BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Belajar dan Pembelajaran a. Belajar Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya. Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Jihad & Haris, 2013: 1) Slameto merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Lebih jauh Slameto memberikan ciri-ciri tentang perubahan tingkah laku yang terjadi dalam belajar sebagai berikut: a) Terjadi secara sadar b) Bersifat kotinyu dan fungsional c) Bersifat positif dan aktif d) Bukan bersifat sementara e) Bertujuan dan terarah f) Mencakup seluruh aspek tingkah laku (Slameto dalam Jihad & Haris, 2013: 2-3). Belajar
menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1988: 13), artinya
berusaha (berlatih dan sebagainya) supaya mendapat sesuatu kepandaian. Dan pendapat Rusman (2011: 1) bahwa belajar adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu dan proses itu diarahkan kepada tujuan dan proses
6
7
dibuat melalui berbagai pengalaman. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan rangkaian tahapan proses menuju perubahan yang telah diarahkan untuk mencapai tujuan.
b. Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa disaat pembelajaran sedang berlangsung. Dengan kata lain, pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap (Suherman dalam Jihad & Haris, 2013: 11). Dalam berbagai kajian dikemukakan bahwa instruction atau pembelajaran sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal (Aunurrahman, 2009: 34). Diperkuat dengan pemaparan Rusman (2011: 1) pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain, saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain. Kusnandar (2007: 293), berpendapat bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Gino, dkk (1999: 31), secara umum menjelaskan: pembelajaran sebagai usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama
8
dan karena adanya usaha. Sedangkan secara khusus pembelajaran dapat diartikan sebagai berikut: 1) Teori Behavioristik, mendefinisikan pembelajaran sebagai usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus). Agar terjadi hubungan stimulus dan respon (tingkah laku yang diinginkan) perlu latihan, dan setiap latihan yang berhasil harus diberi hadiah/ reinforcement/ penguatan. 2) Teori Kognitif, menjelaskan pengertian pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari. 3) Teori Gestalt, menguraikan bahwa pembelajaran merupakan usaha guru untuk memberikan materi pembelajaran sedemikian rupa, sehingga siswa lebih mudah mengorganisirnya (mengaturnya) menjadi suatu gestalt (pola bermakna). 4) Teori Humanistik, menjelaskan bahwa pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Dari beberapa pendapat mengenai pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses dan interaksi guru dengan peserta didik untuk guna menyampaikan materi atau bahan ajar dimana didalamnya terdapat ketentuan yang telah ditetapkan dan mencakup beberapa perangkat yang saling berkaitan yang disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Menurut Atwi Suparman dalam Anitah (2009:18-23) dalam pengembangan pembelajaran diperlukan prinsipprinsip. Prinsip-prinsip tersebut ada dua belas macam prinsip, prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
9
1) Prinsip pertama Respon baru diulang sebagai akibat dari respon tersebut. Bila respon positif, maka respon tersebut akan memperkuat respon berikutnya. Maka respon postif akan diulang dan respon negatif akan dihindari. Impilkasinya adalah peserta didik harus aktidf ,tidak duduk diam dan perlu pemberian balikan dengan segera aras keberhasilan respon 2) Prinsip kedua Perilaku peserta didik tidak hanya dikontrol akibat respon, tetapi juga pengaruh atau tanda-tanda yang terdapat di lingkungan peserta didik. Implikasinya adalah menyatakan tujuan pembelajaran secara jelas kepada peserta didk sebelum pelajaran dimulai,agar peserta didik giat. Tujuan dapat berupa pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap. Bila mengetahui tujuan, juga relevansi apa yang dipelajari dengan kehidupan nyata akan memicu peserta didik lebih aktif. 3) Prinsip ketiga Perilaku yang ditimbulkan oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang
frekuensinya
bila
tidak
diperkuat
dengan
akibat
yang
menyenangkan. Implikasinya adalah pemberian materi yang berguna dalam kehidupan dan pemberian umpan balik
yang menyenangkan atas
keberhasilan peserta didik. 4) Prinsip keempat Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan ditransfer pada situasi lain secara terbatas pula. Implikasinya adalah pembelajaran perlu diperkaya dengan berbagai contoh. Penerapan tentang apa yang dipelajari menggunakan berbagai media atau metode secara bervariasi,sehingga
peserta
didik
diharapkan
mampu
mentransfer
pengetahuan serta ketrampilan atau sikap dalam memecahkan masalah hidup.
10
5) Prinsip kelima Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu yang kompleks, seperti pemecahan masalah. Implikasinya dalam pembelajaran perlu menggunakan contoh negative maupun positif. 6) Prinsip keenam Status mental peserta didik untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatian dan ketekunana selama proses. Implikasinya adalah pentingnya menarik perhatian peserta didik untuk mempelajari materi. 7) Prinsip ketujuh Kegiatan yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil. Implikasinya, materi pelajaran yang luas dipecah menjadi bagian kecil agar peserta didik dapat mempelajari secara bertahap. 8) Prinsip kedelapan Kebutuhan memecahkan materi yang kompleks akan dapat dikurangi bila dapat diwujudkan menjadi satu modul. Implikasinnya penggunaan mediadan metode yang dapat menggambarkan materi yang kompleks kepada peserta didik seperti model ,realita,program televise, video ,drama dan demonstrasi. 9) Prinsip kesembilan Ketrampilan tingkat tinggi seperti ketrampilan memecahkan masalah perilaku yang kompleks terbentuk dari komposisi ketrampilan dasara yang sederhana. Implikasinya, guru dapat menerapkan analisis kompetensi sehingga menjadi indikator-indikator yang jelas. Dengan demikian akan jelas pula cara penilaianya 10) Prinsip kesepuluh Belajar cenderung menjadi cepat dan efisien serta menyenangkan bila peserta didik diberi informasi bahwa ia lebih mampu dalam ketrampilan memecahkan masalah. Implikasinya, peserta didik cenderung akan belajar
11
lebih cepat jika diberi informasi tentang kinerjanya dan bagaimana cara meningkatkanya dengan baik 11) Prinsip kesebelas Variasi penguasaan terhadap pelajaran yang terdahulu mempunyai hubungan yang lebih berarti terhadap variasi yang sekarang. Implikasinya, pentingnya cara belajar tuntas dan kesempatan maju menurut kecepatan masing-masing,, 12) Prinsip keduabelas Dengan persiapan, peserta didik dapat mengembangkan kemampuan mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik respon yang benar. Implikasinyam pemberian kemungkinan bagi peserta didik untuk memilih waktu, cara, dan sumber-sumber lain,disamping yang telah ditetapkan agar dapat membuat dirinya mencapai tujuan pembelajaran.
2. Materi Pembelajaran Materi pembelajaran diperlukan bagi guru dan siswa. Guru memerlukan agar pembelajaran yang disampaikan dapat lebih sistematis dan mudah dipahami. Bagi siswa, materi pembelajaran sangat berguna untuk mengarahkan siswa dalam melakukan berbagai kegiatan agar sesuai dengan indikator yang ditetapkan. Dengan kata lain, materi pembelajaran mengarahkan kepada pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam mata pelajaran seni budaya, materi pembelajaran harus inovatif dan kreatif, agar siswa juga terpacu kreativitasnya. Paparan tersebut sesuai yang disampaikan Yonathan & PPPPTK Seni dan Budaya (2015: 19) bahwa materi pembelajaran mestilah berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda atau dongeng semata. Materi pembelajaran pun harus dapat mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah,dan mengaplikasi. Diperkuat dengan pendapat Rusman (2011:
12
6) materi ajar harus memuat fakta, konsep dan prosedur yang relevan dan ditulis dalam benruk butir-butir yang sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompentensi. Ditambah dengan pendapat Yonathan & PPPPTK Seni dan Budaya (2015: 6) bahwa materi harus diperkuat dengan cara pengurangan materi yang tidak relevan serta pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik. Materi disebut juga sebagai subject content atau isi pokok bahasan harus spesifik dan erat hubungannya dengan tujuan yang telah ditetapkan maka dalam menyusun materi pokok terdapat beberapa pertanyaan. Pernyataan tersebut diantara lain, a. Apakah spesifikasi pokok bahasan ? b. Fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip apa yang berhubungan dengan pokok bahasan ? c. Langkah-langkah apa yang ditempuh dari prosedur yang berkaitan dengan pokok bahasan ? d. Teknik apa yang diperlukan dalam melakukan suatu ketrampilan? (Rusman, 2011: 175) Dari paparan tersebut diketahui bahwa materi pembelajaran tidak bisa sembarangan dalam menentukannya karena materi selain harus relevan dengan siswa, fakta-fakta dan prinsip yang ada, materi erat hubungannya dengan tujuan pembelajaran sehingga harus matang-matang dalam menentukanya. Materi yang sesuai dan menarik akan menambah antusias siswa sehingga tujuan pun tercapai. Materi pun tak hanya akan bermanfaat saat pembelajaran namun bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari.
