BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Permainan Bola Basket Bola basket merupakan olahraga permainan yang mempunya peraturan-peraturan tertentu, sehingga untuk dapat bermain sesuai dengan peraturan, maka pemainnya harus memiliki keterampilan bermain bola basket sesuai dengan aturan mainnya. Seperti yang dikemukakan dalam buku peraturan permaian bola basket FIBA (1995 : 11) yang di terjemahkan oleh PB. PERBASI, yaitu : Bola basket dimainkan oleh dua regu yang masing-masing terdiri dari 5 pemain. Tiap regu berusaha memasukkan kedalam keranjang regu lawan dan mencegah regu lawan memasukkan bola atau membuat angka/score. Bola boleh dioper, dilempar, ditepis, digelindingkan atau dipantulkan/didribble ke segala arah sesuai dengan peraturan/ketentuan. Permainan bolabasket dipimpin oleh dua orang wasit dan dibantu oleh petugas meja, yang bertugas mencatat angka dan semua kejadian pelanggaran atau kesalahan baik yang dilakukan oleh pemain maupun pelatih. Pada pemain ini dilakukan dalam dua babak, antara babak pertama dengan babak kedua diberi waktu istirahat dan setelah dilakukan pertukaran tempat. Regu yang dinyatakan menang adalah regu yang sampai pertandingan lebih banyak memasukkan bola kedalam ring atau basket. Pencapaian prestasi dala permainan bola basket di pengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang paling menentukan terhadap pencapaian prestasi bola basket yaitu faktor kemampuan dari atlet itu sendiri. Faktor dari diri atlet yang harus di kembangkan untuk mencapai prestasi dalam permainan bola basket yaitu faktor kemampuan teknik, fisik, taktik dan mental. Teknik dasar merupakan unsur dasar yang harus di kuasai pemain untuk mencapai prestasi dalam permainan bola basket. Unsur-unsur teknik dasar tersebut harus mendapat perhatian yang serius bagi parar pelatih, Pembina maupun pemain bola basket. 7
8 Dengan penguasaan teknik dasar bermain bola basket makas setiap pemain akan dapat menyesuaikan diri dengan situasi pertandingan yang berubah-ubah. Kualitas penguasaan teknik dasar bermain bola basket tidak lepas dari unsur-unsur fisik dan taktik. Yang akan menentukan tingkat permainan suatu regu bola basket. Semakin baik tingkat ketrampilan teknik pemain dalam memainkan dan menguasai bola maka semakin cepat dan cermat kerjasama yang dicapai. Permainan bola basket pertama-tama yang di kuasai adalah macammacam teknik dasar dalam bermain bola basket. Melihat kenyataan ini, maka seorang pelatih atau pembina bola basket di tuntut untuk memahami dasar-dasar teknik dan taktik dalam permainan bola basket serta membimbing pemain agar dapat memacu perkembangan keterampilan teknik dasar dengan baik dan benar sesuai program latihan yang pada akhirnya merupakan gerakan-gerakan yang otomatis, sehingga tujuan dalam latihan dapat tercapai.
2. Teknik Dasar Permainan Bola Basket Gerakan dasar permainan bolabasket adalah keterampilan gerak yang harus dikuasai dan dilakukan pada permaian bolabasket yang berkaitan dengan aktifitas memainkan bola. Untuk dapat memainkan permainan bolabasket dengan baik, efektif dan efisien perlu menguasai teknik dasar dalam permainan bolabasket. Teknik dasar dalam bermain bola basket mencakup teknik dasar mengoper bola (passing), teknik dasar menerima bola, menggiring (dribbling), teknik dasar menembak (shooting), teknik dasar olah kaki (footwork), dan pivot (Nuril Ahmadi, 1996: 13-21). Dapat disimpulkan gerakan yang efektif dan efisien perlu didasarkan pada penguasaan teknik dasar yang baik. Teknik dasar permainan bolabasket antara lain : a. Teknik Dasar Mengoper Bola (Passing) Passing berarti mengoper bola, merupakan salah satu teknik dasar dalam permainan bolabasket. Dengan operan para pemain dapat
9 melakukan gerakan mendekati ring basket untuk kemudian melakukan tembakan (Nuril Ahmadi, 2007: 13). Agar dapat melakukan passing dengan baik dalam berbagai situasi, pemain harus menguasai bermacammacam teknik dasar passing bola dengan baik. Teknik dasar passing dalam bola basket adalah sebagai berikut : 1) Mengoper bola setinggi dada (chest pass) Menurut Nuril Ahmadi (2007: 13), mengoper bola dengan dua tangan dari depan dada merupakan gerakan yang sering dilakukandalam suatu pertandingan bolabasket. Passing dengan cara ini akan menghasilkan kecepatan, ketepatan, dan kecermatan. Jarak lemparan adalah 5 sampai 7 meter. Menurut Dedy Sumiyarsono (2002: 14), jenis lemparan tolakan dada dengan dua tangan 80% digunakan dalam permainan bolabasket dibanding dengan lemparan yang lain. 2) Overhead Pass Lemparan bola dengan posisi permulaan bola berada di atas kepala sedikit di depan dahi dan siku agak ditekuk, bola dilemparkan dengan lekukan pergelangan tangan disertai dengan meluruskan lengan. Menurut Nuril Ahmadi (2007: 14), lemparan ini biasanya dilakukan oleh pemain-pemain yang berbadan tinggi sehingga melampaui daya raih lawan. Sedangkan menurut Jon Oliver (2007: 38), efektif digunakan ketika harus mengumpankan bola ke seorang rekan melewati kepala pemain bertahan. Untuk melakukan umpan dari atas kepala, letakan kedua tangan di kedua sisi bola. 3) Bounce Pass Gerakan passing yang dilakukan agar penerima dapat menangkap bola dari pantulan ke daerah pinggul penangkap bola tersebut. Jon Oliver (2007: 37) mengatakan “efektif digunakan jika perlu mengumpan bola rendah ke seorang rekan melewati seorang pemain bertahan, untuk melakukan umpan pantul gunakanlah teknik mengumpan seperti umpan dada.
