BAB II DATA DAN ANALISA 2.1
Sumber Data Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis memperoleh data-data yang
berasal dari:
2.1.1 Literatur (buku dan artikel elektronik): •
http://legalisasiganja.com/
•
http://id.wikipedia.org/wiki/Ganja
•
http://votreesprit.wordpress.com/
•
(http://biology.about.com/library/weekly/aa101499.htm)
•
http://medicalmarijuana.com
•
http://www.treatingyourself.com
•
Buku Marijuana: The First 12000 years, penerbit: Plenum Press.
•
Buku Hikayat Pohon Ganja penerbit Gramedia.
•
Buku CANNABIS, penerbit AT Verlag, Arau, Swiss.
•
Buku Kriminalisasi Ganja, Penerbit: Indie Book Corner.
•
Buku American Farmer oleh John S. Skinner.
•
Majalah Treating Yourself, issue 23, “Cannabis: God’s Medicine”
2.1.2 Narasumber: •
Dhira Narayana, S. Psi, sebagai ketua Lingkar Ganja Nusantara (LGN).
•
Peter Dantovsky, penulis buku Kriminalisasi ganja.
•
Mas Irvan, pengguna ganja medis.
•
Dr. Yossi, dokter dari BNN dalam bedah buku Hikayat Pohon Ganja.
•
Dr. Siti, dokter dari BNN dalam bedah buku Hikayat Pohon Ganja.
2.1.3 Pengamatan langsung terhadap para stoner/pengguna selama enam bulan. Disini penulis berbaur dan berinteraksi langsung dengan para pengguna ganja, melihat
secara langsung bagaimana kehidupan mereka dan
membandingkannya dengan pecandu obat-obatan dan alcohol.
2.2
Data dan Literatur
2.2.1 Menyamakan Persepsi tentang Ganja Persepsi mengenai ganja perlu disamakan terlebih dahulu sebelum memahami kata Ganja. Tidak bisa dipungkiri bahwa persepsi sosial masyarakat Indonesia tentang ganja adalah salah satu jenis Narkotika yang dapat membawa pemakainya kepada kehancuran hidup. Tentunya, maksud ganja yang akan dibahas dalam buku ini bukan seperti itu. Lebih dari 12.000 tahun lalu lamanya, Hemp (spesies Cannabis Sativa L.) menjadi sumber utama serat dan biji pangan. Saat ini, lebih dari 30 negara membudidayakan hemp sebagai komoditas pertaniannya, yang tentunya memiliki pasar tersendiri di pentas perdagangan dunia. Hemp adalah varietas Cannabis Sativa yang memiliki potensi tinggi sebagai tanaman pertanian (penghasil biji dan serat kualitas terbaik) dan memiliki kandungan zat psikoaktif yang sangat rendah (di bawah 1%). Apabila ada seseorang mengonsumsinya untuk keperluan medis atau rekreasi, niscaya dirinya tidak akan mendapatkan efek giting (efek dari konsumsi ganja). Di sisi lain, Ganja adalah istilah untuk bunga dan daun dari tanaman Cannabis Sativa ataupun Indica yang dikeringkan dimana memiliki kandungan zat psikoaktif yang tinggi (minimal 10%). Cannabis jenis ini memang sengaja dibudidaya untuk dimanfaatkan zat psikoaktifnya. Ternyata kitab pengobatan tertua di dunia (2900 SM) di bawah Kekaisaran Cina menyebutkan kegunaan ganja untuk mengobati datang bulan, malaria, gangguan kehamilan, gangguan pencernaan dan penyakit lupa. Perkembangan ilmu dalam dunia medis bertahun-tahun kemudian berhasil membuktikan ganja sebagai obat kanker, asma, diabetes dan sebagainya. Selain untuk medis, istilah ganja dapat dipakai untuk tujuan rekreasi. Entah sejak kapan rekreasi ganja menjadi budaya di Indonesia. Yang jelas saat ini, mengganja sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat kita. Dari mahasiswa sampai akademisi, dari pegawai sampai pemilik perusahaan, petani, pelaut dan sebagainya telah memanfaatkan potensi rekreasi ganja. Hanya saja fenomena tersebut masih ditutup-tutupi karena konsekwensi hukum yang begitu berat.