3. Model Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988: 589) model diartikan sebagai pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Sedangkan pengertian model yang disampaikan Joyce & Weil dalam Rusman (2011: 132) model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
13
untuk membentuk rencana jangka panjang, merancang bahan-bahan pembelajaran di kelas atau yang lain dan guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Menurut Anitah (2009: 46) model pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk penyampaian pelajaran, dan model pembelajaran terdapat beberapa jenis. Berikut adalah jenis-jenis model pembelajaran, a. Belajar kolaboratif b. Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) c. Belajar memecahkan masalah dan penemuan (problem solving, discovery , inquiry learning) d. Belajar melalui pengalaman (experiential learning) e. Pembelajaran terpadu (integrated learning)
Dalam menentukan model pembelajaran yang akan diterapakan guru harus memperhatikan beberapa hal. Seperti yang disampaikan Kemdikbud (2014: 12) halhal yang diperhatikan dalam memilih model pembelajaran, yaitu keadaan murid yang mencakup tingkat kematangan dan perbedaan individu, tujuan yang hendak dicapai, situasi yang mencakup hal yang umum (kelas dan lingkungan), alat-alat yang tersedia, kemampuan guru, sifat bahan pengajaran. Diperkuat dengan yang disampaikan Rusman (2011: 133) ada beberapa dasar pertimbangan dalam memilih model pembelajaran diantaranya adalah, a. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. b. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran c. Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa d. Pertimbangan lain yang bersifat nonteknis
4. Media Pembelajaran Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari medium secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Rusman (2011: 77) media
14
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (materi pembelajaran), merangsang pikiran, segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa, sehingga dapat didorong proses pembelajaran. Menurut Anitah (2009: 128) ada beberapa jenis media pembelajaran yaitu, a. Media visual yang tidak diproyeksikan Media yang sederhana, tidak membutuhkan proyektor dan layar.Banyak guru yang menggunakan media ini karena mudah ditemui atau mudah pembuatanya dan praktis digunakan meskipun didaerah terpencil. Ada beberapa contoh media visual yang tidak diproyeksikan diantaranya adalah gambar mati, ilustrasi, karikatur, poster,bagan, diagram, grafik, peta datar, realia dan model, serta berbagai jenis papan. b. Media visual yang diproyeksikan Media visual, namun dapat diproyeksikan pada layar melalui suatu proyektor. Dalam media ini terdapat perangkat lunak dan perangkat keras, perangkat lunak merupakan yang diproyeksikan sedangkan perangkat keras adalah alat untuk memproyeksikan. Beberapa contoh dari media visual yang diproyeksikan adalah OHP, slide,flimstrip dan opaque projector c. Media audio Media yang menggunakan suara. Mendengarkan merupakan ketrampilan yang sangat penting untuk kegiatan belajar tipe auditif yang efektif. Media audio dibedakan menjadi media audio tradisional dan media audio digital. Berikut contoh media audio tradisional adalah audio kaset, audio siaran, telepon. Berikut merupakan contoh media audio digital adalah internet, radio internet
media optik, audio
15
d. Media Audio Visual Melalui media ini, seseorang tidak hanya dapat melihat atau mendengar saja, tetapi dapat melihat sekaligus mendengarkan sesuatu yang divisualisasikan. Berikut beberapa contohnya adalah slide suara, televise,video. e. Multimedia Istilah multimedia berkenaan dengan penggunaan berbagai jenis/ bentuk media secara berurutan maupun simultan dalam menyajikan suatu informasi. Berikut beberapa contohnya adalah multimedia kits, hypermedia/hypertext, media interaktif, virtual reality dan expert system. Dari pemaparan diatas maka dapat diketahuilah media belajar digunakan untuk membatu interaksi antara pendidik dan peserta didik agar lebih efisien sehingga peserta didik bisa belajar lebih optimal. Media dalam proses pembelajaran seni merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk memvisualisasikan ide atau gagasan, kreativitas, dan keinginan dalam berkarya seni rupa. Melalui penyiapan, pemilihan, dan pengolahan bahan secara tepat, diharapkan dapat menumbulkan minat berkreasi seni rupa, yang secara tepat diharapkan dapat menimbulkan minat berkreasi seni rupa, yang secara tidak langsung juga berdampak pada kualitas produk karya seni rupa yang dihasilkan. (Sumanto, 2001:4). Jadi, media pembelajaran dalam seni rupa merupakan alat perantara yang diciptakan untuk menyalurkan pesan dari guru terhadap siswa dengan tujuan agar siswa lebih mudah menangkap materi yang diberikan oleh guru, sehingga berdampak pada keberhasilan pembelajaran.
5. Metode Pembelajaran Metode mengajar sangat berperan penting dalam keberhasilan dalam belajar siswa. Metode dalam pembelajaran merupakan suatu cara pendidik mentransfer ilmu kepada peserta didik dengan proses-proses tertentu. Metode pembelajaran ada beberapa macam dan masing-masing mempunyai karakter dan strategi tersendiri.
16
Penggunaan metode sangat obyektif karena tergantung pada keadaan peserta didik, tujuan pembelajaran,kemampuan guru, sarana dan prasarana serta situasi lingkungan. Dalam mata pelajaran seni budaya, terdapat metode-metode khusus dalam menyampaikan materi, karena mata pelajaran seni budaya berbeda dengan mata pelajaran lainnya. Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Seperti yang disampaikan Anitah (2009: 84) metode pembelajaran merupakan salah satu komponen yang perlu diperhatikan guru dalam perencanaan pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran. Metode diperlukan oleh guru dan penggunanya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak dapat melaksanakan tugasnya bila tidak menguasai suatu metode mengajar yang telah dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologis dan pendidikan. Menurut Anitah (2009: 84-110) ada beberapa macam metode yang sering dipergunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar antara lain, a. Metode ceramah Metode yang menggunakan penuturan dan penerangan secara lisan oleh guru didalam kelas. Dalam metode ini memungkin
guru untuk
menyelipkan pertanyaan-pertanyaan namun kegiatan utamanya adalah peserta didik mendengarkan dengan teeliti dan mencatat pokok-pokok penting dan siswa diberikan kesempatan bertanya pada sesi tanya jawab dengan metode yang berbeda. b. Metode tanya jawab Metode ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik dan guru ingin mencari jawaban yang tepat dan faktual.
17
c. Metode diskusi Metode dengan cara penyampaian bahan pelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik unntuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah. d. Metode kerja kelompok Metode dengan suatu kegiatan pembelajaran yang memandang peserta didik didalam suatu kelas sebagai suatu kelompok atau dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk mecapai tujuan pembelajaran tertentu. e. Metode demonstrasi dan eksperimen Kedua metode tersebut memiliki beberapa kelebihan dibanding metode yang lain, yaitu kelebihan demontrasi dan eksperimen ialah perhatian peserta didik dapat dipusatkan dan pokok bahasan yang dianggap penting oleh guru dapat diartikan seperlunya, dapat mengurangi kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi sekiranya peserta didik hendak mencoba mempelajari suatu proses dari buku bacaan, beberapa persoalan yang belum dimengerti ditanyakan langsung saat proses itu ditunjukan sehingga pertanyaan terjawab dengan jelas, peserta didik dapat terlibat aktif bila demontrasi dilajutkan dengan eksperimen, peserta didik dapat membuktikan teori-teori yang pernah diterima, mendapatkan
kesempatan berfikir ilmiah, peserta didik aktif
mengalami sendiri. f.
Metode sosiodrama dan bermain peran Kedua metode ini merupakan metode mengajar yang mengandung pengertian yang sama karena dalam pelaksanaannya sering disilih gantikan. Melalui metode ini guru ingin mengajarkan cara-cara betingkah laku dalam hubungan antar sesama manusia dan menu jukan pada peserta diidk masalahmasalah hubungan social, untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
g.
Metode pemberian tugas belajar dan resitasi
18
Metode ini mengandung tiga unsur yaitu, pemberian tugas, belajar, dan resitasi. Metode ini merupakan metode mengajar dengan cara guru memberikan tugas, kemudian peserta didik harus mempertanggung jawabkan hasil tugas tersebut. Dua metode tersebut memiliki makna yang sama namun bedanya untuk resitasi tidak sekedar dikerjakan dirumah, melainkan dpat dikerjakan di perpustakaan, laboratorium, atau ditempat lain yang ada hubungannya dengan tugas. h. Metode drill Metode yang memiliki cara mengajar dengan memberikan latihanlatihan terhadap apa yang telah dipelajari peserta didik sehingga memperoleh suatu ketrampilan tertentu. i. Metode karya wisata Metode ini berguna bagi peserta didik untuk membantuk memahami kehidupan riil dalam lingkungan dengan segala masalah. Seperti ,peserta didik diajak ke museum, bank, pengadilan atau suatu tempat mengandung nilai yang berkait dengan materi pembelajaran.
Metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran sangatlah beragam, dan memiliki kelebihan dan kekurang masing-masing. Menurut Sukmadinata dalam Rusman (2011: 78) setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan dilihat dari berbagai sudut, namun yang penting bagi guru metode mana pun yang digunakan harus jelas tujuan yang akan dicapai. Karena siswa memiliki interest yang sangat heterogen, idealnya seorang guru harus menggunakan multi metode, yaitu memvariasikan penggunaan metode pembelajaran di dalam kelas. Hal tersebut guna menjembatani kebutuhan siswa dan menghindari kejenuhan yang dialami siswa. Dari paparan tersebut diketahui bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai. Demi tercapainya tujuan maka metode yang
19
digunakan haruslah beragam agar kekurangn satu metode dapat dilengkapi dengan metode yang lain serta dengan metode yang beragam suasana pembelajaran lebih dinamis.
6.