10 b. Teknik Dasar Menerima Bola (Catching) Catching atau menangkap bola adalah bagaimana pemain dapat menerima bola dengan tepat pada posisi quick stance atau posisi cepat Priya Pandu (2010: 14). Menurut Nuril Ahmadi (2007:16), agar dapat menerima bola dengan baik dalam berbagai posisi dan situasi, pemain harus mengusai teknik dasar menerima bola dengan baik. Teknik menerima bola sebagai berikut : 1) Berdiri dengan sikap kaki melangkah menghadap arah datangnya bola. 2) Kedua lengan dijulurkan ke depan menyongsong arah datangnya bola. 3) Berat badan bertumpu pada kaki depan. 4) Setelah bola menyentuh telapak tangan, tarik kaki depan ke belakang, siku ditekuk hingga bola ditarik mendekati dada. 5) Badan agak condong ke depan. 6) Posisi badan bertumpu pada kaki belakang. 7) Posisi bola di pegang di depan dada. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa passing berarti mengoper atau mengumpan bola dalam permainan bolabasket, yang berguna untuk mendekati ring untuk kemudian melakukan tembakan. Macam passing yang sering digunakan adalah, operan dada (chest pass), operan atas (overhead pass), operan pantul (bonce pass). Sedangkan menangkap bola (catching) merupakan bagian dari operan yang berfungsi untuk mengamankan bola dari ancaman lawan, sehingga bola dapat dimainkan dengan baik dan tidak berbalik menjadi bola lawan.
c. Teknik Dasar Menggiring Bola (Dribble) Menurut Hal Wissel (1996: 95), dribble merupakan salah satu cara membawa bola dengan memantulkan bola pada lantai yang gerak bola lebih dulu daripada gerak kaki dan tidak boleh dipegang dengan dua tangan. Dalam permaianan bolabasket teknik dribble digunakan untuk
11 menerobos pertahanan pemain lawan dengan penguasaan bola ditangan, namun jika terlalu lama membuat rekan tim cenderung tidak bergerak sehingga memudahkan lawan untuk merebut bola. Meminimalkan pemakaian dribel pada saat yang kurang perlu, dan jangan berlebihan. Dalam peraturan bolabasket, diperbolehkan melakukan dribble silih berganti kiri dan kanan, tetapi memantulkan dengan dua tangan tidak diijinkan. Membiasakan diri melatih penguasaan bola dan perasaan hanya bisa dikembangkan dengan latihan secara terus-menerus. Menurut Nuril Ahmadi (2007: 17), dribble adalah membawa lari bola ke segala arah sesuai dengan peraturan yang ada. Seorang pemain diperbolehkan membawa bola lebih dari satu langkah asal bola dipantulkan ke lantai, baik dengan berjalan maupun berlari. Dribble harus menggunakan satu tangan, kegunaan dribel selain untuk menembus pertahanan lawan juga untuk mencari peluang menembak maupun passing, serta memainkan tempo permainan. Menggiring bola adalah suatu usaha membawa bola menuju daerah lawan (Agus Mukholid, 2004: 41). Berikut beberapa gerak menggiring yang digunakan oleh pemain bolabasket (Jon oliver, 2007: 52-55): 1) Dribble crossover, merupakan dribble yang dimulai dengan melakukan drible rendah pada satu sisi tubuh, baik menggunakan tangan kiri atau tangan kanan. Gerakan bola dengan cepat ke sisi lain tubuh dengan memantulkan di depan lutut/menyeberangkan keposisi lain; 2) Dribble diantara dua kaki, merupakan gerakan memantulkan bola dengan cepat melewati celah diantara kedua kaki; a) Drible Jab-Stap; b) Drible Behind-the-Back (di belakang punggung) c) Dribble Stop-n-Go. Berdasarkan pendapat dan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dribble adalah teknik yang dilakukan dalam
12 permainan bolabasket, menggunakan satu tangan dipantulkan ke lantai dengan berlari asal tidak lebih dari tiga langkah, dengan berjalan maupun diam di tempat. Dengan tujuan untuk mencari peluang menyerang, menembus pertahanan lawan, mengoper maupun mengatur tempo permainan.
