BAB II DATA DAN ANALISA 2.1
Sumber Data Sumber data-data dan berbagai informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh melalui : 1. Literatur Pencarian data melalui buku, catatan, artikel baik melalui koran, majalah, maupun website yang ada hubungannya dengan materi yang diangkat, yaitu mengenai perkembangan dunia wisata terutama Green Canyon Indonesia dan tekhnik pemvisualisasi Tugas Akhir. a. Buku referensi, terutama buku foto Earth Song, Pop up My Fairy Princess Palace, buku desain dan layout One hundred at360’ Graphic design’s new global generation dan Design and Layout: Understanding and Using Graphics. b. Literature dari internet 1) pangandaran Indonesia map pada google earth 2) file:///H:/Make-a-Pop-up-Photograph.htm 3) www.travelpod.com/green-canyon-indonesia 4) www.kapanlagi.com/a/cukang-taneuh-green-canyonindonesia.html
6
2. Wawancara Pencarian data-data dengan metode wawancara, data yang diperoleh hanya merupakan data kuantitatif dan kualitatatif, dan sebahagian merupakan pendapat pribadi, opini, dan pengalaman perorangan yang tidak bersifat ilmiah. a. Wawancara narasumber dengan Bapak Ableng sebagai guide pecinta alam di Green Canyon Pangandaran dan beberapa wisatawan mancanegara melalui internet. b. Survey lapangan dan pemotretan Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data, yaitu melalui proses pengeditan dan analisa. Pada proses pengeditan, data yang sudah
terkumpul
diperiksa
kembali
untuk
disesuaikan
dan
dipisahkan mana data yang dapat dipergunakan untuk mendukung proyek Tugas Akhir. Proses selanjutnya adalah menganalisa, yaitu data yang sudah terpilih kemudian diolah dan diambil kesimpulan yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi sebagai dasar dalam mengambil keputusan. 2.2
Seputar Green Canyon Penduduk setempat pada awalnya menamakan Green Canyon dengan nama Cukang Taneuh, yang artinya jembatan tanah. Hal itu dikarenakan di atas lembah dan jurang Green Canyon terdapat jembatan alami yang terbentuk dari tanah yang sehari-hari digunakan oleh para petani di sekitarnya sebagai 7
penghubung jembatan untuk menuju sawah atau ladang mereka sekaligus menyatukan Desa Kertayasa dan Desa Batukaras. Nama Green Canyon sendiri dipopulerkan oleh warga negara Perancis dan Swiss pada tahun 1993 bernama Frank dan Astrid yang sudah menjelajahi Grand Canyon dan sangat terkesan dengan Cukang Taneuh karena memiliki bebatuan yang sangat unik dengan berbagai macam bentuk dan warna. Green Canyon merupakan sebuah jurang yang terjadi akibat percabangan sungai dengan sedikit air hujan di satu area yang memiliki warna air hijau toska akibat pantulan warna pepohonan yang mengelilingi aliran air tersebut. Green Canyon Indonesia terletak di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Ciamis, Jawa Barat. Dari Kota Ciamis berjarak sekitar 130 km atau sekitar 31 km dari arah selatan Pangandaran. Dari Pangandaran ke arah Green Canyon terdapat objek wisata Batukaras serta Lapangan Terbang Nusawiru. Objek wisata Green Canyon merupakan aliran air sungai Cijulang yang melintas menembus gua yang penuh dengan keindahan pesona stalaktit dan stalakmitnya. Daerah ini juga diapit oleh dua bukit bebatuan yang diselimuti rerimbunan pepohonan tinggi dan lebat. Semuanya itu terbentuk seperti suatu lukisan alam yang begitu unik dan begitu menantang untuk dijelajahi.
