BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Celeng 1.
Pengertian Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat jawa menyebutnya, yang
berarti babi liar, dalam bahasa latin Susscrofa. Babi liar tersebut tersebar luas di seluruh benua kecuali antartika, sekaligus nenek moyang dari babi peliharaan ataupun babi ternak. (http:/id.wikipedia.org/wiki/Babi_hutan). Babi hutan sudah dipelihara manusia sejak lima ribu tahun lalu dan kini keturunannya pun beranekaragam jenisnya. Hewan ini berkembang biak beranak sepanjang tahun. Berdasarkan hasil pengamatan pada 8 ekor babi hutan celeng betina menunjukkan bahwa mereka beranak antara 2–8 ekor, dengan rata-rata 5 ekor (Anon 1983, dalam Suripto, 1994:4). Babi hutan terutama yang berjenis celeng masih tersebar luas di pulau jawa. Secara geografis penyebaran babi hutan celeng di pulau Jawa masih luas, namun keadaan populasi di masing-masing tempat relatif kecil, sehingga tingkat kepunahan babi hutan berjenis celeng tersebut kemungkinan tidak lama lagi habitatnya akan terancam akibat dari bertambahnya penduduk yang sangat cepat di pulau jawa (Blouch 1983, dalam Suripto, 1994:5). 2.
Habitat Secara umum habitat babi celeng lebih menyukai yang padat pepohonannya
(Suripto, 1994:5). Sementara itu menurut Oliver (1925), dalam Suripto, (1994:5) menyatakan bahwa babi celeng menyukai hutan yang jarang di huni oleh manusia
5
6
sebagai habitatnya. Namun secara umum Blouch (1988), dalam Suripto, (1994:5-6) menyimpulkan bahwa babi celeng hanya di temukan di tempat ketinggian di bawah 800 m. hewan ini banyak di temukan di daerah yang terbuka atau hutan yang jarang di huni oleh manusia. 3.
Morfologi Hewan jenis ini karakteristik anggota mamalia yang mempunyai panjang
badan 1.350 - 1.500 mm, dengan tinggi mencapai 950 – 1.050 mm, berat tubuh jantan berkisar antara 75 – 200 kg (Jamaludin, 2007:12). Ukuran tubuhnya lebih kecil dari pada babi berjanggut, warna lebih gelap, kepala lebih pendek tanpa janggut pada rahang bawah, tanpa kutil dan bulu keras memanjang di atas moncong (Payne, et al., 2000, dalam Jamaludin, 2007:12). Hidungnya mempunyai lempengan tulang dan otot yang kuat yang berfungsi untuk menggali permukaan tanah untuk mencari makanan seperti umbi dan akar-akaran (Koen Setyawan, 2006:12).
Repro Gambar 2.1 Babi Celeng (Sus scrofa) (Sumber: http:// www.flickr.com/photos/sexecutioner/4846205506/?rb=1 diunduh pada 8 Maret 2015jam 22.23 WIB)
7
Selain itu, salah satunya yang membedakan jantan dan betina adalah pada gigi taring yang terdapat pada babi hutan yang berjenis celeng tersebut. Babi celeng jantan mempunyai taring lebih besar dari pada betina yang mempunyai taring kecil dan hampir tak terlihat.
Repro Gambar 2.2 Babi Celeng (Sus scrofa) (Sumber: http:// c2.staticflickr.com/8/7460/8750051577_9f89429910_b.jpg diunduh pada 18 September 2015 jam 11:55 WIB)
4.
Jenis-Jenis Babi hutan Selain babi hutan berjenis celeng, di Indonesia terdapat beberapa jenis babi
hutan lainnya. Berikut ini adalah jenis babi hutan lain yang terdapat di Indonesia : a) Babi berjanggut (Sus barbatus) Babi berjanggut terdapat di Kalimantan dan Sumatera. Tinggi tubuh babi berjanggut antara 800 – 900 mm. Panjang kepala dan badan 1000 – 1800 mm, panjang ekor 200 – 300 mm, panjang telapak kaki belakang 200 – 250 mm, panjang tengkorak 400 – 500 mm dan berat badan 100 – 150 kg (Payne, et al., 2000), dalam Jamaludin, 2007:11). Kepala lebih memanjang dari jenis babi lain, mempunyai rumbai-rumbai rambut pada
8
setengah bagian moncong. Warna abu-abu agak merah muda yang terlihat hamper putih di bawah cahaya tertentu warnanya putih seperti kapur, kelabu sampai kekuning-kuningan.
