5
BAB II DATA DAN ANALISA
2.1 Data dan Literatur Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek tugas akhir ini berasal dari berbagai sumber yaitu : 1. Wawancara/Interview •
Pak Dayat selaku staff Museum layang-layang
•
Pak Rahman selaku perwakilan dari Le Gong Kites Society.
2. Studi pustaka •
Buku Making kites: How to Build and Fly your Very Own Kites, oleh Rhoda Baker dan Miles Denyer.
•
Layang Layang Indonesia, oleh Endang W. Puspoyo.
3. Website •
www.museum-layang.com
•
id.wikipedia.org
•
ancol.com
4. Kuesioner •
Pengisian kuesioner online mengenai layang-layang dan acara Jakarta International Kite Festival.
6
2.1.1 Hasil Wawancara. Dari museum layang-layang saya mendapatkan banyak informasi mengenai sejarah layang-layang, jenis layang-layang, bagaimana pembuatan layang-layang, dan festival-festival yang pernah diadakan oleh Museum Layang Layang. Sedangkan dari wawancara dengan pihak Le Gong Kite Society, saya mendapatkan informasi mengenai acara Jakarta International Kite festival itu sendiri.
2.1.2. Hasil Survey Kuesioner. Dari hasil kuesioner yang disebarkan melalui Internet, dengan responden 2 orang dibawah 18 tahun, 50 orang berumur 18-24 tahun dan 9 orang berumur 24 -30 tahun, dapat disimpulkan bahwa: 1. 80%
dari
responden
tidak
mengetahui
diadakannya
Jakarta
International Kite festival. 2. 65% dari responden memiliki ketertarikan untuk menghadiri acara tersebut.. 3. 82% dari responden telah mengetahui terdapat berbagai macam layang-layang di dunia. 4. 63% dari responden mentetahui bagaimana cara memainkan layanglayang.
7
5. 82% dari responden tertarik untuk memainkan layang-layang pada acara Jakarta International Kite Festival dan mengikuti workshop cara membuat layang-layang. 6. Sebagian dari masyarakat telah menyadari bahwa permainan tradisional mulai ditinggalkan dan ingin kembali kepada permainan tradisional karena permainan tradisional karena lebih melibatkan interaksi secara aktif dibandingkan online game.
2.2 Data Umum 2.2.1 Layang layang.
Layang-layang (disebut juga Wau di Malaysia) merupakan lembaran bahan tipis berkerangka yang diterbangkan ke udara dan terhubungkan dengan tali atau benang ke daratan atau pengendali.
Layang-layang
memanfaatkan
kekuatan
hembusan angin sebagai alat pengangkatnya. Dikenal luas di seluruh dunia sebagai alat permainan, layang-layang diketahui juga memiliki fungsi ritual, alat bantu memancing atau menjerat, menjadi alat bantu penelitian ilmiah, serta media energi alternatif. Masyarakat sudah mengenal layang-layang sejak 3.000 sebelum Masehi, sehingga layang-layang menjadi bagian dari sosio-kultur di masyarakat. Layang-layang adalah
8
suatu hasil bentuk budaya yang memiliki bentuk multi dimensi. 2.2.1.1 Sejarah layang-layang Catatan pertama yang menyebutkan permainan layang-layang adalah dokumen dari Cina sekitar 3.000 Sebelum Masehi. Tahun 500 sebelum masehi, Jenderal Han Hsin dari Dinasti Han menerbangkan layang-layang untuk mengukur seberapa jauh pasukan nya harus menggali terowongan. Dengan mengetahui jarak tersebut, pasukannya akan mencapai pusat kota tempat usuhnya berada. Perkiraan yang akurat ini membantu Jenderal Han Hsin mengalahkan musuh-musuhny dalam berbagai pertempuran pada masa itu. Dari Cina, pembuatan layang-layang menyebar ke Korea, Jepang, Malaysia dan India, di Negara dimana layang-layang masih popular hingga saat ini. Layang-layang di Eropa dipakai pada saat perang Hastings tahun 1066, disaat benang layang-layang mengudara sebagai tanda peperangan. Layanglayang dikenal dengan sebutan “kite”, nama “kite” sendiri dalam bahasa Inggris diambil dari burung pemangsa yang anggun dan lemah gemulai sayapnya bila terbang, bernama ‘kite’. Tetapi kemudian penemuan sebuah lukisan gua di Pulau
9
Muna, Sulawesi Tenggara, pada awal abad ke-21 yang memberikan
gambaran
orang
bermain
layang-layang
menimbulkan spekulasi mengenai tradisi yang berumur lebih dari 3.000 Sebelum Masehi di Indonesia. Diduga terjadi perkembangan yang saling bebas antara tradisi di Cina dan di Indonesia karena di Indonesia banyak ditemukan bentukbentuk primitif layang-layang yang terbuat dari daun-daunan. Di Indonesia sendiri catatan pertama mengenai layang-layang adalah dari Sejarah Melayu (Sulalatus Salatin) (abad ke-17) yang menceritakan suatu festival layang-layang yang diikuti oleh seorang pembesar kerajaan. 2.2.1.2 Fungsi layang-layang. 2.2.1.2.1 Sebagai sarana permainan. Penggunaan aspek
layang-layang
kehidupan
mencakup
manusia.