2.2.2 Jenis-jenis daripada pohon ganja o Cannabis Sativa Cannabis Sativa memiliki karakter bentuk daun yang runcing, ruas daun lebih banyak dan berwarna hijau cerah. Pohon sativa mampu mencapai tinggi Sembilan meter dan menghasilkan bunga yang sedikit. Pohon jenis ini banyak tumbuh di Indonesia. o Cannabis Indica Cannabis Indica memiliki karakter ruas daun yang lebih lebar dan tumpang tindih serta berwarna hijau gelap. Tinggi Pohon indica tidak lebih dari dua meter. Menghasilkan lebih banyak zat psikoaktif di dalam bunganya.
o Cannabis Ruderalis Cannabis Ruderalis memiliki karakter ruas daun yang bervariasi. Secara umum pohonnya berukuran pendek dan kecil. Pohon ruderalis termasuk tipe auto-flowering karena menghasilkan bunga berdasarkan usia. Tidak seperti Sativa dan Indica yang dipengaruhi oleh perubahan dalam siklus cahaya.
2.2.3 Pemanfaatan Ganja Pemanfaatan Ganja dikategorikan menjadi 3, yaitu: o Hemp Industry (Ganja untuk industri) Hemp adalah jenis pohon ganja dengan kandungan zat psikoaktif yang sangat rendah dan memiliki serat dan getah yang lebih banyak. Tanaman ganja ini dimanfaatkan untuk kebutuhan industri pada umumnya yaitu makanan, pakaian, bahan bangunan, kertas, plastik, bahan bakar bahkan kosmetik.
o Rekreasi Pengguna Ganja Rekreasi pengguna ganja adalah penggunaan ganja dengan cara dihisap atau dimakan yang bertujuan untuk relaksasi. Hal ini biasanya dilakukan oleh seseorang yang pada saat tersebut psikologinya mengalami stress ringan. Sama halnya seperti seseorang menghisap rokok tembakau untuk meluruskan saraf-saraf yang kaku, dengan kata lain menghilangkan kepenatan.
o Ganja Medis Ganja medis adalah ganja yang dimanfaatkan sebagai terapi pengobatan. Hal tersebut disebabkan karena, ternyata otak manusia memproduksi zat anandamide, yaitu zat Endocannabinoid alami yang berfungsi sebagai penekan rasa sakit. Senyawa yang diproduksi oleh otak ini mirip sekali dengan senyawa delta-9-tetrahydrocannabinol (THC) yang terdapat dalam ganja. Pada tahun 90-an para peneliti menunjukan bahwa receptor dalam otak dan tubuh manusia terhubung dengan cannabinoid. Receptor yang ada dalam tubuh manusia tersebut dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pada permukaan sebuah sel yang tentu membutuhkan kunci yang tepat (yang dimaksud dengan “kunci yang tepat” adalah zat yang sesuai dengan receptor sebagai penerimanya) untuk membukanya dan mengirim pesan-pesan. Pesanpesan tersebut adalah penyampaian tubuh ketika bereaksi terhadap sesuatu, salah satu contohnya adalah ketika di dalam tubuh terdapat pengganggu dan sistem kekebalan dalam tubuh harus menyerangnya. Para ilmuwan menemukan dua jenis receptor cannabinoid pada tubuh. Salah satunya bernama receptor CB1 yang utamanya terdapat dalam otak, dan yang satunya lagi bernama CB2 yang utamanya terletak pada sel kekebalan tubuh manusia. Receptor jenis CB1 ini sangat berlimpah dalam otak, tapi ternyata tidak hanya dalam otak saja, receptor CB1 ini juga ditemukan pada organ-organ besar diseluruh bagian tubuh seperti jantung, hati, ginjal dan pancreas. Receptor CB2 dapat bereaksi