BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Pasar Modal Pasar modal merupakan tempat bertemu antara pembeli dan penjual
dengan risiko untung dan rugi. Pasar modal dapat juga diartikan sebagai sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi (Jogiyanto, 2009: 28). Menurut Tandelilin (2010: 26), pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Pasar modal memiliki 2 fungsi yakni fungsi keuangan dan ekonomi. Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower. Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang mereka miliki, lenders mengharapkan akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tersebut. Dari sisi borrowers tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan mereka melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan. fungsi keuangan dilakukan dengan menyediakan dana yang diperlukan oleh para borrowers dan para lenders menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil
11
yang diperlukan untuk investasi tersebut. Untuk menarik pembeli dan penjual untuk berpatisipasi, pasar modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli surat-surat berharga dengan cepat. Pasar modal dikatakan efisien jika harga dari surat-surat berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat. Pasar modal terdiri dari pasar primer dan sekunder. Pasar primer adalah pasar untuk surat-surat berharga yang baru diterbitkan. Pada pasar ini, dana berasal dari pembeli sekuritas kepada perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut (sektor investasi) sedangkan dalam pasar sekunder merupakan tempat terjadinya jual beli sekuritas yang sudah ada (sekuritas lama), pasar sekunder juga dikenal sebagai bursa efek. 2.1.2
Saham
Saham adalah tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan (Wiagustini, 2010: 210). Pengertian saham menurut Sutrisno (2008: 310) adalah bukti kepemilikan bagian modal atau tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas, yang memberi hak menurut besarkecilnya modal yang disetor. Saham juga didefinisikan sebagai tanda penyertaan badan usaha suatu perusahaan. Selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik (berapapun porsinya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan saham tersebut, sesuai dengan porsi kepemilikan yang tertera pada saham. Saham merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih untuk berinvestasi. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih
12
atau klaim saham dibagi menjadi saham biasa (common stock) dan saham preferen (preffered stock)
2.1.3
Jenis-Jenis Saham di Pasar Modal
Menurut Jogiyanto (2009: 111) terdapat beberapa jenis saham, yaitu:
1) Saham biasa Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock) 2) Saham preferen Merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. 3) Saham treasuri Saham treasuri (treasury stock) adalah saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk tidak dipensiunkan tetapi disimpan sebagai treasuri yang nantinya dapat dijual kembali.
Menurut Jogiyanto (2009: 116) terdapat beberapa karakteristik yang membedakan saham biasa dengan saham preferen, yaitu: 1)
Karakteristik saham biasa
13
(1) Hak kontrol Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan direksi. Ini berarti bahwa pemegang saham mempunyai hak untuk mengontrol siapa yang akan memimpin perusahaannya. (2) Hak menerima pembagian keuntungan Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa berhak mendapat bagian dari keuntungan perusahaan. Pembagian dividen untuk saham biasa dapat dilakukan jika perusahaan sudah membayarkan dividen untuk saham preferen. (3) Hak Preemptive Hak preemptive (preeemptive right) merupakan hak untuk mendapatkan
persentasi
pemilikan
yang
sama
jika
perusahaan
mengeluarkan tambahan lembar saham untuk tujuan melindungi hak kontrol dari pemegang saham lama dan melindungi harga saham lama dari kemerosotan nilai.
2)
Karakteristik saham preferen (1) Hak untuk menerima dividen terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang saham biasa. (2) Hak kepada pemegang saham preferen untuk menerima dividen tahuntahun sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum pemegang saham biasa menerima dividennya. (3) Dividen-dividen periode yang lalu yang belum dibagikan dan akan dibagikan nanti dalam bentuk dividen kumulatif (dividend in arrears).
14
(4) Hak saham preferen untuk mendapatkan terlebih dahulu aktiva perusahaan dibandingkan dengan saham biasa pada saat terjadi likuidasi.
2.1.4
Return Saham
Menurut Jogiyanto (2009: 109), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Tandelilin (2010: 102) menyatakan, return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Berdasarkan pengertian diatas maka return merupakan hasil atau imbalan yang diperoleh investor atas keberaniannya menanggung resiko atas investasi yang dilakukannya.
Return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko dimasa mendatang. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Dalam melakukan investasi investor dihadapkan pada ketidakpastian (uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dari investasi, semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan positif dengan risiko. Risiko yang lebih tinggi biasanya dikorelasikan dengan peluang untuk
15
mendapatkan return yang lebih tinggi pula (high risk high return, low risk low return).
Return yang diterima oleh investor di pasar modal dibedakan menjadi dua jenis yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain/capital loss (keuntungan selisih harga). Current income adalah keuntungan yang didapat melalui pembayaran yang bersifat periodik seperti dividen. Keuntungan ini biasanya diterima dalam bentuk kas atau setara kas sehingga dapat diuangkan secara cepat. Capital gain (loss) merupakan selisih laba (rugi) yang dialami oleh pemegang saham karena harga saham sekarang relatif lebih tinggi (rendah) dibandingkan harga saham sebelumnya.
2.1.5
Cara Mengukur Return Saham
Return saham dapat dibagi menjadi dua yakni return ekspektasi dan return realisasi. Return ekspektasi dapat dihitung dengan persamaan berikut ini (Tandelilin, 2010: 106)
n
E ( Ri ) Ri. p ri ..................................................................................................(1) t 1
Keterangan: E (Ri)
: Expected return suatu aktiva atau sekuritas ke-i
Ri
: Return ke- i yang mungkin terjadi
pri
: Probabilitas kejadian return ke-i
n
: Banyaknya return yang mungkin terjadi
16
Sedangkan return realisasi atau return total dapat dihitung dengan persamaan berikut ini:
Ri
Pt Pt 1 Dt ................................................................................................(2) Pt 1
Keterangan: Ri
: return saham
Pt
: harga saham pada saat t
Pt-1
: harga saham pada saat t-1
Dt
: dividen kas pada akhir periode
2.1.6
Indeks Saham Indeks pasar saham (stock market indexes) menurut Tandelilin (2010: 86)
merupakan indikator yang mencerminkan kinerja saham-saham di pasar. Karena merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga-harga saham maka indeks pasar saham juga disebut indeks harga saham (stock price index).
