BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1.
Landasan Teori
2.1.1. Teori Pembangunan Suatu negara yang berkeinginan untuk maju harus menciptakan pembangunan ekonomi yang positif, dengan demikian setiap negara selalu mengupayakan pembangunan
ekonomi
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakatnya.
Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang menyangkut perubahan yang mendasar atas peningkatan pendapatan dan output, struktur-struktur kelembagaan, sosial, administrasi, sikap-sikap masyarakat dan terkadang merambah adat-istiadat, kebiasaan, serta sistem kepercayaan yang hidup dalam masyarkat yang bersangkutan (Todaro, 2000:76). Proses pembangunan sebenarnya merupakan suatu perubahan sosial budaya. Mampu atau tidaknya sebuah pembangunan bergerak maju atas kekuatan sendiri (self sustaining proces) tergantung kepada manusia dan struktur sosialnya (Bintoro dan Mustopadidjaya, 1986:1). Menurut Todaro (2000:21), pembangunan merupakan suatu kenyataan fisik sekaligus tekad masyarakat dalam berupaya melalui serangkaian kombinasi proses sosial, ekonomi dan institusional untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Pembangunan di masyarakat paling tidak harus memiliki tiga tujuan inti sebagai berikut.
14
1) Peningkatan ketersediaan dan perluasan distribusi barang kebutuhan pokok seperti pangan, sandang, papan, kesehatan, dan perlindungan keamanan. 2) Peningkatan
standar
hidup
yang
meliputi
peningkatan
pendapatan,
penambahan penyediaan lapangan kerja, perbaikan pendidikan,
dan
pengingkatan perhatian atas nilai-nilai cultural serta kemanusiaan, yang semuanya itu tidak hanya untuk memperbaiki kesejahteraan meteriil, tetapi juga untuk menumbuhkan jati diri pribadi dan bangsa. 3) Perluasan rentang pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu dan bangsa dengan membebaskan mereka dari belitan sikap ketergantungan, baik terhadap orang atau negara lain, dan juga terhadap setiap kekuatan yang punya potensi merendahkan nilai-nilai kemanusiaan. Pembangunan ekonomi tidak terlepas dari pelaku-pelaku ekonomi yang akan menjadi penggerak perekonomian suatu negara. Penjelasan pasal 33 UUD 1945 menunjukkan bahwa, ada tiga pelaku ekonomi yang dikenal, yaitu: perusahaan negara atau sering disebut Badan Usaha Milik negara (BUMN), koperasi, dan swasta. Diantara ketiga pelaku ekonomi tersebut, koperasi merupakan badan usaha yang paling berbeda dengan badan usaha lainnya. Koperasi merupakan kumpulan orang dan bukan kumpulan modal. Proses pengambilan keputusan dalam koperasi dilakukan secara demokratis yakni dengan memberikan hak suara pada masing-masing anggotanya.
15
2.1.2 Ekonomi Kerakyatan Ekonomi kerakyatan adalah suatu sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan ekonomi rakyat. Definisi ekonomi kerakyatan menurut Konvensi ILO169 tahun 1989 adalah ekonomi tradisional yang menjadi basis kehidupan masyarakat lokal dalam mempertahankan kehidupannnya. Peningkatan kesejahteraan rakyat dalam ekonomi kerakyatan tak lagi bertumpu pada dominasi pemerintah pusat, modal asing serta perusahaan konglomerasi, melainkan pada kekuatan pemerintah daerah, persaingan yang berkeadilan, usaha pertanian rakyat dan yang terpenting adalah peran koperasi sejati yang diharapkan mampu berperan sebagai fondasi penguatan ekonomi rakyat. Yang dimaksud dengan ekonomi kerakyatan sesungguhnya tidak lain adalah demokrasi ekonomi sebagaimana dikemukakan dalam penjelasan pasal 33 UUD 1945, artinya ekonomi kerakyatan hanyalah ungkapan lain dari demokrasi ekonomi. Salah satu pedoman dalam penyelenggaraan sistem ekonomi kerakyatan terdapat pada Pasal 33 ayat 1 yakni perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Sebagaimanya yang dikemukakan Bung Hatta, bangun usaha yang mencerminkan ayat ini adalah koperasi. Penyelenggaraan koperasi dalam sistem ekonomi kerakyatan harus dilakukan dengan terus menerus melalui penataan kelembagaan, yakni dengan memeratakan penguasaan modal atau faktor-faktor produksi kepada segenap lapisan anggota masyarakat (Baswir, 2010).
