BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori 2.1.1
Investasi
2.1.1.1 Pengertian Investasi Menurut Franchis dalam Ahmad, Kammarudin (2004:1), investment is a commitment of money that is expected to generate of additional money. Investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu (Jogiyanto, 2000:5) Dari definisi tersebut dapat dilihat adanya dua elemen penting mengenai investasi yaitu waktu dan risiko. Hal lain yang dapat dilihat adalah kesempatan untuk memenuhi kebutuhan di masa depan sebagai ganti konsumsi kebutuhan sekarang yang hilang. Kebutuhan investasi setiap orang berbeda-beda karena adanya beberapa pertimbangan-pertimbangan tertentu dari investor. Adapun pertimbanganpertimbangan tersebut sebagai berikut: 1). Tujuan mengadakan investasi Tujuan dari investasi dapat berupa mempertahankan nilai tukar dana, memperoleh pendapatan yang optimal dan berkelanjutan serta memperoleh peningkatan nilai yang memadai dan maksimal.
10
2). Jangka waktu investasi Hasil investasi merupakan fungsi dari jangka waktu investasi. Jenis investasi keuangan mempunyai karakteristik risiko hasil terhadap waktu yang berbedabeda,tergantung dari masa penanaman modal dan pemakaian hasil obligasi 3). Sumber daya keuangan untuk mengadakan investasi Sumber daya keuangan untuk berinvestasi dapat berupa penghasilan bulanan, penghasilan tidak tetap, bonus, komisi, bunga deposito, hasil investasi, hasil penjualan aset, dan lain sebagainya. Besar kecilnya sumber daya keuangan dapat menentukan pemilihan suatu jenis investasi. 4). Kemampuan menanggulangi risiko Risiko yang timbul akibat kegiatan investasi mengalami semacam siklus hidup, maka jenis investasi yang mengalami high risk high return seperti saham, akan mengalami penurunan nilai yang tajam. Namun setelah itu, biasanya akan mengalami peningkatan nilai kembali. Untuk menanggulangi penurunan nilai tersebut dan agar tetap dapat melakukan kegiatan investasi sampai nilai kembali meningkat disebut dengan kemampuan menaggulangi risiko yang timbul akibat kegiatan melaksanakan investasi. 5). Alternatif investasi yang tersedia Masing-masing alternatif investasi mempunyai karakteristik hasil, risiko, likuiditas dan ketersediaan yang berbeda-beda. Makin berkembangnya ketersediaan berbagai alternatif investasi maka akan menambah peluang untuk membentuk portofolio investasi yang lebih sesuai dengan kebutuhan investor. 6). Informasi yang tersedia mengenai keadaan alternatif investasi Informasi yang tersedia dapat berupa informasi resmi dari emiten, hasil riset, berita di media masa atau rumours di kalangan terbatas. Kemampuan
11
menyerap informasi yang tersedia akan sangat mempengaruhi pilihan investasi dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang investasi. 7). Kemampuan untuk menentukan pilihan investasi yang sesuai Kemampuan teknis untuk menentukan pilihan alokasi aset, pilihan instrumen serta jenis investasi sangat penting dan mempengaruhi peluang yang dimiliki pemodal untuk mencapai hasil yang diharapkan. Rangkaian kombinasi beberapa aktiva yang diinvestasikan dan dipegang investor, baik perorangan maupun lembaga diartikan sebagai portofolio. Tujuan dari kombinasi ini adalah mencari investasi dengan risiko tertentu dengan keuntungan yang maksimal. Kombinasi aktiva tersebut dapat berupa aktiva riil, finansial maupun gabungan dari keduanya. 2.1.1.2 Proses Investasi Menurut Husnan (2003:46) proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya pemodal melakukan investasi dalam sekuritas, yaitu sekuritas apa yang akan dipilih, seberapa banyak investasi tersebut dan kapan investasi tersebut akan dilakukan. Dalam pengambilan keputusan tersebut, diperlukan langkahlangkah sebagai berikut: 1). Menentukan kebijakan investasi Investor perlu menentukan tujuan investasi dan berapa
banyak investasi
tersebut dilakukan. Tujuan investasi harus dinyatakan dalam risiko maupun keuntungan, karena ada korelasi positif antara risiko dan keuntungan. 2). Menganalisis sekuritas Ada dua filosofi dalam analisis sekuritas. Pertama adalah sekuritas yang misprice (harganya salah mungkin terlalu tinggi atau terlalu rendah). Kedua,
12
adalah mereka yang berpendapat bahwa harga sekuritas adalah harga yang wajar. Kalaupun ada sekuritas yang misprice, investor tidak mampu untuk mendeteksinya. Terdapat dua kelompok analisis sekuritas yaitu, analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal menggunakan data harga masa lalu sebagai upaya untuk memprediksi harga sekuritas di masa yang akan datang. Sedangkan analisis fundamental berusaha mengidentifikasi prospek perusahaan untuk bisa memperkirakan harga-harga sekuritas di masa yang akan datang. 3). Membentuk portofolio Tahap ini menyangkut identisifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih dan penentuan proporsi dana yang akan ditanamkan pada masingmasing
sekuritas.
Pemilihan-pemilihan
sekuritas
dimaksudkan
untuk
mengurangi risiko. Pemilihan sekuritas dapat dipengaruhi oleh preferensi risiko dan pola kebutuhan kas. 4). Melakukan revisi portofolio Tahap ini merupakan pengulangan atas tiga tahap sebelumnya. Tahap ini dilakukan apabila portofolio yang telah dimiliki saat ini tidak lagi optimal atau tidak sesuai dengan preferensi risiko investor, maka investor dapat melakukan perubahan terhadap sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio. 5). Mengevaluasi kinerja portofolio Pada tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja (performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung.