seperti target bagi cannabinoid. Ketika kunci yang tepat (yang dimaksud kunci yang tepat disini adalah zat yang sesuai yaitu zat THC) terikat pada receptor CB2, kunci-kunci tersebut memberikan sinyal atau perintah kepada sel-sel kanker untuk mati, dan itulah yang akan dilakukan oleh sel kanker tersebut. Karena itulah ganja dikatakan dapat menyembuhkan kanker. Karena zat THC yang dimiliki oleh ganja merupakan kunci yang sesuai karena dapat diterima dengan baik oleh receptor CB1 dan CB2 yang ada dalam tubuh. Dan penemuan yang mengejutkan lagi adalah, receptor CB1 tidak hanya ditemukan pada manusia melainkan juga pada seluruh makhluk bertulang belakang, yang berarti bahwa semua jenis mamalia, ungags reptile,
amfibi hingga berbagai jenis ikan dibumi dapat merasakan efek dari zat THC yang terkandung dalam pohon ganja. Sedangkan receptor CB2 hanya ditemukan pada jenis mamalia. Hal tersebut terbukti dengan adanya penelitian dari Brown University. Dalam studi tersebut, para peneliti merangsang Periqueductal Grey Area (PAG) pada tikus yang dibius. PAG adalah bagian dari batang otak yang terlibat dalam penindasan nyeri dan hanya ditemukan pada mamalia. Tikustikus itu juga disuntik dengan iritasi kimia yang disebut formalin, suatu zat yang menyebabkan nyeri berkepanjangan. Para peneliti mengukur jumlah anandamide di wilayah PAG menggunakan tekanan-bahan kimia mesin ionisasi atmosfer spektrometri massa. Ini instrumen yang sangat sensitif memungkinkan para ilmuwan untuk mengukur jumlah yang sangat kecil dari senyawa anandamide. Para peneliti menemukan bahwa ketika wilayah PAG dirangsang, ada peningkatan pelepasan anandamide. Ketika suntikan formalin diberikan, jumlah anandamide yang lebih besar dilepaskan. Temuan ini menunjukkan bahwa otak menggunakan zat cannabinoid, anandamide, untuk mengontrol sensitivitas nyeri. (http://biology.about.com/library/weekly/aa101499.htm) Sehingga hal itulah yang menyebabkan ketika seseorang yang memiliki penyakit tertentu menggunakan ganja untuk medis, zat THC yang ada dalam ganja tersebut diterima dengan baik oleh receptor yang ada pada otak manusia, sehingga menimbulkan reaksi yang cepat dalam masa penyembuhannya.
Berikut adalah beberapa jenis penyakit yang mampu disembuhkan dengan terapi ganja: 3 -
Alzheimer
-
Amyotrophic Lateral Sclerosis
-
Fibromyalgia
-
Glaukoma
-
Gangguan Saluran Pencernaan
-
HIV/AIDS
-
Kesulitan Buang Air
-
Rheumatoid Arthritis
-
Asma
-
Depresi
-
Lupus
-
Sindrom Tourette
-
Insomnia
-
Kanker dan Leukimia
-
Diabetes
-
Gangguan Perkembangan Menyeluruh
-
Epilepsi
-
Migrain dan Sakit Kepala
-
PTSD (Post Traumatic Stress Disorder)
-
Penyakit Sapi Gila
-
Osteoporosis
-
Pruritus
-
Kardiovaskular
-
Multiple Sclerosis
-
Tuberkulosis (TB)
-
Distonia
-
Cerebral Aneurysm
-
Sinusitis
-
Autism
-
Pectus carinatum (Pigeon breast/chest)
-
Bipolar Disorder
-
Chronic Pain
-
Herpes
-
Darah Tinggi / Hypertension (High Blood Pressure)
-
Pancreatitis
-
Liver Disease
Sumber buku Hikayat Pohon Ganja
Berikut adalah penjelasan peranan ganja terhadap beberapa penyakit yang diderita masyarakat Indonesia secara umum.