8
Ada 2 cara untuk mencapai lokasi Wisata Green Canyon, yaitu: 1. Menggunakan perahu tempel atau kayuh. Mencapai lokasi ini wisatawan harus berangkat dari dermaga Ciseureuh. Kemudian melanjutkan perjalanan dengan menggunakan perahu tempel atau kayuh yang telah disediakan disana. Jarak antara dermaga dengan lokasi Green Canyon sekitar 3 km, yang bisa ditempuh dalam waktu 30-45 menit, dengan menelusuri sungai melawan arus. Sepanjang perjalanan, kita akan melewati sungai dengan air berwarna hijau tosca. Arus air yang deras dengan alur yang sempit akan dilintasi oleh perahu ini untuk mencapai mulut Green Canyon. Mulut Green Canyon berwarna kebirubiruan dan sangat jernih. Di sinilah awal petualangan menjelajah keindahan objek wisata ini dimulai. Dari sini, wisatawan dapat melanjutkan perjalanan ke atas dengan cara berenang atau berjalan di sekitar tepi tebing batu. Tidak perlu khawatir bagi para wisatawan yang hendak berenang tetapi tidak dapat berenang, karena para pemandu selalu menyiapkan baju pelampung dan tali pengaman bagi para wisatawan. Penelusuran Green Canyon melawan arus ditempuh sekitar 20-30 menit dengan meniti dinding sungai dam berenang. 2.
Body Rafting Mencapai lokasi dengan cara body-rafting dimulai dengan cara
berangkat dari dermaga Ciseureuh menuju bagian hulu sungai Cijulang yang memakan waktu 1 jam perjalanan menggunakan truk (satu rombongan 9
untuk enam orang karena memakai guide dua orang). Bagi para wisatawan disediakan langsung pelampung, snack, air minum, helm, dan sandal saat akan menaiki truk untuk memulai perjalanan ke hulu Desa Cijulang, awal Green Canyon. Perjalanan dengan kendaraan truk kecil berhenti di puncak bukit, tempat pengumpulan pupuk kelelawar yang sebagian besar akan diekspor. Dari puncak bukit ini kita menuruni tebing sungai dengan hutan lebat sampai mencapai tepian sungai. Dengan perlengkapan renang yang telah dipasangkan ditubuh, kita langsung meluncurkan diri ke dalam air dan memulai penelusuran sungau dengan body-rafting mengikuti arus sungai. Dengan body-rafting dimaksudkan untuk menghindari tubrukan atau pun gesekan dengan bebatuan di bawah air sekaligus menikmati keindahan tebing dan bebatuan di atas sungai yang membentuk seperti atap tebing. Perjalanan akan terus berada dalam cekungan dinding tebing yang terjal di kanan kiri aliran sungai. Dinding-dinding tersebut menyajikan keindahan tersendiri dan yang paling unik adalah dinding sungai berbentuk menyerupai sebuah gua yang atapnya sudah runtuh. Di bagian atas beberapa sungai wisatawan akan melewati stalaktit-stalaktit yang dialiri tetesan air tanah di atasnya. Setelah beberapa ratus meter berenang, akan terlihat beberapa air terjun kecil di bagian kiri kanan yang begitu indah dan menawan. Setelah beberapa saat berenang maka wisatawan akan sampai di pingguran gua yang sangat besar dihuni oleh banyak kelelawar. 10
Alur arus aliran sungai ini cukup panjang, sehingga wisatawan dapat berenang sepuas-puasnya sambil mengikuti arus dari air terjun. Selain pemandangan indah di atas permukaan air, Green Canyon akan menjadi surga tersendiri bagi para penyelam. Hanya dengan membawa beberapa alat selam, pemandangan menakjubkan cekungan-cekungan di dalam air siap untuk ditelusuri dan dinikmati, lengkap dengan beragamnya ikan-ikan yang berenang ke sana kemari di dasar air sungai. Bagi yang suka menantang adrenalin, dapat meloncat dari sebuah batu besar dengan ketinggian 5m ke dasar lubuk yang dalam. Di mulut salah satu gua terdapat air terjun Palatar dengan percikannya yang