permainan,layang-layang
sudah
berbagai
Dari
aspek
dikenal
sejaka
dahulu sebagai salah satu hiburan bagi berbagai lapisan
masyarakat,
dewasa.Secara
lebih
baik
anak-anak
spesifik
lagi,
maupun petani
menerbangkan layang-layang di sore hari, terutama pada saat padi menguning dan harus dijaga dari serangan burung pemakan padi.
10
2.2.1.2.2. Sebagai alat untuk penelitian ilmiah. Pada bulan Juni 1752, Benjamin Franklin dan Alexander Wilson menggunakan layang-layang untuk mempelajari cuaca.Mereka menerbangkan layang-layang
dengan
menggantungkan
sebuah
kunci logam pada talinya saat cuaca mendung. Kedua ilmuwan tersebut ingin membuktikan bahwa petir bukanlah tenaga supranatural, melainkan fenomena alam yang bermuatan listrik.Percobaan ilmiah tersebut membuktikan bahwa petir dengan arus dan tenaga yang luar biasa dapat disalurkan melalui perantara bahan logam seperti tembaga, lalu saat mencapai ujung tembaga yang ditanamkan ke dalam tanah sang petir akan diserap bumi atau dinetralisir air tanah. Temuan inilah yang kemudian menjadi penangkal petir. Selain
Benjamin
Franklin,
terdapat
beberapa
ilmuwan lainnya yang mennggunakan layang-layang sebagai alat penelitian, yaitu: 1.
George Pocock yang menggunakan layanglayang untuk menarik kereta. Kecepatan
11
kereta itu mencapai 20 mil per jam. 2. Wright
bersaudara
juga
menggunakan
layang-layang sebagai alat penelitian pada proses pembuatan pesawat. 3. Pada Perang Dunia II, Angkatan Laut Amerika
Serikat
menggunakan
layang-
layang untuk menghalau pesawat musuh yang terbang rendah dan mencari target sasaran dan untuk mengangkat pilot yang tercebur
ke
laut
dengan
menggunakan
layang-layang boks yang disebut GibsonGirl. 4. Angakatn
Laut
Amerika
Serikat
juga
menggunakan layang-layang untuk sasaran menembak
dengan
layang-layang
yang
dibuat oleh Paul Garber. 2.2.1.2.3 Ritual Agama dan budaya. Seperti di Indonesia, layang-layang memegang peranan penting dalam berbagai ritual keagamaan dan budaya penduduk dari berbagai negeri lain di Asia. Di Cina, layang-layang dianggap sebagai
12
symbol penjelmaan para Dewa, karena itu sebagian besar layang-layang di Cina dibuat berbentuk naga yang merupakan salah satu lambing Dewa.
Bentuk
layang-layang
tradisional
Cina
lainnya adalah burung, kupu-kupu, bahkan kelabang. Di Malaysia, menerbangkan layang-layang di malam hari
dipercaya
dapat
menjauhkan
roh
jahat.
Sementara itu, di Korea nama bayi yang baru lahir dituliskan pada layang-layang lalu diterbangkan dan dibiarkan lepas. Mereka percaya layang-layang tersebut akan membawa roh jahat yang menghadiri kelahiran sang bayi. Di Jepang, menaikkan layanglayang merupakan bagian peringatan dari kelahiran anak laki-lalki. Di negeri ini, kegiatan layang-layang sudah merupakan kegiatan sosial. Penduduk di satu desa bersama-sama membuat layang-layang yang sangat besar dan diterbangkan pada saat festival dengan
seluruh
penduduk
desa
membantu
menerbangkannya. Masyarakat di Thailand pun memiliki kepercayaan bahwa layang-layang dapat menghalau
hujan,
sehingga
mereka
akan
menerbangkan layang-layang di saat mendung. Sedangkan di Indonesia, fungsi layang-layang pada
13
acara ritual lebih terkait dengan proses budidaya pertanian. Layang-layang Kapean berasal dari Banyuwangi diterbangkan untuk merayakan masa panen dan untuk menghalau burung pada masa itu. Layang-layang paling sederhana terbuat dari helai daun yang diberi kerangka dari bambu dan diikat dengan serat rotan. Layang-layang semacam ini masih dapat dijumpai di Sulawesi.