Evaluasi Pembelajaran a. Pengertian Evaluasi Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dilihat berdasarkan evaluasi dan
penilaian yang dilakukan oleh guru. Suwandi (2008: 20) menjelaskan bahwa penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau criteria yang telah ditetapkan. Penerapan cara penilaian dapat dilakukan dengan berbagai metode dan model, salah satunya adalah model penilaian berbasis kelas (PBK). Menurut Suwandi (2008: 21) penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai teknik/cara, seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hail kerja/karya peserta didik (portofolio), dan penilaian diri. Sementara itu pengertian evaluasi menurut Depdiknas adalah penilaian keseluruhan program pendidikan termasuk perencanaan suatu program substansi pendidikan termasuk kurikulum dan penilaian (assessment) dan pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan kemampuan guru, pengelolaan (managemen) pendidikan, dan reformasi pendidikan secara keseluruhan. (Suwandi, 2008: 16). Evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan telah tercapai. Karena itu di dalam menyusun evaluasi hendaknya memperhatikan secara seksama rumusan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan harus dapat
20
mengukur sejauhmana proses pembelajaran telah dilaksanakan (Aunurrahman, 2009: 209). Berbeda dengan yang disampaikan Suharno dkk (2000: 67) dimana penilaian dan evaluasi memiliki makna yang sama, yaitu suatu proses pengambilan keputusan berdasarkan informasi dari kegiatan pengukuran, dengan membandingkan hasil pengukuran dengan suatu pembandingan sebagai kriteria Kedudukan penilaian atau evaluasi sangat penting bagi penunaian tugas keberhasilan melaksanakan tugas keberhasilan melaksanakan pembelajaran. Pada akhir suatu program pendidikan, pengajaran, atau pun pelatihan pada umumnya diadakan penilaian (Jihad & Haris, 2013: 53). b. Tujuan Evaluasi Mengetahui makna penilaian atau evaluasi ditinjau dari berbagai segi dalam sistem pendidikan, menurut Jihad & Haris (2013: 53), tujuannya adalah untuk mengetahui apakah suatu program pendidikan, pengajaran ataupun pelatihan tersebut telah dikuasai oleh pesertanya atau belum. Sedangkan menurut Rusman (2011: 13) penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian pun harus dilakukan secara konsisten, sistematis dan terprogram.
7. Pembelajaran Seni Budaya dalam Kurikulum 2013 Kemendikbud (2014: 1) berpendapat bahwa, mata pelajaran Seni Budaya merupakan mata pelajaran yang membahas mengenai karya seni estetis, artistik dan kreatif yang berakar pada norma, nilai, perilaku dan produk seni budaya bangsa melalui aktivitas berkesenian. a. Pendidikan Seni Budaya secara konseptual bersifat: 1)
Multilingual
yakni
pengembangan
kemampuan
peserta
didik
mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media
21
dengan pemanfaatan bahasa rupa, bahasa kata, bahasa bunyi, bahasa gerak , bahasa peran dan kemungkinan berbagai perpaduan diantaranya. Kemampuan berekspresi diri memerlukan pemahaman tentang konsep seni, teori ekspresi seni, proses kreasi seni , teknik artistik dan nilai kreativitas. 2)
Multidimensional, yakni pengembangan beragam kompetensi pesert didik tetang konsep seni, termasuk pengetahuan, pemahaman , analisis, evaluasi, apresiasi dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, dan etika.
3)
Multikultural, yakni menumbuhkan kesadaran dan kemampuan peserta sisik mengapresiasi beragam budaya nusantara dan mancanegara. Hal ini merupakan wujud pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan peserta didik hdup secara beradab dan toleran.
4)
Multikecerdasan , yakni peran seni membentuk pribadi yang harmonis sesuai dengan perkembangan psikologis peserta didik, termasuk kecerdasan intrapersonal, interpersonal , visual-spasial, verbal-lingustik, musikal, matematik-logik, jasmani-kinestetis dan lain sebagaianya
b.
Tujuan Mata Pelajaran Seni Budaya Menurut Kemdikbud (2014: 3) mata pelajarran Seni Budaya bertujuan
untuk menumbuhkembangkan kepekaan rasa estetik , sikap kritis, apresiatif, dan kreatif pada diri setiap peserta didik secara menyeluruh. Ditambahkan penjelasan Kemdikbud (2014: 5) dimana pembelajaran seni di tingkat pendidikan dasar dan menengah bertujuan mengembangkan kesadaran seni dan keindahan dalam arti umum, baik dalam konsepsi, apresiasi, kreasi, penyajian maupun tujuan psikologis edukatif untuk mengembangkan kepribadian peserta didik secara positif. Mata pelajaran Seni Budaya memiliki tujuan khusus, yaitu:
22
1) Menumbuhkembangkan sikap toleransi 2) Menciptakan demokrasi yang beradab 3) Menumbuhkan hidup rukun dalam masyarakat majemuk 4) Mengembangkan kepekaan rasa dan ketrampilan 5) Menerapkan teknologi dalam berkreasi 6) Menumbuhkan rasa cinta budaya dan menghargai warisan budaya Indonesia 7) Membuat pergelaran dan pameran karya seni
c. Ruang Lingkup Seni Budaya Ruang Lingkup mata pelajaran Seni Budaya menurut Kemdikbud (2014: 3) memiliki 4 aspek seni, yaitu :Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, Seni Teater. Dari 4 aspek, sekolah wajib melaksanakan minimal 2 aspek seni dengan 2 guru yang berlatar belakang seni yang sesuai kompetensinya.
d. Pembelajaran Seni Budaya Menurut Yonathan & PPPP Seni & Budaya (2015: 18) kurikulum 2013 menggunakan modus pembelajaran langsung ( direct instructional ) dan tidak langsung (indirect instructional). Pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang mengembangakan pengetahuan, kemampuan berfikir dan ketrampilan menggunakan pengetahuan peserta didik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP. Sedangkan Pembelajaran tidak langsung peserta didik akan mnegamati, menanya, mengumpulkan
informasi/
mencoba,
menalar/
mengasosiasi,
dan
mengkomunikasikan. Pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan ketrampilan langsung (instructional effect). Pembelajaran tidak langsung terjadi selama pembelajaran (nurtrant effect). Pembelajaran ini berkenaan
23
dengan pengembangan sikap dan nilai yang terkandung dalam KI-1 dan KI- 2 yang berbeda dengan pengetahuan dan ketrampilan. Dalam Kurikulum 2013 pembelajaranya
menggunakan
pendekatan
saintifik
atau
pendekatan
keilmuan. Pendekatan ini menggunakan strategi pembelajaran kontekstual. Sehingga menurut Kemdikbud (2014 : 9) model pembelajaran dalam Kurikulum 2013 ialah, 1) Discovery learning Teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajdikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya,tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Dalam model ini lebih menekankan ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Merubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented dan merubah peserta didik yang menemukan sendiri informasi. 2) Problem Based Learning Model pembelajaran yang dirancang agar peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan tim. Proses ini menggunakan pendekatan sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan. 3) Project Based Learning Model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu kegiatan yang menghasilkan suatu produk. Keterlibatan siswa mulai dari merencanakan, membuat rancangan, melaksanakan , melaporkan hasil kegiatan berupa prosduk dan laporan pelaksanaan. Diperjelas dengan pendapat Pendapat itu sesuai yang disampaikan Yonathan & PPPP Seni dan Budaya (2015: 37) bahwa dengan model pembelajaran proyek based learning mampu meningkatkan antusiame untuk belajar .
24
Model project based learning merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek/ kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintetis,dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Peran guru dalam model ini hanya sebagai fasilitator, pelatih, penasehat, dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari peserta didik . Lay out kelaspun dapat berubah-ubah dengan teori, diskusi kelompok, tugas mandiri dan presentasi sehingga suasana belajar tidak monoton dan menyenangkan. Mengingat masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada para peser didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunaka
berbagai cara yang
bermakna bagi dirinya dan melakukan eksperiman secara kolaboratif. e. Penilaian Hasil Pembelajaran Seni Budaya Seperti yang disampaikan Yonathan & PPPP Seni dan Budaya (2015: 100 -112) dalam Kurikulum 2013, penilaian hasil belajar peserta didik menggunakan
penilaian
autentik
mencakup
kompetensi
sikap,
pengetahuan, dan ketrampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relative setiap peserta didik tehadap standar yang telah ditetapkan. Proses penilaian haruslah memenuhi standart penilaian dalam Peratuaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia No.66 tahun 2013 (Kemdikbud, 2014: 16) ialah pelaksanaan penilaian secara professional, terbuka, edukatif, efektif dan sesuai konteks social budaya, pelaporan hasil penilaian secara objektif, akutabel dan informative serta standar perencanaan penilaian sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai berdasarkan prisnsip-prinsip penilaian
25
1) Penilaian Sikap Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menilai sikap peserta didik, antara lain melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sebaya, dan penilaian jurnal. Instrumen yang digunakan antara lain cek ,skala, rubrik yang hasil akhirnya dihiutng berdasarkan modus. Penilaian sikap mestilah guru merancang lembar pengamatan sikap secara terperinci sesuai karakteristik proses pembelajaran agar dapat sebagai umpan balik dalam pembinaan. 2) Penilaian Pengetahuan Penilaian autentik dalam aspek pengetahuan dapat berupa tes tertulis, observasi dan penugasan. Penilaian memalui observasi dilakukakan saat diskusi dari situ guru dapat mengenal kemampuan peserta didik ,seperti saat mengungkapkan gagasan, dan saat menjawab pertanyaan. Sedangkan penugasan, penilaian dilakukan oleh guru dengan menilai tugas yang dikerjakan dirumah 3) Penilaian Ketrampilan Penilaian authentik Kurikulum 2013 penilaian ketrampilan terdiri atas ketrampilan abstrak dan ketrampilan kongkret. Penilaian kompetensi ketrampilan dapat dilakukan dengan menggunakan: unjuk kerja/kinerja/praktik, proyek , produk dan portofolio Maka dari itu pembelajaran Seni Budaya merupakan mata pelajaran yang sama pentingnya dengan mata pelajaran lain yang diberikan disekolah, karena mata pelajaran Seni Budaya dapat membentuk siswa karakter, kreativitas dan melatih kecerdasan visual siswa.