13
2.1.1.3 Strategi investasi Untuk mencapai suatu konsistensi dengan tujuan dan kebijakan investasi sangat diperlukan pemilihan strategi investasi yang tepat, karena tujuan dan kebijakan investasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemilihan strategi investasi. Ada dua strategi dasar sebagai gaya dalam mengelola portofolio, yaitu strategi aktif dan strategi pasif. Strategi aktif merupakan usaha untuk beat the market, dimana manajer investasi menggunakan seluruh informasi yang tersedia atau teknik forecasting untuk memperoleh abnormal return dari portofolio (Achsein, 2000:91). Investor yang menerapkan strategi aktif tidak percaya bahwa pasar sekuritas akan efisien dan mereka percaya terhadap adanya sekuritas atau kelompok sekuritas yang mispriced. Tandelilin (2001:96) menuliskan bahwa dalam strategi aktif, investor akan melakukan tindakan aktif, seperti mencari informasi untuk analisis fundamental dan teknikal agar memperoleh return yang maksimal dibandingkan dengan biaya yang ditanggung. Dengan kata lain investor akan berusaha memperoleh hasil yang lebih tinggi daripada investor lain. Strategi pasif mengkontruksikan portofolio tidak untuk beat the market, tetapi untuk match the market (Achsein, 2000:95). Maksudnya di sini adalah para investor yang menerapkan strategi pasif bertindak seolah-olah berada pada pasar sekuritas yang efisien. Para investor yang menerapkan strategi pasif tidak percaya akan adanya peluang untuk mengeksploitasi laba karena pasar modal yang efisien akan mencegah adanya hal tersebut.
14
2.1.2
Deposito Deposito merupakan salah satu instrumen investasi yang sudah dikenal
oleh masyarakat luas. Produk perbankan ini mengumpulkan dana dari masyarakat yang kemudian disalurkan kembali oleh bank yang bersangkutan dalam bentuk kredit kepada perusahaan atau masyarakat yang sedang membutuhkan sumber pembiayaan dalam bentuk pinjaman. Deposan
perbankan
menerima
keuntungan
dari
dana
yang
diinvestasikannya berupa bunga yang sudah ditentukan pada saat penempatan deposito. Bunga deposito dapat diperoleh dari bank karena bank juga menerima bunga atas pinjaman yang disalurkan. Selisih bunga (spread) merupakan pendapatan dari kegiatn operasional perbankan. Para pemegang deposito diharapkan menyimpan dananya sampai tanggal jatuh tempo. Tetapi, apabila dana diambil sebelum tanggal jatuh tempo, bank selalu siap dan bank dapat mengenakan denda seperti mengurangi bunga atau tidak memberikan bunga sama sekali. Tingkat bunga yang dibayarkan dapat dihitung sebagai berikut : Tingkat Bunga =
Bunga X 100%................(1) Jumlah Uang Yang Dideposito
Untuk transaksi internasional perlu adanya satu dasar tingkat bunga tertentu dan merupakan tingkat bunga pinjaman yang berlaku antar bank yang bonafid di Jakarta yang dikenal sebagai Jakarta Interbank Offer Rate (JIBOR) dan dijadikan patokan untuk menentukan tingkat suku bunga dalam melakukan transaksi pinjaman di pasar uang internasional. JIBOR merupakan kumpulan kuotasi bank-bank BUMN, swasta maupun asing yang dapat ditetapkan setiap
15
satu atau tiga bulan. Kuotasi ini dapat digunakan untuk menetapkan tingkat pricing dari produk perbankan seperti kredit dan pendanaan. 2.1.3
Reksadana
2.1.3.1 Pengertian Reksadana Unit Trust, Mutual fund atau investment fund adalah istilah-istilah yang memiliki pengertian yang sama dengan reksadana. Reksadana merupakan bentuk investasi kolektif yang memungkinkan investor yang memiliki tujuan investasi sejenis untuk mengumpulkan dananya agar dapat diinvestasikan dalam bentuk portofolio yang dikelola oleh manajer investasi. Menurut UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pengertian reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun
dana
dari
masyarakat
pemodal
untuk
selanjutnya
diinvestasikan kembali dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Menurut Choong dalam Achsien (2000:74) “Unit trust is an investment scheme that pools money from many investors who share similar financial objectives, investment strategy and risk tolerance” Dari kedua pengertian di atas dapat diartikan bahwa reksadana merupakan suatu wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal yang selanjutnya akan diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Yang dimaksud portofolio efek adalah kumpulan atau kombinasi sekuritas atau surat berharga dengan tujuan mendiversikasikan risiko investasi.
16
2.1.3.2 Karakteristik Reksadana Ada beberapa karakteristik reksadana menurut Bapepam yaitu sebagai berikut : 1). Reksadana sebagai produk investasi Reksa dana merupakan produk portofolio yang memungkinkan pengelolanya menanamkan lebih dari satu sekuritas. 2). Reksadana adalah produk massal Reksadana merupakan produk massal yang dirancang untuk semua kalangan investor. 3). Menyerahkan kontrol pada pihak lain Ketika investor berinvestasi pada reksadana maka investor tidak dapat melakukan kontrol secara langsung. Hanya kontrol secara tidak langsung yang dapat dilakukan yaitu dapat menarik dana apabila investor menganggap kebijakan investasi tidak sesuai. 4). Tidak kebal risiko Meskipun reksadana merupakan produk yang terdiversifikasi, reksadana tetap memiliki risiko. Contohnya peningkatan suku bunga SBI pada tahun 2005 membuat para investor melakukan redemption besar-besaran yang mebuat merosotnya kinerja reksadana. 2.1.3.3 Kelebihan Reksadana Kelebihan reksa dana dibandingkan instrumen investasi lainnya yaitu: 1). Terjangkau, tanpa dominasi Reksadana dapat memberi kesempatan bagi investor kecil untuk berinvestasi.