Repro Gambar 2.3. Babi berjanggut (Sus barbatus) Sumber : ((http://www.doliwa-naturfoto.de/BilderGalerie/Tiere/Saeugetiere/Schwein/Schwein1/Schwein1a/schwein1a.html) diunduh tanggal 8 Maret 2015 jam 22.34 WIB)
Babi berjanggut memakan bermacam-macam akar, umbi-umbi, buahbuahan yang jatuh dan bangkai. Babi berjanggut merupakan satwa crepuscular dan noktural, kadang-kadang juga aktif sepanjang hari terutama sewaktu turun hujan. Jika hari panas ia beristirahat pada tumpukan cabang dan ranting yang di potong dengan giginya serta di atur dalam bentuk sarang. Pada saat tertentu, babi berjanggut membentuk kawanan berjumlah sampai ratusan ekor yang mendiami territorial yang luas (Jamaludin, 2007:11). b) Babi Bagong atau Babi Hutan Jawa (Sus verucosus) Hewan jenis ini karakteristik anggota mamalia yang mempunyai panjang tubuh 135 cm, dengan tinggi mencapai 90 cm, berat tubuh jantan
9
berkisar antara 80 – 120 kg dan berat tubuh betina hanya sekitar setengah berat dari pada hewan jantan. Hewan bermoncong panjang dengan ujung moncong berbentuk discus, telinga oval, tubuhnya berkulit tebal dengan rambut kaku yang warnanya bervariasi mulai dari merah-kecokelatan muda sampai cokelat kekuningan atau hitam. Kakinya berteracak genap, jari kedua dan kelima lebih ramping dari pada ketiga dan keempat. Ciriciri babi hutan jantan adalah taring besar, panjang, dan melengkung. Sedangkan betina hanya taring kecil yang kadang hampir tak terlihat. Ciri yang sangat menonjol adalah adanya tonjolan daging (“kutil”) yang besar di bawah mata, dan tonjolan daging yang relatif lebih kecil di depan mata dan di rahang (Groves 1981, dalam Suripto, 1994:5)
Repro Gambar 2.4. Babi Bagong atau Babi Hutan Jawa (Sus verucosus) Sumber : ((http://http://www.ultimateungulate.com/Images/Sus_verrucosus/S_verrucosus PdC32.jpg) diunduh tanggal 17 September 2015 Jam 03.47 WIB).
10
c) Babi hutan Sulawesi (Sus celebensis) Babi jenis ini memiliki panjang tubuh total antara 800 – 1300 mm. Berat badannya mencapai 40 – 70 kg dengan tinggi tubuh 700 mm pada saat dewasa (Huffman 1999, dalam Jamaludin, 2007:5). Babi hutan Sulawesi aktif mencari makan pada siang hari (diurnal) walaupun kadang-kadang aktif pula pada malam hari (nokturnal). Makanan babi hutan Sulawesi adalah akar-akaran, dedaunan, buahbuahan, tunas, bangkai dan serangga. Habitat dari babi hutan Sulawesi adalah hutan rawa sampai pegunungan.
Repro Gambar 2.5. Babi Hutan Sulawesi (Sus celebensis) Sumber : ((https://www.google.co.id/imgres?imgurl=https://upload.wikimedia.org/wikipedia/c ommons/c/ca/Sus_scrofa_1__Otter,_Owl,_and_Wildlife_Park.jpg&imgrefurl=https://commons.wikimedia.org/wi ki/File:Sus_Celebensis_1__Otter,_Owl,_and_Wildlife_Park.jpg&h=2103&w=3081&tbnid=Tx7dCQ_auYglR M:&docid=D73wrjYFkH9YaM&ei=qdf5VaSuFM69ugTivL_IAg&tbm=isch&ved= 0CCgQMygPMA9qFQoTCOSm7te4_McCFc6ejgodYt4PKQ) diunduh tanggal 17 September 2015 Jam 04.06 WIB).