8. Kreasi Kreasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988: 465) adalah hasil daya cipta, daya khayal dari olah pikiran/ akal manusia. Kreasi juga bisa diartikan
26
memberikan nilai tambah pada benda-benda cara kerja, cara hidup dan sebagainya, supaya menghasilkan produk baru. Ciri-ciri kreasi menurut Tabrani (2006 : 258-260) dibagi dalam dua bagian, yaitu ciri-ciri kreasi dan standar kreasi. Yang dimaksud dengan ciri-ciri kreasi ialah sesuatu yang khas yang dimiliki suatu hasil kreasi sebagai manifestasi ciri-ciri kehidupan manusia pencipta kreasi tersebut.Standar kreasi adalah norma-norma yang dikenai oleh ciri-ciri kreasi tersebut. Ciri kreasi dalam hubungan yang langsung dengan standar kreasinya: a. Ciri "iseng" (unusualness) Ciri iseng kreasi ini bersifat lucu, comic, humor atau aneh, singkatnya iseng atau unusual.Standar kreasi yang dikenai oleh ciri iseng ini ialah aturan-aturan, kebiasaan-kebiasaan, dan norma-norma. b. Ciri Kebaruan (novelty) Penggabungan ciri pribadi iseng dan orisinal dapat disebut sebagai ciri kreasi yang baru (novelty). Ini merupakan peningkatan dari sekadar iseng dari lelucon menjadi sebuah karikatur, masih penuh humor tapi sudah berisi. Standar kreasi kebaruan masih seperti pada iseng diatas, yaitu aturan-aturan, kebiasaan-kebiasaan, dan norma-norma. c. Ciri Kelayakan Estetis Kreasi yang memiliki ciri ini dapat berada dalam batas maksimal yang masih dimungkinkan oleh norma-norma estetis yang ada, masih penuh humor tapi mengandung kritik yang halus pedas.standar kreasi yang dikenai kelayakan estetis seperti lingkungan, situasi, keadaan, peristiwa dan sebagainya. d. Ciri Transformasi Bila ciri kelayakan estetis belum berani melewati "batas-batas", sebaliknya ciri transformasi tidak tunduk pada norma-norma atau situasi dan kondisi, ia mengatasi semua itu, mengintegrasikan beberapa norma dan sejumlah lingkungan sesuai dengan fleksibilitas dan kebebasan yang mendukungnya. Jadi standar kreasi
27
yang dikenai ciri transformasi bukan lagi norma-norma atau konteks, tetapi batasan yang lebih luas, dan merupakan integrasi dari beraneka norma dan konteks yang berbeda. e. Ciri Agung Ciri kreasi ini bukan sekadar berani melanggar konteks, tapi merupakan prestasi yang matang, masak, agung, integral dalam suatu constrait yang luas, bahkan dapat mengatasi constrait.Standar kreasi yang dikenai ciri agung disebut penghayatan. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, yang diharapkan dari proses kreasi adalah siswa mampu merancang dan menciptakan karya seni rupa baik seni rupa murni maupun seni rupa terapan. Pembelajaran seni rupa memberikan kemampuan bagi siswa untuk memahami dan memperoleh kepuasan dalam menanggapi karya seni rupa ciptaan sendiri maupun karya ciptaan orang lain. Lewat pendidikan seni rupa, siswa belajar berkomunikasi melalui gambar dan bentuk dari hasil ungkapan pikiran dan perasaannya. 9. Kreatif Kreatif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:465) adalah memiliki daya cipta, memiliki kemampuan menciptakan, bersifata daya cipta atau pekerjaan yang menghendaki kecerdasan dan imaginasi. Sedangkan Kreatifitas merupakan kemampuan untuk mencipta, daya cipta ,dan perihal berkreasi ,maka dari itu kreasi erat hubungannya dengan kreatif . Begitu pula Susanto .(2012: 229) menyatakan bahwa kreatif merupakan kata sifat berarti memiliki daya cipta atau kreativitas ,kata benda abstrak yang berarti “daya cipta” berasal dari kata creat atau mencipta / membuat adalah kata kerja intransitif. Kreativitas adalah kesanggupan seseorang untuk menghasilkan karyakarya atau gagasan-gagasan tentang sesuatu yang pada hakikatnya baru atau belum pernah diciptakan sebelumnya . Berikut cirri-cirinya :
28
a. Berupa kegiatan imajinatif atau sintesa-sintesa hasil pemikiran dimana hasil karya itu bukan semata-mata penjumlahan dari unsur-unsurnya. b. Berupa pola-pola atau kombinasi-kombinasi yang berasal dari pengalaman masa lalu dan pencakokan dari hubungan antar situasi lama dengan yang baru dan mungkin melibatkan hubungan antar generasi baru c. Bertujuan dan diarahkan untuk mencapai hasil tertentu , bukan fantasi kosong, meskipun bukan berarti harus segera dterapkan secara praktis atau sebagai karya selesai dan sempurna hasilnya. d. Dapat berupa karya-karya sastra atau ilmu ataupun semacam prosedurprosedur metodologik. Selain
pengertian
diatas
Susanto
mengartikan
kreativitas
sebagai
kemampuan membuat sesuatu menjadi baru . Siapa yang memiliki kemampuan ini dalam tingkatan besar dapat dikatakan jenius dan mendapat penghormatan dan penghargaan berlebih tetapi juga dapat dianggap aneh, mengacau atau bahkan dianggap gila. Dari paparan diatas dapat disimpulakan kreatif merupakan kata sifat, memiliki daya cipta untuk menciptakan karya dan gagasan baru atau belum pernah ada sebelumnya sehingga sangatlah erat hubungan kreasi dengan kreatif
10. Seni Rupa,Unsur dan Prinsip Seni Rupa a. Seni Rupa Seni rupa merupakan bagian dari seni. Sebelum pemaparan mengenai seni rupa berikut pemaparan mengenai seni. Berbicara tentang seni mungkin tidak akan ada habisnya, karena seni menyangkut pengertian yang sangat luas, masing-masing definisi mempunyai tolak ukur yang berbeda. Definisi sederhana yang sering terdengar, seni adalah segala macam bentuk keindahan yang diciptakan manusia. Pengertian seni setiap saat mengalami perkembangan sejalan dengan zaman dan peradaban manusia.Berikut ini adalah beberapa pendapat para ahli
29
mengenai pengertian seni seperti yang diungkapkan Susanto (2012: 345) dalam buku Diksi Rupa: a) Seni adalah imitasi atau realitas tiruan dari alam / Ilahi (Aristoteles). b) Seni merupakan segala sesuatu yang dilakukan oleh orang bukan atas dorongan kebutuhan pokoknya, melainkan adalah apa saja yang dilakukan semata-mata karena kehendak akan kemewahan, kenikmatan ataupun karena dorongan kebutuhan spiritual (Everyman Encyclopedia). c) Seni merupakan segala perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaanya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia (Ki Hajar Dewantara). d) Seni merupakan kegiatan rohani manusia yang merefleksikan kenyataan dalam suatu karya yang berkat bentuk dan isiny mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam rohani penerimanya (Akhdiyat Karta Miharja). e) Seni merupakan alat buatan manusia untuk menimbulkan efek-efek psikologis atas manusia lain yang melihatnya (Thomas Munro). f) Seni adalah karya manusia yang mengkomunikasikan pengalaman-pengalaman batinnya, pengalaman batin tersebut disajikan secara indah atau menarik sehingga merangsang timbulnya pengalaman batin pula pada manusia lain yang menghayatinya (Soedarso Sp).
Dari sekian banyak definisi tentang pengertian seni diatas dapat disimpulkan bahwa seni merupakan alat komunikasi pengungkapan perasaan batin seniman untuk dikomunikasikan kepada penghayatnya, dan seni ada untuk memenuhi kebutuhan fisikal dan kebutuhan spiritual manusia. Sedangkan Seni rupa merupakan salah satu kesenian yang mengacu pada bentuk visual atau sering disebut bentuk perupaan, yang merupakan susunan atau komposisi atau satu kesatuan dari unsur-unsur rupa. Struktur seni rupa atau penyusunan unsur rupa dalam mewujudkan bentuk pada seni rupa diperlukan
30
hukum atau asas penyusunan, merupakan dasar dari pengamatan/ pemahaman seni (Kartika,dkk, 2007: 35 ). Pada karya seni rupa media yang digunakan adalah rupa. Keberadaan karya seni rupa adalah karena tampilnya unsur-unsur rupa atau unsur visual yang dapat dilihat secara fisik. Unsur-unsur itu antara lain berupa garis, bidang, bentuk, ruang, warna dan sebagainya. Unsur-unsur tersebut tidak harus hadir secara lengkap pada sebuah karya seni rupa, karena unsur-unsur ini diciptakan untuk mewujudkan citra tertentu ( Bahari, 2008 : 88 ). Karya seni rupa dapat digolongkan berdasarkan fungsi atau kegunaannya. Dari sudut pandang fungsi atau kegunaan, karya seni terbagi dalam beberapa kategori, yaitu seni murni (fine art), seni terapan (applied art), dan kria (craft) (Bahari, 2008: 81). Sedangkan berdasarkan wujud dan bahannya seni rupa dibedakan menjadi dua yaitu seni rupa dua dimensional dan seni rupa tiga dimensional. Selanjutnya berdasarkan jenisnya seni rupa terdiri atas beberapa cabang seni yakni seni lukis, seni grafis, seni patung, seni dekorasi, seni komunikasi visual, dan seni kriya atau seni kerajinan. Menurut Sanyoto (2010: 3) kebutuhan akan ilmu tata seni itu berlaku untuk perbagai jenis seni, seperti seni visual, seni gerak, seni suara, dan seni sastra. Masing-masing seni tersebut mempunyai dan memerlukan ilmu keindahan sendiri-sendiri. Dalam hal seni visual, yaitu seni yang kasat mata atau seni yang dinikmati lewat indra pengelihatan yang di dalamnya terdiri dari seni rupa dan desain, maka tata seninya disebut sebagai “tata visual” atau “tata rupa”. Kartika, dkk (2007: 100) menambahkan bahwa seni rupa sebagai salah satu cabang kesenian memiliki peranan yang cukup penting di dalam kehidupan manusia. Seni rupa merupakan salah satu cabang kesenian yang mengacu pada bentuk visual atau bentuk perupaan. Bentuk perupaaan merupakan susunan atau komposisi atau satu kesatuan dari unsur-unsur rupa. Penyusunan unsur rupa dalam mewujudkan bentuk
seni
kekacaubalauan.