d. Teknik Dasar Menembak (Shooting) Tujuan utama dari permainan bolabasket adalah memasukan bola ke basket lawan sebanyak-banyaknya dan mencegah lawan agar mencetak nilai serta memenangkan pertandingan. Tentunya dalam suatu pertandingan pemain berusaha mencetak angka atau nilai untuk kemenangan timnya dalam teknik dasar menembak terdapat bermacam tembakan dan berbagai bentuk gerakan menembak. Menurut Hal Wissel dikutip oleh (Renaning Hati 2010: 15), shooting adalah keahlian yang sangat penting dalam olahraga basket. Sedangkan menurut Nuril Ahmadi (2007: 18), usaha memasukkan bola ke keranjang diistilahkan dengan menembak, dapat dilakukan dengan satu tangan, dua tangan dan lay up. Ada beberapa jenis shooting yaitu sebagai berikut: 1) Tembakan satu tangan (one hand set shoot) Sikap badan pada waktu akan menembakkan bola: berdiri tegak, kaki sejajar atau kaki kanan di depan (bagi yang tidak kidal), kaki kiri di belakang, sementara lutut di tekuk. Bola di pegang dengan tangan kanan atas di atas kepala dan di depan dahi, siku tangan kanan di tekuk ke depan, tangan kiri membantu memegang bola agar tidak jatuh dan berfungsi untuk menjaga keseimbangan, serta pandangan ditujukan ke keranjang basket. Kemudian bola ditembakkan ke keranjang basket dengan gerakan siku, badan, dan lutut diluruskan secara serempak. Pada waktu tangan lurus, bola dilepaskan, jari-jari dan pergelangan tangan diaktifkan.
13 Ada beberapa jenis tembakan yang masuk dalam kategori tembakan satu tangan (one hand set shoot) yaitu: a) Underhand shot Tembakan ini adalah jenis tembakan lay-up ketika penembak, setelah melompat ke arah keranjang, mengangkat lengan dan mengangkat tangannya ke atas untuk menjauhkan bola dari pemain bertahan (PERBASI, 2006:24). b) Hook shot Tembakan hook adalah tembakan lemah dan akurat serta merupakan gerakan low-post yang baik. Bila dilakukan dengan benar maka tembakan ini sulit dihalangi, karena tangan yang menembak berada jauh dari pemain bertahan. Bahkan ketika dijaga oleh pemain yang tinggi (PERBASI, 2006:25). c) Dunking Tembakan
dunk
adalah
gerakan
menyerang
yang
mengagumkan dan dapat mengobarkan semangat tim serta menjatuhkan moral lawan dengan cepat. Dunking dapat dilakukan dengan satu atau dua tangan, dari depan atau belakang (PERBASI, 2006:26). d) Tapping (tip-in) Tap-in bukanlah suatu tembakan. Gerakan ini hanya terdiri dari kibasan lemah ujung jari. Ketika bola memantul dari ring, ujung jari diletakkan di bagian bawahnya dan kemudian dengan lembut bola di dorong ke atas dan di tepuk ke arah ring atau backboard.
Dibutuhkan
pemilihan
waktu
yang
tepat
dan
kemampuan melompat yang baik untuk melakukannya (PERBASI, 2006:27),
2) Tembakan dua tangan Tembakan
menggunakan
kedua
belah
tangan,
bola
ditembakkan ke keranjang basket yang menjadi sasaran. Bola
14 ditembakkan dengan bantuan dorongan, siku, badan dan lutut diluruskan serempak. Ada beberapa jenis tembakan yang masuk dalam kategori tembakan dua tangan yaitu: a) Set shot Tembakan ini jarang dilakukan pada permainan biasa. Karena bila penembak tidak melompat, maka tembakannya akan mudah dihalangi. Umumnya tembakan ini dilakukan saat lemparan bebas (free throw) atau bila memungkinkan untuk menembak tanpa rintangan (PERBASI, 2006:23). b) Jump shot Tembakan ini paling sering dilakukan dibandingkan jenis tembakan lainnya. Tembakan ini sulit dihalangi karena dilakukan di titik tertinggi lompatan vertical penembak (PERBASI, 2006:25).