d) Babirusa (Babyrousa babyrussa) Babirusa merupakan satwa endemik Sulawesi. Ciri paling khas pada babi pendek bulat seperti sosis ini adalah giginya. Dua taring besar menembus kulit moncongnya lalu mencuat bengkok ke belakang sampai di
depan matanya. Badannya memanjang, punggung agak lengkung,
11
kepala agak kecil, kaki panjang dan ramping sertakuat (Kinnaird 2002, dalam Jamaludin, 2007:13). Babirusa menyukai habitat berair, seperti rawa dan semak-semak yang basah. Jenis pakan yang disukai adalah buah-buahan yang jatuh dari pohon. Populasi babirusa terus menurun karena kehilangan habitat dan perburuan liar. Satwa liar ini termasuk dalam daftar satwa liar yang dilindungi, baik secara nasional maupun internasional (Jamaludin, 2007:14).
Repro Gambar 2.6. Babirusa (Babyrousa babyrussa) Sumber : ((http://cokesmithphototravel.com/image/62383954.jpg) diunduh tanggal 18 September 2015 jam 11.35 WIB).
B. Definisi Seni Seni menurut filsuf Leo Tolstoy mendefinisikan seni sebagai penyaluran perasaan, dengan maksud bahwa seni ialah membangun perasaan yang dialami, lalu dengan perantaraan garis, warna, bunyi atau bentuk, mengungkapkan apa yang dirasakan sehingga orang lain tergugah perasaanya secara sama. Thomas Monroe memiliki definisi sendiri, seni merupakan alat buatan manusia untuk menimbulkan efek-efek psikologi manusia yang melihatnya. Efek tersebut mencakup tanggapan-
12
tanggapan yang berwujud pengamatan, pengenalan, imajinasi yang rasional maupun emosional. Selain menurut pendapat filosuf-filosuf diatas, pendapat Sudarso SP tentang seni adalah hasil karya manusia yang mengkomunikasikan pengalaman batinnya secara indah dan menarik sehingga merangsang timbulnya pengalaman batin manusia yang melihatnya (P. Mulyadi, 2000:6). Seni menurut Nooryan Bahari dalam sebuah bukunya "Kritik Seni, Wacana, Apresiasi dan Kreasi" menjelaskan bahwa seni merupakan suatu bentuk keterampilan yang diperoleh melalui pengalaman, belajar, atau pengamatan-pengamatan (Nooryan Bahari, 2008:61). Pendapat penulis seni adalah suatu bakat, kecerdasan dan ketrampilan yang dimiliki manusia dengan imajinasi kreatif mereka untuk menciptakan hal-hal yang baru. Melalui ungkapan batin yang dirasakan untuk divisualiasikan ke dalam sebuah obyek, sehingga merangsang timbulnya pengalaman batin manusia yang melihatnya.
C. Definisi Seni Rupa Seni rupa merupakan penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan perantaraan alat-alat kedalam bentuk yang ditangkap oleh indera pengelihatan (Van Hoeve 1992, dalam Mikke Susanto, 2011:354). Sedangkan pengertian yang lainnya seni adalah suatu wujud hasil karya manusia yang diterima dengan indera pengelihatan. Seni rupa secara garis besar dibagi menjadi seni murni dengan seni terap. Seni murni adalah istilah untuk menandai bahwa karya yang dihasilkan benar-benar murni sebagai media ekspresi, yang meliputi seni lukis, seni patung, dan seni grafis dengan berbagai teknik beserta aliran-aliranya (Nooryan Bahari, 2008:61).
13
Menurut penulis dari kesimpulan pengertian seni berpendapat bahwa seni adalah
wujud
hasil
karya
manusia
yang
indah
dan
menarik
yang
mengekspresikannya lewat objek-objek dua dimensional ataupun tiga dimensional, sehingga orang lain akan tergugah perasaanya bila melihatnya.
