BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Senam Lantai Senam lantai pada umumnya disebut Floor Exercise, tetapi ada juga ada yang menamakan tumbling. Menurut Agus Margono (2009:79), “Senam lantai adalah senam yang dilakukan pada matras, unsur – unsur geraknya terdiri dari mengguling, melompat, meloncat, berputar di udara, menumpu dengan tangan atau kaki untuk mempertahankan sikap seimbang atau pada saat meloncat ke depan atau belakang”. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, senam artistic merupakan salah satu jenis senam yang dalam pelaksanaanya seorang pesenam melakukan gerakan – gerakan yang telah di susun atau dirangkai baik dengan menggunakan alat ataupun tanpa menggunakan alat. Di dalam mempelajari atau berlatih senam, seseorang tidak bisa langsung belajar atau berlatih gerakan – gerakan yang mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi. Untuk itu belajar atau berlatih senam harus diawali dari dasar atau tingkat yang mudah, baru kemudian semakin meningkat ke arah gerakan yang sukar (tingkat kesulitan tinggi). a. Macam – Macam Gerakan Senam Lantai Dalam senam lantai banyak sekali macam gerakan yang harus di kuasai oleh pesenam. Namun pada dasarnya bentuk – bentuk gerakan senam lantai bagi putra putri adalah sama, hanya untuk putri banyak unsur gerak balet. Pengklasifikasian gerak dalam senam lantai menurut Agus Margono (2009: 80-92) sebagai berikut : a. Mengguling : 1) Guling depan tungkai bengkok 2) Guling depan tungkai lurus 3) Guling belakang tungkai bengkok 4) Guling belakang tungkai lurus b. Keseimbangan : 1) Berdiri atas kepala 2) Berdiri atas kepala diteruskan guling dada 3) Berdiri atas tangan 4) Back extension (Stutz) 7
8
c.
d. e. f.
5) Berdiri atas tangan terus guling dada Melenting : 1) Melenting tumpuan tengkuk 2) Melenting tumpuan dahi 3) Front walkover 4) Back walkover 5) Melenting tumpuan tangan (hand spring) 6) Melenting ke belakang tumpuan tangan. Meroda atau gerakan baling – baling Round Off Gerakan Salto : a) Salto ke depan 1) Salto depan jongkok 2) Salto depan sudut / kaki lurus b) Salto ke belakang 1) Salto belakang jongkok 2) Salto belakang sudut / kaki lurus c) Salto ke samping 1) Salto samping lutut bengkok 2) Salto samping kaki lurus Sedangkan menurut Mikanda Rahmani (2014: 95) teknik dasar
senam adalah guling ke depan, guling ke belakang, lompat harimau, keseimbangan kepala, keseimbangan tangan, handspring, back handspring, stut, round off, keep, neck kip, head kip, kayang, sikap lilin, sikap kayang, salto, dan lain – lain. b. Pengertian Guling Depan Gerakan guling depan adalah gerakan badan mengguling ke depan mulai tengkuk, punggung, pinggang dan panggul bagian belakang. Agus Margono (2009: 80-81) membedakan gerakan guling depan menjadi dua macam yaitu, guling depan dengan tungkai bengkok dan guling depan tungkai lurus. c. Guling depan tungkai bengkok a) Sikap permulaan jongkok pantat agak tinggi kedua lengan lurus ke depan. b) Luruskan tungkai, badan condong ke depan, tangan menumpu pada matras selebar bahu, tarik dagu ke dada, tengkuk letakan pada matras.