Menurut Tandelilin (2010: 86) indeks pasar modal yang terdapat di BEI adalah sebagai berikut:
1) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau composite stock price index menggunakan seluruh saham tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Masing-masing pasar modal memiliki indeks yang dibentuk
17
berdasarkan saham-saham yang digunakan sebagai dasar dalam perhitungan indeks harga.
2) Indeks LQ 45 Indeks LQ 45 terdiri dari 45 saham di BEI dengan likuiditas yang tinggi dan kapitalisasi pasar yang besar serta lolos seleksi menurut beberapa kriteria pemilihan. Kriteria-kriteria yang digunakan untuk memilih ke 45 saham yang masuk dalam indeks LQ45 sebagai berikut: (1) Masuk dalam urutan 60 terbesar dari total transaksi saham di psar reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir). (2) Urutan berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata nilai kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir). (3) Telah tercatat di BEI selama paling sedikit 3 bulan. (4) Kondisi keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi dan jumlah hari transaksi di pasar reguler. Selanjutnya bursa efek secara rutin memantau perkembangan kinerja masing-masing ke-45 saham yang masuk dalam penghitungan Indeks LQ45. Penggantian saham dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus. Apabila saham tersebut tidak memenuhi kriteria seleksi, maka saham tersebut dikeluarkan dari penghitungan indeks dan diganti dengan saham lain yang memenuhi kriteria.
18
3) Indeks Kompas 100 Indeks kompas 100 pada prinsipnya sama dengan indeks LQ45, yakni terkait dengan isu likuiditas saham. Dalam hal ini yang digunakan sebagai dasar penghitungan indeks adalah 100 saham teraktif. Secara lebih spesifik proses pemilihan 100 saham mempertimbangkan frekuensi transaksi, nilai transaksi dan kapitalisasi pasar serta kinerja fundamental dari saham-saham tersebut.
4) Indeks Sektoral Indeks sektoral BEI merupakan sub-indeks dari IHSG. Indeks sektoral menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor. Kesepuluh indeks sektoral di BEI tersebut adalah sebagai berikut: (1) Pertanian (agri) (2) Pertambangan (mining) (3) Industri dasar dan kimia (basic-ind) (4) Aneka industri (misc-ind) (5) Industri barang konsumsi (consumer) (6) Properti dan estat real (property) (7) Transportasi dan infrastruktur (8) Keuangan (finance) (9) Perdagangan, jasa dan investasi (trade) (10) Manufaktur (manufactur)
19
5) Jakarta Islamic Index (JII) Jakarta Islamic Index merupakan Indeks yang menggunakan 30 saham yang terpilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah islam dan termasuk saham yang likuid. Jakarta Islamic Index dimaksudkan sebagai tolak ukur untuk mengukur kinerja investasi pada saham dengan basis syariah dan diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk berinvestasi secara syariah.
6) Indeks Papan Utama dan Indeks Papan Pengembangan Indeks papan utama (MBX) dan papan pengembangan (DBX). Kedua indeks ini dikeluarkan BEJ untuk menyediakan indikator dalam memantau perkembangan saham-saham yang masuk dalam masing-masing papan pencatatan. Hari dasar untuk penghitungan indeks papan utama dan indeks papan pengembangan adalah 28 Desember 2001 dengan nilai dasar 100.
2.1.7
Dividen
2.1.7.1 Pengertian Dividen Dividen merupakan pendapatan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham (Sugiyono, 2009: 173). Tujuan pembagian dividen adalah untuk memaksimumkan kemakmuran bagi para pemegang saham. Hal ini dikarenakan sebagian investor menanamkan dananya di pasar modal untuk memperoleh dividen dan tingginya dividen yang dibayarkan akan mempengaruhi harga saham.
20
Pembagian dividen merupakan satu hal yang dinantikan oleh para pemegang saham. Keputusan pembayaran dividen berada di tangan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pembagian dividen dapat dilakukan secara kuartalan ataupun tahunan, tergantung kebijaksanaan yang ditetapkan oleh masing-masing perusahaan. Dividen dibagikan kepada para pemegang saham yang terdaftar pada waktu yang telah ditentukan. Menurut Weston dan Brigham (2011: 277), mekanisme pembayaran dividen yang aktual adalah sebagai berikut:
1) Tanggal deklarasi (Declaration date) Adalah tanggal dimana direksi suatu perusahaan mengeluarkan pernyataan yang mengdeklarasikan dividen. 2) Tanggal pemilik tercatat (Holder of Record Date) Adalah hari terakhir untuk mendaftarkan diri sebagai pemegang saham agar berhak menerima dividen yang akan dibagikan perusahaan. Investor yang membeli saham setelah tanggal tersebut tidak berhak menerima dividen yang akan dibagikan. 3) Tanggal ex-dividen (Ex- Dividend Date) Tanggal dimana hak atas dividen berjalan tidak lagi dimiliki oleh suatu saham, biasanya lima hari kerja sebelum tanggal pemilik tercatat. 4) Tanggal pembayaran (Payment date) Adalah tanggal pada dimana perusahaan benar-benar mengirimkan cek pembayaran dividen.
21
2.1.7.2 Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan keputusan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan setelah perusahaan beroperasi dan memperoleh laba. Kebijakan dividen menyangkut masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham atau keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau ditahan guna pembiayaan investasi yang akan datang (Wiagustini, 2010: 255). Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya internal.
mengurangi
total
sumber
dana
intern
atau
keuangan
Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang
diperoleh,
maka
kemampuan
pembentukan
dana
intern
akan
semakin
besar. Dengan demikian kebijakan dividen ini harus dianalisa dalam kaitannya dengan keputusan pembelanjaan atau penentuan struktur modal secara keseluruhan.
2.1.7.3 Teori Kebijakan Dividen 1) Dividen tidak Relevan Teori dividen tidak relevan dikemukakan oleh Miller dan Modigliani (1961), yang selanjutnya disebut MM, yang berpendapat bahwa didalam kondisi bahwa keputusan investasi yang given, pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham, lebih lanjut MM berpendapat bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan. Dengan
22
demikian nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi. MM membuktikan pendapatnya dengan asumsi (Wiagustini, 2010: 262): (1)
Pasar modal yang sempurna dimana semua investor bersikap rasional
(2)
Tidak terdapat pajak
(3)
Tidak terdapat biaya emisi saham
(4)
Leverage tidak berpengaruh terhadap biaya modal
(5)
Para investor dan manajer mempunyai informasi yang sama
(6)
Distribusi pendapatan diantara dividen dengan laba ditahan tak berpengaruh terhadap biaya ekuitas
(7)
Kebijakan capital budgeting terlepas dari kebijakan dividen.