17
2). Sangat likuid Kapanpun investor mau menjual kembali investasinya maka reksadana akan membelinya (reksadana terbuka). 3). Dikelola secara profesional dan murah Program investasi reksadana dikelola oleh para profesional yang tugas sehariharinya adalah mengelola dana dan dukungan pola infrastruktur yang baik. 4). Lebih aman dan diatur lebih ketat Banyak peraturan-peraturan khusus di pasar modal yang mengatur perusahaan reksa dana seperti peraturan No. IV A.3 tentang Pedoman Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Kontrak Investasi kolektif. 5). Bukan merupakan objek pajak Kewajiban pajak ditanggung perusahaan reksadana bukan ditanggung oleh pemegang unit penyertaan. 6). Diversifikasi investasi Adanya beberapa investor yang terkumpul dapat membantu kesulitan diversifikasi investasi sendiri yang dilakukan oleh investor. 2.1.3.4 Kekurangan dari Reksadana Selain kelebihan yang dimiliki, reksadana juga memiliki kekurangan sebagai produk investasi. Kekurangan-kekurangan reksadana dapat diuraikan sebagai berikut: 1). Reksa dana membebani biaya-biaya langsung seperti biaya penjualan, fee dan transaksi-transaksi portofolio. 2). Tidak ada hubungan perseorangan antara investor dengan manajer investasi.
18
2.1.3.5 Return Reksadana Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi (return yang sudah terjadi) dan return ekspektasi (return yang belum terjadi tetapi diharapkan terjadi di masa yang akan datang), Jogiyanto (2000:107). Komponen-komponen return investasi dapat berupa: 1). Capital Gain Capital gain merupakan keuntungan yang diperoleh dari penjualan sekuritas yang berasal dari selisih harga jual dengan harga beli sekuritas tersebut. 2). Yield Yield merupakan suatu penghasilan yang diperoleh investor karena menanamkan dananya pada sekuritas yang dibayarkan oleh penerbit sekuritas tersebut, misalnya dividen saham dan bunga obligasi. Investor dari manapun akan selalu mempertimbangan return dari investasi yang mereka lakukan, begitu juga para investor yang menginvestasikan dana mereka pada reksadana. Return atau tingkat dari pengembalian investasi pada reksadana tergantung dari jenis reksadana yang dipilih investor. Pada umumnya return reksadana merupakan capital gain atas investasi reksadana tersebut. Return Reksadana dapat dihitung sebagai berikut : Rt =
NABt NABt 1 ………………………………(2) NABt 1
Dimana : Rt
=
Return reksadana pada periode t
NABt
=
NAB pada periode t
NABt-1
=
NAB pada periode sebelumnya
19
Return yang dihitung dengan cara ini juga dapat digunakan untuk mengevaluasi portofolio reksadana karena mengidentifikasi hasil keputusan manajer investasi. 2.1.3.6 Risiko reksadana Menghitung return dari suatu investasi tidaklah cukup. Pertimbangan suatu investasi merupakan trade-off dari return dan risiko. Risiko sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi dari outcome yang diterima dengan outcome yang diharapkan. Van Horne dan Warkowicks. Jr dalam Jogiyanto (2000:124) mendefinisikan risiko sebagai variabilitas return terhadap return yang diharapkan. Jadi, risiko adalah kemungkinan tidak diperolehnya keuntungan investasi yang dilakukan. Sunariyah (2004:194) menyatakan pada prinsipnya risiko terdiri dari dua komponen yaitu risiko sistematis dan tidak sistematis. Risiko sistematis merupakan risiko pasar yang bersifat umum dan berlaku bagi semua sekuritas di pasar modal dan risiko ini tidak dapat dihindari oleh investor melalui diversifikasi sekalipun. Sedangkan risiko tidak sistematis merupakan risiko yang tidak terkait dengan sekuritas tertentu dan pada umumnya risiko ini dapat dihindari dan diminimalisasi dengan diversifikasi investasi. Risiko total merupakan penjumlahan risiko sistematis dan risiko tidak sistematis.
Diversifikasi
investasi
merupakan
cara
yang
efektif
untuk
meminimalkan risiko tidak sistematis. Dengan melakukan diversifikasi, dana yang dimiliki akan dipecah pada berbagai sector bisnis dengan penetapan persentase serta kalkulasi yang cermat. Pendekatan pengukuran risiko yang pada umumnya adalah sebagai berikut:
20
1) Standar deviasi Standar deviasi mengukur besarnya dispersi yang terjadi dibandingkan dengan return yang diharapkan. Apabila standar deviasi menunjukkan dispersi yang lebih luas atas return berarti tingkat risiko lebih tinggi dan hal ini berlaku sebaliknya. 2) Beta Beta mengukur risiko sistematis dari suatu sekuritas yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Beta merupakan ukuran fluktuasi harga relative terhadap portofolio pasar. Beta berkisar satu, lebih besar dari satu atau kurang dari satu. Apabila investor membeli reksadana, secara tidak langsung investor telah melakukan diversifikasi karena reksadana pada hakikatnya
merupakan suatu
portofolio dari surat-surat berharga pasar modal dan pasar keuangan. Hal ini bukan berarti reksadana tidak memiliki risiko. Bapepam (1997:52) menyebutkan beberapa risiko apabila investor berinvestasi pada reksadana. Risiko-risiko tersebut sebagai berikut : 1) Risiko berkurangnya nilai unit penyertaan Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari efek (saham, obligasi dan surat berharga lainnya) yang menjadi bagian dari reksa dana di bursa yang mengakibatkan turunnya nilai penyertaan. 2) Risiko likuiditas Penjualan kembali (redemption) sebagian besar unit penyertaan oleh pemilik kepada manajer investasi secara bersamaan dapat menyulitkan manajer investasi untuk menyediakan dana untuk pembayaran tersebut.
