BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Efektivitas Dengan mengukur efektivitas suatu program, berarti dapat menilai keberhasilan dari program tersebut dalam pencapaian tujuannya. Namun pengertian tentang efektivitas itu sendiri dapat kita lihat dari beberapa perspektif para ahli. Efektivitas merupakan perbandingan antara output dan input (Sudharsono, 1994:2). Menurut Bernard (1973:19) seperti yang dikutip Prisilla dan Sri (2006:167) efektivitas adalah pencapaian sasaran yang telah disepakati atas usaha bersama. Efektivitas juga mengandung pengertian kesesuaian antara output dengan tujuan yang ditetapkan (Subagyo, 2000). Artinya efektivitas mencerminkan keberhasilan kinerja aparat dalam mencapai rencana yang telat ditetapkan. Sedangkan Mardiasmo (2000:134) berpendapat bahwa efektivitas merupakan ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi telah mencapai tujuannya, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif. Efektivitas kegiatan diartikan sebagai tingkat kemampuan suatu kegiatan untuk mewujudkan hasil yang diinginkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan antara input dengan output. Pengukuran efektivitas difokuskan pada pencapaian outcome benefit dan
10
impact dari kegiatan tersebut. Efektivitas dibagi atas dua macam yaitu (Subagyo, 2000): 1) Efektivitas individual kegiatan Efektivitas kegiatan individual adalah kemampuan suatu kegiatan mencapai target, outcome/benefit/impact yang telah ditetapkan untuk kegiatan bersangkutan. 2) Efektivitas terkait sasaran Efektivitas terkait sasaran merupakan kemampuan kegiatan bersama-sama dengan kegiatan lain untuk mewujudkan pencapaian sasaran strategisnya. Suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemampuan menyediakan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam menentukan rasio tingkat efektivitas suatu program dipergunakan kriteria efektivitas dari Litbang Depdagri seperti yang terlihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Standar Pengukuran Efektivitas Rasio Efektivitas (%) Di bawah 40 40-59,99 60-79,99 Di atas 80 Sumber : Litbang Depdagri
Kriteria Efektivitas Sangat tidak efektif Tidak efektif Cukup efektif Sangat efektif
2.1.2 Pengertian Agribisnis Menurut F. Rahadi (2003:5) agribisnis berasal dari bahasa Yunani dan bahasa Inggris, yakni agros yang berarti ladang dan business yang berarti kegiatan
11
perniagaan atau perdagangan. Meskipun agros berasal dari kata ladang, pengertian agrobisnis mencakup pula kegiatan peternakan dan kegiatan perikanan di air tawar maupun air payau. Selain itu agrobisnis juga mencakup budidaya di air laut seperti budidaya rumput laut, kerapu dan kepiting. Jadi, agribisnis adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan pengusahaan tumbuhan dan hewan (komoditas pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan) yang berorientasi pasar (bukan hanya untuk pemenuhan kebutuhan pengusaha sendiri) dan perolehan nilai tambah. Dalam agribisnis, segala aktivitas pertanian didasarkan pada prinsip ekonomi bukan mengikuti kebiasaan atau turun temurun. Oleh karena itu, Downey dan Erickson (1987:23) mendefinisikan agribisnis sebagai tiga sektor secara ekonomi saling berkaitan. Ketiga sektor agribisnis tersebut adalah (a) the input supply sector atau sektor pemasok input pertanian, (b) the farm production sector atau sektor budidaya pertanian, dan (c) the product marketing sector atau pemasaran hasil pertanian. Ruang lingkup sistem agribisnis dikemukakan oleh Davis dan Golberg, Sonka dan Hudson, Farrell dan Funk dalam Saragih (1998:10) yaitu: agribusiness included all operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies; production operation on the farm; the storage, processing and distribution of farm commodities made from them, trading (wholesaler, retailers), consumer to it, all non farm firms and institution serving them. Berdasarkan pendapat tersebut, Saragih (1998) mengemukakan sistem agribisnis mencakup 4 hal. Pertama, industri pertanian hulu yang disebut juga agribisnis hulu atau up stream agribinis yakni industri–
12