2) Dividen Relevan Teori relevansi dividen dikemukakan oleh Gordon dan Litner. Dasar pemikirannya adalah bahwa investor umumnya menghindari risiko, dan dividen yang diterima sekarang mempunyai risiko yang lebih kecil daripada dividen yang diterima di masa yang akan datang. Pembayaran dividen sekarang dipercaya dapat mengurangi ketidakpastian investor. Sebaliknya jika dividen dikurangi atau tidak dibayarkan, tingkat ketidakpastian investor akan meningkat dan menyebabkan peningkatan pengembalian yang diinginkan serta mengurangi nilai saham (Enggela dan Izzati, 2009).
3) Bird in the Hand Theory Teori ini dikemukakan oleh Gordon (1962) dan Lintner (1956,1963), dimana beliau berpendapat bahwa biaya ekuitas (Ke) perusahaan akan mengalami
23
kenaikan disebabkan oleh penurunan pembayaran dividen, karena investor lebih yakin terhadap penerimaan dan pembagian dividen dibandingkan dengan kenaikan nilai modal (capital gain) yang dihasilkan laba tersebut (Wiagustini, 2010: 264). Gordon-Lintner beranggapan bahwa investor memandang satu burung ditangan lebih berharga daripada seribu burung diudara. Beliau juga berpendapat bahwa kemungkinan capital gains yang diharapkan adalah lebih risikonya dibandingkan dengan dividend yield yang pasti. Sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi dan semakin tinggi jika Ke dipergunakan untuk mensubsidi dividen. Dengan tegas Gordon Lintner berpendapat bahwa investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk setiap pengurangan dividend yield.
4) Information content or signaling hypothesis Hipotesis muatan sinyal atau informasi merupakan teori bahwa investor menilai perubahan dividen sebagai sinyal ramalan laba oleh manajemen. Sinyal (signal) merupakan tindakan yang diambil oleh manajemen suatu perusahaan yang memberikan petunjuk kepada investor tentang bagaimana manajemen melihat prospek perusahaan. Selama ini telah diamati bahwa kenaikan dividen seringkali disertai dengan kenaikan harga saham, sementara pengurangan dividen biasanya akan menyebabkan penurunan harga saham. MM berpendapat bahwa kenaikan dividen di atas jumlah yang diharapkan merupakan suatu sinyal (signal) bagi investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan laba yang baik dimasa depan. Sebaliknya penurunan dividen, atau kenaikan dalam jumlah lebih kecil dari
24
yang diharapkan merupakan suatu sinyal bahwa manajemen meramalkan laba masa depan yang buruk. Jika posisi MM benar, maka perubahan harga saham setelah kenaikan atau penurunan dividen tidak menunjukkan adanya preferensi atas dividen dibandingkan laba ditahan. Perubahan harga tersebut hanya menunjukkan bahwa pengumuman dividen memiliki muatan sinyal atau informasi (information content or signaling) tentang laba di masa depan (Brigham dan Houston, 2011: 215).
5) Tax Differential Theory Tax Differential Theory dikemukakan oleh Lizenberger dan Ramazwamy (1979) bahwa dalam kaitannya dengan pajak pendapatan perseorangan, Pendapatan yang relevan bagi investor adalah pendapatan setelah pajak, sehingga keuntungan yang disyaratkan juga setelah pajak. Investor lebih suka untuk menerima capital gain yang tinggi dibandingkan dengan dividen yang tinggi. Dengan kata lain investor menghendaki perusahaan untuk menahan laba setelah pajak dan dipergunakan untuk pembiayaan investasi daripada pembayaran dividen dalam bentuk kas. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa investor akan meminta tingkat keuntungan setelah pajak yang lebih tinggi terhadap saham yang memiliki dividend yield yang tinggi daripada saham dengan dividend yield yang rendah. Oleh karenanya kelompok ini cenderung menyarankan bahwa perusahaan sebaiknya menentukan dividend pay out ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen (Wiagustini, 2010: 265).
6) Dampak klien (Clientele effect)
25
Menurut Brigham dan Houston (2011: 215) klien adalah kelompok pemegang saham yang berlainan menyukai kebijakan pembayaran dividen yang berbeda-beda. Kelompok atau klien pemegang saham yang berlainan akan menyukai pembayaran dividen yang berbeda-beda. Semua ini menunjukkan adanya dampak klien (cliencete effect), artinya perusahaan memiliki klien yang berbeda-beda, bahwa setiap klien memiliki preferensi yang berlainan, dan suatu perubahan kebijakan dividen kemungkinan akan mengecewakan klien yang dominan serta memberikan dampak negatif pada harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan sebaiknya menstabilkan kebijkan dividen sehingga menghindari gangguan pada kliennya.
2.1.7.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada umumnya meliputi (Wiagustini, 2010: 257) : 1) Posisi kas atau likuiditas perusahaan Posisi
kas
atau
likuiditas
perusahaan
mempengaruhi
kemampuan
perusahaan untuk membayarkan dividen. Bagi perusahaan yang memiliki laba
ditahan
yang
cukup,
tetapi
manajemen
memutukan
untuk
menginvestasikan ke dalam aktiva riil, maka perusahaan tidak dapat membayar dividen dalam bentuk kas.
2) Kebutuhan untuk melunasi hutang Kebutuhan pembayaran kembali utang perusahaan juga berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Adanya batasan
26
dalam perjanjian pinjaman kepada kreditur, seperti misalnya pembayaran dividen hanya dapat dilakukan setelah laba yang tersedia bagi pemegang saham dikurangi dengan angsuran pinjaman atau apabila modal kerja mencapai tingkat tertentu. Disamping itu persetujuan pemegang saham preferen dimana menuntut hak pembayaran dividen sebelum pembayaran dividen kepada pemegang saham biasa.
3) Rencana perluasan Tingkat ekspansi yang tinggi memerlukan dana yang besar, sehingga laba yang diperoleh lebih baik ditahan. Stabilitas earning memungkinkan perusahaan untuk mempertahankan payout ratio yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil.