21
3) Risiko politik ekonomi Perubahan kebijakan pemerintah dalam bidang politik dan ekonomi dapat mempengaruhi kinerja perusahaan dan tidak terkecuali efek-efek yang termasuk ke dalam portofolio reksadana. 4) Risiko wanprestasi Risiko ini dapat timbul saat perusahaan asuransi yang mengasuransi garta kekayaan reksa dana tidak dapat membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah daripada nilai pertanggungan terhadap hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. 2.1.3.7 Penggolongan Reksadana 1) Menurut Investment Company Act 1940 Seperti yang dikutip oleh Sharpe (1997:353) mengelompokkan reksadana sebagai berikut : (1) Unit Investment Trust Trust yang menerbitkan portofolio yang dibentuk dari surat-surat berharga berpenghasilan tinggi (misalnya obligasi) dan ditangani oleh orang kepercayaan yang independent. (2) Managed Investment Companies Perusahaan ini mungkin berbentuk perusahaan independent, manajer investasi, perusahaan yang terkait dengan pialang atau perusahaan investasi.
22
a. Closed - end Investment Companies Reksadana jenis ini dapat dikatakan reksadana tertutup, karena hanya menjual unit penyertaan pada saat penawaran perdana dan tidak wajib membeli kembali unit penyertaan pada saat pemegang berniat menjualnya. b. Open – end Investment Companies Reksadana jenis ini dikatakan reksa dana terbuka, karena reksadana ini masih menjual saham baru setelah penawaran perdana dan pemegang saham ini masih dapat menjual sahamnya ke perusahaan reksa dana yang bersangkutan. Tabel 2.1 Perbedaan antara Reksadana Terbuka dan Reksadana Tertutup Reksadana Tertutup
Reksadana Terbuka
1. Menjualan saham pada penawaran umum perdana sampai batas modal dasar 2. Saham reksa dana dicatat di bursa efek 3. Investor tidak dapat menjual kembali saham yang dimilikinya kepada reksa dana yang bersangkutan. 4. Harga jual / beli saham tergantung penawaran dan permintaan investor.
1. Menjual sahamnya secara terus menerus sepanjang ada pemodal dan pembeli. 2. Saham reksa dana tidak perlu dicatat dibursa efek. 3. Investor dapat menjual kembali saham yang dimilikinya pada reksa dana yang bersangkutan. 4. Harga jual/beli saham didasarkan pada NAB persaham yang dihitung oleh bank Kustodian.
Sumber : Pratomo dan Nugroho (2005). 2) Berdasarkan Sasaran dan Diversifikasinya Berdasarkan sasaran dan diversifikasinya reksadana dapat digolongkan sebagai berikut: (1) Common Stock Fund Perusahaan jenis ini sebagian besar menanamkan dananya pada sahamsaham biasa daripada saham preferen atau obligasi.
23
(2) Toyable Hand Fund Obligasi perusahaan biasanya menghasilkan pendapatan langsung dengan risiko yang minimal. Investor yang memilih reksadana jenis ini dapat memilih reksadana atau segmen tertentu berdasarkan jangka waktu dan sektor tertentu. Reksadana jenis difokuskan investasinya pada obligasi domestik atau global. a. Municipal Bond Fund Perusahaan reksa dana jenis ini melakukan pembayaran bunga bulanan yang teratur yang bebas dari pajak pemerintah pusat, akan tetapi mungkin terkena pajak lokal. b. Stock and Bond Fund Tujuan dari reksadana ini adalah untuk mendapatkan return yang maksimal dengan jalan mengkombinasikan portofolionya dengan saham dan sekuritas berpenghasilan tetap meliputi obligasi pemerintah, perusahaan dan saham-saham preferen. Sekuritas pembentuk portofolio ini dapat dilihat dari prospektusnya. c. Money Market Bond Perusahaan reksadana ini berusaha memberi pendapatan tetap, jaminan keamanan bagi pemilik dan likuiditas dengan jalan mendiversifikasikan portofolionya pada sekuritas jangka pendek seperti sertifikat deposito pemerintah, bank acceptance dan commercial paper.
24
3) Berdasarkan Tujuan dan Risiko Di Indonesia saat ini, penggolongan jenis reksadana atau konsentrasi portofolionya diatur dalam Undang-Undang No. IV. C. 7 Tahun 1997 Pedoman Pengumuman Harian Nilai Aktiva Bersih Reksadana. Reksadana terbuka terdiri dari reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap,reksadana saham dan reksadana campuran. Keempat jenis reksadana merupakan pilihan bagi investor berdasarkan konsentrasi asset pembentuk portofolio tersebut. Berdasarkan tujuan dan risiko yang dihadapi para investornya, reksa dana digolongkan sebagaimana dijelaskan pada tabel di bawah ini : Tabel 2.2 Jenis dan Karakteristik Reksadana Jenis /Karakteristik
Reksadana Pasar Uang
Reksadana Pendapatan tetap
Reksadana Saham
Reksadana Campuran
Risiko
Terendah
Rendah
Tinggi
Moderat
Tujuan
Likuiditas
Pertumbuhan harga dan pendapatan
Sumber : Bapepam (1997) (1) Reksadana pasar uang Merupakan reksadana yang melakukan investasi 100% pada efek pasar uang. Efek pasar uang adalah efek hutang yang berjangka waktu kurang dari satu tahun. Secara umum instrumen atau efek yang termasuk kategori ini antara lain : deposito, Setifikat Bank Indonesia (SBI),obligasi atau efek hutang lainnya yang berjangka waktu kurang dari satu tahun. Reksa dana ini jenis ini sangat cocok untuk investasi jangka pendek. Tujuan investasi pada reksa dana pasar uang ini biasanya untuk perlindungan modal dan untuk menyediakan likuiditas yang tinggi, sehingga jika dibutuhkan kita
25