2.2.1.2.4 Olah raga. Penggunaan bahan-bahan kain seperti nilon, ripstop, fiberglass dan carboinfiber membuat layang-layang lebih kuat, ringan, kaya warna, dan lebih tahan lama. Pada tahun 1972, Peter Powell memperkenalkan permainan layang-layang ketangkasan dengan dua kendali. Setelah itu masyarakat mulai mengenal layang-layang tak hanya untuk permainan namun juga untuk olah raga. Layang-layang yang lebih besar kemudian mulai idrancang pada tahun 1980an. Peter Lynn dari Selandia Baru memperkenalkan layang-alayng yang yang dapat menarik sepeda roda tiga yang disebut buggy terbuat dari baja nirkarat, Pada tahun 1990-an permainaan layang-layang di
14
atas roda, air dan es menjadi sangat digemari di berbagai negeri. Layang-layang dengan berbagai bentuk dan ukuran dipadukan sedemikian rupa akan tercipta olah-gerak yang dinamis, yang baik untuk kesehatan. Di beberapa negara maju, layang-layang sudah dimanfaatkan sebagai sarana olah raga air dan es, olah raga pantai, paragliding, dan gantole.
2.2.1.3 Layang-layang Indonesia. 2.2.1.3.1 Jenis layang-layang tradisional Indonesia. Muna, Sulawesi tenggara. Layang-layang dari daerah ini terbuat dari daun dan disebut dengan istilah kaghati. Keistimewaan dari layangan ini adalah cara pembuatannya. Bahan-bahan yang digunakan adalah bambu, serat daun nanas, serat kulit batang kololonda, daun ubi hutan, agel, dan rotan. Tapi, Kalimantan Selatan Di daerah ini dikenal layang-layang dandang, ada 2 jenis yaitu Dandang Laki dan Dandang Bini. Betuknya dari bentuk burung yang menjadi lambang kedigjayaan masyarakat Dayak, yaitu burung Enggang.Pada Dadang Laki dipadang alat bunyi yang
15
disebut dengung. Kalimantan Barat. Layang-layang tradisional di daerah ini dikenal dengan nama Kelayang Sepit. Kelayang Sepit terbuat dari kertas dan menggunakan nasi untuk perekat. Kelayang ini diberi gambar berupa huruf, angka dan binatang yang beraneka warna dan diberi ekor. Aceh. Di Nanggroe Aceh Darussalam, ada jenis layang-layang tradisional yang disebut sebagai Geulayang Kleung. Geulayang Kleung merupakan alat hiburan bagi masyarakat Aceh yang dimainkan
selesai
panen.
Adu
Geulayang
dilakukan
di
persawahan seusai membersihkan sawah dari tumpukan padi. Asahan, Sumatera Utara. Di kawasan ini terdapat beberapa jenis layangan tradisional, yaitu layangan Jalagudi, layangan Kepetek Bawal, layangan Tuntung, dan layang-layang Sri Bulan. Layangan Jalagudi terkenal dengan dengungannya dengan ukuran lebar sayap 1-2 meter dan terdapat tonjolan untuk menjaga keseimbangan pada ujungnya dan diberi hiasan. Layangan Kepetek Bawal tidak mempunyai dengungan dengan bentuk dasar sayap yang mirip dengan Jalagudi. Bentuk layang-layang Tuntung lebih sederhana, rangkanya terbuat dari
16
kayu nipah dan menggunakan deungngan sebagai sumber bunyi dan alat keseimbangan. Sedangkan layang-layang Sri Bulan lebih cocok dimainkan di daerah pantai, bentuknya menyerupai layang-layang tuntung tapi badan dan ekor terpisah. Layanglayang ini juga dilengkapi dengan dengungan dan ornamen yang ditempel pada ujung-ujungnya. Selain layang-layang di atas, terdapat jenis layang-layang Dengung dan Koala yang dibawa oleh perantau dari Minagkabau. Palembang, Sumatera Selatan. Layang-layang dari daerah ini berasal dari Cina ketika masuk pada saat Kerajaan Sriwijaya tenggelam, sekitar abad 13. Pada masa itu terdapat permainan adu ketangkasanyang masih berlanjut hingga sekarang untuk mereayakan 17 Agustus, proklamasi Kemerdekaan.Layang-layang