rupa
diperlukan
untuk
menghindari
kemonotonan
dan
31
Dari pembahasan-pembahasan mengenai seni rupa di atas dapat disimpulkan bahwa seni rupa merupakan jenis seni yang diterima melalui indra penglihatan. Pada seni rupa terdapat unsur-unsur rupa yang dapat diorganisasikan sesuai prinsip seni rupa.
b. Unsur Seni Rupa Berikut unsur-unsur seni rupa menurut Murtihadi & Gunarto (1982: 27- 43) 1) Titik dan Garis Terjadinya suatu titik ialah menekan satu kali dengan menggunakan benda yang runcing unjungnya. Begitu pula terjadinya suatu garis ialah dengan menekan benda yang runcing ujungnya dan menggoreskan kearah yang lain, 2) Bidang Bidang terjadi dari perpotongan atau garis-garis. Dengan kata lain, sejak awal garis itu diarahkan kemanapun dan apabila garis itu bertemu maka terjadilah bidang. 3) Warna Ada dua jenis warna , warna yang dhasilkan oleh cahaya dan dihasilkan oleh cat atau pigmen. Menurut sifatnya warna dibedakan atas warna yang ada pada pelangi, terdapat deret warna-warna yang panas hingga dingin atau sejuk, dimana warna kuning termasuk warna panas serta hijau dan putih tergolong dingin 4) Tekstur. Tekstur adalah sifat permukaan dari suatu benda atau bidang, yang memberi karakter atas suatu benda atau bidang permukaan tersebut, apakah permukaannya halus, sedang atau kasar. Terdapat tekstur semu dan nyata.
32
5) Bahan Dalam unsur seni rupa Murtihadi & Gunarto menambahkan bahan karena bahan erat kaitannya dengan unsur seni rupa. bahan atau material erat pula kaitanya dengan desain. Untuk memperoleh hasil yang baik, maka waktu membuat desain harus disesuaikan dengan sifat dan karakter bahan . Bahan merupakan pelengkap awal perwujudan karya.
b. Prinsip Seni Rupa Berikut prinsip-prinsip seni rupa menurut Murtihadi & Gunarto (1982: 59-73) 1) Kesatuan Kesatuan merupakan penggabungan unsur-unsur sagar saling mengisi dan melengkapi dan tidak terlihat penonjolan yang mencolok dari setiap unsur. Kebulatan unsur-unsur yang disusun menjadi satu harus betul-betul selaras, seimbang dan mengandung irama tertentu sesuai peranan dan fungsi yang dimaksud, dan meskipun ada unsur yang kontras namun harus dengan ukuran-ukuran tertentu dan seimbang . 2) Irama Irama merupakan suatu pengulanagn secara terus menerus dan teratur dari unsur-unsur tertentu. Untuk menyusun unsur-unsur yang baik perlu memperhatikan irama. Irama dapat berupa irama tetap maupun irama bervariasi. 3) Keselarasan Keselarasan adalah penyesuaian dari unsur-unsur diantaranya keadaan yang ekstrim dan tidak ekstrim atau antara bentuk yang serasi dengan yang tidak serasi. 4) Keseimbangan Keseimbangan merupakan penyusunan unsur-unsur dengan komposisi yang seimbang . Keseimbangan dapat diperoleh dengan pengelompokan
33
bentuk dan warna maupun unsur lain disekitar titik pusat. Terdapat dua keseimbangan yaitu, Kesimbangan sederhana atau balance formil yaitu peyusunan unsur-unsur yang masing-maisng memiliki daya tarik yang sama. Unsur yang bobotnya sama, pengaturan ditempatkan pada jarak yang sama. Keseimbangan tersembunyi atau balance informal ialah bentuk keseimbangan yang pengaturan unsur-unsurnya tidak sama antara satu dengan yang lain. Keseimbangan ini keadaanya lebih unik dan rumit dibandingkan keseimbangan sederhana. 5) Kontras Kontras ialah penggunaan unsur-unsur yang saling menunjukan perlawanan . dengan kontras keadaan akan menjadi tidak teralu polos dan statis dan menunjukan bentuk dinamis, kekontrasan dapat berupa warna dan unsur lain. Penggunaan unsur-unsur yang kontras akan kelihatan hidup dan bervariasi. Namun kekontrasan itu harus diatur dengan penuh perhitungan, sehingga tidak terdapat kejanggalan dan ketidak tepatan. 6) Proporsi Dalam mengatur proporsi yang sesuai seringkali dihadapkan masalah yang harus diatasi yaitu, bagaimana menempatkan unsur-unsur agar menarik, bagaimana cara menentukan ukuran dan bentuk secara tepat, bagaimana menerapkan unsur-unsur supaya selaras dan seimbang. 7) Klimaks Klimaks dapat terjadi jika, mengelompokan obyek-obyek tertentu, menggunakan kontes warna, menerapkan suatu unsur yang kecil tetapi memiliki pengaruh besar tehadap keluasan, membuat latar belakang yang sederhana disekeliling obyek, menempatkan sesuatu yang lain dalam penyusunan unsur tersebut, klimaks.
sehingga timbul sesuatu yang merupakan
34
Dalam menyusun unsur dan prinsip tersebut memperhatikan komponen dalam seni rupa agar tecipta karya yang baik. Berikut komponen seni rupa menurut P.Mulyadi (1994:15-17) ialah : 1) Subject Matter Subject Matter dalam seni adalah sesuatu persoalan yang akan diungkap pada suatu karya, dan sering kali juga disebut pokok soal atau tema, tetapi karena persoalan ini kadang-kadang sulit untuk dipecahkan terutama dalam seni rupa, maka orang cenderung beranggapan bahwa pokok soal adalah tema. Seperti pengertian “subject matter”berikut ini. Terlepas dari dibedakannya pokok soal dan tema, maka pada setiap karya seni yang beraliran abstrak sekalipun, akan selalu memiliki subject matter, pokok soal atau tema. Dalam karya-karya abstrak subject matter yang dimaksud ada dalam dunia ide atau konsep-konsep intelektual,dan ini berlainan dengan karyakarya non abstrak dimana subject matter mendasarkan pada obyek-obyek yang dapat dilihat atau fakta-fakta. 2) Isi atau arti Isi disebut sebagai kualitas atau arti, yang ada dalam suatu karya seni. Isi juga dimaksudkan sebagai final statement, mood atau pengalaman penghayat, isi merupakan arti yang essential dari pada bentuk, dan seringkali dinyatakan sebagai sejenis emosi, aktifitas intelektual atau assosiasi yang kita lakukan terhadap suatu karya seni. Apabila ada suatu usaha untuk menganalisa mengapa bentuk dari suatu karya menimbulkan emosi atau ekspresi terhadap kita, atau menstimulir aktifitas intelektual penghayatnya, sebenarnya kita sedang berhadapan dengan isi atau arti. 3) Bentuk Bentuk dalam suatu karya seni adalah aspek visualnya, atau yang terlihat itu, yaitu karya seni itu sendiri. Bentuk dikenal pula sebagai totalitas karya, yang
35
merupakan organisasi unsur-unsur rupa sehingga terwujud apa yang disebut karya. Unsur-unsur yang dimaksudkan adalah: garis, bidang, gelap-terang, warna. Ini berarti bahwa bentuk adalah sesuatu yang dapat ditangkap dengan panca indera, dengan kata lain bisa dilihat, diraba,atau didengar. 11. Evaluasi Karya Seni Evaluasi karya seni merupakan menetapkan ranking sebuah karya dalam sehubungannya dengan karya lain yang sejenis serta menentukan kadar artistik dan faedah estetiknya. Dalam aktiviitas ini dikenal model evaluasi dengan studi komparatif historis. Dengan model ini dapat ditentukan apakah sebuah karya seni merupakan contoh terbaik dari karya-karya dalam kelas yang sama. Berikut penilaian karya seni : a. Penilaian orisinalitas Penilaian
orisinalitas
merupakan
instrument
penilaian
kritis
yang
menjelaskan ide karya yakni dengan mengindentifikasikan masalah artistik yang akan dipecahkan , apa fungsi seni, tujuan seni, serta ada tidaknya makna inovasi ekspresi sertistik ataupun akselerasi tekniknya.Semua itu merupakan hal penting dalam menetapkan superioritas sebuah objek seni dalam ruang dan waktu b. Penilaian teknik dan aspek craftsmanship Penilaian teknik dan aspek craftsmanship merupakan mengukur kelogisan penggunaan alat dan material dan korelasi antara rupa objek seni dengan fungsinya . Dalam penilian ini terdapat jenis karya: 1) Karya yang secara teknis berhasil namun secara ekspresifnya lemah 2) Karya yang kuat segi ekspresifnya .tetapi tidak sempurna secara teknis 3) Karya yang anti seni dan anti teknis serta karya-karya vulgar lainnya penilaian dilakukan dari bobot intelektualnya, yakni ide karya itu. 4) Karya tanpa isi pikiran yang menyertainya karya seperti itu adalah jelek dan tidak bermanfaat.