dapat mencairkannya setiap hari kerja dengan risiko penurunan investasi yang sangat rendah. (2) Reksadana pendapatan tetap Reksa dana pendapatan tetap adalah reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam instrumen yang bersifat hutang. Umumnya reksa dana pendapatan tetap memanfaatkan obligasi sebagai bagian terbesar investasinya. Bagi investor jenis investasi ini sangat menarik karena penghasilan yang diterima dari kupon bunga tidak kena pajak dan cocok untuk investasi jangka panjang. (3) Reksadana saham Reksadana saham adalah reksadana yang melakukan investasi minimal 80% dari portofolio yang dikelolanya dalam efek berbentuk ekuitas (saham ). Berbeda dengan efek pendapatan tetap seperti deposito dan obligasi, investor lebih berorientasi pada pendapatan bunga, saham biasanya memberikan potensi return lebih tinggi berupa dividen dan capital gain. Reksadana saham dapat memberikan return yang lebih tinggi demikian juga
risikonya juga lebih tinggi karena harga-harga saham
sangat fluktuatif. (4) Reksadana campuran Reksadana campuran merupakan reksadana yang melakukan investasi baik dalam efek hutang maupun ekuitas (saham) yang perbandingan atau alokasi dananya tidak termasuk reksadana pendapatan tetap dan reksadana saham. Potensi risiko reksadana campuran secara teoritis berada di tengah-
26
tengah antara reksadana pendapatan tetap dan reksa dana saham. Saat ini Bapepam menetapkan pelaksanaan reksadana dalam dua bentuk yaitu perseroan dan kontrak investasi kolektif. Reksadana perseroan mencatat sahamnya di bursa efek dan memperjual-belikannya di pasar sekunder. Sedangkan bentuk kontrak investasi kolektif, saham yang diterbitkan tidak dicatat di bursa efek dan tidak diperjual-belikan di pasar sekunder. 4) Berdasarkan Struktur Kenaikan suku bunga Bank Indonesia, membuat suku bunga Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan suku bunga deposito perbankan naik. Dengan keadaan seperti ini para investor secara serempak melakukan redemption sehingga Nilai Aktiva Bersih dari reksadana menurun drastis pada tahun 2005. Hal tersebutlah yang melatar belakangi lahirnya reksadana terstruktur sebagai produk baru dari industri reksadana di Indonesia. Reksadana Terstruktur (Structured Fund) adalah reksadana yang memiliki tujuan dan kebijakan investasi dengan struktur tertentu dan karakteristik khusus yang berbeda dengan reksadana yang saat ini telah diatur dalam peraturan Bapepam. Pada dasarnya jenis-jenis reksadana terstruktur ini sangat banyak jenisnya di pasar modal luar negeri.. Adapun jenis-jenis dari reksadana terstruktur yang dikembangkan oleh Bapepam, yaitu sebagai berikut: (1) Reksadana Indeks Reksadana indeks merupakan reksadana yang portofolionya terdiri atas efek-efek yang menjadi bagian dari indeks acuan. Indeks acuan dapat berupa IHSG, indeks LQ 45 maupun indek, indeks syariah maupun
27
sektoral. Manajer investasi wajib menginvestasikan minimal 80% dari NAB pada sekurang-kurangnya 80% efek yang menjadi bagian dari indeks acuan. (2) Reksadana Dengan Penjaminan ( Guaranteed Funds ) Reksadana dengan penjaminan merupakan reksadana dengan skema dan struktur khusus yang memberikan penjaminan sejumlah tertentu dana investor, dimana penjaminan tersebut dilakukan oleh pihak tertentu yang disebut penjamin seperti bank atau lembaga keuangan yang telah mendapat izin atau otoritas yang mengatur dari Bapepam. (3) Reksadana Teproteksi Reksadana terproteksi disebut juga reksadana dengan perlindungan atau capital protected funds karena memiliki struktur dan karakteristik tertentu yang menjamin investasi awal investor secara penuh. Reksadana jenis ini menyerupai reksadana pendapatan tetap dalam hal alokasi dana investor dominan pada efek yang bersifat hutang, hanya saja reksadana terproteksi dapat memberi perlindungan dari investasi awal investor dengan pembatasan waktu penjualan kembali. Berikut ini beberapa karakteristik reksadana teproteksi yaitu sebagai berikut: a. Modal awal investor dilindungi dan variasi perlindungannya dapat bervariasi dari 95% sampai dengan 120%. b. Investor tidak dapat menjual kembali reksadana terproteksi dalam jangka waktu tertentu (lock up period).
28
c. Penempatan dana yang terkumpul dalam instrumen pendapatan tetap sebagai sarana perlindungan (biasanya 80% - 90%) dan instrumen lainnya (ekuitas atau derivatif) sebagai sarana untuk menumbuhkan investasi (biasanya 10% -20%). d. Mengutamakan instrumen pendapatan tetap yang relatif aman seperti obligasi yang mendekati tanggal jatuh tempo, obligasi tanpa bunga, Surat Utang Negara (SUN) dan obligasi perusahaan dengan rating baik (AA). Dilihat dari karakteristiknya, jenis reksadana terproteksi memiliki beberapa manfaat seperti adanya jaminan investasi awal investor.
Hal ini
dikarenakan manajer investasi mendesain struktur investasinya pada efek-efek hutang dan investor mendapatkan peluang untuk menghasilkan return yang lebih tinggi jika pasar saham dan derivatif mengalami trend naik. Disamping keuntungan, reksadana terproteksi juga mempunyai kerugian seperti probabilitas hasil pertumbuhan investasi akan terbatas karena sebagian besar proporsi aset diinvestasikan pada efek pendapatan tetap dan sisanya diinvestasikan pada efek yang mempunyai pertumbuhan investasi yang lebih tinggi. Kemudian adanya ketentuan lock up period, akan membuat para investor tidak leluasa menarik kembali dananya jika suatu saat nanti mereka memerlukan dananya dan
kerugian lainnya adalah biaya relatif tinggi untuk
paket reksadana dengan perlindungan ini.