4) Akses perusahaan di pasar modal Akses perusahaan di pasar modal juga berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Aksesibilitas perusahaan ini dipengaruhi oleh usia dan skala perusahaan, bagi perusahaan yang sudah established lebih mudah mempertahankan payout ratio yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang kecil.
5) Pajak Posisi pemegang saham dalam kelompok pajak juga berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Kepemilikan perusahaan oleh investor yang kecil cenderung untuk memiliki payout yang tinggi. Sedangkan kepemilikan perusahaan oleh pemegang saham yang termasuk dalam kelompok
27
pembayar pajak besar akan lebih menyukai untuk mempertahankan payout yang rendah. Lebih lenjut posisi pembayaran pajak perusahaan berpengaruh pula terhadap kebijakan dividen. Kemungkinan adanya penalti atas kelebihan akumulasi laba ditahan mungkin akan mendorong untuk memilih payout yang lebih tinggi.
2.1.7.5 Kebijakan Pembayaran Dividen Menurut Wiagustini(2010: 260) jenis-jenis kebijakan pembayaran dividen meliputi: 1)
Pembayaran dividen yang stabil Perusahaan yang menganut kebijakan untuk membayarkan dividen perlembar saham dalam jumlah yang stabil cenderung untuk memiliki payout ratio yang rendah pada saat profit tinggi dan memiliki payout ratio yang tinggi pada saat profit mengalami penurunan. Alasan untuk memberikan dividen yang stabil dengan cara membiarkan payout ratio berfluktuasi adalah agar harga pasar saham lebih tinggi. Hal ini mudah dipahami karena: (1) Dividen yang berfluktuasi lebih berisiko daripada dividen yang stabil, oleh karena itu tingkat discount rate yang lebih rendah akan diterapkan pada dividen yang stabil sehingga nilai saham lebih tinggi. (2) Pemegang saham yang mengharapkan pendapatan dari penerimaan dividen akan lebih suka untuk menerima dividen dalam jumlah yang stabil (dividen minimum) dan mengharapkan adanya premium atas saham itu.
28
(3) Persyaratan listing surat berharga mensyaratkan dividen yang stabil dan tidak terputus.
2)
Residual Decision of Dividend Penentuan besarnya dividen dipengaruhi oleh ada tidaknya kesempatan investasi yang menguntungkan. Sejauh terdapat investasi yang menguntungkan maka dana yang diperoleh dari operasi perusahaan akan digunakan untuk investasi tersebut. Kalau terdapat sisa barulah sisa tersebut dibagikan sebagai dividen.
3)
Payout ratio yang konstan Beberapa perusahaan memilih untuk mempertahankan persentase payout atas laba yang konstan. Dengan demikian apabila laba yang diperoleh berfluktuasi, maka dividen yang dibayarkan juga akan berfluktuasi. Kebijakan ini cenderung tidak akan memaksimumkan nilai saham perusahaan.
4)
Pembayaran dividen reguler yang rendah disertai pembayaran ekstra Kebijakan ini merupakan kebijakan yang moderat yaitu merupakan kompromi atas dua kebijakan satu dan tiga yang lebih fleksibel.
2.1.8 Efisiensi Pasar Berdasarkan sudut pandang investasi efisiensi berarti bahwa harga pasar yang terbentuk sudah mencerminkan semua informasi yang tersedia. Menurut Tandelilin (2010:221) pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang
29
harga sekuritasnya terevaluasi dengan cepat oleh informasi penting yang berkaitan dengan sekuritas tersebut. Bentuk pasar yang efisien diklasifikasikan sebagai berikut (Tandelilin, 2010: 223) : 1) Efisien dalam bentuk lemah (weak form) Pasar efisien dalam bentuk lemah berarti semua informasi di masa lalu (historis)
akan
tercermin
dalam
harga
yang
terbentuk
sekarang.
Implikasinya adalah bahwa investor tidak akan bisa memprediksi nilai pasar saham di masa datang dengan menggunakan data historis, seperti yang dilakukan dalam analisis teknikal. 2) Efisien dalam bentuk setengah kuat (semistrong)
Merupakan bentuk efisiensi pasar yang lebih komprehensif karena dalam bentuk ini harga saham disamping dipengaruhi oleh data pasar (harga saham dan volume perdagangan masa lalu), juga dipengaruhi oleh semua informasi yang dipublikasikan (seperti earning, dividen, pengumuman stock split, penerbitan saham baru, dan kesulitan keuangan yang dialami perusahaan). 3) Efisien dalam bentuk kuat (strong form) Pasar efisien dalam bentuk kuat, semua informasi baik yang terpublikasi atau tidak dipublikasikan, sudah tercermin dalam harga sekuritas saat ini.
2.1.9 Event Study
30
Studi peristiwa (event study) merupakan penelitian yang mengamati dampak dari pengumuman informasi terhadap harga sekuritas. Penelitian event studies umumnya berkaitan dengan seberapa cepat suatu informasi yang masuk ke pasar dapat tercermin pada harga saham. (Tandelilin, 2010 : 239). Sedangkan menurut Jogiyanto (2009 : 536) studi peristiwa (event study merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat. Pengujian kandungan informasi dan pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat merupakan dua pengujian yang berbeda. Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi (information content), maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Jika digunakan abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya yang tidak mengandung informasi tidak memberikan abnormal return kepada pasar.