36
Demikianlah, masalah evaluasi karya seni. Untuk sampai pada predikat karya terbaik diperlukan banyak syarat untuk memperolehnya . c. Studi perbandingan kesejarahan Dalam membuat penilaian karya haruslah menghubungkan karya yang sedang dinilainya dengan karya yang sejenis lainnya seluas mungkin. Nilai seni harus dihubungkan dengan rentan waktu ketika pernyataan itu digunakan dan pernyataan nilai harus mengutamakan atau memasukan rangkaian objek seni dalam waktu dan ruang yang dianggap relevan pada saat membuat penilaian. Berikut beberapa tahapannya, a) Menghubungkan karya yang sedang dinilai dengan rangkaian karya yang lebih luas b) Menentukan makna atau fungsi karya yang sedang dinilai c) Menentukan perkembangan teknis tersebut dari asalnya d) Menghubungkan karya yang sedang dinilai dengan kebutuhan dan sudut pandang zaman ketika karya itu diciptakan (Bangun , 2000: 27) Dari paparan diatatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi karya seni merupakan pemberian pernyataan tingkat atau ranking sebuah karya dengan karya lain dengan mempertimbangkan penilaian orisinalitas , penilaian teknik dan aspek craftsmanship serta studi perbandingan kersejarahan dari sebuah karya seni .
37
12. Boneka a. Sejarah dan Perkembangan Boneka Menurut Susanto (2008) Mainan (toy) adalah salinan, copy dari ’yang sebenarnya’. Umumnya mainan dibuat sebagai bagian dari hidup anak-anak. Dia diciptakan sebagai ujud mikrokosmos dunia manusia dewasa. Sebanding dengan anak-anak yang--di mata publik--tak lain hanyalah manusia yang lebih kecil dan mesti diberi benda-benda yang sebanding dengan ukuran badannya. Biasanya, mainan dibentuk mini, kecil dan tentu saja untuk bermain-main. Mereka ’bertugas’ menjadi jembatan untuk memahami dunia kakak, ibu dan bapak mereka. Mainan menjalani kehidupan yang penuh dengan ’pemaknaan’ bagi penggunanya. Maka terciptalah berbagai tipe mainan. Untuk memahami kebutuhan papan muncullah tipe mainan ’konstruksi’ seperti rumah-rumahan atau balok kayu maupun plastic berwarna, jenis ini misalnya Bayko, KonstrukTubes, Erector Sets, Tinkertoys, and Meccano. Mainan sebagai ’alat pemahaman kasih sayang’ banyak bertipe boneka (doll) atau wayang, sejenis miniature berbentuk manusia atau binatang. Untuk memahami permainan ilmu/ teknologi, ada skrebel, puzzle sampai tamiya dan robot. Untuk memahami dunia bisnis, muncul mainan timbangan dan uang. Untuk memahami ’transportasi’, diciptakan mainan pesawat, tank, becak, kereta api, motor dan sebagainya. Mainan dengan kegunaan yang lain sebagai bagian dari ’aktivitas fisik’ misalnya bola, kelereng, yoyo, holahop. Mainan sebagai bagian dari pemakaian ’objek temuan’, seperti ban bekas untuk lomba lari, lomba panjat pinang, balap karung, kayu untuk pedang dan sebagainya. Namun benarkah ’tugas’ mainan (toy) cukup seperti di atas. Ternyata tidak. Mainan terus saja menjalani tugas sampai sang anak menjadi dewasa. Lebih dari itu, mainan akhirnya tidak saja berperan sebagai teman bermain. Para seniman dan mainan seperti keping mata uang. Secara psikologis, seniman memang dibekali oleh semangat bermain. Ia dianggap sebagai homo
38
ludens, makhluk yang senang bermain. Oleh sebab itu, semangat bermainnya menghasilkan wujud fisik bernama seni. Sampai sekarang muncul asumsi bahwa karya seni adalah ujud dari pola permainan dan waktu luang mereka. Jika ditilik lebih jauh, seni yang kemudian diseriuskan dan diformalkan sebagai bisnis adalah pabrik mainan. Melihat boneka sebagai bagian dari mainan, sektor sejarah juga memberi bukti yang menarik. Patung Venus Wilendorf yang dibuat dalam kehidupan manusia Cro Magnon (15.000-10.000 BC) adalah bukti tertua yang ditemukan sebagai objek mainan. Patung yang hanya berukuran 10 cm, berbentuk wanita berpayudara besar ini menjadi ’mainan’ bagi siapapun, untuk menandai kecintaan mereka pada bumi pertiwi. Lebih tepatnya penghormatan atas kesuburan para wanita untuk melahirkan banyak keturunan. Oleh karena itu, Venus Wilendorf sampai kini dikenang sebagai perumpamaan atau mitos pertama tentang wanita tercantik di jagad raya ini. Pada zaman yang lain, dunia spiritual, dunia magis memerlukan media untuk keberlangsungan tujuan mereka. Maka terciptalah boneka sebagai perantara niat baik maupun buruk mereka.
Gambar 2.1 Boneka Venus Willendorf (Sumber: Wikipedia/historyofdoll.html diperoleh 25 Maret 2016 jam 20.16)
39
Pada kurun waktu 3000-2000 SM, boneka umumnya terbuat dari tanah liat, tulang, maupun patahan kayu, ataupun potongan kain. Bentuknya masih sangat sederhana dan memiliki fungsi ritual. Contohnya di Yunani dan Romawi kuno. Setiap anak perempuan harus memiliki boneka, kemudian membuatkan
bajunya,
dan
wajib
menyimpannya
sampai
menjelang
pernikahan. Saat menjelang pernikahan, boneka itu wajib diletakkan di altar Artemis (untuk orang Yunani) ataupun altar Diana (untuk orang Romawi) untuk upacara keagamaan. Di Mesir kuno, boneka digunakan sebagai pengganti kurban manusia. Sedang di Indonesia boneka jailangkung, nini towong adalah boneka popular yang ’hidup’ hingga saat ini dan jelas tidak mungkin dan tidak boleh digunakan anak-anak. Di abad ke-14 (bersamaan dengan hidup Leonardo da Vinci), boneka modern mulai muncul di Eropa. Bentuknya sangat berbeda dengan boneka yang ada sebelumnya. Wajahnya cantik dan halus seperti manusia, serta berdada. Pada zaman ini boneka tidak lagi bersifat ritual, tetapi untuk mode. Untuk itu, boneka menggunakan baju atau gaun dan rambut yang benar-benar mirip dengan mode pada zaman itu. Tak jarang para bangsawan menggunakan boneka untuk memamerkan sekaligus mempopulerkan boneka di negara mereka (maklum pada masa itu majalah mode belum ada). Ini seperti yang dilakukan ratu Perancis, Isabeau dari Bavaria, dihadapan ratu Inggris. Kenyataannya berkat boneka, mode Perancis bisa menjadi lebih populer di luar negeri. Tahun 1636 mulai tercipta boneka yang rambutnya terbuat dari rambut wanita sungguhan. Di negara-negara tertentu boneka memiliki berbagai makna. Di Jepang, boneka, dalam bahasa Jepang disebut ningyo ya yang terdiri dari kanji nin (orang) dan kanji gyo (bentuk). gabungan dua karakter kanji ini juga dibaca hitogata, namun cara baca yang demikian hanya
40
digunakan untuk menyebut tiruan bentuk manusia yang berfungsi sebagai jimat untuk melindungi diri dari penyakit, malapetaka, dan makhluk halus.