29
2.1.3.8 Manfaat Investasi Pada Reksadana Ada beberapa manfaat yang diperoleh oleh investor apabila berinvestasi pada reksadana. Manfaat-manfaat tersebut sebagai berikut : 1) Terdiversifikasinya portofolio secara cepat (Instant diversification) 2) Kecepatan dalam proses penjualan dan pembelian (Marketability) 3) Keluwesan untuk menukarkannya dengan portofolio investasi lainnya dalam satu kelompok reksadana (flexibility) atau diperjual-belikan pada penerbitnya pada NABnya setiap saat (liquidity). 4) Ditangani oleh manajemen profesional yang sudah memperoleh izin otoritas dari bursa (professionability) 5) Banyaknya pilihan dari beragamnya usaha investasi reksa dana yang kini mulai tumbuh pesat. Manfaat lain yang dapat diperoleh dari reksadana yaitu sebagai berikut : 1) Peningkatan buying power Melalui
reksa
dana
buying
power
meningkat
dibandingkan
berinvestasi secara individu. 2) Keterbukaan investasi Pengelola reksa dana memberikan informasi yang transparan kepada nasabah mengenai semua aspek investasi,risiko portofolio dan biayabiaya transaksi.
30
3) Manfaat perlindungan investor Melalui peraturan yang telah dikeluarkan oleh Bapepam, di antaranya mengatur tentang transaksi-transaksi pada satu jenis saham maksimal 5% dari total modal yang disetor investor. Keuntungan berinvestasi pada reksadana yang dapat diperoleh para investor sebagai berikut: 1) Diversifikasi investasi dan penyebaran risiko Manajer investasi dapat mendiversifikasi investasi pada berbagai efek atau alternatif media investasi lainnya karena dana yang dikelola cukup besar, jadi tidak tergantung pada satu instrumen saja dan hal ini sama dengan penyebaran risiko. Manajer investasi akan melihat peluang-peluang yang ada serta menganalisis berdasarkan data yang tersedia sehingga dapat memperkecil risiko. Selain itu manajer investasi akan melihat sektor-sektor industri yang dapat memberikan keuntungan yang terbaik. Juga tidak menutup kemungkinan apabila kondisi pasar modal buruk, manajer investasi akan mengalihkan investasinya ke tempat lain, misalnya pasar uang. Jadi manajer investasi secara kontinyu menganalisa kondisi sektor-sektor industri yang dapat memberikan keuntungan yang lebih baik dan pada akhirnya akan menjadi milik investor. 2) Harga Harga saham di bursa efek tidak begitu mempengaruhi reksadana, sehingga saat saham mengalami penurunan harga maka manajer
31
investasi akan mengalihkan investasi pada instrumen-instrumen lain yang lebih menguntungkan. 3) Biaya rendah Berinvestasi pada reksadana membutuhkan biaya yang rendah karena dikelola
secara
profesional
sehingga
meningkatkan
efisiensi
pengelolaan. Tidak demikian halnya saat investor mengelola transaksinya sendiri yang membutuhkan komisi transaksi dan biaya informasi yang sangat besar. 4) Dapat dimonitor secara rutin Perkembangan harga sekuritas dapat dimonitor secara rutin oleh para pemegang
unit
penyertaan
karena
setiap
minggu
reksadana
mengumumkan nilai aktiva bersih melalui media cetak maupun elektronik. 2.1.3.9 Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana Sebelum melakukan investasi pada reksadana para investor selalu akan melihat kinerja reksadana tersebut. Kinerja reksadana merupakan suatu ukuran yang menggambarkan hasil pencapaian dari tujuan investasi yang telah direncanakan oleh manajer investasi. Nilai Aktiva bersih (NAB) reksadana merupakan suatu tolak ukur dalam memantau kinerja portofolio suatu reksadana. NAB adalah total nilai investasi dan kas yang dipegang (uninvested) dikurangi dengan biaya-biaya hutang dari kegiatan operasional yang harus dibayar. Kekayaan reksadana terdiri dari berbagai macam jenis seperti kas, deposito, surat berharga pasar uang, Sertifikat Bank Indonesia, surat berharga
32
komersial, obligasi, saham dan lain sebagainya. Sedangkan kewajiban reksa dana dapat berupa biaya-biaya yang belum dibayar seperti komisi manajer investasi, komisi bank kustodian, pajak, komisi broker dan pembelian efek-efek yang belum dilunasi. Lebih lanjut dinyatakan terkait dengan NAB dan perkembangannya yaitu bahwa hasil investasi reksadana dapat meningkatkan NAB yang dapat berupa dividen, bunga obligasi, bunga deposito dan capital gain. Pada umumnya reksadana pasar modal membagikan sebagian dari hasil investasi kepada para pemegang unit penyertaan secara berkala, sedangkan reksadana pasar uang membagikan hasil investasinya setiap hari. Di lain pihak biaya-biaya yang dikeluarkan reksadana dapat mengurangi NAB berupa komisi manajer investasi,komisi bank kustodian, komisi broker, pajak dan biaya-biaya transaksi. Nilai hak pemegang unit penyertaan dinyatakan dalam bentuk NAB. Menurut undang-undang pasar modal bank kustodian dan manajer investasi wajib menentukan nilai pasar yang wajar dari setiap efek, menghitung dan mengumumkan NAB dari setiap unit penyertaan pada setiap hari bursa. Menurut Alder Manurung (2001:54), NAB dihitung sebagai berikut : NABt = NAkt-TKWt .............................................................. Dimana : NABt = Nilai Aktiva Bersih Periode t NAkt = Nilai Aktiva Periode t TKwt = Total Kewajiban Reksadana Periode t Adapun peerhitungan NAB dari unit penyertaan sebagai berikut :
33
(3)
NABupt
NABt NUPt
=
………………………………………….