o HIV/AIDS HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah golongan jenis retrovirus yang menyerang sel-sel kekebalan tubuh. Penyakit ini membuat penderitanya rawan terhadap berbagai penyakit menular. penyakit ini mematikan. Menurut WHO, lebih dari 500. 000 orang Amerika meninggal karena HIV/AIDS. Data survey menunjukan bahwa satu dari tiga pasien penderita HIV/AIDS di Amerika
Utara
memakai
ganja
untuk
mengobati
gejala
HIV,
serta
menghilangkan rasa sakit sebagai efek samping pengguna obat-obatan retrovirus. Pasien penderita HIV/AIDS mengkonsumsi ganja untuk mengobati berbagai gejala seperti kecemasan, kehilangan nafsu makan dan mual-mual.
o OSTEOPOROSIS Osteoporosis adalah penyakit degenerative pada tulang yang ditandai dengan rusaknya jaringan tulang. Penderitanya mengalami resiko berbagai macam keretakan dan patah tulang. Pada tahun 1995, di Cekoslovakia diadakan studi ilmiah pertama yang menyebutkan
bahwa
Cannabinoid
melindungi
tulang
dari
munculnya
osteoporosis. Pada tahun 2006 ilmuwan dari National Academy of Sciences di laboratorium tulang, Hebrew University, Yerusalem, melaporkan bahwa pemberian senyawa sintetis cannabinoid, HU-308, dapat memperlambat perkembangan osteoporosis, merangsang pembangunan tulang dan mengurangi hilangnya jaringan tulang pada hewan percobaan penelitian. Penelitian lebih lanjut yang dipublikasikan Annals of the New York Academy of Sciences pada tahun 2007, menghasilkan kesimpulan bahwa aktivasi reseptor cannabinoid CB2 dapat mengurangi hilangnya jaringan tulang.
o DIABETES Diabetes adalah penyakit autoimunitas yang ditandai dengan turunnya produksi insulin yang menyebabkan tingginya kadar gula dalam darah (hiperglikemia). Diabetes memiliki 2 tipe. Pada tipe-1, pancreas penderita tidak dapat memproduksi insulin sama sekali dan bergantung pada suplai insulin dari luar. Sedangkan pada diabetes tipe-2, pancreas masih dapat memproduksi insulin namun jumlahnya tidak cukup.
Dalam jangka waktu yang panjang diabetes dapat menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, pengerasan pembuluh darah arteri serta berbagai komplikasi lain yang pada akhirnya menyebabkan kematian. Dalam studi yang diterbitkan pada Journal Autoimmunity, injeksi 5mg CBD (Cannabinoid) setiap hari dapat mengurangi insiden timbulnya diabetes pada tikus percobaan. Sebanyak 86% tikus yang tidak mendapat asupan CBD mengidap diabetes. Kemudian pada studi tahun 2001, mengungkapkan peran senyawa delta-9THC dalam pengobatan diabetes. THC mengurangi kemungkinan diabetes pada tikus yang diberikan kadar glukosa lebih dalam darahnya dan pengurangan insulin secara buatan, dibandingkan dengan tikus yang tidak diberikan THC.
