sebagai tahun penelitian, selain itu penelitian sebelumnya menggunakan kerajinan kayu sebagai variabel terikat. I Made Dwi Januartawan (2008), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Volume Ekspor, Harga dan Inflasi Terhadap Nilai Ekspor Kerajinan Perak Provinsi Bali Tahun 1990-2005”. Dari hasil regresi diperoleh persamaan: Y=-20468515+2,160 X 1 +9162243,6 X 2 +18515,248,3 X 3 Dengan menggunakan data 15 tahun dan pengolahannya menggunakan program SPSS dengan teknik analisis statistik yaitu analisis linier berganda t-test, F-test, diperoleh bahwa hubungan harga berpengaruh positif terhadap volume ekspor kerajinan perak Provinsi Bali, dan Kunjungan Wisatawan mancanegara juga mempunyai hubungan positif terhadap volume ekspor kerajinan kayu Provinsi Bali, dan untuk Varibel negatif berpengaruh positif terhadap volume ekspor kerajinan kayu Provinsi Bali. Uji serempak menunjukan jumlah volume ekspor, harga dan inflasi
secara serempak berpengaruh signifikan terhadap volume
ekspor kerajinan kayu Provinsi Bali. Dengan F hitung (220,410) > F tabel (3,49). a. Persamaan Dalam penelitian ini, sama-sama melakukan penelitian di Provinsi Bali dan juga sama-sama menggunakan inflasi sebagai variabel bebasnya, dan teknik analisis yang digunakan juga sama yaitu analisis regresi liniear berganda, Uji F, Uji t.
35
b. Perbedaan Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu terletak pada variabel bebasnya, dimana penelitian sebelumnya menggunakan tahun periode 1990-2005 sebagai tahun penelitian, selain itu penelitian sebelumnya menggunakan sebagai variabel bebas, dimana penelitian sebelumnya hanya menggunkan volume ekspor, harga dan inflsi sebagai variabel bebasnya.
2.3
Rumusan Hipotesis Berdasarkan pokok masalah dan kajuan pustaka yang telah diuraikan,
maka dapat dirumuskan hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini, yaitu: 1. Bahwa jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, kurs dollar Amerika, dan inflasi secara serempak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor kerajinan perak Provinsi Bali periode 1993-2008 2. Bahwa jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, dan kurs dollar Amerika secara parsial berpengaruh positif dan signifikan sedangkan inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap volume ekspor kerajinan perak Provinsi Bali periode 1993-2008.
36