Gambar 2.2 Okiku Merupakan Boneka Dari Negara Jepang (Sumber: Wikipedia/historyofdoll.html diperoleh 25 Maret 2016 jam 20.16)
Gambar 2.3 Boneka Tahun 1830 (Sumber: Perry, 1984: 79)
41
Dari sini dan di kemudian waktu, ide tentang manekin (boneka seukuran manusia) dan harlekin (manusia yang menjadi boneka, badut) muncul. Di abad ke-17, boneka tidak saja berbentuk wanita anggun, tetapi juga bentuk lain seperti bayi dengan baju tidur atau bocah kecil dengan kostum kelasi. Penampilan boneka tidak lagi sekaku dulu. Bahannya saja tidak lagi memakai kayu atau tanah liat, tetapi dari kulit lembut (soft leather) dan lilin supaya kulitnya tampak seperti manusia.Lalu selain mata yang sudah bisa digerakkan,
Gambar 2.4 Boneka yang sempat popular di abad ke-19 (Sumber: Perry, 1984: 79)
Tidak itu saja, berbagai karakter boneka yang lain muncul dipasaran. Yang terkenal adalah "Kewpie" (1913), boneka anak kecil yang berpipi tembam dan berperut besar buatan Rose O'Neill dari Amerika. "Raggedy Ann" (1918), boneka kain buatan Johny Gruelle yang mencerminkan kebaikan, keberanian, dan kejujuran, serta "Bye-Lo Babby" (1922), boneka bayi baru lahir yang bisa memejamkan mata saat tidur buatan Grace Putnam dari Jerman. Aneka ekspresi dan elemen wajah boneka pun semakin lengkap. Ada yang ditambah
42
bulu mata, lesung pipi, mulutnya dibuka sehingga giginya terlihat, kukunya diberi pewarna kuku, sampai yang bisa minum dan mengompol. Kelebihan boneka tidak hanya dalam ekspresi tetapi juga style. Kemunculan Barbie (lahir 9 Maret 1959) yang diciptakan oleh Ruth Handler menciptakan fenomena tersendiri. Boneka remaja tersebut memiliki aksesoris, baju dan perlengkapan yang bermacam-macam, dan rambutnya bisa dicuci, ditata atau disisir sama seperti rambut manusia. Boneka yang diperkenalkan di American International Toy Fair (1959) ini diproduksi oleh Mattel dan dibuat dengan ukuran skala kurang lebih 1/6 dari ukuran manusia sesungguhnya.Ini hanya sebagian kecil contoh bagaimana keisengan, semangat bermain, sifat homo ludens menjadi penting dalam kehidupan Tidak ada kebetulan di dunia ini. Setiap pertemuan (dengan siapa dan apa) sering melahirkan kesan. Keberadaan dunia mainan bagi siapapun juga nyaris melahirkan fantasi dan potensi berpikir tersendiri. Dunia mainan (toys) nyatanya telah membuka peluang dan sejumlah tabir hidup manusia. Berbagai peluang
yang
dimaksudkan
adalah
terciptanya
kesempatan
untuk
memanfaatkan keberadaan sesuatu. Sejumlah peluang tersebut yang paling mencengangkan adalah munculnya tradisi mengoleksi mainan. Dunia koleksi mainan rupanya tidak saja dilakukan dan dikuasai oleh anakanak, tetapi juga orang dewasa, tidak saja perempuan namun juga sejumlah pria turut melakukannya. Perasaan yang sangat cinta ini menyebabkan sejumlah terobosan yang menarik. Selain melahirkan semangat berkumpul bagi para kolektor sehingga memunculkan sejarah festival dan pameran mainan (toy fair) dimana-mana, juga melahirkan konsepsi pemikiran lain, yaitu dunia fetish yang dilematik: kadang menyenangkan, kadang membingungkan. Fenomena fetishisme mengandung pengertian khusus. Fetishisme mengandung makna artifisialitas, dalam pengertian bahwa ia adalah tiruan, buatan atau dibuat-buat, bukan yang natural, nyata atau sebenarnya. Dalam
43
arti luas, fetishime berarti sebagai sifat-sifat supernatural, kekuatan magis, atau berdaya pesona tertentu yang dimiliki oleh organ atau objek-objek tertentu meskipun semuanya bersifat fiktif belaka. Ada tiga konteks penggunaan istilah fetishisme. Pertama, fetishisme antropologi, yaitu setiap objek yang dihuni oleh kekuatan tertentu (patung, jimat, rajah) yang disembah sebagai sesuatu yang bersifat magis. Kedua, fetishisme seksual, seperti diterangkan Freud untuk menggambarkan fenomena penggunaan objek-objek atau bagian tubuh tertentu (pakaian dalam, rambut, satu tangan, sex toys) untuk menghasilkan kepuasan seks. Ketiga, fetishisme komoditi, seperti diterangkan Marx, untuk melukiskan sifat produksi komoditi dalam sistem kapitalisme, dimana komoditi tidak semata dianggap benda guna, tetapi sebagai objek yang mengandung kekuatan daya pesona tertentu yang memberi status tertentu bagi pemakainya. Ketiga konteks perlu dijabarkan, karena boneka secara umum jelas memiliki ketiga kekuatan fetishisme sekaligus. Oleh sebab itu, mainan akhirnya tidak saja secara fisik digunakan untuk anak-anak. Sangat memungkin bahwa dari perasaan fetishisme semacam ini turut mempengaruhi pola dan kebijakan seseorang untuk mempengaruhi masyarakatnya. Ilusi-ilusi tentang pemberdayaan perasaan fetishisme bukan tidak mungkin juga berpengaruh bagi dunia yang lebih luas, seperti politik, strategi ekonomi, tata kehidupan dan sebagainya. Karena fetishisme ini pulalah mengapa setiap orang akhirnya tidak dapat lepas dari boneka termasuk bahwa setiap perupa pasti memiliki cerita di balik dunia boneka yang memiliki sejarah yang panjang tersebut. Dari konteks fetishisme ini, dapat terbaca secara langsung maupun tidak langsung apa yang diberikan oleh perupa dalam setiap karyanya.
44
b. Pengertian Boneka Dari paparan sejarah dan perkembangan boneka diatas munculah beberapa pengertian mengenai boneka ,Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988: 125) Boneka ialah benda tiruan untuk mainan anak. Menurut pendapat Perry (1984: 79) Boneka ialah karya seni yang diciptakan dalam bentuk figur yang setiap detail bentuknya melahirkan kepribadian dan karakter masing-masing yang berbeda sehingga memiliki daya tarik gaib didalamnya sedangkan Rubrum (1982: 61) berpendapat boneka ialah tiruan yang mayoritas berbentuk tokoh ,namun memungkinkan juga dalam bentuk lain bahkan rumit dan abstrak yang setiap detailnya memunculkan ciri masing-masing yang berbeda dan kehadiranya mampu memunculkan khayalan dan kenangan tersendiri,
oleh
karena
perkembangannya boneka sering disebut sebagai seni patung lunak, Menurut Cecile & Michele (1984: 58) boneka merupakan karya seni tiruan dari banyak benda keras ,karena kemajuan nya dalam meniru banyak benda keras, boneka lebih dikenal sebagai seni patung lunak sehingga dalam membuatnyapun kini tak hanya sebagai tiruan suatu benda namun dapat menghadirkan gagasan masing-masing senimannya. Begitu pula Menurut Susanto (2012: 370) boneka juga sudah diartikan sebagai Seni Patung lunak ,yang merupakan karya patung yang dimasa lampau penyelesaiannya menggunakan material keras mengalami eksplorasi yang memungkinkan material lunak untuk membuatnya ,diantaranya seniman yang telah popular membuat boneka ialah, Robet Morris, Dorothea Tanning,Claes Oldenburg . Dari beberapan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa boneka yang dari awal munculnya hingga sekarang telah mengalami banyak perubahan dan perkembangan hal itu pula mengakibatkan banyak pemaknaan didalamnya. sehingga boneka merupakan karya seni yang meniru benda lain namun tidak menutup kemungkinan tak sekedar meniru bahkan merupakan ciptaan baru dan melahirkan banyak eksplorasi oleh karena itu pula nilai pemaknaan dan
45
filosofipun berbeda sehingga walaupun kini sering disebut seni patung lunak, meskipun di masyarakat tetap lebih akrab dikenal sebagai boneka
c. Jenis dan Teknik Boneka `Boneka memiliki berbagai jenis, setiap jenis pun memiliki teknik yang berbeda-beda pula . Berikut beberapa pendapat mengenai jenis dan teknik boneka : 1) Koen berpendapat mengenai jenis dan teknik membuat boneka ,diantaranya yaitu : a) Boneka Kertas Boneka yang dalam pembuatanya menggunakan bahan utamanya adalah kertas dengan cara menggunting dan menempel. Ada beberapa macam jenis boneka kertas ; Boneka Jari,Boneka Lincah, Boneka Tancap,Boneka Tempel b) Boneka Tangan Boneka ini mudah dibuatnya, disebut boneka tangan karena memang bentuk dan menggerakanya dipengaruhi oleh tangan. Boneka ini terbuat dari kain,terdapat ruang untuk tangan manusia guna membentuk boneka sekaligus memainkan gerakannya, banyak jenis kain dan beberaoa cara membuatnya;Boneka kaus kaki, Boneka sapu tangan, Boneka sarung tangan c) Boneka Kepala Boneka ini terdiri dari badan,tangan dan kepala. Badan dan tangan dibuat dari kain yang dibuat seperti sarung tangan namun bagian kepala bisa dilepas dan pasang kembali. Membuat boneka ini dapat dengan satu badan saja dan beberapa kepala atau sebaliknya dapat juga berganti badan karena kepala dapat dilepas dan pasang.Ada
46
beberapa jenis dan cara membuat kepalanya; Boneka kepala cangkir ,Boneka kepala kertas lumat, Boneka kepala gabus plastik Boneka kepala benang wol d) Boneka Marionet Boneka Marionet adalah boneka yang digerakan dengan kendali bertali, tiap -tiap bagian memiliki engsel sehingga lebih banyak jenis gerakannya. Boneka ini dapat dibuat dari material lunak dan material keras yaitu Boneka marionet kayu dan Boneka marionet kaus kaki. Di eropa pentas Boneka Marionet masih sering dapat ditemui sampai sekrang ini (1986: 261-273)
Gambar 2.5 Boneka tangan (Sumber: Koen,1986: 265)
47
Gambar 2.6 Boneka marionette kayu (Sumber: Koen ,1986: 270)
2) Macam Jenis dan teknik boneka berdasarkan wujud menurut Beri (2016) sebagai berikut a) Boneka dua dimensi Boneka dua dimensi mer6upakan boneka yang hanya dapat dilihat (dinikmati) dari satu sisi saja, biasanya boneka seperti ini bentuknya semacam lempengan bahan yang bergambar boneka atau sosok figur tertentu. Boneka dua dimensi ada yang bisa digerakkan ada juga yang tidak bisa digerakkan. Boneka yang tidak bisa digerakkan yaitu boneka yang tidak memiliki alat gerak seperti tali, persendian atau lipatan. Sedangkan boneka dua dimensi yang tidak bisa digerakkan hanya bisa digerakkan dengan tangan manusia sendiri.
48
Dalam hal ini boneka dua dimensi memang terkesan seperti hanya sebuah gambar akan tetapi tidak semua gambar merupakan boneka dua dimensi. Boneka dua dimensi sengaja dibuat khusus untuk bisa dimainkan dan sengaja akan digerak-gerakkan, sedangkan gambar boneka hanyalah gambar tidak sengaja dibuat sebagai permainan boneka.Contoh boneka dua dimensi yaitu: Boneka orang-orangan kertas, boneka orang-orangan bermagnet, boneka wayang orang
Gambar 2.7 Boneka dua dimensi (Sumber: AB/WujudBoneka.html.diperoleh 25 Maret 2016 jam 23.25)
b) Boneka tiga dimensi Boneka tiga dimensi merupakan boneka yang dapat dilihat (dinikmati) dari segala arah seperti halnya benda patung. Boneka tiga dimensi memiliki volume atau ruang. Boneka seperti ini lebih banyak bisa dijumpai ketimbang boneka dua dimensi. Boneka tiga dimensi karena bentuknya lebih nyata lebih menarik dan macamnya lebih bervariasi dibandingkan dengan boneka dua dimensi. Tidak semua benda patung bisa disebut dengan boneka tiga dimensi, beberapa benda yang berbentuk boneka ada yang tidak dijadikan sebagai
49
boneka. Benda tiga dimensi yang disebut boneka adalah benda yang memang sengaja diciptakan sebagai boneka. Jenis dari boneka tiga dimensi sangatlah banyak, bahan yang digunakan pun juga sangat beragam. Berikut beberapa contoh boneka tiga dimensi:boneka kain,boneka origami , boneka keramik.