industri yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian seperti industri agrokimia (pupuk, pestisida dan obat- obatan hewan), industri agro-otomotif (alat dan mesin pertanian, alat dan mesin pengolahan hasil pertanian) dan industri pembibitan/perbenihan tanaman/hewan. Kedua, pertanian dalam arti luas yang disebut juga on farm agribisnis yaitu usaha tani yang meliputi budidaya pertaniaan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan kehutanan. Ketiga, industri hilir pertanian yang disebut juga agribisnis hilir atau down stream agribusness, yakni kegiatan industri yang mengolah hasil pertanian hasil pertanian menjadi produk olahan baik produk antara maupun produk akhir. Keempat, jasa penunjang agribisnis yakni perdagangan, perbankan, pendidikan, pendampingan dari petugas ataupun tenga ahli serta adanya regulasi pemerintah yang mendukung petani. dan lain sebagainya sehingga dari empat unsur tadi mempunyai keterkaitan satu dan lainnya sangat erat dan terpadu dalam sistem. Dengan demikian pembangunan agribisnis merupakan pembangunan industri dan pertanian serta jasa sekaligus (Saragih, 2007). 2.1.3 Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesan (BLM-PUAP) Untuk mempercepat tumbuh dan berkembangnya usaha agribisnis sekaligus mengurangi kemiskinan dan pengangguran di pedesaan, pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). Salah satu program kegiatan dari PNPM-M di Kementrian Pertanian adalah Pengembangan
13
Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (BLM-PUAP) ini berbentuk fasilitas bantuan modal usaha yang umumnya akan digunakan untuk tambahan modal usahatani anggota dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan. Dana BLM-PUAP sebagai tambahan modal bagi petani sangat berpengaruh terhadap pendapatan. Pada jenis usaha onfarm, penerima BLM-PUAP mendapatkan kemudahan terutama dalam hal pembelian sarana produksi seperti pupuk dan obat-obatan, sehingga dapat meningkatkan hasil produksi yang akan berpengaruh pada pendapatan. Pada jenis usaha offarm, penerima BLM-PUAP dapat lebih meningkatkan kualitas dan mutu produk dalam jumlah yang lebih banyak dari sebelumnya dan dapat memperluas pangsa pasar sehingga dengan upaya tersebut dapat lebih meningkatkan pendapatan. Dengan adanya dana bantuan ini, peserta yang awalnya berhutang untuk menutupi biaya produksi dapat diatasi. Dalam rangka mempercepat keberhasilan PUAP, diperlukan upaya dan strategi pelaksanaan yang terpadu seperti: (1) Pengembangan kegiatan ekonomi rakyat yang diprioritaskan pada penduduk miskin perdesaan melalui peningkatan kualitas SDM, (2) Penguatan modal bagi petani, buruhtani dan rumah tangga tani, dan (3) Penguasaan teknologi produksi, pemasaran hasil dan pengelolaan nilai tambah. Ruang lingkup kegiatan PUAP meliputi identifikasi dan penetapan desa PUAP, identifikasi dan penetapan kelompok tani penerima BLM-PUAP, pelatihan bagi fasilitator, penyuluh pendamping, pengurus kelompok tani, rekrutmen dan pelatihan bagi penyelia mitra tani, sosialisasi dan kegiatan PUAP, pendampingan,
14
penyaluran bantuan, pembinaan dan pengendalian serta evaluasi dan pelaporan (Anita dan Umi, 2011:295-296). Tujuan dari Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (BLM-PUAP) yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 04/Permentan/OT.140/2/2012 adalah: 1) Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah; 2) Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus kelompok tani anggur, penyuluh dan penyelia mitra tani; 3) Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis; dan 4) Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses kepermodalan. 2.1.4 Pendapatan Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tujuan penting yang mesti dicapai dalam suatu perekonomian yang baik yaitu perekonomian yang mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh penduduk di negara atau daerah yang bersangkutan (Todaro, 2000:13). Pendapatan merupakan salah satu tolak ukur kemajuan ekonomi masyarakat yang sering digunakan dalam melihat keberhasilan suatu
proses
pembangunan.