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
31
Pembahasan hasil penelitian sebelumnya yang menjadi pedoman penulisan laporan ini adalah sebagai berikut: 1) Sularso (2003) meneliti tentang “ Pengaruh pengumuman Dividen Terhadap Harga Saham (Return) Sebelum dan Sesudah Ex-dividend Date di Bursa Efek Jakarta (BEJ)” Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengumuman ex-dividend date di Bursa Efek Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah event study yang akan mengamati pergerakan harga saham di pasar modal. Untuk menguji adanya reaksi harga dilakukan tes abnormal return selama periode peristiwa dengan
analisis
perhitungan
berdasarkan
konsep
model-model
keseimbangan yaitu Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan dengan melakukan pengujian abnormal return terhadap dividen naik dan dividen turun pada saat ex-dividend date. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah harga saham bereaksi negatif terhadap informasi pengumuman dividen naik pada saat ex-dividen date, dan bereaksi positif terhadap informasi pengumuman dividen turun pada saat ex-dividend date. Perbedaan penelitian ini dengan penelitan sularso adalah penelitian ini menggunakan market model sedangkan penelitian sularso menggunakan CAPM. 2) Setiawan dan Hartono (2003) meneliti tentang “Pengujian Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat Secara Keputusan (Analisis Pengumuman Dividen Meningkat)”. Penelitian ini menganalisis berdasarkan tiga aspek yaitu
32
information content, kecepatan reaksi pasar, dan ketepatan reaksi pasar. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah pasar bereaksi positif pada hari pengumuman dividen, Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengumuman dividen di Indonesia mempunyai kandungan informasi secara cepat, jadi berdasarkan pengujian ini pasar modal di indonesia pada periode 1992 – 1996 sudah efisien setengah kuat secara informasi. Pengujian ketepatan reaksi pasar menunjukkan pasar tidak bereaksi terhadap pengumuman dividen meningkat yang dilakukan oleh perusahaan bertumbuh dan justru memberikan reaksi positif terhadap pengumuman dividen meningkat oleh perusahaan tidak bertumbuh. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Setiawan adalah penelitian ini hanya menganalisis berdasarkan aspek information content sedangkan penelitian Setiawan juga mengalisis berdasarkan reaksi pasar sedangkan persamaan nya adalah penelitian ini dan penelitian Setiawan menganalisis information content pada pengumuman dividen. 3) Apriani (2005) meneliti tentang “Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Kenaikan/Penurunan Dividen (Studi Empiris Pada Perusahaan Utilitas Publik dan Perusahaan Dalam Industri Tidak Diregulasi)”. Penelitian ini mambandingkan reaksi pasar terhadap pengumuman dividen antara perusahaan utilitas publik dengan perusahaan dalam industri tidak diregulasi. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pasar bereaksi kuat terhadap pengumuman kenaikan/penurunan dividen oleh utilitas publik hal ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan harga saham sebelum dan
33
sesudah pengumuman dividen. Untuk perusahaan dalam industri tidak diregulasi reaksi pasar tidak begitu kuat, hal ini ditunjukkan dengan tidak terdapatnya perbedaan harga saham sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan/penurunan dividen oleh perusahaan-perusahaan tertentu pada tahun – tahun tertentu. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Apriani adalah penelitian ini meneliti pengaruh pengumuman dividen terhadap return saham sedangkan penelitian apriani meneliti tentang reaksi pasar. Persamaan penelitian ini dan penelitian apriani adalah persamaan meneliti tentang kandungan informasi pada dividen 4) Nugroho (2006) meneliti tentang “Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Return Saham”. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui menganalisis pengaruh pengumuman ex-dividend date di Bursa efek Jakarta, dengan mengambil sampel 104 saham. Periode pengamatan pada penelitian ini adalah tahun 200-2003 dengan metode event study yang akan mengamati pergerakan harga saham di pasar modal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan dividen berpengaruh positif terhadap return saham, secara signifikan terjadi pada hari t-2. Sedangkan kenaikan dividen tidak berpengaruh positif terhadap return saham. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian nugroho adalah penelitian Nugroho menggunakan sampel data perusahaan yang terdaftar di bursa efek jakarta Bursa Efek Jakarta sedangkan penelitian ini menggunakan data sampel perusahaan yang terdaftar di LQ 45 selain itu pada penelitian Nugroho
34
event date yang digunakan adalah tanggal pengumuman dividen sedangkan pada penelitian ini adalah ex-dividend date. 5) Siaputra dan Atmaja (2006) meneliti tentang “Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Perubahan Harga Saham Sebelum dan Sesudah Exdividend Date di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengumuman ex-dividend date terhadap perubahan harga saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata harga saham sebelum ex-dividend date dan nilai rata-rata harga saham sesudah ex dividend date secara statistik berbeda signifikan. Hal ini mengindikasikan, bahwa terjadi pergerakan harga saham yang signifikan selama antara dua periode observasi tersebut akibat pengumuman pembagian dividen. Lebih lanjut, besarnya perubahan harga saham tersebut secara statistik tidak berbeda dengan nilai dividen perlembar saham yang dibagikan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Siaputra adalah penelitian ini adalah variabel yang diteliti dimana penelitian ini meneliti tentang return saham sedangkan penelitian Siaputra meneliti tentang harga saham. Persamaannya adalah
penelitian
ini
dan
penelitian
Siaputra
meneliti
pengaruh
pengumuman dividen pada saat ex dividend date. 6) Estyani (2008) melakukan penelitian tentang “Analisis Perbandingan Return Saham Sebelum dan sesudah Pengumuman dividen”. Hasil Penelitian Menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata return saham pada periode lima hari sebelum dan lima hari sesudah pengumuman
35
dividen. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji Paired Sample t test yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata return saham pada periode sebelum dan sesudah pengumuman dengan nilai t hitung > t tabel yaitu 3,378 > 1,980 diterima pada taraf signifikansi 5% (p<0,05). Rata-rata return pada lima hari sebelum pengumuman dividen adalah 0-0,00387, kemudian meningkat menjadi 0,00518 pada periode lima hari sesudah pengumuman dividen. Hasil t test menunjukkan bahwa pengumuman dividen berpengaruh terhadap return saham. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Estyani adalah penelitian Estyani membandingkan return saham sebelum dan sesudah pengumuman dividen untuk menganalisis information content dalam pengumuman dividen sedangkan penelitian ini menganalisis information content dalam pengumuman dividen dengan melakukan tes abnormal return dengan menggunakan market model. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Estyani adalah sama-sama melakukan analisis pengujian kandungan informasi dalam pengumuman dividen. 7) Nurmala (2006) meneliti tentang “Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham Perusahaan-Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Jakarta.”. Penelitian ini meneliti perusahaan otomotif yang terdaftar di bursa efek jakarta selama lima tahun berturut-turut (tahun 1996 sampai 2000) yang mengumumkan Earning Per Share, Dividen Per Share dan Closing Price. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi Rank Spearman dan pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa
36
tingginya harga saham tidak mempengaruhi kebijakan dividen yang diterapkan oleh ketiga perusahaan otomotif tersebut, karena harga saham bukan satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Nurmala adalah penelitian Nurmala dalam meneliti kandungan informasi dalam dividen terhadap saham menggunakan kebijakan dividen sebagai variabelnya. Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi rank Spearman sedangkan penelitian ini menggunkan market model. 8) Almilia dan Puspita (2007) meneliti tentang “Reaksi Pasar Terhadap Dividen Initiations dan Dividen Omisions Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris pada reaksi pasar terhadap dividen initiations dan dividen omisions, studi ini menganalisa reaksi pasar terhadap pengumuman dividen di bursa efek jakarta. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah abnormal return dan trading volume activity. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengumuman dividen initiations dan dividen omisions memiliki kandungan informasi dan secara statistik signifikan direspon oleh pasar pada saat tanggal pengumuman dividen initiations dan dividen omisions. 9) Muhardi (2008) melakukan penelitian tentang “ Studi Kebijakan Dividen: Anteseden dan Dampaknya Terhadap Harga Saham”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji teori signaling dividen pada kondisi pasar modal
37
di Indonesia selain itu penelitian ini juga melakukan pengujian teori keagenan dan teori daur hidup, dengan melihat pengaruh tahapan daur hidup perusahaan terhadap kebijakan dividen. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga saham, aliran kas bebas memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham, dan tahapan daur hidup perusahaan berpengaruh terhadap harga saham. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Muhardi adalah penelitian ini hanya menguji tentang teori sinyal sedangkan penelitian muhardi juga menguji aliran kas bebas, struktur kepemilikan dan tahapan daur hidup. Persamaan penelitian ini dengan penelitian muhardi adalah kesamaan menguji tentang teori sinyal serta meneliti tentang kandungan informasi dividen. 10) Gantyowati dan Sulistiyani (2008) dalam penelitian berjudul “Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Dividen Pada Perusahaan yang Masuk Corporate Governance Perception Index”. Penelitian ini meneliti menganalisis reaksi pasar dari dua aspek yaitu berdasarkan Security Return Variability (SRV) dan Trading volume activity (TVA). Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengumuman dividen pada perusahaan yang masuk corporate Governance Perception Index (CGPI) mempunyai kandungan informasi dan reaksi pasar yang signifikan pada tanggal pengumuman dividen. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Gantyowati adalah penelitian ini meneliti pengaruh pengumuman dividen terhadap return saham sedangkan penelitian Gantyomati meneliti tentang
38
reaksi pasar persamaannya adalah penelitian ini dan penelitian gantyowati meneliti tentang kandungan informasi dividen.
11) Pahlevi (2009) meneliti tentang “Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Keuangan Pada Saat Exdividend Date di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2008”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah event study dengan mengamati pergerakan saham di pasar modal. Kemudian untuk menguji apakah terdapat reaksi harga maka dilakukan tes abnormal return selama periode peristiwa dengan CAPM. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa pada kelompok dividen naik ataupun kelompok dividen turun, perubahan harga saham perusahaan sektor keuangan pada tahun 2008 berhubungan dengan adanya pengumuman dividen. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Pahlevi adalah penelitian pahlevi menggunakan analisis test abnormal return dengan CAPM sedangkan penelitian ini menggunakan market model. 12) Juniyanti (2010) meneliti tentang “ Efek Pengumuman Dividen Terhadap Perubahan Harga Saham (Return) Sebelum dan Sesudah Ex-dividend Date di Bursa Efek Indonesia (IDX)(Study pada Indeks Saham LQ 45 Periode Februari – Juli 2009)” Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah pengumuman kenaikan dan penurunan deviden berpengaruh positif terhadap return saham sebelum dan sesudah ex-devidend date di Bursa Efek Indonesia serta apakah pengumuman dividen itu merupakan sinyal
39
utama dalam penentuan harga saham. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Event Study dengan mengamati pergerakan saham di pasar modal sehingga untuk menguji apakah terdapat reaksi harga saham, maka dilakukan tes abnormal return selama periode peristiwa dimana model yang digunakan adalah Market Model dengan pengujiannya menggunakan One Sample T-test. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini bahwa pengumuman kenaikan deviden memberikan pengaruh positif terhadap return saham pada sebelum dan sesudah ex-devidend date di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan pada pengumuman penurunan dividen tidak berpengaruh positif terhadap return saham sebelum dan sesudah ex-dividend date di Bursa Efek Indonesia (BEI). Maka pengumuman dividen bukan merupakan sinyal utama dalam penentuan harga saham. Hal yang merupakan sinyal dalam penentuan harga saham yaitu adanya fluktuasi harga saham yang terjadi akibat faktor-faktor eksternal. 13) Widyana dan Ulama (2010) meneliti tentang “Evaluasi Pengaruh Pengumuman Pembagian Dividen Terhadap Fluktuasi Harga Saham Perusahaan di Bursa Efek Indonesia dengan Pendekatan Time series Intervensi”. Penelitian ini menggunakan time series intervensi untuk melihat dampak ex-dividend date pada hari-hari berikutnya. Penelitian ini menggunakan data closing price saham perusahaan sektor perbankan yang tergabung dalam LQ45 periode Februari-Juli 2008 dan mengeluarkan pengumuman pembagian dividen kepada masyarakat umum selama tahun
40
2008-2009. Kesimpulan penelitian ini adalah intervensi ex-dividend date tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perbankan di indonesia. Fenomena ini menunjukkan bahwa informasi akutansi khususnya exdividend date belum diserap dengan baik oleh para pelaku pasar di Indonesia sebagai acuan untuk mengambil keputusan ekonomi.
