BAB II DATA DAN ANALISA
2.1
Sumber Data 2.1.1
Literatur 2.1.1.1 Buku a. Raising Drug-Free Children/Veronica Colondom/YCAB/2007. b. Komunikasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba/BNN/2006. c. Pedoman Pelaksanaan P4GN/BNN/2006. d. Gaul Tanpa Narkoba/Ahmadi S./PT Prestasi Pustakarya/2007. 2.1.1.2 Internet a. www.infonarkoba.com b. www.bnn.go.id 2.1.1.3 Artikel a. Tabloid SADAR No.XIV/Thn.I/2007 b. Tabloid SADAR No.XV/Thn.I/2007
2.1.2
Interview a. Ibu Sri Sulastri, SE., Kabag Humas Set Lakhar BNN. b. Ibu Yustina, aktivis Yayasan Cinta Anak Bangsa. c. dr. Andry K. selaku Dokter Atlet. d. Guru-guru BP SLTA di Jakarta. e. Pelajar SLTA di Jakarta.
3
4 2.1.3
Survey Lapangan a. Badan Narkotika Nasional. b. Yayasan Cinta Anak Bangsa. c. Sekolah Lanjut Tingkat Atas.
2.2
Data Kasus Kasus Tindak Pidana Narkoba di Indonesia Tahun 2002- 2007 (Maret) Diagram Jenis Zat
Diagram Pendidikan Kasus Narkoba
5 Diagram Pendidikan Kasus Narkoba
2.3
Data Kampanye/Event sebelumnya. Berdasarkan pernyataan dari ibu Sri Sulastri, SE., Kabag Humas Set Lakhar BNN, yaitu kampanye dilakukan untuk semua lapisan masyarakat dari segala golongan, dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan tatap muka ke beberapa sekolah, membagikan buletin ke universitas terkemuka di beberapa kota, secara berkala memperingati Hari Anti Narkoba sedunia yang jatuh pada tanggal 26 Juni setiap tahunnya dan dalam event ini diadakan beberapa lomba, pameran lukisan, kesenian. Sedangkan secara media Above The line pernah dilakukan lewat Tayangan Televisi, Billboard, Print-Ad dan secara media Below The Line pernah dilakukan lewat Brosur, Flyer, Buletin/Newsletter, Tabloid dan Stiker.
6
2.4
Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia
Jl. MT. Haryono No. 11, Cawang Jakarta Timur Telp. (021) 80871566 – 80871567 Fax. (021) 80885225, 80871591-92-93 Website : www.bnn.go.id E-mail :
[email protected]
Visi : Komitmen
negara-negara
anggota
ASEAN
yang
telah
dideklarasikan bahwa ASEAN BEBAS NARKOBA TAHUN 2015 yang merupakan issue global, regional harus disikapi secara serius untuk mewujudkannya. Seiring dengan itu sesuai dengan visi bangsa Indonesia dalam pembangunan bangsa telah ditetapkan dalam Ketetapan MPR nomor : TAP/MPR/VII/2001 yaitu : ”Terwujudnya masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan Negara”, maka Visi yang ditetapkan Badan Narkotika Nasional sebagai focal point dalam penanganan permasalahan narkoba adalah : ”Terwujudnya masyarakat
7 Indonesia bebas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya (Narkoba) tahun 2015”..
Tujuan : Dalam rangka memberikan kerangka untuk tingkat perencanaan yang lebih rinci, seperti : penetapan sasaran, program, kegiatan dan rencana anggaran serta rencana operasional yang bersifat teknis maka perlu ditetapkan tujuan dari BNN yang dapat memberikan hasil akhir yang ingin dicapai. Disamping itu dengan penetapan tujuan organisasi (BNN) diharapkan dapat memberikan kejelasan tentang visi, misi dan isu-isu strategis. Dengan demikian tujuan yang ditetapkan adalah : 1. Tercapainya komitmen yang tinggi dari segenap komponen pemerintahan dan masyarakat untuk memerangi narkoba. 2. Terwujudnya sikap dan perilaku masyarakat untuk berperan serta dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. 3. Terwujudnya kondisi penegakan hukum di bidang narkoba sesuai dengan supremasi hukum. 4. Tercapainya peningkatan sistem dan metode dalam pelayanan terapi dan rehabilitasi penyalahguna narkoba. 5. Tersusunnya database yang akurat tentang penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. 6. Beroperasinya Satuan-satuan Tugas yang telah dibentuk berdasarkan analisis situasi.