Tujuan
pokok
15
pembangunan
nasional
adalah
meningkatkan pendapatan masyarakat. Pendapatan masyarakat merupakan salah satu indikator yang mengukur tingkat kemakmuran dan kesejahteraan seseorang atau masyarakat. Sehingga besar kecilnya pendapatan masyarakat dapat mencerminkan ekonomi suatu masyarakat. Pendapatan juga didefinisikan sebagai jumlah penghasilan baik dari keluarga maupun perorangan dalam bentuk uang yang diperolehnya dari jasa setiap bulan yang baik dari sebelumnya, atau dapat juga diartikan sebagai suatu hasil keberhasilan usaha (Tohar, 2000). Menurut Sukirno (2000:23) pendapatan individu merupakan pendapatan yang diterima seluruh rumah tangga dalam perekonomian dari pembayaran atas pengguna faktor-faktor produksi yang dimilikinya dan dari sumber lain. Tiga pendekatan dalam perhitungan pendapatan yaitu (Putong, 2000:13): 1) Pendekatan produksi (production approach), yaitu dengan menghitung seluruh nilai tambah produksi barang atau jasa yang dihasilkan dalam waktu kurun tertentu. 2) Pendekatan pendapatan (income approach), yaitu dengan menghitung seluruh nilai balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi dalam kurun waktu tertentu. 3) Pendekatan pengeluaran (expenditures approach), yaitu dengan menghitung seluruh pengeluaran dalam kurun waktu tertentu. Pada penelitian ini pendapatan petani anggur akan tercipta melalui penggunaan faktor produksi, modal dan tenaga kerja yang dipergunakan dalam proses
16
produksi, peningkatan output dan selanjutnya akan menjadi tolak ukur untuk meningkatkan pendapatan guna mensejahterakan petani anggur penerima BLMPUAP. 2.1.5 Kesempatan Kerja Kesempatan kerja merupakan hubungan antara kesempatan kerja dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi yang dapat meningkatkan kesempatan pekerja, dengan demikian dapat menyerap pertambahan tenaga kerja. Kesempatan kerja tidak lepas dari penawaran tenaga kerja. Penawaran dapat menyangkut penawaran suatu barang atau komoditas maupun penawaran tenaga kerja. Dalam Ilmu Ekonomi, kesempatan kerja berarti peluang atau keadaan yang menunjukkan tersedianya lapangan pekerjaan sehingga semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja dalam proses produksi dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian, ketrampilan, dan bakatnya masing-masing. Kesempatan kerja (demand for labour) adalah suatu keadaan yang menggambarkan atau ketersediaan pekerjaan (lapangan kerja untuk diisi oleh para pencari kerja), dengan demikian kesempatan kerja dapat diartikan sebagai permintaan atas tenaga kerja. Sementara itu angkatan kerja (labour force) didefinisikan sebagai bagian dari jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau yang sedang mencari kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang produktif, bisa juga disebut sumber daya manusia. Banyak sedikitnya jumlah angkatan kerja tergantung kompisisi jumlah penduduknya.
17
Kenaikan jumlah penduduk terutama yang termaksud golongan usia kerja akan menghasilkan angkatan kerja yang banyak pula angkatan kerja yang banyak tersebut diharapakan akan mampu memacu meningkatkan kegiatan ekonomi yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Todaro (2000:300-301), secara umum kenaikan produktivitas kerja merupakan sesuatu yang sangat diinginkan. Namun lebih dari itu, yang sebenarnya didambakan adalah kenaikan produktivitas total yakni kenaikan hasil atau per unit dari seluruh sumber daya. Tingkat produktivitas dari tenaga kerja dapat ditingkatkan melalui beberapa mekanisme, beberapa diantaranya bersifat positif bagi peningkatan produktivitas. 2.1.6 Dampak Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Dampak program merupakan akibat dari pengaruh lanjutan dari hasil program (Biro Analisis Pelaksana Program BKKBN Pusat, 1986:10). Subagyo (2000:23) menyebutkan 2 (dua) dampak utama dan bantuan dana (kredit mikro) yakni peningkatan pendapatan masyarakat dan penciptaan peluang usaha atau kerja. Dampak Program PUAP dalam penelitian ini akan dikaji dari 2 hal yaitu dampak terhadap pendapatan petani dan dampak terhadap kesempatan kerja petani. Dampak terhadap pendapatan dan kesempatan kerja akan dievaluasi apakah terdapat perubahan pendapatan dan peningkatan kesempatan kerja.
18
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Selain kajian teoritis yang terkait dengan penelitian ini, untuk merumuskan hipotesis dalam penelitian ini juga menggunakan beberapa penelitian oleh penelti lain sebagai bahan referensi. Beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini dijabarkan pada pemaparan berikut ini. 1) Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Yulinda (2011) yang diteliti mengenai “Efektivitas dan Program Sistem Pertanian Terintegrasi (SIMANTRI) Bali Mandara Terhadap Pendapatan dan Kesempatan Kerja Rumah Tangga Petani Miskin Di Desa Antap Kecamatan Selemadeg Kabupaten Tabanan” dimana penelitian ini menggunakan 2 metode analisis yaitu: pertama, metode kuantitatif (matematika sederhana), kedua, metode analisis uji t sedangkan teknik untuk pengumpulan data pada penelitian sebelumnya menggunakan metode wawancara dengan menggunakan metode pengamatan. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah bahwa secara umum Program Sistem Pertanian Terintegrasi (SIMANTRI) Bali Mandara Terhadap Pendapatan dan Kesempatan Kerja Rumah Tangga Petani Miskin Di Desa Antap Kecamatan Selemadeg Kabupaten Tabanan efektif dan berdampak positif terhadap pendapatan dan kesempatan kerja rumah tangga petani miskin.Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulinda adalah pada penelitian Yulinda yang diteliti adalah Efektivitas Dan Program Sistem Pertanian Terintegrasi (SIMANTRI) Bali Mandara Terhadap Pendapatan dan Kesempatan Kerja Rumah Tangga Petani Miskin, sedangkan pada penelitian