3) Tembakan lay up (lay up shot) Adalah tembakan yang dilakukan dengan jarak dekat sekali dengan keranjang basket, hingga seolah-olah bola itu diletakkan ke dalam keranjang basket yang didahului dengan gerakan dua langkah. Tembakan ini disebut gaya tembakan tiga langkah. Berdasarkan beberapa pendapat dan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa shooting adalah usaha pemain untuk memasukan bola ke keranjang, dapat di lakuakan menggunakan satu ataupun dua tangan. Menembak bola adalah bagian akhir dalam penyerangan pada olahraga bolabasket dengan tujuan mencetak angka. Ada beberapa jenis tembakan yang masuk dalam kategori tembakan lay up yaitu: a) Reverse lay-up Tembakan lay-up ini memakai ring dan backboard untuk menjaga
penembak
dari
pemain
bertahan
yang
berusaha
menghalangi tembakan dari belakang. Tembakan ini baik dilakukan
15 setelah penetrasi di sepanjang garis belakang atau ketika pemain menerima bola di dalam daerah terlarang dengan posisi memunggungi keranjang (PERBASI, 2006:26).
3. Pengertian Shooting Free Throw Shooting free throw atau tembakan bebas adalah tembakan yang diberikan kepada seorang pemain karena melakukan suatu pelanggaran. Tembakan ini dilakukan pada posisi tepat dibelakang garis tembakan bebas sesuai dengan peraturan. Tembakan bebas adalah kesempatan bagi seorang pemain untuk mendapatkan 1 angka tanpa di halangi, yang dilakukan dari belakang garis lemparan bebas dan di dalam setengah lingkaran (PERBASI, 2006:114). Dasar mekanika dalam melakukan tembakan, menurut Hal Wissel (2000:46) antara lain, “pandangan, keseimbangan, posisi tangan, pengaturan siku, irama tembakan, dan pelaksanaannya”. Pada dasarnya teknik tembakan dapat diterapkan pada semua jenis tembakan-tembakan khususnya shooting free throw, meliputi :
a. Fase Persiapan 1). Lihat Target, 2). Kaki terentang selebar bahu, 3). Jari kaki lurus, 4). Lutut dilenturkan, 5). Bahu dirilekskan, 6). Target yang tidak menembak berada di bawah bola, 7). Tangan untuk menembak di belakang bola, 8). Ibu jari rileks, 9). Siku masuk ke dalam, 10). Bola di antara telinga dan bahu.
16
Gambar 1. Fase Persiapan (Wissel,Hal, 2000:48)
b. Fase Pelaksanaan 1). Lihat target, 2). Rentangkan kaki, punggung, bahu, 3). Rentangkan siku, 4). Lenturkan pergelangan dan jari-jari ke depan, 5). Lepaskan ibu jari, 6). Tangan penyeimbang pada bola sampai terlepas, 7). Irama yang seimbang.
17 Gambar 2. Fase Pelaksanaan (Wissel,Hal, 2000:49)
c. Fase Follow-Through 1). Lihat target, 2). Lengan terentang, 3). Jari telunjuk menunjuk pada target, 4). Telapak tangan ke bawah saat shooting, 5). Seimbangkan dengan telapak tangan ke atas.
Gambar 3. Fase Follow-Through (Wissel,Hal, 2000:49)
4. Latihan a. Pengertian Latihan Kondisi fisik yang baik merupakan faktor yang mendasar untuk mengembangkan faktor lainnya, sehingga akan mendukung pencapaian prestasi yang optimal. Menurut Andi Suhendro (2004: 41) bahwa, “ Kondisi fisik merupakan salah satu syarat penting dalam meningkatkan prestasi seorang atlet, dan bahkan sebagai keperluan yang sangat mendasar untuk meriah prestasi olahraga”. Pentingnya peranan kondisi
18 fisik untuk mendukung pencapaian prestasi olahraga, maka harus dilatih dengan baik dan benar. Latihan fisik pada umumnya memberikan beban fisik pada tubuh secara teratur, rupa
sistematik,
berkesinambungan
sedemikian
sehingga dapat meningkatkan kemampuan didalam melakukan
kerja. Latihan fisik yang teratur, sistematik dan berkesinambungan yang dituangkan dalam suatu program latihan akan meningkatkan kemampuan fisik secara nyata. Menurut Andi Suhendro (2004:3.5) bahwa, “ Latihan fisik
adalah
latihan
yang
ditujukan
untuk
ngembangkan
meningkatkan kondisi seseorang. Latihan ini mencakup
dan
semua
komponen kondisi fisik antara lain kekuatan otot, daya tahan kardiovaskuler, daya tahan otot, kelincahan, kecepatan, power, stamina, kelentukan dan lain-lain”. Latihan fisik merupakan salah satu bagian latihan olahraga secara menyeluruh, serta
untuk
yaitu
untuk meningkatkan
prestasi olahraga
meningkatkan kesegaran jasmani. Dalam pelaksanaan
latihan fisik dapat ditekankan pada salah satu komponen kondisi fisik tertentu sesuai tujuannya. Hal ini artinya, latihan fisik yang dilakukan harus bersifat spesifik sesuai dengan karakteristik komponen fisik yang dibutuhkan untuk tujuan tertentu. b. Prinsip-Prinsip Dasar Latihan Prestasi dalam olahraga dapat dicapai melalui latihan secara intensif dan teratur. Pelaksanaan latihan harus berpedoman pada prinsipprinsip latihan yang benar. Prinsip latihan merupakan garis pedoman yang hendaknya dipergunakan dalam latihan yang terorganisir dengan baik. Berkaitan dengan prinsip-prinsip latihan Sudjarwo (1995: 21) menyatakan, “Prinsip-prinsip latihan digunakan agar pemberian dosis latihan dapat dilaksanakan secara tepat dan tidak merusak atlet”. Agar tujuan latihan dapat dicapai secara optimal, hendaknya diterapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat.