16
2.1.3 Definisi Koperasi Kata koperasi berasal dari bahasa Latin "coopere", yang mana di dalam bahasa Inggris disebut cooperation yang berarti kerjasama. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat, yang beradasarkan atas azas kekeluargaan. Koperasi merupakan soko guru perekonomian yang berarti koperasi merupakan pilar atau penyangga dari perekonomian itu sendiri. Terdapat beberapa pengertian menurut para ahli dan organisasi, diantaranya adalah sebagai berikut : 1) Definisi menurut ILO (International Labour Organization) terdapat 6 elemen yaitu : (1) Koperasi adalah perkumpulan orang-orang (2) Penggabungan orang-orang berdasarkan kesukarelaan (3) Terdapat tujuan ekonomi yang ingin dicapai (4) Koperasi berbentuk organisasi bisnis yang diawasi dan dikendalikan secara demokratis (5) Terdapat kontribusi yang adil terhadap modal yang dibutuhkan (6) Anggota koperasi menerima resiko dan manfaat secara seimbang 2) Definisi menurut Hatta (Bapak Koperasi Indonesia)
17
Koperasi merupakan usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan semangat tolong-menolong. Semangat tolong menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan seorang buat semua dan semua buat seorang. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa, koperasi merupakan suatu perkumpulan orang-orang atau badan hukum yang tujuannya untuk kesejahteraan bersama dan didalam perkumpulan tersebut mengandung azas kekeluargaan yang saling bergotong royong dan tolong menolong antar anggota koperasi.
2.1.4
Fungsi dan Peranan Koperasi Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Pasal 4, koperasi memiliki
fungsi serta peranan antara lain adalah mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota dan masyarakat, berupaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia, memperkokoh perekonomian rakyat, mengembangkan perekonomian nasional, serta mengembangkan kreativitas dan jiwa berorganisasi bagi pelajar bangsa.
2.1.5 Prinsip Koperasi Pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 disebutkan prinsip-prinsip koperasi antara lain adalah keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka, pengelolaan dilakukan secara demokrasi, pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan
18
jasa usaha masing-masing anggota, pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal, kemandirian, pendidikan perkoperasian, kerjasama antar koperasi. 2.1.6 Jenis Koperasi Menurut Anoraga dan Ninik (1993:18), koperasi dapat dibagi ke dalam 5 jenis yaitu : 1) Koperasi Konsumsi Barang konsumsi adalah barang kebutuhan sehari-hari, misalnya barang pangan, barang sandang dan barang pembantu keperluan sehari-hari. Tujuan koperasi adalah agar para anggotanya dapat membeli barang-barang dengan mutu yang baik dan harga yang layak. 2) Koperasi Simpan Pinjam Koperasi menerima simpanan-simpanan dan deposito dari para anggotanya serta memberikan pinjaman bagi anggota yang sama. 3) Koperasi Produksi Koperasi produksi sebagai suatu badan usaha yang dimiliki oleh para karyawan atau pekerjanya (koperasi produsen). 4) Koperasi Jasa Koperasi jasa diorganisir untuk dapat melayani para anggotanya dengan pelayanan yang lebih meningkat, seperti : asuransi, kredit, telepon, dan lainlain. 5) Koperasi Serba Usaha Koperasi serba usaha yaitu koperasi yang menyelenggarakan usaha lebih dari satu macam kebutuhan ekonomi atau kepentingan ekonomi para anggotanya. 19
2.1.7
Koperasi Serba Usaha Koperasi Serba Usaha adalah koperasi yang kegiatan usahanya di berbagai
segi ekonomi, seperti bidang produksi, konsumsi, perkreditan, dan jasa. Koperasi Serba Usaha memiliki beberapa fungsi, yaitu: 1) Perkreditan. 2) Penyediaan dan penyaluran sarana produksi serta keperluan sehari-hari. 3) Pengelolaan serta pemasaran hasil. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 pasal 44 ayat 2, prinsip koperasi serba usaha sama dengan prinsip koperasi yang tercantum dalam UndangUndang Nomor 25 Tahun 1992 pasal 5 ayat 1, yaitu: (1) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. (2) Pengelolaan dilakukan secara demokratis. (3) Pembagian SHU dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota. (4) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal. (5) Kemandirian. Tujuan Koperasi Serba Usaha: a) Menyejahterakan anggota koperasi serba usaha pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
20
b) Dapat membangun tatanan perekonomian untuk mewujudkan masyarakat maju, adil, dan makmur. c) Dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggota koperasi. d) Memberikan pelayanan pinjaman dengan bunga murah, tepat dan cepat serta mendidik anggota untuk dapat menggunakan uang dengan bijaksana dan produktif. e) Memenuhi kebutuhan sehari-hari dan perkantoran anggota koperasi.