D. Komponen Seni Karya seni tidak bisa terlepas dari komponen-komponen karya seni dalam berkarya. Komponen-komponen tersebut ialah tema, bentuk, dan isi atau arti. 1.
Subject matter atau tema Tema merupakan gagasan yang hendak dikomunikasikan pencipta karya seni
kepada khalayak. Tema bisa saja menyangkut masalah sosial, budaya, religi, pendidikan, politik, pembangunan, dan sebagainya (Nooryan Bahari, 2006:22). 2.
Bentuk Merupakan hasil karya yang berwujud, berbangun, gambaran, rupa, sistem
susunan. Dalam karya seni rupa biasanya dikatkan dengan matra yang ada, seperti bentuk dwimatra atau trimatra (Mikke Susanto, 2011:54). 3.
Isi atau arti Isi merupakan arti yang esensial dari pada bentuk, dan seringkali dinyatakan
sebagai bentuk sejenis emosi. Aktifitas intelektual atau asosiasi yang kita lakukan terhadap suatu karya seni. Apabila ada suatu usaha untuk menganalisa mengapa bentuk dari suatu karya menimbulkan emosi atau ekspresi. Terhadap kita, atau menstimulasi aktifitas intelektual penghayatan sebenarnya kita sedang berhadapan dengan isi atau arti (P. Mulyadi, 1998:16).
14
E. Elemen-elemen Seni Rupa Menurut Sadjiman Ebdi Sanyoto dalam bukunya “NIRMANA” terdapat elemen-elemen penting dasar seni rupa yang meliputi warna, bentuk (termasuk unsur-unsur garis dan titik), bidang dan tekstur. 1. Warna Warna adalah gelombang cahaya dengan frekuensi yang dapat mempengaruhi pengelihatan manusia. Warna memiliki tiga dimensi dasar Hue, nilai (Value) dan intensitas (Intensity) (Nooryan Bahari, 2006:100). Penggunaan warna dalam visualisasi karya tugas akhir kali ini secara keseluruhan penulis menggunakan warna primer seperti merah, biru, dan kuning, warna sekunder, seperti hijau, maupun warna tersier, seperti ungu. 2. Bentuk Benda apa saja di alam ini, juga karya seni maupun desain, tentu mempunyai bentuk (form). Bentuk apa saja yang ada di alam dapat disederhanakan menjadi titik, garis, dan bidang. Menurut penulis dalam pandangan seni rupa, bentuk mempunyai unsur-unsur yang meliputi: a) Titik Merupakan sentuhan alat tulis ataupun alat gambar tanpa pergeseran sedikitpun dari suatu alat tulis yang menghasilkan bekas. Bentuk bekas tersebut dinamakan titik. Tidak peduli alat yang digunakan apakah runcing seperti ujung pensil atau benda besar seperti sapu ijuk yang dicelup cat sebagai penyentuhnya (Sanyoto, S. E., 2010:83-84). b) Garis Merupakan sentuhan alat gambar atau penggores yang lain dan berusaha menggerakkannya pada bidang gambar maka akan meninggalkan bekas goresan atau garis (Sanyoto, S. E., 2010:86).
15
Penulis menggunakan dua jenis garis (garis nyata dan garis semu) dalam karyanya. Garis nyata muncul karena outline (berwarna), sedangkan garis semu terlihat pada pertemuan antara obyek dengan obyek lain dan pada background. 3. Bidang Bidang adalah suatu bentuk raut pipih, datar sejajar dengan dimensi panjang dan lebar serta menutup permukaan. Sebagai contoh triplek, kertas, karton, seng, papan tulis, dan semacamnya (Sanyoto, S. E., 2010:103). Raut-raut bidang diantaranya raut bidang geometri yaitu raut bidang yang dibuat secara matematis. Terdapat pula raut bidang organik yaitu bidang yang dibatasi garis lengkung bebas (Sanyoto, S. E, 2010:104). Penerapan bidang dalam visualisai karya tugas akhir kali ini secara keseluruhan dari delapan karya yang disajikan penulis menggunakan bidang organik.