9 c) Saat punggung mengenai matras, bengkokkan tungkai, tarik paha ke dada, tangan menolak gerakan mengguling, diteruskan hingga berakhir sikap jongkok, tangan melekat pada tulang kerin, pandangan lurus ke depan. d. Guling depan tungkai lurus a) Sikap permulaan jongkok membelakangi matras, lengan lurus ke depan. b) Jatuhkan badan ke belakang, tarik dagu ke dada, bengkokkan lengan, telapak tangan menghadap ke atas, ibu jari dekat pada telinga. c) Mengguling ke belakang mendarat pada matras mulai dari pantat, punggung, tengkuk, kepala bagian belakang, tangan menumpu pada matras disamping kepala, kaki tetap bengkok mengikuti gerakan badan pada saat mengguling. d) Tolakan tangan sampai lengan lurus pada saat pantat melewati titik tertinggi pada waktu mengguling ke belakang, mendarat pada kaki, tangan lepas dari matras, pandangan lurus ke depan. 2. Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar dimaknai sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkunganya.Tingkah laku itu mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Tingkah laku dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang dapat diamati dan yang tidak. Tingkah laku yang dapat diamati disebut dengan behavioral performance, sedangakan yang tidak dapat diamati disebut behavioral tendency. Ada beberpa pengertian belajar ditinjau dari beberapa sumber di antaranya, Dimyati & Mudjiono (2013: 7) mengungkapkan belajar merupakan tindakan dan perilaku peserta didik yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh peserta didik sendiri. Aunurrahman (2012: 35) mengemukakan bahwa belajar adalah sutu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
10 yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang unutuk memperoleh suatu perubahan yang baru, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. b. Prinsip – Prinsip Belajar Prinsip belajar ialah petunjuk atau cara yang perlu diikuti untuk melakukan kegiatan belajar. Peserta didik akan berhasil dalam belajarnya jika memperhatikan prinsip – prinsip belajar. Prinsip belajar akan menjadi pedoman bagi peserta didik dalam belajar. Sedangkan menurut Syaiful Sagala (2003:53-54) yang dikutip dalam buku Endang Komara mengemukakan beberapa prinsip belajar antara lain sebagai berikut : a. Law of Effect yaitu hubungan antara stimulus dengan respon terjadi dan diikuti dengan keadaan memuaskan, maka hubungan itu diperkuat. Sebaliknya jika hubungan itu diikuti dengan perasaan tidak menyenangkan maka hubungan itu akan melemah. Jadi, hasil belajar akan diperkuat apabila menumbuhkan rasa senang atau puas. b. Speed of Effect yaitu reaksi emosional yang mengiringi kepuasan itu tidak terbatas pada sumber utama pemberi kepuasan, tetapi kepuasan mendapatkan pengetahuan baru. c. Law of Exercise yaitu hubungan antara perangsang dan reaksi diperkuat dengan latihan dan penguasaan, sebaliknya hubungan itu akan melemahkan jika dipergunakan. Jadi, hasil belajar akan lebih sempurna apabila sering diulang dan sering dilatih. d. Law of Readiness yaitu bila satuan-satuan dalam sistem syaraf telah siap berkonduksi, dan hubungan itu berlangsung, maka terjadinya hubungan itu akan memuaskan. e. Law of Primacy yaitu hasil belajar yang diperoleh melalui kesan pertama, akan sulit digoyahkan. f. Law of Intensity yaitu belajar memberi makna yang dalam apabila diupayakan melalui kegiatan yang dinamis. g. Law of Recency yaitu bahan yang baru dipelajari, akan lebih mudah diingat. h. Fenomena kejenuhan adalah suatu penyebab yang menjadi perhatian signifikan dalam pembelajaran.
11 i. Belongingness yaitu keterkaitan bahan yang dipelajari pada situasi belajar, akan mempermudah berubahnya tingkah laku. c. Tujuan Belajar Menurut M. Sabry Sutikno (2013: 7) tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai sesuatu yang diharapkan tercapai oleh peserta didik setelah berlangsungnnya proses belajar. Dengan kalimat yang sangat sederhana, secara garis besar ada tiga tujuan belajar sebagai berikut : 1. Pengumpulan pengetahuan 2. Penanaman konsep dan kecekatan 3. Pembentukan sikap dan perbuatan. d. Pengertian Pembelajaran Menurut Agus Kristiyanto (2010: 121) pembelajaran merupakan bantuan yang di berikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Pembelajaran merupakan salah satu bagian dari kegiatan belajar mengajar yang terdiri dari komponen-komponen di dalamnya. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010: 41), komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut : (1) Tujuan Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan dari suatu kegiatan. (2) Bahan Pelajaran Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. (3) Kegiatan Belajar Mengajar Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. (4) Metode Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (5) Alat Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. (6) Sumber Pelajaran
12 Yang dimaksud dengan sumber-sumber bahan dan belajar adalah sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang. (7) Evaluasi Ny. Drs. Roestiyah N.K.(1989:85) mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalamdalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar. Menurut Sutikno (2013: 34),
pembelajaran akan terjadi jika