2.1.8
Jasa Pelayanan Tidak sedikit masyarakat yang keluar dari anggota koperasi akibat dari jasa
pelayanan yang kurang memuaskan. Ini berarti jasa pelayanan yang berkualitas merupakan dambaan setiap anggota koperasi. Menurut Tjiptono (2003:59), kualitas jasa pelayanan merupakan suatu upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan, serta ketepatan dalam penyampaian informasi agar sesuai dengan harapan dari konsumen. Tingkat partisipasi anggota akan meningkat apabila koperasi mampu memberikan jasa pelayanan yang lebih berkualitas dibandingkan dengan pesaingnya. Menurut Novirsari (2012), jasa pelayanan adalah suatu kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara orang yang satu dengan yang lainnya guna memberikan kepuasan kepada pelanggan. Menurut Parasuraman et al. (1985), terdapat lima penentu dari baik atau tidaknya kualitas jasa pelayanan yang diberikan, yaitu:
21
1) Keandalan (reliability), merupakan kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan apa yang telah dijanjikan secara akurat dan terpercaya. 2) Ketanggapan
(responsiveness),
suatu
kebijakan
untuk
membantu
dan
memberikan pelayanan yang cepat (responsive) dan tepat kepada konsumen dengan penyampaian informasi yang jelas. 3) Jaminan (assurance), pengetahuan, sopan santun, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para konsumen kepada perusahaan. 4) Empati (empathy), yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi kepada konsumen. 5) Bukti fisik (tangibles), kemampuan perusahaan dalam menunjukan eksistensinya kepada pihak luar.
2.1.9 Variasi Produk Menurut Suwarni (2010), keadaan dunia usaha berubah dinamis seiring dengan perubahan selera konsumen. Marketing mix strategy yang tepat akan berperan penting terhadap keberhasilan suatu perusahaan untuk dapat tetap melangsungkan usahanya. Strategi pemasaran yang diterapkan harus senantiasa dievaluasi dan diperbaharui sesuai dengan perubahan yang terjadi. Tujuan dari bauran pemasaran ini adalah untuk menciptakan kesuksesan secara berturut-turut dan kegiatan yang berkesinambungan guna mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Menurut Kotler dan Keller (2008:63) bagian-bagian marketing mix antara lain: 22
1) Produk (Product) 2) Harga (Price) 3) Distribusi (Place) 4) Promosi (Promotion) Bauran produk merupakan kumpulan seluruh produk dan barang yang ditawarkan penjual tertentu kepada pembeli. Menurut Kotler dan Armstrong, (2008:234), bauran produk terdiri dari keanekaragaman produk (product variety), kualitas produk (quality), rancangan produk (design), ciri-ciri produk (features), merek produk (brand name), kemasan produk (packaging), tingkat pelayanan (service), garansi (warranties), ukuran produk (size), dan pengembalian (return). Salah satu dimensi dari bauran produk adalah keanekaragaman produk. Variasi produk adalah unit tersendiri dalam suatu merk atau lini produk yang akan dibedakan melalui ukuran, harga, ataupun ciri lainnya. Semakin bervariasi produk yang dikeluarkan, maka semakin besar pendapatan dari perusahaan karena konsumen memiliki lebih banyak pilihan, dengan demikian produsen akan semakin memahami kebutuhan konsumennya. Melihat pentingnya variasi produk, maka manajemen perlu memvariasikan produknya dengan baik sehingga dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Menurut Budiantono (2014), dalam mempertahankan kelangsungan kegiatan koperasi agar tidak bangkrut, koperasi perlu menginovasikan produk-produknya dengan menawarkan bermacam-macam produk jasa antara lain: (1) Pinjaman untuk usaha 23
(2) Pinjaman untuk kesehatan (3) Pinjaman dana talangan (4) Simpanan umum, simpanan hari raya (5) Simpanan berjangka Perusahaan akan terus berusaha meningkatkan pangsa pasar dan keuntungan dengan meningkatkan kepuasan pelanggan melalui variasi produk yang mereka tawarkan (Park, et al., 2015). Keanekaragaman produk dapat digunakan untuk mempengaruhi keputusan konsumen dalam menggunakan suatu produk. Berbagai pengelolaan unsur keragaman produk dapat dilakukan melalui pengembangan produk atau jasa dengan menambah ataupun melakukan tindakan untuk mempengaruhi produk atau jasa tersebut (Kotler dan Armstrong, 2008:71).