Repro Gambar 2.7. Beberapa Macam Bidang (Sumber : Sadjiman Ebdi Sanyoto, “Nirmana: Elemen-Elemen Seni dan Desain”. Tahun 2010, halaman 105)
16
4. Tekstur Setiap permukaan atau raut tentu memiliki nilai atau ciri khas. Nilai atau
ciri
khas
permukaan
tersebut
dapat
kasar,
halus,
polos,
bermotif/bercorak, mengkilat, buram, licin, keras, lunak, dan sebagainya. Dengan demikian, tekstur adalah nilai atau ciri khas suatu permukaan atau raut (Sanyoto, S. E., 2010:120). Visualisai karya celeng dalam delapan karya yang disajikan salah satunya terdapat dua jenis tekstur sekaligus, yakni pada karya “celeng 5”, tekstur tersebut meliputi tekstur semu dan tekstur nyata.
F. Prinsip-prinsip Seni Rupa Secara garis besar dalam seni rupa bahwa untuk menciptakan karya seni selalu berpegang pada prinsip keorganisasian biasanya disebut prinsip organisasi, prinsip desain, atau asas-asas desain, antara lain proportion (proporsi), rhytm (irama), unity (kesatuan), balance (keseimbangan) dan dominans (penekanan). Dalam komposisi perlu diperhatikan adanya unsur yang saling berintegrasi dan saling mendukung. Oleh sebab itu, tidak perlu bahwa tiap-tiap unsur memiliki kekuatan yang sama (Mulyadi, P., 1998:22). 1. Proporsi Proporsi
berasal
dari
kata
inggris
proportion
yang
artinya
perbandingan, proporsional artinya setimbang, sebanding. Dengan demikian proporsi merupakan suatu ukuran perbandingan dari penciptaan karya seni yang dibuat atas dasar kaidah-kaidah perbandingan yang dianggap paling ideal sehingga diperoleh karya seni/desain yang menarik (Sanyoto, S. E., 2010:249-251). Bagi penulis proporsi dalam visualisasi karya tugas akhir kali ini sangatlah penting, karena dalam pengerjaan karya celeng pada dasarnya harus paham/mengerti proporsi bentuk figur celeng secara utuh sebelum di eksekusi dalam media kanvas dengan menggunakan teknik deformasi.
17
2. Irama Irama/ritme dalam seni rupa ialah gerak perulangan atau gerak mengalir/aliran yang ajeg, runtut teratur, terus-menerus. Pengertian ajeg dalam irama artinya bias keajegan pengungalangan dengan kesamaankesamaan atau pengulangan dengan perubahan-perubahan (dekat) atau keajegan pengulangan kekontras-kontrasan/pertentangan-pertentangan yang kesemuanya dilakukan secara runtut, teratur, terus menerus, seperti sebuah aliran tanpa henti. Ajeg sesungguhnya dari istilah kata bahasa jawa yang artinya terus menerus dengan jarak, waktu, gerak, yang sama (Sanyoto, S. E., 2010:160-161). Bagi penulis dalam visualisai karya tugas akhir kali ini, irama/ritme hanya digunakan pada beberapa karya yang disajikan, salah satunya pada karya “celeng 2”. Pada karya ini terdapat irama/ritme pada dua objek dibelakang objek utama. Dua objek tersebut terdapat pengulangan objek utama yang diposisikan berhadapan dengan warna yang berbeda. 3. Kesatuan Prinsip dasar kesatuan adalah seluruh bagian-bagian atau dari semua unsur/elemen harus saling berhubungan antara satu dengan bagian yang lainnya agar menjadi satu keutuhan (Sanyoto, S. E., 2010:213). Bagi penulis dalam viualisasi semua karya yang disajikan terdapat juga kesatuan dari seluruh bagian-bagian unsur-unsur yang saling berhubungan, dari delapan karya yang disajikan salah satunya pada karya “celeng 1” terdapat beberapa unsur-unsur seni rupa yang saling berhubungan, unsur-unsur
tersebut
meliputi
proporsi,
irama/pengulangan,
dan
dominasi/penekanan. 4. Keseimbangan Keseimbangan atau balans dari kata balance merupakan salah satu prinsip dasar seni rupa. Karya seni/desain harus memiliki keseimbangan, agar enak dilihat, tenang, tidak berat sebelah. Seperti halnya jika kita dekat dengan pohon atau bangunan yang doyong akan roboh yang berarti dalam keadaan kurang seimbang, perasaan kita tidak enak, tidak tenang, gelisah, takut
18
kejatuhan. Demikian juga pada karya seni/desain yang tidak seimbang akan tidak enak dilihat dan menggelisahkan (Sanyoto, S. E., 2010:237). Bagi penulis dalam penyajian sebuah karya tugas akhir kali ini secara keseluruhan tidak begitu menerapkan keseimbangan yang simetris melainkan keseimbangan asimetris. 5. Dominasi atau Penekanan Dominasi berasal dari kata kerja domination yang artinya penjajah. Banyak kata yang kita jumpai memiliki kedekatan arti, misalnya dominance artinya keunggulan, dominant yang berarti unggul, istimewa, domineer yang artinya menguasai. Dengan demikian dominasi dalam karya seni bisa disebut penjajah atau
menguasai.