19 Prinsip latihan pada dasarnya merupakan suatu pedoman dalam memberikan beban latihan, sehingga beban latihan dapat dilakukan dengan bain dan akan terjadi peningkatan. Pengembangan kondisi fisik dari hasil latihan tergantung pada tipe dan beban latihan yang diberikan dan tergantung dari kekhususan latihan. Adapun prinsip-prinsip latihan menurut Andi Suhendro (2004: 3.7) antara lain: 1) Prinsip Beban Lebih (Over Load Principle) 2) Prinsip Perkembangan Menyeluruh 3) Prinsip Spesialisasi 4) Prinsip Individual 5) Prinsip Latihan Bervariasi
c. Komponen-Komponen Latihan Setiap kegiatan olahraga yang dilakukan oleh atlet, akan mengarah kepada sejumlah perubahan yang bersifat anatomis, fisiologis, biokimia dan kejiwaan. Efisiensi dari suatu kegiatan merupakan akibat dari waktu yang dipakai, jarak yang ditempuh, dan jumlah pengulangan (volume), beban dan kecepatannya, intensitas, serta frekuensi penampilan (densitas). Apabila seorang pelatih merencanakan suatu latihan yang dinamis. Maka harus mempertimbangkan semua aspek yang menjadi komponen latihan tersebut diatas. Semua komponen dibuat sedmikian dalam berbagai model yang sesuai dengan karakteristik fungsional dan ciri kejiwaaan dari cabang olahraga yang dipelajari. Sepanjang fase latihan, pelatih harus menentukan tujuan latihan secara pasti, komponen mana yang menjadi tekanan latihan dalam mencapai tujuan penampilannya yang telah direncanakan. Cabang olahraga yang banyak membutuhkan keterampilan yang tinggi termasuk bola basket, maka kompleksitas latihan merupakan hal yang sangat diutamakan. Untuk lebih jelasnya, komponen-komponen latihan dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Volume Latihan
20 Sebagai komponen utama, volume adalah prasyarat yang sangat penting untuk mendapatkan tehnik yang tinggi dalam pencapaian fisik yang lebih baik. Menurut Andi Suhendro (2004: 3.17) bahwa, “volume latihan adalah ukuran yang menunjukkan jumlah atau kuantitas derajat besarnya suatu rangsang yang dapat ditunjukkan dengan jumlah repetisi, seri atau set dan panjak jarak yang ditempuh”. Sedangkan repetisi menurut Suharno HP (1993: 32) adalah “ ulangan gerak berapa kali atlet harus melakukan gerak setiap giliran”. Peningkatan volume latihan merupakan puncak latihan dari semua cabang olahraga yang memiliki komponen aerobik dan juga pada cabang olahraga yang menuntut kesempurnaan tehnik atau keterampilan taktik. Hanya jumlah pengulangan latihan yang tinggi yang dapat menjamin akumulasi jumlah keterampilan yang diperlukan untuk perbaikan penampilan secara kuantitatif. Perbaikan penampilan seorang atlet merupakan hasil dari adanya peningkatan jumlah satuan latihan serta jumlah kerja yang diselesaikan setiap satuan latihan. 2) Intensitas Latihan Intensitas latihan merupakan salah satu komponen yang sangat erat kaitannya dengan komponen kualitatif kerja yang dilakukan dalam jangka waktu yang telah diberikan. Lebih banyak kerja yang dilakukan dalam satuan waktu, maka lebih tinggi pula intensitasnya. Intensitas adalah fungsi dari kekuatan rangsangan syaraf yang dilakukan dalam latihan, dan kekuatan rangsangan tergantung dari beban kecepatan geraknya, variasi interval atau istirahat daintara tiap ulangannya. Menurut Suharno HP (1993: 31) bahwa, “intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar atau tingkatan pengeluaran energi atlet dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan”.