2.1.10 Partisipasi Anggota Organisasi perlu mencari karyawan yang cerdas sehingga mereka mengerti tentang peran mereka dalam proses pengambilan keputusan, khususnya dalam kaitannya dengan mengapa, bagaimana, kapan dan apa tujuan mereka berpartisipasi. Demi terwujudnya hal tersebut, maka diperlukan komitmen yang kuat dan pada akhirnya mampu memberikan manfaat bagi organisasi tersebut (Brenda Scott and Christopher, 2004). Menurut Anoraga dan Ninik (1993:111), partisipasi anggota merupakan kesediaan anggota itu untuk memikul kewajiban dan menjalankan hak keanggotaanya secara bertanggung jawab. Partisipasi anggota merupakan alat pengembangan yang 24
berguna untuk mengurangi kinerja yang buruk serta mencegah penyimpangan. Selain itu partisipasi anggota dalam koperasi ditujukan untuk menempatkan anggota sebagai subyek dari pengembangan koperasi, anggota harus terlibat dalam proses pengembangan koperasi. Kerjasama dalam organisasi dapat terwujud bila ada kesadaran untuk berperan aktif, dengan demikian partisipasi atau keterlibatan seseorang sangat diperlukan baik dalam wujud gagasan maupun tingkah laku. Ciriciri anggota yang berpartisipasi baik antara lain: 1) Melunasi simpanan pokok dan simpanan wajib secara tertib dan teratur. 2) Membantu modal koperasi disamping simpanan pokok dan wajib sesuai dengan kemampuan masing-masing. 3) Menjadi pelangan koperasi yang setia. 4) Menghadiri rapat-rapat dan pertemuan secara aktif. 5) Menggunakan hak untuk mengawasi jalanya usaha koperasi, menurut anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, peraturan-peraturan lainya dan keputusankeputusan bersama lainya Menurut Kartasapoetra (1992), bentuk-bentuk partisipasi aktif anggota dalam koperasi antara lain: (1) Membayar iuran wajib secara tertib dan teratur. (2) Menabung sukarela sehingga akan dapat menambah modal koperasi. (3) Memanfaatkan jasa koperasi (belanja barang-barang dari koperasi). (4) Memanfaatkan dana pinjaman koperasi dengan taat mengangsur. (5) Menghadiri rapat-rapat dan pertemuan secara aktif. 25
2.1.11 Sisa Hasil Usaha (SHU) Pada umumnya persentase pembagian SHU ditetapkan dalam anggaran dasar. Namun mengingat situasi dan kondisi suatu koperasi dari tahun ke tahun dapat mengalami perubahan, maka rapat anggota dapat mengadakan ketetapan lain. Menurut Mutis (1992:89), keberhasilan suatu usaha dapat dilihat sebagai suatu peningkatan kuantitas aset usaha, jasa, pendapatan, SHU, simpan pinjam, kekayaan, dan modal sendiri. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Sitio dan Tamba (2001:137) yang menyatakan bahwa, SHU merupakan salah satu variabel kinerja yang digunakan untuk melihat perkembangan maupun pertumbuhan keberhasilan koperasi di Indonesia. Indikasi keberhasilan koperasi sebagai suatu badan usaha dapat dilihat dari keterlibatan serta keaktifan anggota dalam perencanaan usaha dan proses pengambilan keputusan, serta bagaimana struktur pelayanan koperasi terhadap anggotanya. Menurut Sitio dan Tamba (2001:89), SHU koperasi yang diterima oleh anggota bersumber dari dua kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh anggota sendiri, yaitu: 1) SHU atas jasa modal. Pembagian ini juga sekaligus mencerminkan anggota sebagai pemilik ataupun investor, karena jasa atas modal (simpanan) tetap diterima dari anggota koperasinya sepanjang koperasi tersebut menghasilkan SHU pada tahun buku yang bersangkutan. 26
2) SHU atas jasa usaha Ini menjelaskan bahwa anggota koperasi selain pemilik juga sebagai pemakai atau pelanggan. Anggota koperasi hendaknya memanfaatkan setiap pelayanan yang ada dan menggunakan produk-produk yang ditawarkan oleh koperasi. Maksud SHU atas jasa modal adalah anggota dikatakan sebagai pemilik atau investor dari koperasi karena adanya jasa anggota atas modal yang berupa simpanan, jadi sepanjang koperasi tersebut menghasilkan SHU, maka anggota dari koperasi itu akan menerimanya. SHU atas jasa usaha adalah anggota selain menjadi pemilik juga merupakan sebagai pelanggan dan pemakai. Jadi dari jasa yang dilakukan oleh anggota terhadap usaha yang ada pada koperasi tersebut, anggota juga akan memperoleh SHU. Pengertian