yang
diperbolehkan
untuk
mengikuti permainan ini pada masa itu hanya layangan Kuncungan dan Kedeberan. Terdapat beberapa reko yang terkenal, yaitu reko simbar yang berupa gambar sejenis pohon yang tumbuh seoerti parasit, reko Rekan yang melukiskan keagungan pemerintahan Kasunanan Palembang pada masa lampau, reko burung Merak merupakan lukisan berisi pujian rakyat Palembang kepada sunan pada masa itu, reko Kalong yang melambangkan tingginya daya piker serta akurat terhadap situasi pemerinitahan, reko Naga Besaung yang menggambarkan pernah
17
bermukimnya orang-orang Cina dan menguasai Palembang selama 50 tahun. Sumatera Barat. Ada beragam jenis layang-layang di daerah ini yang telah dikenal sejak jaman dahulu. Oleh masyarakat Minang Kabau yang lebih dikenal dengan istilah langlang. Yang pertama jenisnya antara lain adalah langlang Darek, Patah Siku Danguang, dan Langlang Moco. Juga ada langlang Cikapak dan Langlang Pau-pau. Langlang Darek dan Patah siku sangat popular di kawasan daratan, dengan bentuk yang mirip yaitu bagian atas yang melengkung dan bagian bawah berbentuk segitiga. Sedangkan Langlang Dangluang berasal dari daerah pesisir pantai, dengan bentuk bagian atas elips dan bagian bawah seperti bulan sabit. Jawa Barat. Layang-layang khas daerah Jawa Barat adalah layang-layang gugubahan
dan
layang-layang
pepetengan,
layang-layang
gugubahan berbentuk wajik dengan tinggi 120-150 cm, layanglayang ini diperlombakan pada acara khusus seperti perayaan Hari Proklamasi. Layang-layang pepetengan dibuat untuk kegunaan praktis, dimainkan petani di pematang sawah untuk menghalau burung-burung pemakan padi karena itu layang-layang ini diberi alat dengungan yang bias menakuti burung.
18
Kebumen, Jawa Tengah. Masyarakat
Kebumen
memiliki
tiga
jenis
layang-layang
tradisional. Jenis pertama adalah layang-layang Senderan atao Bapangan. Layang-layang ini berbentuk oval dan bagian bawahnya melebar dengan bagian atas dilengkungkan. Layanglayang jenis ini biasanya diberikan dengungan tambahan. Jenis kedua adalah layang-layang Tanggalan atau layang-layang bulan sabit, bagian bawah pada layang-layang ini berbentuk seperti bulan sabit. Jenis layang-layang tradisional yang ketiga adalah jenis Kepetan, bentuknya sama seperti Bapangan dan Tanggalan hanyabagian bawahnya berbeda, layang-layang Kepetan memiliki bagian bawah sperti ekor ikan. Cilacap, Jawa Tengah. Terdapat 5 jenis layang-layang tradisional dari daerah Cilacap, yang pertama adalah layang-layang Doplangan Tanggalan. Layang-layang ini rangkanya terbuat dari kayu pohon waru, penutupnya menggunakan kertas pilus, dengungannya dibuat dari daun kelapa. Jenis yang kedua adalah layangan layang-layang Daplangan Kalong. Disebut demikian karena ekornya seperti sayap kelelawar, jenis selanjutnya adalah Daplangan Iwak yang terinspirasi dari bentuk ikan, layang-layang kapal Mabur yang menggunakan
baling-baling,
layang-layang
biasanya dimainkan oleh anak-anak.