(4)
Dimana : NABupt
= NAB unit penyertaan pada periode t
NABt
= Jumlah Nilai Aktiva Bersih pada periode t
NUPt
= Jumlah Unit Penyertaan pada Periode t
2.1.3.10 Pengukuran Kinerja Reksadana Dalam pengukuran kinerja reksadana terdapat dua metode yaitu : pengukuran kinerja dengan mempertimbangkan risiko (risk adjusted performance) dan
pengukuran
kinerja
dengan
tidak
mempertimbangkan
risiko
(raw
performance). 1) Raw Performance Perbandingan kinerja dengan raw performance adalah membandingkan kinerja
reksa
dengan
pembandingnya
tanpa
mempertimbangkan
risiko.
Perbandingan ini dilakukan dengan menghitung rata-rata return dari pembanding reksadana selama periode penelitian, kemudian dihitung rata-rata return dari pembandingnya. Dalam perhitungan ini fee diasumsikan diabaikan dan dividen diperoleh diasumsikan diinvestasikan kembali. 2) Risk Adjusted Performance Dalam teori portofolio hubungan risiko dan return dinyatakan dalam CAPM adalah suatu teori yang menjelaskan bagaimana harga dan tingkat bunga pasar sekuritas yang berisiko ditentukan pada pasar modal. Ada tiga metode yang digunakan dalam mengukur kinerja reksa dana dengan mempertimbangan risiko yaitu sebagai berikut :
34
a. Indeks Sharpe (Rasio Reward to Variability) Rasio ini diperkenalkan oleh Sharpe pada tahun 1965. Pengukuran dengan metode ini didasarkan pada premium atas risiko yang merupakan perbedaan antara kinerja rata-rata yang dihasilkan reksadana dengan rata-rata invertasi yang bebas risiko. Dalam hal ini investasi tanpa risiko diasumsikan merupakan tingkat bunga rata-rata dari Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Perumusan formula rasio ini sebagai berikut : RVAR =
RJ - RF …………………………………….................(5) σi
Dimana : RVAR
=
Indeks Sharpe (reward to variability)
RJ
=
Return
portofolio
J
selama
jangka
waktu
pengukuran RF
=
Return aset bebas resiko selama jangka waktu pengukuran
i
=
Standar devisiasi portofolio J selama jangka waktu pengukuran.
a. Indek Treynor (Reward to Volatility) Rasio ini diperkenalkan oleh
Treynor pada tahun 1965. Treynor
menyusun penilaian ini berdasarkan risiko yang dihadapi oleh seorang investor yaitu risiko yang disebabkan oleh fluktuasi secara umum (risiko sistematik) dan risiko unik yang terjadi pada suatu saham. Dalam indeks Treynor digunakan pembagi beta yang merupakan risiko fluktuatif terhadap risiko pasar. Beta dalam konsep CAPM merupakan risiko sistematik (risiko
35
pasar). Tetapi dalam reksadana, beta merupakan risiko yang dimiliki oleh pembandingnya. Perhitungan Treynor memfokuskan pada risiko sistematik yang tidak dapat didiversifikasi. Hasil yang didapatkan ini kemudian dibandingkan dengan nilai rasio pembandingan rumusnya sebagai berikut : RVOL Dimana
=
RJ - RF ……………………………………….(6) βP
:
RVOL
=
Indeks Treynor (reward to volability)
RJ
=
Return
portofolio
J
selama
jangka
waktu
pengukuran RF
=
Return aset bebas risiko selama jangka
waktu
pengukuran P
=
Beta portofolio/risiko sistematik dari portofolio selama jangka waktu pengukuran
Setelah menghitung indeks Treynor, langkah selanjutnya adalah membandingkan hasil perhitungan Treynor, dengan hasil hasil perhitungan Treynor untuk pembandingnya. Apabila indeks Treynor untuk reksa dana lebih besar dari indeks Treynor pembandingnya maka reksa dana dikatakan superior. Hal ini berlaku sebaliknya apabila indeks Treynor lebih kecil dari indeks Treynor pembandingnya, maka portofolio tersebut dikatakan interior. b. Indeks Jensen (Differential Return Measure) Pengukuran dengan metode ini diperkenalkan oleh Jensen tahun 1968. Pengukuran ini juga berdasarkan atas CAPM. Semua versi CAPM
36
menghitung perkiraan satu periode pengembalian atas reksadana maupun portofolio sesuai dengan persamaan dibawah ini: P Dimana
= RP – (RF + (RM-RF) P) …………….......……….(7) :
P
=
Indeks Jensen (differential return measure)
RP
=
Return portofolio selama jangka waktu pengukuran
RF
=
Return aset bebas risiko selama jangka waktu pengukuran
RM
=
Return pasar selama jangka waktu pengukuran
P
=
Beta portofolio/risiko sistematik dari portofolio selama jangka waktu pengukuran.
Pada dasarnya metode ini berusaha mencari α yang merupakan selisih antara tingkat keuntungan portofolio dengan tingkat keuntungan pembandingnya. Portofolio yang superior akan mempunyai α positif yang signifikan, sedangkan portofolio inperior akan mempunyai α yang signifikan.
2.2
Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
1) Dicky Lohanto (2003) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh IHSG dan Suku Bunga Terhadap Kinerja Reksa Dana di Indonesia Periode Januari – Desember kinerja
reksadana
dengan
2002”. Tujuan penelitian adalah mengukur mempertimbangkan
risiko
maupun
tanpa
mempertimbangkan risiko. Selain itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh IHSG dan JIBOR terhadap return reksadana. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah cluster purposive sampling yaitu
37
subjek populasi terhadap kelompok-kelompok yang mempunyai ciri –ciri tersendiri serta sampel dipilih berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan IHSG dan JIBOR berpengaruh terhadap
return
reksadana.