SHU dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 , Bab IX Pasal 45 menyatakan bahwa besarnya SHU yang diterima oleh setiap anggota akan berbeda, tergantung besarnya partisipasi modal dan transaksi anggota terhadap pembentukan pendapatan koperasi. Dapat dilihat bahwa ada hubungan linear antara transaksi usaha anggota dan koperasinya dalam perolehan SHU. Artinya, semakin besar transaksi (usaha dan modal) anggota dan koperasinya, maka semakin besar pula SHU yang akan diterima (Sitio dan Tamba, 2001:87). Prinsip-prinsip pembagian SHU dalam Sitio dan Tamba (2001:91) adalah sebagai berikut: (1) SHU yang dibagi adalah yang bersumber dari anggota.
27
(2) SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang dilakukan anggota sendiri. (3) Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan. (4) SHU anggota dibayar secara tunai. Menurut Sugianto (2002), keberhasilan koperasi tidak hanya diukur dari sisi kemampuan koperasi menghasilkan SHU, tetapi hal yang paling utama adalah bagaimana
kemampuan
koperasi
tersebut
untuk
mempromosikan
ekonomi
anggotanya (benefit economy). Akan sangat menarik ketika koperasi tersebut dapat memberikan manfaat ekonomi bagi para anggotanya. Masyarakat akan tertarik untuk menjadi anggota koperasi karena mereka merasakan manfaat dari koperasi tersebut. SHU yang diterima anggota berbanding lurus dengan manfaat yang dirasakan anggota, semakin besar manfaat yang dirasakan, maka semakin aktif anggota koperasi dalam berpartisipasi. Semakin mereka berpartisipasi aktif maka SHU yang diterima oleh koperasi akan semakin besar dan SHU yang diterima anggota juga akan semakin besar sesuai dengan partisipasi mereka dalam koperasi.
2.1.12 Hubungan Jasa Pelayanan dengan Partisipasi Anggota Jasa pelayanan merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung secara rutin dan berkesinambungan dan meliputi seluruh kehidupan orang dalam masyarakat. Jasa pelayanan yang baik merupakan kunci keberhasilan suatu usaha. Perannya akan lebih besar manakala kegiatan-kegiatan jasa di masyarakat tersebut berkompetisi dalam usaha merebut pasaran atau langganan (Munir, 2002:17). 28
Menurut Ayu Savitri, dkk. (2012), jasa pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap partisipasi anggota. Jasa pelayanan yang baik tentu akan meningkatkan partisipasi anggota guna mengembangkan koperasi. Pelayanan kepada anggotanya merupakan sebuah jasa yang diberikan untuk memajukan usaha anggotanya. Penelitian Ernita dan Agus Al Rozi (2014) juga menyimpulkan bahwa, partisipasi anggota koperasi dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kualitas jasa pelayanan
kepada
anggota,
melibatkan
anggota
dalam berbagai
kegiatan,
menyediakan sarana dan prasarana yang memadai dan meningkatkan kemampuan pengelolaan koperasi. Tujuan akhir dari koperasi bukanlah pertumbuhan perusahaan koperasi yang berkesinambungan, melainkan peningkatan kesejahteraan anggota koperasi. Dapat dilihat betapa pentingnya anggota tersebut untuk diberikan jasa pelayanan yang berkualitas guna menarik partisipasi mereka. Pemberian jasa pelayanan yang berkualitas dengan didukung oleh pengurus serta karyawan koperasi yang berpengalaman akan membuat anggota koperasi merasa nyaman dalam memanfaatkan pelayanan yang ada. Menurut Setyo Harjanto (2010), suatu jasa pelayanan dinilai memuaskan bila pelayanan tersebut dapat memenuhi harapan konsumen. Kepercayaan dan kepuasan pelanggan terhadap suatu kualitas jasa pelayanan berhubungan secara signifikan dan positif terhadap loyalitas pelanggan terhadap perusahaan (Muzahid Akbar dan Noorjahan Parvez, 2009), (Sabir Rahman, 2012), (Mosahab, Osman Mahamad, T. Ramayah, 2010). Hal ini menuntut koperasi memberikan yang terbaik bagi anggotanya. Koperasi didirikan oleh anggota bukan semata-mata untuk meraih 29
keuntungan tetapi juga untuk mendapatkan pelayanan yang sebaik-baiknya dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Semua hal yang terkait dengan jasa pelayanan koperasi ini tidak terlepas dari peran pengelola koperasi mengingat pelayanan yang baik merupakan kunci utama dalam memuaskan anggota serta memajukan lembaga koperasinya.