o ASMA Asma adalah gejala kesulitan bernapas dan bersin-bersin yang disebabkan kejangnya saluran pernapasan. Ini meningkatnya produksi mucus (lendir) dan membengkaknya membrane mucus. Penelitian klinis menunjukkan bahwa THC mempunyai efek bronchodilator atau memperlebar saluran bronkus, membuka sumbatan saluran udara dan melancarkan pernapasan. Dalam sebuah studi yang dimuat American Review of Respiratory Disease, vol 112, tahun 1975, dengan judul “Effects of Smoked Marijuana in Experimentally Induced Asthma” disebutkan bahwa ganja dapat mengobati kondisi hiperinflasi pada paru-paru dan asma yang dipicu oleh kelelahan dalam waktu seketika. Merokok ganja atau memakan ganjamemiliki efek bronchodilator yang sama dengan obat-obatan untuk asma seperti salbutamol dan isoprenaline. Walaupun khasiatnya meyembuhkan, namun menggunakan ganja dengan cara dirokoktentu memiliki resiko kesehatan sendiri. Karena itu ilmuwan kesehatan sedang berusaha membuat alat penghisap semacam inhaler zat THC untuk asma agar tidak memakai proses pembakaran (menggunakan ganja dengan cara dirokok).
o INSOMNIA Insomnia atau penyakit sulit tidur biasanya diobati dengan berbagai macam obat-obatan psikotropika, salah satunya valium. Penelitian modern menunjukkan bahwa zat CBD (cannabidiol) mempunyai efek lebih baik dalam membantu
masalah sulit tisur daripada menggunakan valium, karena valium dapat menghambat atau memperpendek tahapan bermimpi dalam tidur. Pada tahun 2005, tercatat 1.500-an kematian di Amerika disebabkan overdosis valium. Sedangkan pengguna ganja sama sekali tidak memiliki catatan kematian ataupun overdosis. Pada tahun 1890 J.R Reynolds, dokter pribadi ratu Victoria mengatakan, ganja adalah obat paling efektif untuk mengatasi masalah sulit tidur dibandingkan semua obat-obatan lain.
o KANKER DAN LEUKIMIA Kanker adalah penyakit mematikan yang memiliki ciri-ciri tumbuhnya sejumlah sel secara tidak terkontrol (pertumbuhan dan pembelahan berlebihan yang
tidak
normal),
invasi
(memasuki
dan
menghancurkan
jaringan
disekitarnya) dan metastasis (menyebar ke bagian lain badan lewat darah atau cairan getah bening). Kanker disebabkan oleh kelainan genetis dari sel yang diakibatkan oleh karsinogen, asap rokok, radiasi, zat-zat kimia dan infeksi. Penyebab lainnya adalah mutasi genetis pada saat pembelahan sel atau kelainan genetis yang memang diturunkan dari keluarga. Kemoterapi adalah salah satu cara pengobatan bagi penderita kanker, cara ini membunuh sel-sel kanker dan juga sel yang sehat. Efek sampingnya adalah mual-mual berlebihan, muntah-muntah, kerontokan rambut dan berkurangnya sel darah merah. Efek samping tersebut menimbulkan depresi bagi penderita
bahkan
beberpa
diantaranya
berhenti
mengikuti
pengobatan
kemoterapi dan pasrah menerima kematian. Ganja dikenal memiliki efek menghilangkan rasa mual, mengatasi depresi dan mengembalikan napsu makan. Hal ini dapat menjadi pencerahan bagi para penderita kanker yang sedang menjalani kemoterapi. Selain hal tersebut diatas, penemuan paling mutakhir menunjukkan bahwa ganja memiliki potensi yang lebih besar dalam pengobatan kanker. Ganja memiliki kemampuan membunuh berbagai jenis sel tumor dan menghambat metastasis (penyebaran) sel-sel tersebut. Zat psikoaktif delta-9-THC yang terkandung dalam ganja terbukti mampu menghambat replikasi sel kanker payudara, membunuh sel-sel kanker
pankreas secara selektif tanpa mencederai jaringan normal lainnya. sementara zat nonpsikoaktif ganja, CBD (cannabidiol) terbukti punya efek antitumor pada sel-sel tumor glioma yang menyerang system saraf pusat.