memenuhi ciri-ciri sebagai berikut : 1) Memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk siswa dalam suatu perkembangan tertentu 2) Terdapat mekanisme, langkah-langkah, metode dan teknik yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan 3) Fokus materi jelas, terarah dan terencana dengan baik 4) Adanya aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan pembelajaran 5) Tindakan guru yang cermat dan tepat 6) Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan siswa dalam proporsi masing-masing 7) Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran 8) Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk Dari beberapa pengertian pembelajaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa inti dari pembelajaran itu adalah segala upaya yang dilakukan oleh guru (pendidik) agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik. e. Prinsip – Prinsip Pembelajaran Belajar suatu keterampilan adalah sangat kompleks. Belajar membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Suatu pembelajaran yang afektif dan baik untuk pendidikan hendaknya didasari prinsip – prinsip yang baik pula. Menurut Nasution yang di kutip H.J. Gino dkk (1998: 51) pada buku Penelitian Tindakan Kelas (2010: 125) bahwa, “Perubahan akibat belajar tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakupan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat,
13 penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang”. Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada peserta didik. Untuk mencapai perubahan atau peningkatan pada diri peserta didik, maka dalam proses pembelajaran harus di terapkan prinsip – prinsip pembelajaran yang tepat. Menurut Wina Sanjaya (2006: 30) bahwa sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran diantaranya: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)
Berpusat pada peserta didik Belajar dengan melakukan Mengembangkan kemampuan sosial Mengembangkan keingintahuan, imajinasi dan fitrah Mengembangakan keterampilan pemecahan masalah Mengembangkan kreatifitas peserta didik Mengembangkan kemampuan ilmu dan teknologi Menumbuhkan kesadaran sebagai warga Negara yang baik Belajar sepanjang hayat
Prinsip – prinsip pembelajaran tersebut sangat penting untuk di perhatikan oleh seorang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang di dasarkan pada prinsip – prinsip belajar yang benar, maka akan di peroleh hasil belajar yang optimal. f. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran menurut Hamdani (2011: 47) membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu, tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya. Tingakah laku ini meliputi pengetahuan, keterampilan dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa. Tujuan mempunyai jenjang dari yang luas atau umum sampai kepada yang sempit/khusus. Semua tujuan itu berhubungan antara satu dengan yang lainnya, dan tujuan di atasnya. Bila tujuan terandah tidak tercapai, maka tujuan di atasnya tidak tercapai pula. Hal ini disebabkan karena tujuan berikutnya merupakan turunan dari tujuan sebelumnya. Oleh karena itu, aspek tujuan pembelajaran merupakan yang paling utama.
14 g. Hasil Belajar Menurut Ahmad Susanto (2014: 5) pengertian hasil belajar yaitu perubahan – perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagi hasil dari kegiatan belajar mengajar. Menurut Nana Sudjana (2009: 3-4) penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil merupakan akibat dari proses. Sejalan dengan pengertian di atas maka penilaian berfungsi sebagai : (a) Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional. Dengan fungsi ini maka penilaian harus mengacu kepada rumusan – rumusan tujuan instruksional. (b) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar – mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan belajar peserta didik, strategi mengajar guru, dll. (c) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar peserta didik kepada orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan kecakapan/belajar peserta didik dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nilai – nilai prestasi yang dicapainya.
3. Alat bantu pembelajaran Alat bantu merupakan alat – alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan mempraktekan sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran. Jelas pula pengertian atau pengetahuan yang di peroleh. Dengan perkataan lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin suatu objek sehingga mempermudah persepsi. Manfaat alat bantu pembelajaran menurut Soekidjo (2003) dalam buku Penelitian Tindaka Kelas (2010: 129 – 130) secara terperinci adalah sebagai berikut : 1)
Menimbulkan minat sasaran pendidikan
15 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
Mencapai sasaran yang lebih banyak Membantu mengatasi hambatan bahasa Merangsan sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan – pesan kesehatan Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat. Meransang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan – pesan yang diterima kepada orang lain. Mempermudah penyampain bahan pendidikan/ informasi oleh para pendidik pelaku pendidikan Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan.
4. Permainan Menurut Santrock dalam buku Fadillah (2014: 26) permainan adalah kegiatan yang menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan itu sendiri. Menurutnya, permmainan memungkinkan anak melepaskan energi fisik yang berlebihan dan membebaskan perasaan yang terpendam. Sedangkan menurut Hidayatulah (2008: 5) permainan dapat di definisikan sebagai aktivitas yang dibatasi oleh aturan – aturan yang lengkap dan terdapat suatu kontes diantara pemain supaya menghasilkan hasil yang dapat diprediksi. Dengan kata lain bahwa permainan adalah kontes sukarela yang didasari peraturan dan tujuan – tujuan yang dinyatakan dengan jelas. Melalui bermain, anak belajar berkomunikasi,
bernegosiasi
mengelola peraturan,
serta
memperluas keahlian berpikir kognitif mereka. (Charner, Murphy, & Ford, 2005: 8) Selanjutnya Cholik & Lutan (2001: 127) menambahkan model pembelajaran yang dikembangkan di sekolah dasar berorientasi pada kemampuan kondisi fisik, mental, emosional, intelektual dan social anak seusia mereka. a. Permainan Estafet Balon Pembelajaran guling depan senam lantai dengan mengunakan permainan estafet balon dilakukan dengan memanfaatkan tiga buah balon yaitu balon berukuran besar, sedang dan kecil.
16
Gambar 1. Balon (sumber pribadi peneliti) i.