2.1.13 Hubungan Variasi Produk dengan Partisipasi Anggota Koperasi saat ini perlu bersaing menawarkan produk yang terbaik bagi konsumennya. Strategi tersebut merupakan kunci sukses dalam memenangkan persaingan di era global ini karena jatuh bangunnya koperasi terkadang disebabkan oleh kekurangtahuan para pengelola koperasi akan kebutuhan para anggotanya (Mahri, 2004). Variasi produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen (Dewi Sartika, 2013), (Tahta Kusumanegara, 2012), (Nursanah, 2010). Guna meningkatkan partisipasi anggota terhadap koperasi, koperasi harus memberikan kepuasan terhadap anggota melalui penyediaan barang serta jasa yang sesuai dengan keinginan anggota dengan penawaran harga, kualitas dan kondisi yang lebih menguntungkan anggota dari pada penawaran yang ditawarkan oleh pasar. Konsumen seringkali enggan menggunakan pilihan alternatif, oleh karena itu anggota koperasi cenderung memilih berbelanja di tempat yang memiliki variasi produk yang lengkap karena mereka bebas memilih produk yang mereka cari sesuai kebutuhan 30
mereka tanpa harus mencari alternatif lain akibat dari produk yang mereka cari tidak tersedia. Koperasi serba usaha yang juga menyediakan jasa simpan-pinjam sebaiknya memiliki banyak variasi simpanan maupun pinjaman baik itu dilihat dari suku bunga simpanan atau pinjaman maupun jangka waktu mereka meminjam uang. Anggota koperasi akan cenderung melakukan simpanan dan pinjaman di koperasi jika koperasi tersebut memiliki banyak variasi karena mereka bisa memilih model simpanan ataupun pinjaman sesuai kebutuhan mereka. Jika anggota koperasi merasa seluruh kebutuhan mereka bisa didapat di koperasi maka merekapun akan meningkatkan partisipasi mereka dalam menggunakan produk-produk yang ada.
2.1.14 Hubungan Jasa Pelayanan dengan Sisa Hasil Usaha Jasa pelayanan yang baik dan berkualitas penting karena dapat menarik simpati pelanggan dan juga dapat meningkatkan kepuasan pelanggan yang dalam hal ini adalah para anggota koperasi, sehingga akan terwujud anggota yang loyal dan setia terhadap koperasi. Kualitas jasa pelayanan yang optimal akan menarik anggota untuk berpartisipasi aktif sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan SHU anggota koperasi, dengan demikian kualitas jasa pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perolehan SHU sebuah koperasi (Ayu Savitri, dkk., 2012), (Erra Setianingrum, 2013). Jasa pelayanan mempunyai kedudukan yang sangat menentukan bagi suksesnya koperasi sebagai pemenuhan kebutuhan ekonomi anggota. H. Maddern, 31
dkk. (2010) menyatakan bahwa, kualitas jasa pelayanan berhubungan positif terhadap profitabilitas suatu perusahaan. Jika koperasi tersebut sudah berhasil maka SHU yang diperoleh oleh koperasi juga akan semakin meningkat. Ini berarti anggota koperasi senang dengan jasa pelayanan yang diberikan dan anggota berkontribusi besar terhadap koperasi. SHU yang dibagikan kepada anggota juga akan meningkat. Jasa pelayanan yang berkualitas ini diharapkan dapat menjadi sumber keuntungan bagi perusahaan koperasi dan juga anggota. Semakin banyak hubungan ekonomis antara anggota dengan koperasi, semakin besar kemungkinan berkembangnya koperasi.