Gambar 2.8 Boneka tiga dimensi ((Sumber: AB/WujudBoneka.html.diperoleh 25 Maret 2016 jam 23.25)
3) Ada beberapa pendapat bahwa boneka hanyalah erat terbuat dari kain atau bahan lunak namun tak menutup kemungkinan penggunaan bahan lain sebagai pelengkap. Berikut beberapa pendapat tersebut, a) Menurut pendapat Rubrum (1982:61-62) Boneka ialah tiruan yang mayoritas berbentuk tokoh ,namun memungkinkan juga dalam bentuk lain bahkan rumit dan abstrak yang setiap detailnya memunculkan ciri masing-masing yang berbeda dan kehadiranya mampu memunculkan khayalan dan kenangan tersendiri ,oleh karena perkembangannya boneka sering disebut sebagai seni patung lunak. Untuk menciptakan sebuah boneka , ide dapat diperoleh dengan imajinasi dalam membayangkan orang atau tipe seseorang lengkap dengan ciri-cri orang tersebut. Sebelum membuat boneka perlu untuk menggambarkan gagasan
50
mengenai boneka yang akan dibuat meliputi detail bentuk dan karakter. Boneka dibuat berawal dari gambar yang bersumber dari imajinasi sehingga bentuknya pun bebas dan terkadang tak beraturan sehingga pemilihan teknik pola pun tak dipakemkan tak perlu selalu dengan pola pada kertas namun dapat pola pada kain. Pola dibentuk dikain dengan dua rangkap untuk sisi depan dan belakang. Potongkain lebih 1cm dari gambar pola tersebut.Kemudian jahitlah dan isi boneka. Pengisian boneka tidak hanya dengan dakron atau polyester melainkan dapat dengan ,katun, perca tua, atau kapuk, namun jangan meggunakan karet busa untuk mengisinya. Setelah terisi boneka dapat dihias dengan sulaman, biji tumbuhan atau spidol dan rambut dengan benang serta pakaian. Pembuatan boneka ini dapat mengalami perkembangan dan bertambahnya jenis. Berikut beberapa conntohnya, boneka perca bersendi-sendi, Dua boneka dalam satu bentuk, boneka seni patung lunak, boneka tas,kursi berbentuk boneka.
Gambar 2.9 Gambar anak-anak jadi sumber inspirasi boneka (Sumber: Rubrum,1982:61-62)
51
b) Menurut Pery (1984:79) Boneka ialah karya seni yang diciptakan dalam bentuk figur yang setiap detail bentuknya melahirkan kepribadian dan karakter masing-masing yang berbeda sehingga memiliki daya tarik gaib didalamnya. Membuat boneka merupakan ketrampilam yang memuaskan dan tidak memerlukan biaya yang tinggi. Pery menjelakan teknik membuat boneka dengan berbagai kemungkinan bahan meskipun mayoritas masih memanfaatkan kain bekas. Sehingga tidak semua boneka membutuhkan tahap membuat pola pada kertas, tergantung dengan boneka yang akan diciptakan apakah memerlukan perhitungan bentuk dan ukuran yang pasti ataukah bersifat bebas. Berbeda bahan pengembangan perbeda pula teknik membuatnya namun Perry dalam membuat boneka dengan pengembangan bahan yang berbeda hampir memiliki teknik yang sama yaitu membuat boneka dari bagian per bagian tubuh boneka. Contoh jenis boneka tersebut adalah boneka kemiri turki, boneka telur, boneka perca, boneka penjepit kayu, boneka berkepala apel, dan boneka kelobot jagung.
52
Gambar 2.10 Boneka kemiri turki, telur, penjepit kayu, berkepala apel, dan kelobot jagung (Sumber: Perry, 1984:79)
c) Menurut Clarck membuat boneka dari kain adalah jenis dan teknik yang mendasar. Sangat terbuka pula akan pengembangan didalamnya dan hasil pengembangan yang muncul itulah jenisjenis baru.. Boneka kain terutamanya yang dijahit dengan tangan akan menimbulkan perasaan tersendiri pada pemiliknya dan menimbulkan perasaan serta fantasi tersendiri bagi yang melihat. Boneka kain lebih akrab dimasyarakat dibanding boneka lainya dari dahulu hingga sekarang. Tahap awal adalah mempersiapkan alat dan bahan yaitu gunting, berbagai jenis jarun (jarum jahit,sulam,reparasi,lurus), benang jahit tangan dan wol,kapur jahit, karbon, isian boneka. Bahan kain, jenis kain tidak harus baru namun dapat memanfaatkan kain bekas yang ada. Bahan pengisinya dapat berupa kain perca katun, sabun cuci, pasir , padi-padian, dan dakron atau serat polyester. Isian dakron atau serat polyester
53
dapat menghasilkan hasil yang bagus dengan model yang muthakir. Setelah siap, langkah pertama membuat pola dasar. Pola dibuar diatas kertas kotak kotak. Sebelumnya harus sudah mempersiapkan gambar rencana boneka yang akan dibuat. Potong pola dan digunakan untuk memotong kain agar bentuk sesuai dengan pola yang dibuat. Kain yang telah dipotong maka dapat dijahit dan diisikan isian. Jahitan yang digunakan adalah jelujur. Jahitan yang baik adalah kecil dan padat sehingga dapat tertutup rapat dan isian pun tidak keluar. Tahap pengisian dilakukan harus disesuaikan kepadatannya agar tercapai bentuk sesuai desain. Lalu boneka dapat dihias. Teknik menghias atau dekorasi boneka akan menambah keindahan penampilan dan menimbulkan ciriciri khusus pada boneka. Teknik dekorasi dapat menggunakan cat pakaian atau dengan sulaman. (1985 :8-38)
Dalam proses pembuatan boneka tersebut khususnya yang menggunakan kain banyak menerapkan sulaman dan jensi menggunakan beberapa jenis tusuk dasar. Berikut beberapa jenis tusuk menurut Davis (1984: 10-32) a) Simpul awal dan simpul akhir Simpula awal adalah simpul untuk memulai jahitan sedangkan simpul akhir untuk mematikan jahitan. b) Tusuk silang Tusuk yang mempunyai arah diagonal dan pada garis tengahnya ada persilangan antara tusuk bagian atas dan tusuk bagian bawah.
54
Gambar 2.11 Simpul akhir dan tusuk silang (Sumber: Davis ,1984: 12)
c)
Tusuk jelujur Tusuk yang mempunyai arah horizontal ukuran dan jarak turun naik tusuk diatur sama panjang.. Tusuk ini dapat digunakan untuk menyatukan satu bahan dengan bahan yang lain atau untuk menguatkan jahitan
d) Tusuk lilit cambuk Tusuk yang awalnya dengan jahit jelujur lalu menggunakan benang warna lain dan lewatkan dari atas setiap tusuk tidak menembus bahan. e) Tusuk lilit benang Tusuk yang awalnya dengan jahit jelujur lalu dengan benang warna lain, lewakan dari atas sebuah tusuk kemudian masuk dari
55
bawah tusuk berikutnya, lali keatas tusuk berikutnya ,dan demikian seterusnya. f) Tusuk lilit Tusuk ini dapat digunakan untuk menyatukan satu bahan dengan bahan lain atau untuk menyatukan jahitan. Tusuk ini harus pendek dan rapat serta rata
Gambar 2.12 Tusuk jelujur, lilit benang, lilit cambuk dan lilit (Sumber: Davis ,1984: 20)
g) Tusuk rantai Tusuk mempunyai arah horizontal atau vertical dimana masing-masing tusuk saling tindih menindih sehingga membentuk rantai-rantai yang sambung menyambung.
56
h) Tusuk Feston Tusuk yang mempunyai dua arah yaitu arah vertikal dan arah horizontal, kaki tusuk arah vertikal dan arah horizontal mempunyai pilinan
Gambar 2.13 Tusuk rantai dan feston (Sumber: Davis ,1984: 25)
57
B. Kerangka Berpikir
Guru memberikan materi pembelajaran Seni Budaya berdasarkan materi pokok yang tercantum di dalam kurikulum, kemudian guru mengembangkan kajian materi Seni Budaya yang diberikan agar siswa lebih mudah untuk menerima materi kreasi Seni Budaya tersebut. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat karya kreasi boneka . Dalam prosesnya, secara teknik sederhana guru memaparkan proses pembuatan karya kreasi boneka dengan ceramah dan demonstrasi. Selanjutnya guru mengamati dan membimbing siswa dalam karya kreasi boneka, namun tetap memberikan kebebasan kepada siswa untuk berekspresi dan berkreasi sesuai dengan karakter dan gaya berkarya siswa. Selanjutnya dalam proses evaluasi dan pengambilan nilai dilakukan setelah tugas kreasi boneka yang diberikan oleh guru diselesaikan dan dikumpulkan oleh siswa. Dengan melihat hasil karya siswa, maka guru dapat menilai sesuai dengan kriteria penilaian serta tingkat keberhasilan pembelajaran seni budaya dengan mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar. Tiap karya siswa akan memperlihatkan keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran seni rupa, baik dari proses mendengar, melihat, mengamati, mencari sumber referensi, hingga proses berkarya Berdasarkan perumusan masalah dan kajian teori di atas, maka dapat dibuat kerangka berpikir sebagai berikut :
58
Pembelajaran
Seni Rupa
Model Pembelajaran Materi Pembelajaran Media Pembelajaran Metode Pembelajaran
Kreasi Boneka
Hasil Karya Siswa
Evaluasi Bagan 2.1 Kerangka berfikir
Unsur Prinsip Seni Rupa Kreasi & Kreatif Pengertian & Sejarah Boneka Jenis & Teknik Boneka