o DEPRESI Depresi merupakan gangguan psikiatri yang ditandai berubahnya suasana hati, tertekan atau kehilangan kesenangan, atau minat terhadap kebanyakan aktifitas (anhedonia). Ciri-ciri depresi adalah perubahan berat badan, pola tidur, perilaku psikomotor, tingkat energy dan fungsi kognitif (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders: DSM-IV; American Psychiatric Association; Washington, DC: 1994) Berbagai
penelitian
menggunakan
binatang
pada
abad
menyebutkan bahwa depresi juga memiliki dimensi neurologis
ke-20 yang
berhubungan erat dengan rendahnya produksi endocannabinoid.12 Penelitian ini menemukan bahwa meningkatnya aktivitas endocannabinoid pada reseptor CB1 menghasilkan efek antidepresan.
o KESULITAN MENGONTROL BUANG AIR Penyakit Urinary Incontinence adalah kesulitan mengontrol kandung kemih. Kondisi ini disebabkan berbagai factor biologis seperti otot kandung kemih yang lemah, radang atau bisa juga disebabken kerusakan saraf akibat penyakit multiple sclerosis atau Parkinson. Peneliti dari London institute for Neurology membuat studi label-terbuka dengan memakai ekstra ganja untuk gangguan fungsi kandung kemih pada 15 pasien penderita multiple sclerosis
tahap lanjut. Hasilnya dorongan untuk
kencing, frekuensinya dan terbangun untuk kencing pada jam tidur (nocturia) berkurang drastic. Penemuan ini dikonfirmasi dalam studi yang lebih besar, melibatkan 630 pasien yang mendapat dosis ekstrak THC dengan cara dimakan. Hasilnya 38% pasien yang diberi zat THC merasakan berkurangnya gejala incontinence. Data terakhir yang dipresentasikan dalam pertemuan tahunan American Urological Association (Asosiasi Urologi Amerika) tahun 2006, menyebutkan bahwa ganja dapat mengurangi inflamasi dan aktivitas berlebih dari kandung kemih pada hewan percobaan.
o LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK Lupus adalah penyakit autoimun. Sistem kekebalan tubuh penderitanya berlebihan dan berbalik melawan dirinya sendiri. Dapat dikatakan penyakit ini kebalikan dari HIV/AIDS. Lupus menyerang sel-sel yang sehat. Hal ini menyebabkan tubuh bereaksi pada peradangan yang kronis. Peradangan ini adalah apa yang menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan dan kerusakan kadang-permanen pada sel. Lupus adalah penyakit flare (periode aktivitas) dan remisi (tidak aktif atau kurang aktif).
Berbagai Jenis Lupus o Lupus Eritematosus Sistemik (SLE) - yang paling umum diderita, hal itu mempengaruhi seluruh tubuh: kulit, sendi, organ-organ, pembuluh darah, dll Lupus merupakan penyakit mematikan karena mempengaruhi satu atau lebih organ vital: jantung, ginjal, paru-paru, hati o Lupus Erythematosus cutaneous (CLE) - mempengaruhi kulit saja. Drug Induced Lupus - disebabkan oleh obat-obatan, sering hilang ketika obat dihentikan. o Lupus dengan penyakit Jaringan ikat Lain - Lupus dan rheumatoid arthritis, Scleroderma, sindrom Sjogren. Neonatal Lupus - bayi yang lahir dari ibu dengan Lupus.
Tidak ada obat-obatan kimia yang dapat menyembuhkan lupus. Ganja medis secara efektif dapat mengobati banyak gejala Lupus tanpa efek samping yang berbahaya.
2.2.4 Efek-efek penggunaan ganja Masyarakat Indonesia pada umumnya mengetahui efek negatif dari tanaman ganja, namun tidak mengetahui efek positifnya. Efek negative secara umum adalah pengguna akan menjadi malas dan mempengaruhi kelambanan berpikir otak. Namun hal ini masih menjadi kontroversi, karena tidak sepenuhnya
disepakati oleh beberapa kelompok tertentu. .