Namun,
dominasi
bisa
juga
disebut
keunggulan,
keistimewaan, keunikan, keganjilan, kelainan/penyimpangan (anomali). Setiap karya seni harus memiliki dominasi agar tampak terlihat lebih menarik (Sanyoto, S. E., 2010:225). Bagi penulis dominasi/penekanan dalam visualisai karya tugas akhir kali ini juga tidak kalah pentingnya, karena dari sekian karya yang saya sajikan hampir semua karya, celeng begitu dominan dari segi objek utama maupun celeng yang dijadikan background.
G. Komposisi Komposisi merupakan kombinasi berbagai elemen gambar atau karya seni untuk mencapai kesesuaian atau integrasi antara warna, garis, bidang dan unsurunsur karya seni yang lain untuk mencapai susunan yang dinamis, termasuk tercapainya proporsi yang menarik serta artistik (Mikke Susanto, 2011:226-227). Komposisi dalam sebuah karya seni terbagi menjadi 4 tipe, yaitu komposisi terbuka, komposisi tertutup, komposisi statis, dan komposisi dinamis. Komposisi terbuka merupakan aransemen atau komposisi tanpa ada batasan. Figure atau objek dapat muncul di dalam atau diluar frame secara random dan objek
19
dapat disajikan sebagai bagian dari hal yang melebihi pandanganmata penonton. Sedangkan komposisi tertutup adalah tipe komposisi yang semua elemen gambar muncul hanya mengisi bidang gambar, figur-figurnya hadir dalam batas pandang penonton (Mikke Susanto, 2011:226-227). Selain komposisi terbuka dan komposisi tertutup masih terdapat dua komposisi lainnya, yaitu komposisi statis dan komposisi dinamis. Komposisi statis ialah komposisi dengan suatu struktur yang tersusun oleh suatu bentuk yang teratur dalam bentuk-bentuk geometrik, dalam suatu kesamaan bentuk, dan dalam struktur vertikal-horizontal. Komposisi dinamis adalah komposisi yang diciptakan merupakan bentuk-bentuk organik di dalam alam, dalam struktur yang lebih bebas vertikalhorizontal-diagonal-radial (Arfial Arsad Hakim,1997: 36). Komposisi secara keseluruhan dalam visualisasi karya yang disajikan terdapat dua komposisi, yaitu komposisi terbuka dan tertutup. Dimana komposisi terbuka tersebut meliputi karya “celeng 1, celeng 2, celeng 4, celeng 5, dan celeng 8”. Sedangkan komposisi tertutup meliputi karya “celeng 3, celeng 6, dan celeng 7”.