slade/kodokan
19
Muntilan, Jawa Tengah. DI daerah ini ada layang-layang tradisional yang disebut layanglayang Penanggalan karena ekornya yang berbentuk bulan sabit dan oleh orang Jawa Tengah pada jaman dahulu sering digunakan untuk menentukan tanggal. Layang-layang tradisional jenis kedua adalah layang-layang Montholan, karena ekornya bulat sperti Monthol, kedua layang-layang ini dilengkapi dengan dengungan. Kudus, Jawa Tengah. Layang-layang tradisional daerah ini mengambil bentuk dari seekor burung merpati yang sedang terbang bebas mengepakkan sayapnya, oleh akrena itu dinamakan Doro Keplok. Rangka layang-layang ini menggunakan bambu yang sudah tua dan benarbenar kering pada rumpunnya, ditutup dengan kertas Gtuk atau kertas Jepon, tapi sekarang lebih banyak yang menggunakan plastik. Setelah selesai, akan diwarnai, dulu diwarnai dengan warna Jelaga yang dicampur minyak kelapa. Jepara, Jawa Tengah. Layang-layang tradisional daerah ini disebut layang-layang sumbulan, bagian atasnya berbentuk oval dengan ujung lancaip yang disebut siwiwi. Bagian bawahnya berbentuk setengah lingkaran, antara bagian tengah badan dan bagian bawahnya diberi tambahan arit-aritan. Bagian atasnya diberi hiasan kembang
20
manggar, yang diletakkan di ujung kepala yang berbentuk segitiga. Layang-layang jenis ini juga menyebar ke Demak, Mataram dan berbagai daerah di Jawa Tengah. Yogyakarta. Layang-layang tradisional di daerah ini awalnya dibuat dari daun gadung yang sudah kering,berbentuk oval, disebut layang-layang Mancungan. Kayang-layang yang bagian atasnya lancip ini sampai sekarang masih dapat ditemui di daerah Srandakan, galur dan Naggulan. Bagian bawah layang-layang berbentuk beberapa bulatan. Di kawasan perkotaan ada juga layang-layang tradisional untuk diadu yang bernama layang-layang Mataraman, Ciri khas layanglayang ini terdapat pada hiasannya yang menunjukkan karakter masing-masing layang-layang ketika diadu. Gambar-gambar itu antara lain adalah gambar Pojulu (alat pembelah kayu), iketiketan (kain penutup kepala), sanggan pienthongan (bulatan), Ndas gento, dan encik-encikkan. Jawa Timur. Di ibu kota Jawa Timur, Surabaya dikenal 3 jenis layang-layang tradisional, yang pertama adalah layang-layang merakan yang dimainkan setelah panen padi selesai dan sebelum musim tembakau, memiliki dengungan dari serutan rotan atau daun
21
Woro. Sedangkan 2 jenis layang-layang lainnya adalah Giwangan dan Paheran Panah. Perbedaan ketiganya terletak pada ekor masing-masing. Di kawasan tuban dikenal juga layang-layanag Giwangan dan Paheran Sungut. Hanya saja, kedua jenis layang-layang tersebut tidak berekor, ada juga layang-layang Bokongan. Di Banyuwangi ada layang-layang Dadap, laang-layang Tapean, layang-layang Barong Sowangan, dan layang-layang Lele Blambangan. Layang-layang Dadap dibuat dari daun dadap dengan kerangka terbuat dari lidi. Layang-layang Tapean untuk kerangka batangnya digunakan batang kayu pinang dan untuk sayapnya digunakan bambu. Untuk penahan anginnya digunakan kain Ketapas atau kertas singkong. Layang-layang ini biasanya diberi gambar burung bersisik melik.
Masyarakat Madura juga punya dua jenis layang-layang tradisional. Yang ekornya berbentuk burung dengan ujung layang-layang terbuat dari kertas sampul atau bekas kantung plastik kresek disebut layang-layang sekap atau gagak. Tali bentang layang-layang ini tidak selalu ditarik dan ujung layangannya diberi besi sebagai pemberat serta dihiasi rumbairumbai.
22
Masyarakat
Tulungagung
mengenal
beberapa
layangan
tradisional, yang pertama adalah layang-layang Tanggalan, dengan bagian bawah berbentuk bulan sabit dan bagian atasnya diberi dengungan, jenis kedua adalah layang-layang Badholan, yang ketiga adalah jenis Babin Angrem. Layang-layang ini pada umumnya menggunakan warna merah, kuning, hitam dan putih. Bali. Jenis layangan yang paling awal dimainkan di masyarakat Bali pada zaman dahulu terbuat dari daun-daunan yang diberi tali, disebut
layang-layang
daun.Kemudian
seiring
dengan
perkembangan waktu, terbentuk lah berbagai kreasi layang-layang lainnya.
Yang
pertama
adalah
layang-layang
tekut
atau
pecukandengan bentuk menekuk, rangkanya terbuat dari bambu dengan memakai dedaunan, awalnya penutupnya terbuat dari kertas namun sekarang banyak menggunakan bahan kain. Jenis yang kedua adalah layang-layang yang berasosiasi pada ular atau naga, dikenal dengan nama Janggan yang berarti ekor. Bentuk ini perbedaannyaterletak pada pebambahan kepala berbentuk naga atau ular dan bagian bawahnya berbentuk segitiga. Selain itu juga terdapat layangan tradisional Bali yang disebut
23
Bebean, yang berbentuk ikan yang besar. Layang-layang ini memiliki 10 sudut menjadi symbol arah mata angin alam semesta.