14) Novianti (2010) meneliti tentang “The Effect Of Changes In Dividend Announcement To Share Before and After Return Ex-dividend Date In Indonesia Stock Exchange (IDX) (The 50 Biggest Stock Market Capitalization Period January-December 2010)”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek dari pengumuman dividen terhadap perubahan harga saham (return), studi ini menggunakan 27 perusahaan yang termasuk dalam kelompok 50 saham periode Kapitalisasi pasar terbesar JanuariDesember 2010 di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan dibagi menjadi dua kelompok yang terdiri dari 21 perusahaan
mengumumkan kenaikan
dividen dan enam perusahaan yang mengumumkan penurunan dividen. Metode penelitian ini menggunakan metode event study dengan mengobservasi pergerakan saham di pasar saham. Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui bahwa peningkatan dividen pengumuman pada pengembalian saham sebelum dan sesudah tanggal ex- deviden di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini ditandai dengan rata-rata return abnormal signifikan positif pada hari t-4. Sementara pengumuman pengurangan
41
dividen tidak berpengaruh pada return saham sebelum dan sesudah exdividend date di Bursa Efek Indonesia (BEI). 15) Wendra Wijaya (2010) meneliti tentang “Pengaruh Pengumuman dividen Terhadap Harga saham (SRV) Sebelum dan Sesudah Ex-dividend Date Pada Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari pengumuman dividen terhadap harga saham (SRV) perusahaan sektor keuangan pada Sebelum dan Sesudah exdividend date di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 serta menjelaskan bagaimana prilaku investor dalam menyikapi informasi tersebut di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode analisis yang digunakan adalah Security Return Variability (SRV), sedangkan pengujian statistik dan hipotesis menggunakan uji one sample T-test. Kesimpulan Penelitian ini adalah pengumuman kenaikan dividen tidak berpengaruh positif terhadap harga saham (SRV) pada sebelum dan sesudah ex-dividen date pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini ditandai dengan adanya rata-rata security return variability positif yang signifikan pada hari t-5. Sedangkan pengumuman penurunan dividen berpengaruh positif terhadap harga saham (SRV) sebelum dan sesudah ex-dividend date pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini ditandai dengan adanya security return variability negatif yang signifikan pada hari t-3.
16) Patricia, dkk (2000) meneliti tentang “An Empirical Analysis Of Reactions To Dividend Policy Changes For Nasdaq Firms”. Penelitian ini bertujuan
42
untuk menganalisis kandungan informasi dari kebijakan dividen dengan terkonsentrasi pada dividen initiation dan dividen omission. Seluruh dividen initiations dan omissions diambil dari data file harian CRSO NASDAQ antara tahun 1976-1991. Analisis lebih lanjut menggunakan metode Event Study yang telah ditingkatkan utuk mengontrol fluktuasi dalam risiko indiosyncratic pada saat pengumuman dividen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengumuman dividen signifikan pada kekayaan dan varians efek pada saat dividen initation dan omission.
17) Best dan Best (2001) meneliti tentang “Prior Information and the Market Reaction to Dividend Changes”. Penelitian ini menganalisis dua hipotesis mengenai kandungan informasi dari perubahan pengumuman dividen. Hipotesis pertama mengenai “pentingnya” sinyal infomasi oleh perubahan dividen berdasarkan keandalan dalam perkiraan pendapatan sebelum pengumuman dividen. Hipotesis kedua adalah apakah reaksi harga saham pada pengumuman perubahan dividen berhubungan dengan kesalahan perkiraan laba pada saat pengumuman dividen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaikan dividen menyampaikan informasi lebih banyak pada perusahaan dimana hasil analisis finansial secara akurat memprediksi adanya laba. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pengumuman kenaikan dan penurunan dividen memberikan peserta pasar informasi dimana secara rata-rata membuat mereka dapat membedakan antar perusahaan berdasarkan realisasi laba masa depan.
43
18) Louis, dkk (2006) meneliti tentang “Information Effect of Dividends : Evidence From The Hong Kong Market”. Penelitian ini menguji efek informasi dari pengumuman earning dan dividen secara serentak di pasar Hong Kong. dibedakan oleh tiga fitur yang menarik (kepemilikan saham keluarga terkonsentrasi, transparansi perusahaan rendah, dan tidak ada pajak atas dividen). Hasil penelitian menunjukkan reaksi harga saham yang signifikan terhadap pendapatan tak terduga dan perubahan dividen, tetapi dividen tampaknya memainkan peran dominan atas laba dalam harga, hasil temuan yang bertentangan dalam literatur. Hipotesis sinyal bekerja terutama untuk perusahaan dengan penghasilan yang meningkat, sedangkan hipotesis jatuh tempo bekerja terutama untuk perusahaan dengan penurunan laba.
19) Gunasekarage dan Power (2006) meneliti tentang “Anomalous Evidence in dividend announcement effect”. Penelitian ini meneliti tentang keuangan jangka panjang dan kinerja perusahaan di UK yang dikategorikan berdasarkan apakah perusahaan tersebut mengubah dividen dan earning mereka atau tidak. Penelitian ini menggunakan pasar saham dengan study kinerja harga saham dan detail analisis dari kinerja perusahaan berdasarkan rasio keuangan. Analisis ini dilakukan dari 5 tahun sebelum dan 5 tahun sesudah pengumuman dividen/berita pendapatan perusahaan. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini pada saat pengumuman, return saham cenderung
positif
(negatif)
saat
44
perusahaan
telah
meningkatkan
(menurunkan) dividen dan earning. berita Dividend/earning tidak terlihat sebagai sinyal dari kinerja masa depan jangka panjang perusahaan, perusahaan yang memotong dividen dan melaporkan pendapatan yang rendah mencapai kelebihan return terbesar selama lima tahun. Pada akhirnya sebagian besar kinerja saham kedepan jangka panjangnya disebabkan oleh laba (earning) dibandingkan berita dividen. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Gunasekarage dan Power adalah penelitian Gunasekarage dan Power selain meneliti kandungan informasi dalam dividen terhadap perusahaan juga meneliti kinerja perusahaan kedepan jangka panjangnya berdasarkan laba (earning) perusahaan sedangkan penelitian ini hanya meneliti kandungan informasi dalam dividen dan pengaruhnya terhadap return saham dimana manfaat penelitian lebih pada investor dibandingkan perusahaan yang diteliti. 20) Chi-Wei Su,dkk (2007) meneliti tentang “Re-examining the Relationship between Stock Prices and Dividends: evidence Based Taiwan Panel Data Investigation”. Penelitian ini meneliti hubungan jangka panjang antara harga saham dan dividen pada pasar modal Taiwan periode Juni 1991 sampai Februari 2005. Metode yang digunakan dalam paper ini adalah Cointegration methodology, kerangka kerja yang digunakan dalam studi ini adalah model present value yang berhubungan dengan harga saham yang sesungguhnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan cointegration antara harga saham dengan dividen. Penemuan ini mendukung keberadaan dari kenaikan harga saham relatif pada keuangan.