21 Intensitas latihan hendaknya diberikan secara tepat, yaitu tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah. Intensitas yang terlalu rendah mengakibatkan pengaruh yang ditimbulkan sangat kecil bahkan tidak berpengaruh sama sekali. Sebaliknya, apabila intensitas latihan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan cedera. 3) Densitas Latihan Andi
Suhendro
(2004:
3.24)
menyatakan,
“density
merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kepadatan suatu latihan yang dilakukan”. Dengan demikian densitas berkaitan dengan suatu hubungan yang dinyatakan dalam satuan waktu antara kerja dan istirahat. Densitas yang cukup akan menjamin efisiensi latihan, sehingga menghindarkan atlet dari kelelahan yang berlebihan. Istirahat interval yang direncanakan diantara dua rangsangan, bergantung langsung
pada intensitasnya dan lamanya setiap
rangsangan yang diberikan. Rangsangan diatas tingkat intensitas submaksimal menuntut istirahat yang relatif lama, dengan maksud untuk
memudahkan
pemulihan
seseorang
dalam
menghadapi
rangsangan berikutnya. Sebaliknya rangsangan pada intensitas rendah membutuhkan sedikit waktu untuk pemulihan, karena tuntutan terhadap organismenya pun juga rendah. 4) Kompleksitas Latihan Kompleksitas dikaitkan pada kerumitan bentuk latihan yang dilaksanakan dalam latihan. Kompleksitas dari suatu keterampilan membutuhkan koordinasi, dapat menjadi penyebab penting dalam menambah intensitas latihan. Keterampilan tehnik yang rumit atau sulit, mungkin akan menimbulkan permasalahan dan akhirnya akan menyebabkan tekanan tambahan terhadap otot, khususnya selama tahap dimana koordinasi syaraf otot berada dalam keadaan lemah. Suatu gambaran kelompok individual terhadap keterampilan yang kompleks, dapat membedakan dengan mana yang memiliki koordinasi yang baik dan yang jelek.
22 d. Tujuan Latihan Tujuan latihan adalah untuk mencapai
prestasi maksimal,
disamping itu membantu atlet meningkatkan perkembangan fisik, penyempurnaan kepribadian,
teknik,
meningkatkan
mempertahankan
kesehatan,
strategin mencegah
meningkatkan cidera
dan
meningkatkan mental. Ada empat aspek latihan yang harus diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet. Aspek tersebut menurut Harsono (1998 : 100) adalah sebagai berikut : 1) Latihan fisik 2) Latihan teknik 3) Latihan taktik 4) Latihan mental Salah satu aspek yang memungkinkan peningkatan prestasi olahraga adalah karena adanya latihan yang dilakukan secara sistematis dan terprogram, frekuensi dalam melakukan latihan sebaiknya tiga kali dalam seminggu. Hal ini sesuai dengan pendapat Muhammad Yunus (1992 : 264) bahwa : Secara teoritis latihan yang efektif untuk meningkatkan prestasi, minimal tiga kali dalam seminggu. Dalam menyusun program latihan mingguan ini dibuat berselang sehingga ada hari-hari untuk istirahat (interval) untuk memulihkan kesegaran fisik agar pada hari latihan berikutnya benar-benar dalam keadaan yang sehat. Tujuan serta sasaran utama dari latihan adalah untuk mencapai prestasi
maksimal,
disamping
membantu
atlet
meningkatkan
perkembangan fisik, penyempurnaan teknik, meningkatkan strategi, meningkatkan kepribadian, mempertahankan kesehatan, mencegah cidera, dan meningkatkan mental. Ada empat aspek latihan yang harus diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet. Harsono (1998 : 100) berpendapat bahwa “empat aspek latihan sebagai paenunjang prestasi maksimal olahraga adalah : latihan fisik, latihan teknik, latihan taktik, latihan mental”.
23 Latihan fisik mempunyai tujuan memberikan tekanan fisik secara teratur, sistematik, dan berkesinambungan, sehinggameningkatka kemampuan didalam melakukan kerja atau aktivitas gereak. Latihan fisik tersebut di tuangkan dalam suatu proses latihan, yang akan meningkatkan kemampuan fisik secara nyata. Tanpa kondisi fisik yang baik, atlet tidak dapat mengikuti latihan-latihan kondisi fisik secara sempurna. Latihan
teknik
bertujuan
untuk
mengembangkan
dan
pembentkan sikap dan gerak melalui pengembang motorik dan system persyarafan menuju gerakan otomatis. Kesempurnaan teknik dasar setiap cabang olahraga akan menentukan kesempurnaan gerak keseluruhan, oleh karena itu, teknik dasar yang diperlukan oleh setiap cabang olahraga harus dipelajari ddan dikuasai secara baik. Teknik dapat diartika sebagai suatu siasat yang digunakan untuk memperoleh kemenangan secara sportif dengan menggunakan teknik individu. Teknik gerakan yang telah dikuasai dengan baik, terus dilatih dan dikembangkan dalam setiap latihannya. Selain itu, perlu diketahui kelebihan dan kekurangan dari latihan teknik-teknik latihannya, sehingga dengan demikian dapat diambil dan di kembangkan taktik-taktik untuk mengalahkan lawan. Latihan yang bertujuan pada kestabilan emosi dan peningkatan motivasi merupakan latihan mental. Menurut Harsono (1998 : 101) latihan mental adalah “latihan yang menekankan pada perkembangan kedewasan atlet, emosional, dan impulsive guna mempertinggi efisiensi mental atlet, terutama apabila atlet berada dalam situasi stress yang kompleks.jadi pada prinsipnya latihan mental bagi setiap pemain berguna untuk menghilangkan atau mengurangi kondisi psikologis yang dapat mengganggu penampilan atlet selama bertanding. Mental yang tinggi merupakan modal utama untuk menuju jenjang kematangan juara, karena sifat-sifat yang dimiliki berupa semangat bertanding yang menyala-nyala, tak kenal menyerah atau putus asaserta mempunytai semangat yang kuat, sehingga atlet yang
24 mempunyai kematangan juarayang mudah menyesuaikan diri serta mengendalikan diri tidak mudah putus asa.