Tedapat 3 warna pokok pada layang-layang tradisional Bali, dikenal dengan warna Tridatu yaitu merah, putih, hitam. Ketiga warna itu bersumber dari trimurti sebagai manifestasi tuhan. Warna merah merupakan symbol dari Dewa Brahma-sang pencipta, warna putih adalah lambing dari dewa Siwa-pemelihara, warna hitam merupakan lambang dari dewa Wisnu-pelebur. Dengan menggunakan ketiga warna tersebut diharapkan akan tercapai kesempurnaan. Di samping warna Tridatu yang dianggap utama, ada juga warna-warna lain sebagai tambahan diambil dari penginderide atau warna dari lambing deata Nawa Sanga di Sembilan penjuru mata angin. Nusa Tenggara Barat. Masyarakat di daerah ini membuat layang-layang dengan bahan yang disediakan oleh alam. Kerangka layangandibuat dari bambu, dengan layar terbuat dari pelepah pohon pisang, benangnya diambil dari serat ogave.Layang-layang tersebut disebut layanglayang Goang. Layang-layang tidak dapat sembarang waktu diterbangkan,
biasanya
diterbangkan
pada
masa
panen,
sebelumpanen tiba layangan Goang tidak boleh dinaikkan karena
24
akan berpengaruh buruk pada tanaman padi mereka.
2.2.1.3.2 Jenis layang-layang kreasi baru. Bentuk dan jenis layang-layang memang tidak terpaku pada bentuk dan jenis layang-layang tradisional, seiring perkembangan jaman, para pelayang, pembuat dan penikmat layang-layang selalu mencari ide segar untuk menciptakan kreasi bari yang dianggap lebih sesuai dengan zamannya. Beragam bentuk dan jenis layang-layang pun diciptakan mulai dari yang berbentuk wajik sampai berbentuk 3 dimensi, mulai dari sekedar digambar penampangnya sampai sberbentuk benda-benda uang ada di seputar kehidupan manusia dengan tampilan 3 dimensi.
Bahan utnuk pembuatannya juga tak terbatas pada kertas dan bambu. Begitupula dengan tali untuk menaikkan layang-layangm tidak hanya dari serat pepohonan, enang katun, benang gelasan atau kenur. Ada layang-layang yang harus dinaikkan dengan menggunakan tambang untuk para pemanjat tebing, yang memang sangat kuat. Fungsi layang-layang pun menjadi lebih variatif, bukan sekedar untuk lata bermain dalam mengisi waktu luang, tetapi menjadi bagian
dari
ritual
keyakinan
masyarakat,
atau
untuk
25
diperlombakan dana adu ketangkasan.
2.2.2 Permainan Tradisional. Permainan tradisional memiliki nilai lihur yang tersirat di dalamnya. Bagi Prof. Dr. N. Driyarkara S.J, ahli filsafat, pendidikan kebudayaan lokal seperti permainan merupakan awal daei pendidikan kepribadian nasional. Beberapa ahil psikologi berpendapat bahwa dalam permainan tradisional dangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak. Dengan bermain bersama, anak-anak dilatih untuk bias saling menghargai bahwa setiap orang memiliki karakter dan nasi yang berbeda. Sesama manusia harus hidup tolong menolong. Selain itu, pada setiap permainan ini anak-anak sudah melatih diri untuk bersikap ulet, jujur, setia kawan, dan disiplin agar dapat mencapai yang dicitacitakan. Permainan tradisional juga dapat mengasah kemampuan motorik anak serta gerak refleknya. Selain gerak motorik, anak juga dilatih bersikap sekatan, berkonsentrasi, dan melihat peluang dengan cepat untuk mengambil keputusan terbaik. Permainan tradisional juga memicu anak-anak agar lebih kreatif. Permainan modern yang saat ini menjadi idola baru bagi anak-anak dinilai kurang mendidik, cenderung individual, amterialistis, ingin
26
menang sendiri, dan masih banyak efek negatif lainnya. Sebagai ibukota Republik Indonesia, kota Jakarta mengalami perubahan secara pesat dari tata kotanya. Lahan yang luas semakin sedikit karena pesatnya pembangunan gedung-gedung tinggi dan pusat hiburan baru. Semakin berkurangnya lahan untuk bermain di kota Jakarta ini menjadi salah satu penyebab berkurangnya minat untuk memainkan permainan tradisional. 2.2.3 Daerah Khusus Ibukota Jakarta Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta, Jakarta Raya) adalah ibu kota negara Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa/Kalapa (sebelum 1527), Jayakarta (15271619), Batavia (1619-1942), dan Djakarta (1942-1972). Pada tahun 2004, luasnya sekitar 740 km²; dan penduduknya berjumlah 8.792.000 jiwa. Jakarta bersama metropolitan Jabotabek dengan penduduk sekitar 23 juta jiwa merupakan wilayah metropolitan terbesar di Indonesia atau urutan keenam dunia. Kini wilayah Jabotabek telah terintegrasi dengan wilayah Bandung Raya, di mana megapolis Jabotabek-Bandung Raya mencakup sekitar 30 juta jiwa, yang menempatkan wilayah megapolis ini di urutan kedua dunia, setelah megapolis Tokyo.