begitu deras yang semakin membuat suasana di objek wisata ini terasa begitu sejuk. Berbagai aktivitas menyenangkan dapat dilakukan di sini mulai dari panjat tebing, berenang dan bersampan sambil memancing. Wisatawan yang berkunjung ke Green Canyon ternyata bukan hanya dapat berwisata, objek wisata ini juga kaya akan mitos. Konon bagi yang ingin mendapatkan jodoh dan awet muda bisa mengusapkan air yang menetes dari celah-celah tebing Green Canyon ke wajah beberapa kali. Hal ini sangat dipercayai beberapa wisatawan terutama yang wisatawan domestik. Bahkan air tersebut juga dapat diminum langsung dan rasanya seperti air mineral. Namun untuk bisa benar-benar menikmati keanggunan Green Canyon, pengunjung harus paham dengan musim-musimnya. Saat terbaik untuk bisa menikmati keindahan Green Canyon adalah beberapa saat setelah masuk musim 11
kemarau. Karena jika pada musim hujan, dikhawatirkan derasnya arus sungai membuat warna airnya menjadi coklat. Bulan Mei sampai dengan September adalah saat yang terbaik untuk berkunjung. Penelusuan aliran sungai Green Canyon dari titik hulu sampai ke Cukang Taneuh ditempuh sekitar 2.5km/ 3jam.
Berikut ini adalah peta wilayah Green Canyon:
2.2.1 Peta Pangandaran
12
2.2.2 Peta Green Canyon dalam wilayah Pangandaran
2.2.3 Peta Pangandaran dalam wilayah Jawa Barat
13
Dibawah ini adalah gambar situasi Green Canyon sebelum dan sesudah hujan:
2.2.4. Green Canyon sebelum hujan
2.3
2.2.5. Green Canyon setelah hujan
Survey Lapangan
2.3.1 Survey Lapangan 21 February 2009 Berdasarkan survey lapangan, untuk menuju Green Canyon dengan cara perahu para wisatawan harus menyewa perahu terlebih dahulu. Berikut harga patokan yang diberikan (harga masih dapat ditawar) :
14
Sewa perahu (lima orang/perahu)
: Rp. 70,000.-
Sewa pelampung(dalam satu perahu) : Rp.70,000.Berdasarkan hasil survey ini, didapati masih terdapat berbagai hewan selain ikan air tawar di sekitar Green Canyon seperti biawak, rusa, ular, babi hutan, monyet, laba-laba air, dan masih banyak lagi. Keberadaan satwa ini berkaitan dengan keberadaan National Park (Cagar alam) di sekitar Green Canyon. Pada kesempatan survey pertama, dilakukan sehari setelah hujan deras sehingga aliran air pegunungan memenuhi Green Canyon sehingga warna dan kedalaman Green Canyon tidak seperti aslinya. Berikut hasil foto survey tanggal 21 February 2009 :
15
2.3.1.1 Jembatan tanah (Cukang Taneuh) sekaligus pintu masuk Green Canyon
2.3.1.2 Susunan bebatuan dan tumbuhan
16
2.3
.1.3 Batu Payung di musim hujan
2.3.1.4 Bebatuan menyerupai bentuk goa
17
Survey tersebut berjalan berlawanan arah dengan jalannya arus Green Canyon, sehingga dibutuhkan stamina yang cukup kuat dan keadaan yang prima pada saat akan memulai perjalanan. Namun demikian selama perjalanan kita akan selalu didampingi oleh guide dalam setiap perahunya sampai kepada Green Canyon. Jika ingin searah dengan arus aliran Green Canyon, para pengunjung melakukan body rafting untuk berjalan di atas Green Canyon dan menelusuri perjalanan berlawanan dari arah seharusnya. Berikut harga yang ditawarkan untuk Body Rafting khusus Green Canyon sekaligus makan siang dua kali. Guide dan 6 orang berikut pengaman serta snack dan minum : Rp.875,000.2.3.2 Survey Lapangan 26 Maret 2009 Rasa air Green Canyon dapat berubah-ubah sesuai dengan musimnya pada saat itu. Rasa air bisa menjadi tawar jika pada musim hujan, menjadi payau ketika musim kemarau datang dengan sedikit hujan sehingga air laut dengan hujan bercampur, dan rasa asin ketika air laut menjadi lebih tinggi