e. Frekuensi Latihan Yang Akan Dilakukan Frekuensi latihan dalam penelitian ini adalah 3 kali dalam seminggu, seperti yang di kemukakan Suhantoro (1988 : 15) yaitu “Latihan yang dilaksanakan 5 kali seminggu memberikan efek lebih baik daripada latihan 2 kali seminggu, sedangkan untuk non atlet latihan 3 kali seminggu sudah cukup baik yang dilakukan selama 6 minggu”. Sedangkan penambahan beban latihan 10% - 15% dari beban awal, seperti yang dikemukakan A. Hamidsyah Noer (1993 : 320) bahwa “Penambahan beban latihan dapat dilakukan dengan cara menambah beban latihan rata-rata 10% - 15% dari angka awal.
5. Metode Latihan Shooting Secara Terus Menerus Metode latihan shooting secara terus menerus yang di maksudkan dalam penelitian ini merupakan pelaksanaan latihan shooting dengan cara siswa melakukan gerakan shooting secara terus menerus (sesuai program latihan) tanpa diselingi oleh siswa lain. Pelaksanaan shooting secara terus menerus adalah sebagai berikut : siswa di panggil satu persatu setiap siswa melakukan shooting. Latihan secara terus menerus dapat pula di terapkan dalam latihan shooting bola basket. Latihan yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu shooting sendiri. Dalam latihan yang secara terus menerus ini memakan waktu kurang lebih di bawah 3 menit dalam satu setnya. Di karenakan waktunya kurang dari 3 menit, maka system energy yang di gunakan adalah system anaerobik. Dengan melakukan gerakan shooting secara berulang-ulang maka akan terjadi perbaikan koordinasi system syaraf, yang mengarah pada perbaikan pola gerak shooting. Sehingga dengan latihan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan shooting dalam permainan bola basket.
25 Adapun kelebihan dari latihan shooting secara terus menerus sebagai berikut : a. Dengan latihan secara terus menerus penguasaan teknik terhadap gerakan shooting akan lebih cepat dikuasai. b. Latihan secara terus menerus dan kontinyu atau berkelanjutan akan memungkinkan terbentuknya pola gerakan yang cepat. Kelemahan dalam melakukan latihan shooting secara terus menerus antara lain : a. Penguasaan teknik gerakan shooting cepat dikuasai tetapi kurang sempurna karena latihan secara terus menerus dapat mengakibatkan kelelahan yang dapat mengakibatkan kurang sempurnanya gerakan shooting yang dilakukan. b. Selain itu juga kurangnya pengontrolan dan perbaikan teknik gerakan sebab tidak ada waktu istirahat. c. Tingkat kelelahan tinggi karena tidak adanya waktu istirahat yang cukup.
6. Metode Latihan Shooting Secara Bergiliran Metode latihan shooting secara bergiliran maksudnya dalam latihan shooting siswa melakukan gerakan shooting secara bergiliran dengan teman lainnya. Adapun pelaksanaannya adalah siswa berbaris dari titik tembak shooting ke belakang. Siswa didepan melakukan shooting dan di lanjutkan oleh siswa yang di belakangnya, begitu seterusnya. Dengan adanya bergiliran di perkirakan memakan waktu untuk istirahat, oleh karena itu system energy yang di gunakan adalah system aerobik, karena system aerobik sangat efisien dan tidak menimbulkan kelelahan, system ini merupakan sumber energy otot yang lebih disukai. Selama latihan dengan intensitas sedang dan rendah, metabolisme arobik benar-benar menyediakan seluruh ATP yang dibutuhkan oleh otot ini, system pernafasan jantung dapat menggerakkan oksigen ke otot secara teratur. Maka kegiatan olahraga yang memerlukan penggunaan oksigen dengan intensitas sedang sangat tergantung pada system metabolisme aerobik.