19
ini meneliti mengenai Efektivitas dan Dampak Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan dan Kesempatan Kerja Petani Anggur. Persamaan dengan peneliti adalah sama-sama mengenai efektivitas
dan
dampak
program
penanggulangan
kemiskinan
yang
menggunakan teknik analisis data yaitu metode kuantitatif (metode sederhana) dan menggunakan teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara dengan menggunakan metode pengamatan. 2) Penelitian kedua dilakukan oleh Sulistyowati (2011) dengan judul “Efektivitas dan Dampak Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan terhadap Pendapatan dan Kesempatan Kerja Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Buleleng”. Pada penelitian sebelumnya yang diteliti adalah mengenai Efektivitas Pemberian Pinjaman PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Buleleng dengan menggunakan 2 metode analisis yaitu pertama, analisis statistik deskriptif, kedua, analisis uji beda rata-rata pengamatan berpasangan untuk mengetahui signifikansi peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa PNPM Mandiri di Kecamatan Buleleng adalah cukup efektif, sedangkan uji signifikansi dampak program menunjukkan signifikansi pada alpha 5 persen. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian pertama meneliti tentang Efektivitas dan Dampak Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan sedangkan pada penelitian ini meneliti tentang Efektivitas dan Dampak Program Pengembangan Usaha
20
Agribisnis Pedesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan dan Kesempatan Kerja Petani Anggur. Persamaan dengan peneliti adalah sama-sama meneliti efektivitas dan dampak serta tempat penelitian sama-sama berada di Kabupaten Buleleng. 3) Penelitian ketiga dilakukan oleh Candrika (2011) yang diteliti adalah mengenai “Efektivitas Program Jaminan Kesehatan Bali Mandara pada Rumah Tangga Miskin (RTM) di Desa Tegal Tugu Kecamatan Gianyar Kabupaten Gianyar” dimana penelitian ini menggunakan 2 metode analisis: yaitu pertama, metode analisis kuantitatif atau matematika sederhana untuk mengetahui efektivitas program, kedua analisis uji t beda dua rata-rata berpasangan untuk mengetahui efektivitas program. Metode pengumpulan data pada penelitian Candrika menggunakan metode wawancara dengan menggunakan metode pengamatan. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah bahwa secara umum Program Jaminan Kesehatan Bali Mandara pada Rumah Tangga Miskin di Desa Tegal Tugu Kecamatan Gianyar Kabupaten Gianyar sangat efektif dan berpengaruh terhadap pendapatan dan peningkatan kesempatan kerja. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada penelitian Candrika yang diteliti adalah Program Jaminan Kesehatan Bali Mandara pada Rumah Tangga Miskin, sedangkan pada penelitian ini meneliti mengenai Efektivitas dan Dampak Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan dan Kesempatan Kerja Petani Anggur. Persamaan dengan peneliti adalah sama-
21
sama mengenai efektivitas program penanggulangan kemiskinan dan teknik analisis data yang digunakan adalah meode kuantitatif atau matematika sederhana dan metode analisis uji t beda dua rata-rata berpasangan dan teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara dengan menggunakan metode pengamatan. 4) Penelitian keempat dilakukan oleh dilakukan oleh Ribka Kristin (2012) dengan judul “Efektivitas Program Pendidikan Gratis dan Dampaknya Secara Sosio Edukatif Bagi Masyarakat Kabupaten Jembrana”. Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis efektivitas dan uji beda rata-rata berpasangan untuk mengetahui Efektivitas Dan Dampak Program Pendidikan Gratis secara Sosio Edukatif Bagi Masyarakat Kabupaten Jembrana. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah program Pendidikan Gratis ini berjalan cukup efektif serta berpengaruh positif dan signifikan secara Sosio Edukatif Bagi Masyarakat Kabupaten Jembrana. Persamaan dengan peneliti adalah sama-sama mengenai efektivitas dan dampak suatu program sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah pada penelitian Ribka yang diteliti adalah Program Pendidikan Gratis dan Dampaknya Secara Sosio Edukatif Bagi Masyarakat Kabupaten Jembrana, sedangkan pada penelitian ini meneliti mengenai Efektivitas dan Dampak Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan dan Kesempatan Kerja Petani Anggur.
22
2.3 Hipotesis Penelitian Untuk menjawab tujuan penelitian pertama, efektivitas tidak perlu dihipotesakan karena pengukuran efektivitas sudah mempunyai perhitungan pada teknik analisis data yaitu analisis statistik sederhana. Maka hipotesa pada penelitian ini adalah: 1) Diduga program pengembangan usaha agribisnis pedesaaan (PUAP) memberikan dampak positif dan signifikan terhadap pendapatan petani anggur di Desa Kalianget Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng. 2) Diduga program pengembangan usaha agribisnis pedesaaan (PUAP) memberikan dampak positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja petani anggur di Desa Kalianget Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng.
23