Penggunaan balon besar
Cara penggunaan balon yang berukuran besar yaitu balon diletakkan dan ditempelkan pada perut dan paha. Dalam penggunaan balon yang berukuran besar ini peneliti menyasar pada mental peserta didiknya terlebih dahulu yaitu peserta didik yang takut melakukan guling depan dan diharapkan dengan penggunaan balon yang berukuran besar ini para peserta didik mau melakukan gerakan guling depan. (1)
(2)
(3)
Gambar 2. Rangkaian gerakan guling depan 1 (sumber pribadi peneliti) ii.
Penggunaan balon sedang
Cara penggunaan balon yang berukuran sedang yaitu balon di letakan/dicepitkan ditengah tengah kedua kaki. Hal ini bertujuan agar supaya posisi kaki saat melakukan guling depan tetap lurus dan sejajar. (1)
(2)
(3)
17
Gambar 3. Rangkaian gerakan guling depan 2 (sumber pribadi peneliti) iii.
Penggunaan balon kecil
Cara penggunaan balon yang berukuran kecil yaitu balon di letakan dan di kepitkan pada dagu dan dada. Hal ini bertujuan agar supaya peserta didik terbiasa mendekatkan dagu dengan dada. Karena kebanyakan peserta didik melakukan gerakan guling depan dengan menggunakan kepala sedangkan gerakan yang benar sendiri posisi badan yang diletakan adalah tengkuknya terlebih dahulu. (1)
(2)
(3)
Gambar 4. Rangkaian gerakan guling depan 3 (sumber pribadi peneliti)
Permainan estafet balon dilakukan dengan cara : 1. Peserta didik dibagi menjadi 3 kelompok dan setiap kelompok hanya diberikan
tiga
buah
balon
yang
berukuran
berbeda
beda
(besar,sedang dan kecil). 2. Lalu peserta didik di bariskan 3 banjar ke belakang. 3. Peraturan permainannya setiap peserta didik yang melakukan permaianan hanya boleh mengambil satu per satu balon dan urut mulai dari balon yang berukuran besar,kecil dan yang terakhir sedang. Setelah itu balon di masukan ke dalam kotak. 4. Dan kelompok yang anggotanya sudah melakukan semua itulah yang menjadi pemenangnya.
18
Keterangan: Halaman/ lapangan
Berguling menuju kotak
Matras
Kembali ke pos awal
Kelompok 1
Kotak balon
Kelompok 2
Gambar 5. Skema permainan (sumber pribadi peneliti)
B. Kerangka Berpikir Pembelajaran guling depan senam lantai dengan menggunakan permainan estafet
balon
merupakan
bentuk
pembelajaran
yang
bertujuan
untuk
mengembangkan kemampuan gerak peserta didik. Dengan menggunakan permainan estafet balon peserta didik lebih termotivasi dan terbantu dalam melakukan gerakan guling depan, serta aspek – aspek yang terdapat pada diri peserta didik dapat di kembangkan Aspek pembelajaran guling depan senam lantai dengan menggunakan permainan estafet balon yaitu : supaya peserta didik termotivasi melakukan gerakan, untuk mempermudah peserta didik dalam pembelajaran, untuk mengembangkan
skill,
meransang
kemampuan
berfikir,
dan
untuk
menimbulkan/meningkatkan rasa berani peserta didik dalam melakukan gerakan. Dengan menggunakan permainan estafet balon pada pembelajaran guling depan senam lantai diharapkan peserta didik sangat terbantu dan mempermudah melakukan gerakan guling depan dan termotivasi, karena penerapan penggunaan
19 permainan estafet balon sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Dengan adanya model pembelajaran yang baru dan lebih mudah untuk dilaksanakan oleh peserta didik, jadi peserta didik lebih tertarik untuk melakukan guling depan dan peserta didik tidak akan merasa takut lagi melakukan guling depan.
Kondisi awal
Guru belum tepat menggunakan model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar guling depan
Peserta didik : a. Peserta didik kurang antusias & cepat bosan dengan pembelajaran guling depan yang kurang bervariasi b. Hasil belajar guling depan masih rendah Siklus I :
Tindakan
Kondisi akhir
Menggunakan permainan estafet balon
Melalui penerapan estafet balon dapat memotivasi siswa untuk belajar guling depan sehingga hasil belajar guling depan juga meningkat
Peneliti bersama dengan guru menyusun dan melaksanakan pengajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guling depan dengan menggunakan permainan estafet balon Jika indikator sudah tercapai, penelitian bisa diakhiri Jika belum, perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya
Gambar 6. Kerangka Berfikir
20 C. Perumusan Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan sebagai berikut: Penggunaan Permainan Estafet Balon dapat Meningkatkan Hasil Belajar Senam Lantai Guling Depan pada Siswa Kelas IV SD Negeri Karangasem I Kecamatan Laweyan Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016.