8 7. Berperannya Badan Narkotika Propinsi/Kabupaten/Kota dalam melaksanakan program P4GN. 8. Terjalinnya kerjasama internasional yang efektif yang dapat memberikan bantuan solusi penanganan permasalahan narkoba di Indonesia.
Sasaran : Sasaran adalah merupakan refleksi dari hasil atau capaian yang diinginkan bersifat spesifik, konkrit dan terukur atas apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan dalam kurun waktu satu tahun. Sasaran mencakup apa yang akan dicapai, kapan, dan oleh siapa. Apabila dipisahkan secara tegas, sasaran tahunan bukan merupakan bagian dari rencana strategis organisasi, namun merupakan bagian utama dari Rencana Operasional tahunan yang mendasarkan pada rencana strategis itu sendiri. Oleh karena itu dalam dokumen Strategi Nasional ini secara spesifik tidak diuraikan/ditetapkan, akan tetapi penetapan sasaran akan dijabarkan oleh masing-masing institusi dalam penyusunan Rencana Kinerja Tahunan.
Misi : 1. Menentukan kebijakan nasional dalam membangun komitmen bersama memerangi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. 2. Melakukan upaya-upaya pencegahan yang lebih efektif dan efisien. 3. Meningkatkan penegakan hukum dibidang narkoba secara tegas dan tuntas.
9 4. Meningkatkan metode terapi dan rehabilitasi dalam merehabilitasi penyalahguna narkoba. 5. Melakukan penelitian dan pengembangan dalam penyusunan database yang akurat. 6. Membangun sistem informatika sesuai perkembangan teknologi. 7. Meningkatkan peran dan fungsi Satuan Tugas Operasional. 8. Meningkatkan
peran
dan
fungsi
Badan
Narkotika
Propinsi,
Kabupaten atau Kota. 9. Meningkatkan peran serta BNN dalam pergaulan global melalui kerjasama Internasional yang efektif dalam pemberantasan peredaran gelap narkoba.
2.5
Data Pendukung 2.5.1 Narkoba (Narkotika dan Obat-obatan Terlarang) Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman
baik
sintetis
maupun
semisintetis
yang
akan
menyebabkan perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan rasa sakit dan dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi). Jenis Narkotika yang sering disalahgunakan adalah morfin, heroin (putauw), petidin, termasuk ganja atau kanabis, mariyuana, hashis dan kokain. Sedangkan jenis Psikotropika yang sering disalahgunakan adalah amfetamin, ekstasi, shabu, obat penenang seperti mogadon, rohypnol, dumolid, lexotan, pil koplo, BK, termasuk LSD, Mushroom.
10 Zat adiktif lainnya disini adalah bahan/zat bukan Narkotika & Psikotropika seperti alkohol/etanol atau metanol, tembakau, gas yang dihirup (inhalansia) maupun zat pelarut (solven). Narkotika yang sebenarnya sangat berguna dan dipakai dibidang kedokteran untuk obat bius pembedahan atau penghilang rasa nyeri setelah pembedahan kepada pasien.