45
21) Ali dan Chowdhury (2010) meneliti tentang “Effect of Dividend on Stock Price in Emerging Stock Market: A Study on the Listed Private Commercial Banks in DSE”. Studi ini menganalisis reaksi harga saham pada bank komersial swasta (PCBs) yang terdaftar di Bangladesh dengan periode sekitar 44 hari dari tanggal pengumuman dividen. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasikan apakah pengumuman dividen memberikan informasi pada pasar yang mengakibatkan reaksi harga pasar yang menyesuaikan dengan pengumuman informasi dividen. Bagian empiris dari studi ini menggunakan metodologi studi peristiwa standar untuk menganalisis reaksi harga saham terhadap pengumuman dividen. Hasil penelitian ini adalah harga saham bereaksi secara signifikan pada pengumuman dividen. Hal ini mungkin dikarenakan perdagangan yang berada di dalam pasar, sehingga informasi yang digunakan harus disesuaikan dengan harga saham sebelum pengumuman dan akibatnya pengumuman dividen tidak membawa informasi baru ke pasar. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Ali dan Chowdhury adalah penelitian Ali dalam meneliti kandungan informasi menggunakan dua model yakni market model dengan pendekatan event study dan market adjusted return yakni dengan pendekatan alternatif. Sedangkan penelitian ini hanya menggunakan market model untuk menguji kandungan informasi dalam dividen.
46
22) Akbar dan Baig (2010) meneliti tentang “Reaction of Stock Prices to Dividend Announcements and Market Efficiency in Pakistan”. Penelitian ini menganalisis efisiensi pasar setengah kuat dengan menginvestigasi reaksi dari harga saham terhadap pengumuman dividen dari 79 perusahaan yang terdaftar di Karachi Stock Exchange periode July 2004 – Juni 2007. Abnormal return saham dari market model dievaluasi signifikan statistiknya dengan menggunakan t-test dan Wilcoxon Signed Rank Test. Penemuan menyarankan untuk mengabaikan abnormal return untuk untuk pengumuman dividen tunai. Tetapi, rata-rata abnormal return dan cumulative abnormal return pada saham dan cash serentak dan saham pengumuman dividen sebagian besar positif dan secara statistik signifikan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Akbar dan Baig adalah penelitian Akbar dan Baig selain meneliti tentang kandungan informasi pada dividen dan reaksi pasar terhadap pengumuman dividen dan penggunaan test Wilxocon Signed Rank test sebagai salah satu pengujian signifikansi sedangkan penelitian ini hanya meneliti tentang kandungan informasi terhadap pengumuman dividen dengan menggunakan t-test sebagai uji signifikan.
23) Gordon (2010) meneliti tentang “The Impact Of Dividend Announcement On Share Price Behaviour In Ghana”. Masalah dalam penelitian ini adalah apakah Ghana Stock Exchange (GSE) tidak menyadari informasi perusahaan secara spesifik di harga saham. Tujuan dari penelitian ini
47
adalah untuk memastikan apakah terdapat reaksi sesaat harga saham perusahaan terhadap pengumuman dividen dalam rangka memberikan dasar untuk konfirmasi atau menghilangkan kesimpulan Hipotesis Pasar Efisien (EMH). Metodologi event study digunakan untuk mencapai tujuan penelitian, selain itu metode wilcoxon dilakukan dalam pengujian hipotesis nol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa GSE bukan pasar setengah kuat sehingga berdasarkan hasil penelitian tersebut GSE direkomendasikan melakukan 3 tipe efisiensi yaitu: efisiensi secara operasional, efisiensi dalam pengalokasian, dan efisiensi dalam memberikan harga. 24) Taneem dan Yuce (2011) meneliti tentang “Information Content Of Dividend Announcements :An investigation Of The Indian Stock Market”. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati kandungan informasi dalam pengumuman dividen dan pergerakan harga dalam pasar saham Indian. Penelitian ini mengamati kandungan informasi dalam pengumuman dividen menggunakan data pasar indian yang berkembang dan terfokus pada kandungan informasi pada kebijakan dividen melalui reaksi harga saham pada 82 perusahaan yang terdaftar di Bombay Stock Exchange. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat reaksi investor terhadap perusahaan yang meningkatkan dividennya baik dan sebaliknya bagi perusahaan yang menurunkan dividennya. Hasil dari penelitian juga menunjukkan bahwa perusahaan yang meningkatkan dividennya memiliki abnormal return yang tinggi dan cumulative abnormal return yang tinggi. Secara umum event study menemukan dukungan yang kuat dalam dividen signaling hypotesis
48
yang menjelaskan reaksi harga yang positif dalam peningkatan pembayaran dividen. 25) Olweny (2012) meneliti tentang “ Dividend Announcement and Firm Value: a Test of Semi Strong Form of Efficiency at the Nairobi Stock Exchange”. Penelitian ini meneliti kandungan informasi dalam dividen dan pengaruhnya terhadap nilai perusahaan. Sampel diambil pada saham yang terdaftar di Nairobi Stock exchange pada periode 1999-2009, data tersebut murni data sekunder yang terdiri dari harga saham dan pengumuman dividen. Metodologi event study digunakan untuk menganalisa kandungan informasi dari pengumuman dividen pada 4 perusahaan. hasil penelitian ini menyatakan bahwa pengumuman dividen memiliki informasi yang penting terhadap nilai perusahaan. kesimpulan ini didapatkan berdasarkan bukti – bukti yang ditemukan: Bukti pertama pengumuman dividen memberikan kandungan informasi sesuai dengan teori Moigliani dan Miller (1958) mengenai hipotesis kandungan informasi. Kedua, bukti berdasarkan hasil grafik yang didapatkan dari hasil perhitungan. Ketiga, Nairobi Stock Exchange (NSE) bukan merupakan pasar efisien setengah kuat sehingga investor mendapatkan abnormal return dengan menganalisa informasi publik, seperti pengumuman dividen. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Olweny adalah penelitian Olweny selain meneliti kandungan informasi pada dividen terhadap pasar, penelitian Olweny juga meneliti pengaruh pengumuman dividen terhadap nilai perusahaan. sedangkan penelitian ini hanya meneliti tentang kandungan informasi dalam pengumuman dividen.
49
2.3.
Rumusan Hipotesis Berdasarkan pokok permasalahan, tujuan penelitian, landasan teori dan
kajian pustaka, maka dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1) Adanya pengaruh pada pengumuman kenaikan dividen terhadap return saham sebelum dan sesudah ex-dividend date pada perusahaan yang terdaftar dalam saham LQ45. 2) Adanya pengaruh pada pengumuman penurunan dividen terhadap return saham sebelum dan sesudah ex-dividend date pada perusahaan yang terdaftar dalam saham LQ45.
50