Pengujian
kinerja
reksadana
tanpa
mempertimbangkan risiko menunjukkan rata-rata return bulanan reksadana lebih besar dari return rata-rata pembandingnya. Kemudian pengujian kinerja reksadana dengan mempertimbangkan risiko secara keseluruhan menunjukkan kinerja reksadana lebih tinggi daripada kinerja pembandingnya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Dicky Lohanto adalah sama-sama melakukan penilaian kinerja reksadana dengan mempertimbangkan risiko dan tidak mempertimbangkan risiko. Sedangkan perbedaannya adalah jenis reksadana yang diteliti yaitu reksadana terproteksi sebagai produk baru dari reksadana, waktu penelitiannya dan juga sampel yang dipergunakan, pada penelitian Dicky Lohanto menggunakan 22 sampel dari berbagai jenis reksadana konvensional yang dikelola oleh berbagai jenis perusahaan sekuritas.. 2) Dewi Ayu Puspita Sari (2007) dengan judul “Analisis Kinerja Reksadana di PT. Danareksa (Persero) dengan metode Raw Performance dan Risk Adjusted Performance”. Penelitian ini menggunakan analisis perbandingan kinerja reksadana yang dikelola oleh PT. Danareksa (Persero) secara raw performance dan risk adjusted performance, model CAPM dari Sharpe, Treynor dan Jensen. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana dengan
38
pembandingnya dengan metode raw performance dan risk adjusted performance. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu penarikan sampel dengan kriteria-kriteria tertentu. Teknik analisis yang digunakan adalah uji beda dua rata-rata (Paired T-test). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan metode raw performance, tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari kinerja 15 jenis reksadana yang dikelola oleh PT. Danareksa (Persero) dengan pembandingnya. Metode risk adjusted performance juga menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara kinerja reksadana dengan pembandingnya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi Ayu Puspita Sari adalah sama-sama meneliti tentang kinerja reksadana baik dengan metode raw performance maupun risk adjusted performance (indeks Sharpe, Treynor dan Jensen). Sementara perbedaannya terletak pada sampel penelitian yang digunakan, yaitu pada penelitian Dewi Ayu Puspita Sari menggunakan 15 sampel dari berbagai jenis reksadana konvensional yang dikelola PT. Dana Reksa. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan 37 sampel reksadana terproteksi yang dikelola oleh berbagai jenis perusahaan sekuritas. Selain itu perbedaan penelitian ini juga dapat dilihat dari periode penelitian yang digunakan. 3) Penelitian dari Adler Haymans Manurung (2006) berjudul ”Analisis Kinerja Reksadana dengan Menggunakan Risk Adjusted Return, Rasio Risiko dan Snail Trail” menganalisis kinerja reksadana di Indonesia dari tahun 1996– 2005. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kinerja reksadana berdasarkan risk dan return terbaik agar dapat digunakan oleh para investor
39
yang berinvestasi pada reksadana. Metode yang digunakan untuk menentukan reksadana terbaik adalah metode risk adjusted performance, rasio risiko pasar (standar deviasi) dan snail trail (jejak bekicot). Hasil penelitian menunjukkan dengan metode risk adjusted performance dari 13 sampel reksadana saham hanya satu yang menunjukkan angka negatif, 14 reksadana pendapatan tetap hanya satu reksadana yang menunjukkan angka positif dan untuk 18 reksadana campuran terdapat satu reksadana yang memiliki angka negatif. Perhitungan rasio risiko pada penelitian ini menunjukkan rata-rata risiko yang dimiliki oleh reksadana tersebut kecil. Hasil perhitungan snail trail terhadap kinerja reksadana saham menunjukkan reksadana saham pergerakannya paling banyak menempati kuadran 1 (risiko rendah dan return tinggi), reksadana pendapatan tetap pergerakannya dominan menempati kuadran 3 (risiko rendah dan return rendah) dan reksadana campuran pergerakaannya paling banyak menempati kuadaran 1 dan 3. Penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Adler Hayman Manurung memiliki persamaan yaitu sama-sama meneliti tentang kinerja reksadana dan juga beberapa metode penilaian yang digunakan yaitu metode risk adjusted return. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Adler Hayman Manurung adalah waktu penelitian, sampel yang digunakan dan jenis reksadana yang digunakan, dimana penelitian dari Adler Hayman Manurung meneliti reksadana konvensional di Indonesia. 4) Yogi Setiadi Sediarto (2006) mekukan penelitian dengan judul ”Perbandingan Kinerja Reksadana Terproteksi dengan Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap”. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan kinerja reksadana terproteksi
40
dengan kinerja reksadana pendapatan tetap dengan memakai suku bunga deposito
satu
bulan
yang
dikeluarkan
oleh
bank
swasta
sebagai
pembandingnya. Hasil dari penelitian baik dengan metode time weighted maupun dengan metode pengukuran kinerja dengan indek Sharpe, Treynor dan Jensen menunjukkan kinerja reksadana terproteksi lebih bagus daripada kinerja reksadana pendapatan tetap untuk investasi jangka panjang. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Yogi Setiadi Sediarto adalah sama-sama meneliti tentang kinerja reksadana terproteksi dan metode penilaian kinerja yang digunakan yaitu menggunakan indeks Sharpe, Treynor dan Jensen. Sedangkan perbedaannya terletak pada periode penelitiannya dimana pada Yogi meneliti dari periode Oktober 2005 sampai dengan Juni 2006.
2.3
Rumusan Hipotesis Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka perumusan hipotesis yang diajukan sebagai berikut : 1) Kinerja reksadana terproteksi di Bursa Efek Indonesia berbeda signifikan dengan kinerja pembandingnya (benchmark) berdasarkan metode raw performance. 2) Kinerja reksadana terproteksi di Bursa Efek Indonesia berbeda signifikan dengan kinerja pembandingnya (benchmarknya) berdasarkan metode risk adjusted performance.
41
42