Tetapi
pada
perkembangannya,
orang-orang
banyak
menyalahgunakan untuk mencari sensasi kesenangan dan keluar dari permasalahan
kehidupannya. Narkoba
merupakan
singkatan
dari
Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya yang telah populer beredar dimasyarakat Banyak ditemukan dijual di jalanan yang disebut zat desainer. Zat ini merupakan hasil dari racikan para pengedar narkoba untuk dijual-belikan kepada konsumennya. Meningkatnya jumlah tersangka setiap tahunnya diakibatkan makin luasnya perdagangan dan peredaran gelap narkoba. Bahkan Indonesia sekarang ini telah dijadikan sebagai tempat produksi. Walaupun para penegak hukum pelbagai pihak terkait telah berusaha menanggulangi permasalahan tersebut dengan banyaknya pelaku yang ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara baik itu pemakai, bandar maupun pengedar narkoba, namun tetap saja bisnis ini merebak dengan pesat. Nilai perdagangan illegal narkoba dunia tahun 2003 diperkirakan sebesar US$322 milyar (UNODC, 2005). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Puslitbang Info BNN, menyebutkan jumlah penyalahguna narkoba yang teratur pakai dan pecandu di Indonesia tahun 2004 sekitar 3,2 juta orang dengan kisaran 2,9 sampai 3,6 juta orang. Tingginya angka
11 penyalahguna narkoba kemungkinan disebabkan karena produksi narkoba yang terus meningkat sehingga mudah didapat, jaringan komunikasi yang semakin canggih dan faktor sosial ekonomi
2.5.2
Remaja Berbagai hasil penelitian mengungkapkan bahwa pemakai narkoba kebanyakan dari mereka adalah kaum muda/remaja. Hukom (2003), memperkirakan jumlah penyalahguna narkoba di Indonesia pada tahun 2001 mencapai 3,4 juta orang dan 80 persen dari mereka adalah kaum muda/remaja. Berdasarkan Laporan Narkoba Dunia (World Drug Report) dari UNODC (2005) jumlah penyalahguna narkoba di dunia sebesar 200 juta orang (5% dari populasi dunia) yang terdiri dari : 160,9 juta orang (penyalahguna ganja), 34,1 juta (ATS), 13,7 juta orang (kokain), 15,9 juta orang (opiat) dan 10,6 juta orang (heroin). Mengapa remaja? Karena pada usia remaja biasanya terjadi perubahan fisik, emosional, intelektual dan sosial. Pada usia tersebut faktor lingkungan sangat mempengaruhi perilaku mereka, sehingga bergaul di lingkungan yang tercemar narkoba akan membuat mereka mencoba-cobanya. Secara ekonomis, penyalahgunaan narkoba akan menimbulkan biaya yang sangat besar. Dari sisi penyalahguna, kebutuhan ekonomi untuk membiayai pemakaian narkoba yang berharga mahal dan mendorong mereka melakukan tindak kejahatan seperti pencurian dan perampokan (Goode,1999). Menurut Hawari (1999) biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi narkoba di Indonesia per hari adalah sekitar Rp
12 100.000,00 dengan demikian diperkirakan total biaya yang dibelanjakan untuk mengkonsumsi narkoba sebesar 340 milyar per hari. Pada tahun 2004, besaran penyalahguna narkoba teraturpakai dan pecandu di Indonesia diperkirakan sekitar 3,2 juta orang, atau setara dengan 1,5% jumlah penduduk, dengan komposisi jenis kelamin laki-laki 79% dan perempuan 21%. Remaja merupakan masa pertumbuhan anak menuju dewasa dengan terjadinya perubahan fisik, psikologi maupun sosial. Menurut WHO masa remaja adalah usia 14-18 tahun. Dalam masa ini remaja mulai terdorong hasrat seksual terhadap lawan jenisnya karena organ reproduksi mensekresi hormon tertentu. Hal ini akan menimbulkan perubahan fisik antara lain perubahan suara disertai tanda seks sekunder seperti bulu ketiak, bulu kaki, bulu kemaluan, kumis, payudara dsb. Di masa pubertas ini remaja mencari dan membentuk identitas diri untuk berhubungan perasaan terhadap lawan jenis. Di samping perkembangan pubertas atau fisik, juga pada masa remaja timbul kemajuan cara berpikir yang kritis dan maju serta mulai dituntut tanggung jawab dan peran yang baru dari masyarakat. Berarti masa remaja adalah masa yang penuh dengan kesulitan termasuk bagi ke 2 orangtuanya (change stressor). Kesulitan bagi remaja adalah mereka merasa tidak dipahami oleh orangtuanya. Mereka merasa orangtua cenderung menyalahkan dirinya jika terjadi suatu masalah. Padahal masalah tersebut tidak lebih sekedar hanya untuk mengekspresikan dirinya agar di akui oleh lingkungan. Misalnya remaja cenderung mengikuti potongan rambut yang sedang