27
Saat ini pintu masuk internasional Jakarta dapat melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok. Sejak tahun 2004 di bawah kepemimpinan gubernur Sutiyoso, Jakarta memiliki moda transportasi terpadu, yang dikenal dengan Transjakarta. Selain istana negara, Jakarta juga merupakan kantor pusat Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia.
2.3. Data pendukung 2.3.1. Festival Layang Layang Dunia. Festival layang-layang bertaraf Internasioanl tidak hanya diadakan di Indonesia saja, tetapi sudah banyak diadakan di Negara-negara lain seperti di Asia ada di Thailand, Malaysia, Singapura, Kamboja, Vietnam, sedangkan uuntuk di Eropa sudah seringkali diadakan, beberapa diantaranya adalah di Perancis dan Itali. Akan dijelaskan beberapa dari festival layang-layang yang diselenggaran secara internasional.
2.3.1.1. Thailand International Kite Festival.
28
Gambar 2.3.1.1. Thailand International Kite Festival
Pada tahun ini Thailand International Kite Festival diadakan pada tanggal 13-14 Maret, di provinsi Phetchaburi. Setiap tahun festival ini telah menarik pecinta layang-layanag dari seluruh Thailand. Acara ini diadakan dibawah “Summer Musik and Sport Festival” sebagai bagian dari kampanye “Thailand Grand Festival”. Acara untuk tahun ini adalah penerbangan layang-layang oleh lebih dari 100 peserta dari berbagai negara, seperti Australia, Belgia, Kamboja, Cina, Inggris, Perancis, Ghana, jerman, India, Indoneisa, Itali, Jepang, Kuwait, Malaysia, New Zealand, Filipin, Singapurm Korea Selatan, Spanyol, Swedia, Swiss, Amerika, Vietnam. Selain itu juga terdapat pameran layang-layang dari negara
29
yang ikut berpasrtisipasi, workshop membuat layanglayang untuk anak-anak, pertunjukan layang-layang Chula terbesar, penjualan layang-layang, aktivitas layang-layang dan sains untuk anak-anak oleh Geo-Informatics and Space Technology Development Agency (GISTDA), pertunjukan balon (menyala di malam hari), kunjungan ke istana Mrigadayavan dan Sirindhorn International Environmental Park, kompetisi layang-layang.
2.3.1.2. Dieppe International Kite Festival.
Gambar 2.3.1.2. : poster Dieppe International Kite Festival Festival layang-layang ini diadakan di Perancis, Dieppe. Festival ini merupakan salah satu festival layang-layang terbesar di dunia, dimulai dengan pertemuan antara negaranegara Eropa yang menjadi peserta acara ini pada September
30
1980. Pada tahun 1992 peserta acara ini mencapai 22 negara dengan 500 penerbang layang-layang dan 150.000 pengunjung, acara ini terus berhasil dan pada tahun 2006 dengan tema flora dan fauna, festival ini menampung lebih dari 1 juta pengunjunga. Dieppe mempererat keamanan dengan sponsor Nicolas hulot Foundation. Festival ini dengan bantuan tim Maori melakukan penyimpanan layang-layang tradisional dari seluruh dunia dan melakukan pameran.
Gambar 2.3.1.2. : suasana Dieppe International Kite Festival. Acara yang diadakan pada festival ini tidak jauh berbeda dengan festival layang-layang Internasional lainnya, yaitu terdapat kontes layang-layang, penerbangan berbagai macam layang-layang, workshop layang-layang untuk anak-anak, dan terdapat pula kompetisi instalasi wind garden. Acara yang
31
cukup berbeda adalah terdapat ‘street theater’, yaitu pertunjukan teater yang diadakan di tengah kota, pertunjukkan ‘The Giants from the south’ yang mempertunjukkan boneka berukuran sangat besar, serta acara musik.
2.3.1.3. Cape Town International Kite Festival.
Gambar 2.3.1.3. : Logo cape town international kite festival. Acara yang telah diselenggarakan selama 15 tahun ini diadakan di Cape Town, Afrika. Festival ini bertepatan dengan hari kesehatan, oleh karena itu Cape Mental Health juga berpartisipasi dengan mengajak penderita cacat mental untuk mengikuti acara ini. Untuk orang dengan kekurangan dalam bidang mental maupun psikologi, mereka ingin dilihat dan didengar sehingga diikutsertakan dalam acara ini membuat mereka tidak didiskriminasi dan direndahkan. Penerbangan
32
layang-layang membawa dampak yang baik bagi otak yang sehat.