26 Latihan secara bergiliran dalam pelaksanaan juga memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya. Adapun kelebihan dalam melakukan latihan shooting secara bergiliran adalah : a. Dalam melakukan latihan ini pemain selalu mendapat istirahat yang cukup. Dengan istirahat yang cukup, maka kondisi fisik pemain tidak terlalu terbebani dan memiliki waktu yang cukup untuk berkonsentrasi dalam melakukan gerakan shooting dengan teknik yang baik. b. Dengan adanya waktu istirahat dapat digunakan untuk pengontrolan dan perbaikan gerakan. Kelemahan dalam melakukan latihan shooting secara bergiliran yaitu : a. Karena diselingi dengan waktu istirahat yang relatif lama, maka memori gerakan terdahulu
sudah hilang, sehingga tidak dapat memperoleh
umpan balik untuk memperbaiki gerakan berikutnya. b. Latihan ini prioritasnya hanya khusus untuk peningkatan terhadap penguasaan teknik, sedangkan kondisi fisiknya terabaikan. c. Perlunya pemanasan atau adaptasi lagi untuk mempersiapkan diri dalam penguasaan teknik. Dalam penerapan kedua cara mengajar latihan shooting tersebut mempunyai tujuan yang sama, yaitu untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan siwa dalam melakukan teknik shooting bola basket.
7. Ekstrakurikuler Bola Basket Menurut
Depdikbud
(1994)
yang
dikutip
oleh
Ernawati
Kusumanignsih (2010: 61), kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan belajar yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah untuk lebih memperluas wawasan atau kemampuan, dan menerapkan nilai pengetahuan yang telah dipelajari berbagai mata pelajaran. Menurut Yudha M. Saputra (1999: 6), kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran sekolah biasa, yang dilakukan di
27 sekolah atau di luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa, mengenai hubungan antar mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi pembinaan manusia seutuhnya. Ekstrakurikuler
bola
basket
merupakan
kegiatan
yang
diselenggarakan untuk memperdalam penguasaan keterampilan olahraga bolabasket, yang dilakukan di luar jam pelajaran sekolah dengan alokasi waktu diatur sesuai kebutuhan. Menurut Machfud Irsyada dikutip oleh Ari Dwi (2009: 14) bahwa: di dalam menentukan atau memilih strategi pembelajaran permainan bola basket perlu mempertimbangkan, pribadi murid, alat, waktu sesuai didaktiknya. Kegiatan ekstrakurikuler bola basket ini berupa kegiatan pengayaan sebagai bentuk dari kurangnya waktu olahraga pendidikan jasmani yang hanya seminggu sekali, terutama bagi siswa yang ingin meningkatkan keterampilan di bidang bola basket. Terselenggaranya ekstrakurikuler bola basket ini diharapakan minat ataupun antusiasme siswa dapat tersalurkan dan bisa mencapai prestasi, seperti yang ditargetkan ekstrakurikuler tersebut. Selain siswa memperoleh kebugaran jasmani, dapat meningkatkan kemampuan baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
B. Kerangka Berpikir Dalam latihan ini menyangkut dua metode latihan untuk meningkatkan shooting dalam permainan bola basket, yaitu pembelajaran whole part whole secara terus menerus dan secara bergiliran. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, terdapat keterkaitan yang berupa pengaruh, yaitu adanya variabel yang mempengaruhi variabel lain. 1. Metode latihan shooting secara terus menerus yang dmaksudkan dalam penelitian ini merupakan pelaksanaan latihan shooting dengan cara siswa melakukan gerakan shooting secara terus menerus tanpa diselingi oleh siswa lain. Latihan shooting secara terus menerus ini memiliki kelebihan antara lain pembentukan pola gerakan shooting akan lebih cepat tercapai, tetapi kesempurnaan kurang, disamping itu juga dapat meningkatkan daya tahan
28 fisik. Sedangkan kekurangan dalam latihan ini akan menyebabkan tingkat kelebihan tinggi, sehingga berpengaruh terhadap ketepatan shooting yang dilakukan dan pengontrolan serta perbaikan terhadap gerakan akan sulit karena tidak ada waktu istirahat. 2. Metode latihan shooting secara bergiliran maksudnya dalam latihan shooting siswa melakukan gerakan shooting bergiliran dengan teman lainnya, yaitu setiap siswa melakukan shooting 1 kali, kemudian diganti temannya. Metode latihan ini mempunyai kelebihan antara lain dengan adanya waktu istirahat yang cukup memungkinkan pemain melakukan gerakan dengan sempurna, selama itu pengontrolan dan perbaikan terhadap pola gerakan yang dilakukan akan mudah yaitu pada waktu istirahat. Kekurangan dari latihan ini adalah daya tahan fisik tidak maksimal, karena sering di selingi dengan istirahat, hal ini akan menyebabkan daya tahan yang sudah terbentuk akan berkurang lagi dalam istirahat. Disamping itu fokus dalam latihan ini adalah penguasaan keterampilan gerak sehingga fisik terabaikan.
C. Hipotiesis Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan perumusan hipotesis sebagai berikut : 1. Terdapat perbedaan pengaruh antara metode latihan shooting secara terus menerus dan secara bergiliran dalam permainan bola basket pada siswa putra ekstrakurikuler SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Metode latihan shooting secara bergiliran memberikan pengaruh yang lebih baik di bandingkan dengan metode latihan shooting secara terus menerus dalam meningkatkan keterampilan shooting bola basket pada siswa putra ekstrakurikuler SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016.