H. Deformasi Deformasi merupakan sebuah perubahan susunan bentuk yang dilakukan dengan sengaja untuk kepentingan seni, yang sering terkesan sangat kuat/besar sehingga kadang-kadang tidak lagi berwujud figur semula atau yang sebenarnya. Hal ini dapat memunculkan figur/karakter baru yang lain dari sebelumnya. Adapun cara mengubah bentuk antara lain dengan cara simplifikasi (penyederhanaan), distorsi (pembiasan), distruksi (perusakan) dan stilisasi
20
(penggayaan) atau kombinasi di antara semua susunan bentuk (mix). (Mikke Susanto, 2011:98) Bagi penulis deformasi sangatlah penting dalam berkarya atau saat memvisualisasikan konsep kedalam sebuah karya, karena penulis ingin memperkenalkan karakteristik celeng dengan figur/karakter baru yang pada bentuk tubuh celeng tersebut di deformasi agar terlihat lucu dan menarik.
I. Referensi Karya 1.
Djoko Pekik
Repro Gambar 2.8. Berburu Celeng Sumber : ((http://www.siperubahan.com/data/2014/05/05/lukisan-berburu-celeng.jpg) diunduh 19 September 2015 jam 21.49 WIB)
Djoko Pekik dikenal salah satu seniman yang kritis pada situasi politik di negara ini. Dengan karyanya “Indonesia 1998 Berburu Celeng”, Djoko pekik menyandang julukan pelukis satu milyar karena karyanya tersebut terjual hingga satu milyar rupiah di era tahun 1998. Karya berburu celeng tersebut merupakan salah satu karya Trilogi favoritnya. Karya trilogi tersebut adalah “Susu Raja Celeng” (1996), “Indonesia 1998 Berburu
21
Celeng”(1998), dan “Tanpa Bunga dan Tanpa Telegram” (2000). Obyek celeng karya tersebut menandakan simbol rakus yang sangat merugikan di berbagai sisi manapun, dari sisi manusia entah ekosistem ataupun yang lainnya. Sehingga orangorang memburunya beramai-ramai. Penulis terinspirasi pada salah satu karya Djoko pekik “Indonesia 1998 Berburu Celeng”, karena objek celeng karya tersebut terdapat deformasi. Pada objek celeng terlihat bentuk badan dan perut sengaja dibuat besar untuk dilebih-lebihkan (distorsi) dan berbentuk oval. Karya tersebut menggambarkan karakter sifat celeng yang sangat rakus serta sifatnya yang merusak dan berdampak merugikan masyarakat,
sehingga
celeng
tersebut
diburu
orang
beramai-ramai
untuk
dimusnahkan. 2.
Piglet
Repro Gambar 2.9. Piglet Winnie the Pooh Sumber : ((http://dgeiu3fz282x5.cloudfront.net/g/l/lg61252b.jpg) diunduh 22 Maret 2016 jam 04.55 WIB)
22
Piglet adalah karakter fiksi dari buku A.A. Milne yang berjudul “Winnie the Pooh”. Piglet adalah bayi babi yang merupakan teman baik dari pooh si beruang madu. Walaupun piglet merupakan bayi babi yang pemalu dan penakut, ia ingin bisa mengalahkan rasa takutnya untuk menjadi babi yang pemberani Meskipun ia memiliki tubuh sangat kecil dan gaya bicaranya gagap. Figur bayi babi piglet pada buku A.A. Milne yang berjudul “Winnie the Pooh” menginspirasi penulis untuk mengolah bentuk celeng dalam visualisasi karyanya lewat teknik deformasi tepatnya untuk disederhanakan (simplifikasi). Penulis dalam menggunakan deformasi pada visualisasi karya yang akan disajikan untuk tugas akhir kali ini bertujuan agar dapat terlihat lucu dan menarik. 3.
Greg Craola
Repro Gambar 2.10. Karya Greg Craola Sumber : ((http:// httpwww.booooooom.comwpcontentuploads200911greg_craola_simkins_01) diunduh 12 November 2015 jam 15.14 WIB)
Visualisasi kartun yang ditampilkan penulis terinspirasi oleh Greg Craola, seniman yang mengkhususkan karya dalam obyek binatang. Setiap karakter di dalam
23
karyanya, anatomi hewan didistorsi seperti kartun. Hal tersebut menginspirasi penulis untuk memvisualisasikan karya juga dalam bentuk kartun.