13 populer dengan maksud menarik perhatian lawan jenis. Namun sebaliknya orangtua menganggap potongan rambut tersebut akan membuat malu keluarga dan akhirnya timbul kesalahpahaman. Adanya perasaan bahwa dirinya tidak dimengerti keluarga mendorong remaja cenderung berkumpul di suatu tempat untuk menyalurkan emosi yang tidak menyenangkan sehingga tidak tegang dan tidak stres. Jika proses pencarian identitas diri dalam fase remaja mengalami krisis maka akan mempengaruhi perilakunya sehari-hari. Umumnya perolehan identitas diri remaja lebih mengacu pada kelompoknya termasuk idola mereka meskipun hal tersebut menyimpang. Demikian juga remaja akan lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah terdorong berkumpul dan melakukan kegiatan secara bersama dengan kelompoknya. Mereka mencoba mencari sesuatu yang sesuai dengan rasa keingintahuannya bersama kelompok sebaya. Bilamana kegiatan tersebut merupakan hal yang positif tentu tidak masalah. Lain halnya jika kegiatan itu mengarah pada hal yang negatif seperti mencoba merokok dan minum akohol sembari nonton VCD porno lalu ketagihan maka identitas diri menjadi semakin tidak terarah yang dapat merusak fisik, cara pikir, emosi dan perilakunya (jiwa). Karena itu pada saat pencarian identitas diri remaja membutuhkan bimbingan, dukungan mental dan perhatian terutama dari orangtua, lingkungan sekolah dan masyarakat. Sebenarnya pengaruh kelompok sebaya merupakan sarana untuk remaja menguji kapasitas diri sendiri dan orang lain (sarana berinteraksi). Pada kelompok tersebut remaja mulai
14 membentuk konsep diri yaitu berlatih konsekuen dengan ikatan yang ada dan di kelompok inilah remaja memperoleh penilaian oleh sesama remaja yang tidak dapat memaksakan sanksi-sanksi dunia dewasa yang justru ingin dihindari. Kelompok sebaya memberi sebuah dunia tempat remajaremaja mulai belajar bersosialisasi dalam suasana yang lebih sesuai karena merupakan kelompok yang homogen. Di kelompok inilah remaja mendapat dukungan tentang hal-hal yang ingin diperbuat tanpa ada aturan-aturan seperti yang ditetapkan oleh orangtuanya atau masyarakat. Dalam hal ini tugas orangtua adalah melakukan pendekatan berupa hubungan yang baik sehingga tercipta ikatan yang kuat antara anak dan orangtua yang merupakan bekal anak untuk berusaha mengantisipasi penyalahgunaan Narkoba pada dirinya. Prediktor paling kuat bagi remaja terancam Narkoba adalah pergaulan bersama teman sebaya yang menggunakan Narkoba.
2.5
Target Komunikasi 2.5.1
Target Primer •
Demografis : Usia
: 15 – 18 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Kelas Sosial
: Kelas A dan B
Pendidikan
: SLTA
15 •
Geografis Kota Jakarta
•
Psikografis Kurang motivasi di sekolah & lebih mementingkan kesenangan /hobi, menjunjung kebebasan bergaul, sikap berontak/melawan aturan, toleran terhadap suatu penyimpangan, tidak peduli soal agama, cenderung ingin tahu & mencoba-coba obat berbahaya, tertutup terhadap orang tua.
2.5.2
Target Sekunder Anak remaja laki-laki kelas sosial C di kota Jakarta.
2.6
Analisa 2.6.1
SWOT 1. Strength a. Adanya Undang-undang anti narkoba. b. Mampu memberikan jawaban atas pencarian pengakuan/identitas diri remaja lewat bahasa dan ilustrasi yang sesuai mood remaja laki-laki (pelajar SLTA). 2. Weakness a. Remaja laki-laki dianggap lebih gaul oleh temannya jika memakai narkoba. b. Mitos remaja jika mencoba 1x tidak bakal ketagihan.
16 3. Opportunity a. Banyak
media
efektif
yang
bisa
digunakan
untuk
mensosialisasikan kampanye Drug-free Highschool Stars. b. Banyak anak remaja (pelajar SLTA) yang belum mendapat pedoman hidup yang benar. c. Banyaknya brands populer remaja yang bisa diajak bergabung dengan kampanye ini untuk menambah kedekatan secara emosional diantara mereka.. 4. Threat a. Promosi menggiurkan dari tempat hiburan yang menjadi tempat rawan peyebaran narkoba untuk remaja. b. Lokasi & kawasan peredaran narkoba makin luas. c. Kemajuan teknologi komunikasi yang memudahkan pedaran narkoba.