(http://id.wikipedia.org/wiki/Ganja) Petani di Kolombia menyebut ganja sebagai “animo” dan “fuerza” atau “semangat” dan “kekuatan” yang bisa membuat mereka bekerja berjam-jam di
ladang tanpa merasakan lelah. [Aho, James Alfred. 2002. The orifice as sacrificial site: culture, organization, and the body. Aldine Transaction.] Studi Jamaika (1976) yang menyeluruh mengenai pemakaian ganja selama bertahun-tahun di Jamaika menyebutkan bahwa, ”Untuk energi, ganja dikonsumsi pada pagi hari, pada waktu istirahat di tengah rutinitas kerja, atau tepat sebelum melakukan suatu pekerjaan yang berat efek dari dosis kecil ganja pada situasi alamiah tidak dapat diabaikan, sementara konsentrasi pada tugas kerja itu sendiri meningkat dengan jelas setelah merokok.” [Robinson, Rowan. 1995. The great book of hemp: the complete guide to the environmental, commercial, and medicinal uses of the world's most extraordinary plant. Inner Traditions / Bear & Company.]
2.2.5 Mitos-mitos tentang ganja dan fakta-faktanya
Ganja sebagai tanaman yang paling terkenal sepanjang sejarah manusia, tidak bisa dipungkiri telah mengalami berbagai bentuk pemberitaan yang tidak obyektif dan cenderung negatif. Berikut adalah beberapa diantaranya.
o Overdosis Ganja? Pada 6 September 1988, Francis Young, seorang Drug Enforcement Administration dalam “Opinion and Recommended Rulling, Findings of Fact, Conclusion of Law and Decision of Administrative Law Judge” mengemukakan bahwa, “Dalam pengertian medis yang terukur, mariyuana jauh lebih aman dari kebanyakan makanan yang kita konsumsi. Sebagai contoh memakan sepuluh kentang mentah bisa meracuni badan. Sebagai perbandingan adalah mustahil secara fisik untuk memakan mariyuana dalam jumlah yang bisa menyebabkan kematian. Mariyuana dalam bentuk alamiahnya, adalah salah satu zat terapeutik paling aman yang diketahui manusia. Dengan langkah analisis yang rasional, mariyuana aman digunakan dengan pengawasan medis yang rutin.” Opini tersebut menyatakan bahwa ganja aman dikonsumsi sebanyak apapun, karena tanaman ganja tidak berpengaruh pada kerusakan organ tubuh seperti obat-obatan terlarang lain.
o Ganja mengakibatkan kematian? Hingga detik ini belum ada bukti catatan ganja penyebab kematian maupun kecanduan. Hal ini sangat bertolak belakang dan berbeda dengan efek yang dihasilkan oleh obat-obatan terlarang dan alcohol, yang menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan hingga tersiksa secara fisik dan bahkan berbuat kekerasan maupun penipuan (aksi criminal) untuk mendapatkan
obat-obatan
kimia
buatan
manusia
tersebut.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Ganja)
o Pengguna ganja butuh direhabilitasi? Beberapa Dokter dari BNN menjelaskan adanya permintaan rehab dari para tersangka kasus ganja. catatan
yang
menyatakan
Padahal, bahwa
ganja
tidak ada satupun menyebabkan
bukti
kecanduan.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Ganja) Masih diasumsikan permintaan rehab dari para tersangka tersebut adalah sebagai alasan pengganti pidana. Hal ini tentu menjadikan ganja sebagai sesuatu yang sangat negatif di mata masyarakat sama seperti obatobatan terlarang lain.