dibandingkan penyimpanan air gunung atau pasang sehingga warna menjadi merah, coklat, dan hijau tosca yang merupakan warna terbaik karena lumut pada bagian dasar bebatuan yang hijau juga pantulan pepohonan sehingga warna hijau tosca semakin terlihat. Green Canyon sekitar tahun 1989 dikunjungi karena merupakan tempat para petapa untuk bertapa dan bersemi. Kemudian pada tahun 1991 warga negara asing berkunjung dan memotretnya hingga menempatkannya di sebuah hotel sebagai kenang-kenangan sehingga para pengunjung Pangandaran pada tahun 1994 18
mencoba untuk datang ke Green Canyon karena melihat pajangan foto yang ada. Pada tahun 1995, Green Canyon diresmikan menjadi objek alam oleh pemerintah dan menjadi salah satu sumber pemasukan dana untuk daerah Jawa Barat. Para pengunjung sebelum tahun 2000, 75% adalah wisatawan mancanegara, namun setelah tahun 2000 wisatawan domestik mulai banyak mengunjungi tempat ini. Wisatawan asing yang paling banyak berwisata ke Green Canyon adalah warga negara Belanda, Australia, Korea, Jepang, Amerika, dan masih banyak lagi. Hutan bagian atas Green Canyon memiliki sangat banyak tumbuhan obat, dan terdapat tumbuhan bernama terumbuk yang dapat langsung dimakan dari pohonnya. Begitu pula dengan batu marmer dan karang yang merupakan bebatuan yang sangat indah terutama batu onik di sekitar Green Canyon yang merupakan warna dasar Green Canyon. Batu karang di sekitar Green Canyon sangat tajam dan berbolong-bolong karena menjadi tempat perkembangbiakan kepiting diwaktu masa bertelurnya, yaitu pada saat kemarau. Perjalanan body rafting selama menelusuri Green Canyon akan menemukan Goa Kelelawar. Goa ini memiliki bau yang sangat menyengat hidung kita, tetapi bau ini hanya pada bagian luarnya saja. Ketika kita akan memasuki Goa Kelelawar ini lumpur yang tingginya mencapai lutut orang dewasa akan menyambut kita. Goa ini merupakan sarang kelelawar yang besarnya mencapai lengan manusia dewasa. Goa ini panjangnya sekitar 500 meter dan merupakan penghasil kotoran kelelawar terbesar di Jawa Barat untuk dieksport.
19
Perjalanan menelusuri Green Canyon benar-benar sangat menantang dan mungkin menyeramkan karena diawali untuk dunia mistis, sehingga bagi anak di bawah umur dan orang tua lebih dari 50 tahun sangat idak disarankan. Berikut hasil survey lapangan 26 Maret 2009 :
2.3.2.1 Jalan menuju puncak bukit
20
2.3.2.2 Perlengkapan body-rafting
2.3.2.3 Perjalanan menelusuri sungai
21
2.3.2.4 Cara memandang indahnya Green Canyon
2.3.2.5 Goa Kelelawar
22
2.3.2.6 Pantulan sunset di musim kemarau
2.3.2.7 Batu payung
23
2.3.2 .8 Hujan abadi Green Canyon
24
2.3.2.9 Cukang Taneuh sebagai pelabuhan
2.3.3.2.10 Awal perjalanan menggunakan perahu dan akhir bila body-rafting
25
2.4
Khalayak Sasaran Berikut adalah target audience Green Canyon Pangandaran : 1. Sasaran Primer a. Demografi 1) Kerabat dan teman-teman yang menggemari waktu untuk berlibur 2) Golongan ekonomi kelas menengah dan menengah ke atas yang kehidupannya sudah stabil dan berkecukupan b. Geografi 1) Tinggal di Indonesia 2) Bermukim di daerah perkotaan khususnya Jakarta, dan kota-kota besar lainnya pada umumnya c. Psikografi 1) Usia dewasa dengan jiwa muda baik fisik maupun mental 2) Para pecinta keindahan alam terutama Indonesia 2. Sasaran Sekunder Wisatawan asing terutama yang sangat menggemari keindahan daerah tropis dan mancanegara umumnya. Serta wisatawan domestik beserta seluruh keluarga (maksimal berumur 50 tahun dengan memiliki kesehatan baik, kekuatan meyakinkan, dan sehat secara mental).