2.1.15 Hubungan Variasi Produk dengan Sisa hasil usaha Keberhasilan suatu perusahaan dalam menjalankan bisnisnya dapat dilihat dari kemampuan perusahaan tersebut dalam memasarkan produknya, mempengaruhi calon konsumennya untuk menjadi pembeli aktif serta dapat juga mempengaruhi konsumen agar dapat meningkatkan konsumsinya atas produk tersebut. Variasi produk yang ditawarkan oleh sebuah perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan suatu perusahaan karena dapat meningkatkan pendapatan perusahaan tersebut (Wega Anggara, 2007). Menurut Kotler dan Armstrong (2008:71), keanekaragaman produk dapat digunakan untuk mempengaruhi keputusan konsumen dalam menggunakan suatu produk. Variasi produk merupakan salah satu alat yang digunakan oleh suatu perusahaan dalam menarik konsumen guna meningkatkan pendapatan dari suatu perusahaan. Begitu pula dengan badan usaha koperasi, semakin bervariasi produk 32
yang dimiliki maka SHU yang diterima akan semakin banyak akibat dari banyaknya jenis-jenis simpanan dan pinjaman yang bisa dipilih oleh anggota. Jenis-jenis simpanan dan pinjaman di koperasi tersebut biasanya divariasikan dengan tingkat suku bunga yang berbeda-beda. Jadi dari melakukan simpanan maupun pinjaman pada koperasi tersebut, anggota juga akan memperoleh SHU.
2.1.16 Hubungan Partisipasi Anggota dengan Sisa Hasil Usaha Melihat kedudukan anggota yang sangat strategis dalam manajemen organisasi, permodalan dan keuangan koperasi, maka sangat logis apabila dikatakan bahwa besar kecilnya SHU sangat ditentukan oleh partisipasi anggotnya (Sugiharsono, 2009). Partisipasi anggota adalah kunci keberhasilan suatu organisasi dan usaha koperasi. Hanel (dalam Hendar dan Kusnadi, 1999), dengan teorinya “Triangel Identity of Cooperative” mengatakan bahwa, kedudukan anggota dalam koperasi adalah sebagai pemilik sekaligus pelanggan. Sebagai pemilik, anggota harus mendukung
ketersediaan
fasilitas
(materiil
maupun
non-meteriil)
dalam
penyelenggaraan organisasi serta usaha koperasi, sedangkan sebagai pelanggan, anggota harus memanfaatkan potensi serta layanan usaha koperasi. Menurut Erra Setianingrum (2013) dan Setiaji (2012), partisipasi anggota berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan koperasi, dimana keberhasilan koperasi ini diukur dari SHU yang diperoleh koperasi. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perolehan SHU oleh masing-masing 33
anggota tergantung besar kecilnya partisipasi modal dan transaksi yang dilakukan oleh anggota tersebut terhadap usaha-usaha yang ada pada koperasi, artinya semakin besar partisipasi modal dan transaksi yang dilakukan oleh anggota terhadap koperasi, maka semakin besar pula SHU yang akan diterima oleh anggota tersebut, dan juga sebaliknya. Kesuksesan, perkembangan dan bermanfaatnya suatu koperasi sangat tergantung pada partisipasi aktif dari para anggotanya. 2.2
Rumusan Hipotesis Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara dari pokok permasalahan
penelitian yang kebenarannya akan diuji. Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian terdahulu serta teori dan konsep yang telah dikemukakan, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut : 1) Jasa pelayanan dan variasi produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap partisipasi anggota pada koperasi serba usaha di Kecamatan Denpasar Selatan. 2) Jasa pelayanan, variasi produk, dan partisipasi anggota berpengaruh positif dan signifikan terhadap sisa hasil usaha pada koperasi serba usaha di Kecamatan Denpasar Selatan. 3) Jasa pelayanan dan variasi produk berpengaruh signifikan terhadap sisa hasil melalui partisipasi anggota pada koperasi serba usaha di Kecamatan Denpasar Selatan.
34