2.2.6 Kriminalisasi dan Politik Ganja di Indonesia
Di Indonesia, hukum mengenai tanaman ganja tercantum dalam UU No. 35 tentang narkotika yang mengatakan bahwa memiliki, menggunakan, menjual dan menguasai narkotika golongan I (ganja) adalah perbuatan kriminal yang dapat dikenakan hukuman yang sangat tinggi, minimum 4 tahun penjara bahkan sampai hukuman mati. Denda uang yang ditetapkan pun sangat fantastis, dapat mencapai ratusan juta hingga miliyaran rupiah. Tujuan utama diberlakukannya UU tentang narkotika adalah menyelamatkan kesehatan masyarakat Indonesia. Hal ini sangat ironis mengingat bahwa tanaman ganja bermanfaat besar bagi kesehatan manusia. Yang menjadi kontroversial saat ini di Indonesia antara pihak pemerintah dengan kelompok-kelompok prolegalisasi ganja adalah. “kenapa ganja termasuk kedalam narkotika golongan 1?” sedangkan dari pihak Badan Nasional Narkotika (BNN) sendiri menegaskan bahkan memberikan surat pernyataan kepada pihak
organisasi Lingkar Ganja Nusantara (LGN) bahwa sampai pada saat ini pihak BNN belum melakukan penelitian lebih dalam terkait ganja. Hal tersebut tentu menjadi ladang uang bagi para oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Tingginya omset penjualan daripada ganja dan minat beli di dunia internasional membuat oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab tersebut memiliki kesempatan untuk menguasai, menggarap dan memperdagangkan ganja sebagai narkotika, yang seharusnya dapat bermanfaat bagi masyarakat baik dalam kesehatan, industri maupun dalam kesejahteraan rakyat petani.
2.3 Target 2.3.1 Demografis Usia
: 19 – 24 tahun
Gender
: Unisex
Pendidikan
: Mahasiswa - S1
SES
:A–B
2.3.2 Psikologis - Imaginatif - Terbuka terhadap informasi baru - Memiliki rasa percaya diri kuat - Menyukai inovasi - Fun
2.3.3 Gaya Hidup - Rajin mengikuti trend - Vintage fashionable - Penghasilan lebih dari empat juta perbulan
2.3.4 Geografis Wilayah pusat kota Jakarta.
2.4
Analisa SWOT Strength -
Ganja dapat dimanfaatkan sebagai pengobatan berbagai macam penyakit
-
Tidak ada satupun catatan kematian akibat Ganja.
-
Ganja tidak merusak organ tubuh.
Weakness -
Kurangnya dukungan dari pemerintah dan masyarakat (hanya mendapat dukungan dari pengguna ganja) untuk melegalkan ganja di Indonesia.
-
Pihak pemerintah tidak melakukan penelitian lebih lanjut terhadap ganja.
-
Banyaknya Masyarakat yang tidak tahu sisi positif dari Ganja. Dan sudah membenak diotak masyarakat luas bahwa Ganja adalah negative.
Opportunities -
Program edukasi dari LGN, yaitu bedah buku “Hikayat Pohon Ganja” yang menghadirkan wakil dari Badan Nasional Narkotika (BNN) mendiskusikan tentang manfaat-manfaat yang didapat dari Ganja.
-
Banyaknya saksi-saksi pengguna ganja medis yang bersedia berbagi cerita pengalamannya mengenai terapi ganja.
-
Banyaknya catatan medis dari berbagai Negara, sebagai bukti bahwa ganja dapat digunakan sebagai pengobatan medis
-
Tidak ada catatan ilmiah yang menyatakan bahwa ganja mematikan.
Threat -
Pihak pemerintah menganggap penelitian terhadap pohon ganja sebagai sesuatu yang sia-sia bisa menjadi ancaman, karena penelitian inilah yang dibutuhkan sebagai bukti bahwa ganja tidak berbahaya.
-
Pengguna ganja yang ditahan mengajukan rehab sebagai pengganti tahanan dapat menjadi ancaman karena, sebenarnya pengguna ganja bukan pecandu dan tidak membutuhkan rehab.
-
Pola pikir target yang sulit untuk dirubah.
-
Para oknum – oknum tidak bertanggung jawab yang menguasai pohon ganja sebagai ladang uang mereka, akan berbuat apa saja agar ganja tetap illegal.