26
2.5
Analisa
2.5.1 Analisa Green Canyon a. Faktor Pendukung 1) Adanya program pendukung dan pengembangan kepariwisataan Indonesia, yaitu Berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata nomor : PM.17/HK.001/MKP-2005. 2) Mendapat dukungan dari perhotelan Pangandaran dan guide pecinta alam Green Canyon. 3) Memiliki dukungan kuat dari para pecinta wisata dan penduduk setempat untuk lebih mencintai daerahnya masing-masing, terutama Green Canyon. 4) Semakin banyaknya para pekerja di perkotaan yang membutuhkan hiburan dan keasrian dari alam untuk membangkitkan semangat bekerja kembali. b. Faktor Penghambat 1)
Informasi sangat minim dan simpang- siur jika tidak terjun langsung ke dalamnya
2)
Minat pembaca sangat kurang khususnya bagi generasi muda dan masyarakat Indonesia umumnya
3)
Kurang tertariknya kalangan high-class akan wisata domestic
27
c. Faktor Ancaman 1) Green Canyon termasuk wisata musiman, dikarenakan aliran gunung yang deras dan coklat pada musim hujan 2) Banyaknya daerah wisata mancanegara yang menggiurkan dengan publikasi yang begitu kuat 3) Masih termasuk sulit pemakaian bahasa nasional maupun internasional untuk benar-benar menelusuri Green Canyon lebih dalam d. Faktor Kesempatan 1) Meningkatnya kemajuan dan keindahan Pangandaran, terutama Green Canyon 2) Dukungan pemerintah atas penambahan kebijakan untuk mendukung perawatan dan penjagaan provinsi Jawa Barat 3) Green Canyon sudah mulai diketahui oleh wisatawan mancanegara sehingga memudahkan publikasi 2.5.2
Analisa Cenderamata Green Canyon a.
Faktor Pendukung 1) Belum adanya cenderamata berupa buku foto pop-up terutama Green Canyon Pangandaran 2) Adanya program pendukung dan pengembangan kepariwisataan Indonesia, yaitu Berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata nomor : PM.17/HK.001/MKP-2005
28
3) Mendapat dukungan dari perhotelan Pangandaran, terutama Laut Biru Hotel dan guide pecinta alam Green Canyon 4) Kompetitor sejenis belum ada b. Faktor Penghambat 1)
Informasi sangat minim dan simpang- siur dari masyarakat umum maupun pecinta alam yang pernah ke sana melalui riset
2)
Minat pembaca sangat kurang khususnya bagi generasi muda dan masyarakat Indonesia umumnya
c. Faktor Ancaman 1) Banyaknya daerah wisata mancanegara yang menggiurkan dengan publikasi yang begitu kuat 2) Masih termasuk sulit pemakaian bahasa nasional maupun internasional untuk benar-benar menelusuri Green Canyon lebih dalam pada kenyataannya d. Faktor Kesempatan 1)
Green Canyon sudah mulai diketahui oleh wisatawan mancanegara sehingga memudahkan publikasi cenderamata
2)
Cinderamata pop-up foto untuk landscape Indonesia belum ada atau jarang
3)
Sedang maraknya publikasi wisata alam Indonesia
29