Seperti acara-acara festival layang-layang lainnya, pada acara ini terdapat banyak layang-layang yang diterbangkan, stan makanan, workshop cara membuat layang-layang, pameran hasil karya seni untuk disumbangkan kepada keperluan kesehatan. Acara ini telah menarik pengunjuung sebanyak 25.000 pengunjung setiap tahunnya dalam 2 hari.
2.4. Data Mandatoris. 2.4.1. Le Gong Kite Society. 2.4.1.1. Latar Belakang
Gambar 2.4.1.1. Logo Le Gong Kite Society Berawal dari keinginan untuk mengangkat kekayaan seni dan budaya Indonesia, Le Gong Kite Society dibentuk pada tahun 1989 oleh orang-orang muda yang berdomisili di Jakarta. Seni dan budaya Indonesia mempunyai kekayaan tak terhingga yang tidak mungkin untuk dibiarkan mati tenggelam tergerus
33
perkembangan jaman. Sejak tahun 1989 tersebut, muncul berbagai ide untuk melakukan banyak hal yang berhubungan dengan seni dan budaya untuk mengangkat, memperkenalkan dan mengharumkan nama Indonesia di mata dunia akan kekayaan budaya Indonesia.
Salah satu aspek budaya yang menjadi fokus perhatian dari Le Gong Kite Society sejak berdirinya tahun 1989 adalah seni permainan layang-layang. Di masyarakat, seni berlayang tidak mendapatkan perhatian yang semestianya. Permainan layanglayang hanya dilihat sebagai kegiatan pengisi waktu luang. Tetapi sesungguhnya layang-layang Indonesia mempunyai ikatan yang kuat dengan sistem budaya Indonesia. Cerita dibalik layang Indonesia sangatlah unik. Selain itu keragaman jenis layangan Indonsia mempunyai keistimewaan dalam bentuk, warna dan ragam hias yang tidak dimiliki bangsa lain di dunia.
Melihat potensi budaya yang besar pada layang-layang menjadikannya tidak mungkin untuk diabaikan begitu saja di tengah perkembangan jaman yang modern. Layang-layang harus mendapatkan perhatian sebaik mungkin agar tidak hilang
34
di
tengah
masyarakat
Indonesia
seiring
dengan
masuknya ragam permainan elektronik di Indonesia.
Atas dasar keinginan mengangkat potensi budaya dalam layang-layang, Le Gong Kite Society melakukan serangkaian upaya yang sudah berjalan sejak tahun 1989 tersebut yang mendapatkan dukungan dari banyak pihak dan terbukti keindahan laying-layang Indonesia telah mendapatkan respon positif dari berbagai bangsa di dunia.
Tujuan dari Le Gong Kite Society adalah: 1.
Mengangkat kekayaan budaya yang ada di Indonesia
dari Sabang hingga Merauke dan menyebarluaskan serta melestarikannya pada masyarakat luas di dalam dan lua negeri. 2.
Menjadikan seni dan budaya Indonesia sebagai
identitas bangsa yang dapat dibanggakan di mancanegara yang pada akhirnya dapat mengangkat dan mengharumkan nama Indonesia di mata dunia.
Pendiri dari Le Gong Kite Society ini adalah Sari Sabda Bhakti Madjid dan Lukito, dengan pekerja sebagai berikut: Sari Sabda Bhakti Madjid
: Ketua
35
Tinton Prianggoro
: Wakil Ketua
Trihastusti
: Administrasi
Eka Januarsih
: Publikasi
SH Ningsih
: Promosi
Rahman
: Dokumentasi
Supriyanto
: Pengrajin
La Masili
: Pengrajin
La Sirma
: Pengrajin
Agus S.
: Pengrajin
2.4.1.2. Lingkup kegiatan. Kegiatan dari Le Gong Kita Society antara lain adalah: 1. Mengadakan festival berlayang di Indonesia sejak tahun 1989 hingga 2009 yang bertajuk Jakarta International Festival. 2. Mengorganisir kegiatan berlayang di berbagai daerah di Indonesia yang bertajuk: Indoneisa Kite Festival, kegiatan berlayang dari daerah ke daerah di Indonesia. 3. Mengadakan pameran ragam layangan Indonesia di dalam dan luar negeri. 4. Melakukan kerja sama dengan berbagai negara di dunia untuk terus memperkenalkan ragam layangan Indonesia.
36
2.4.2. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan provinsi DKI Jakarta. Menurut Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No.10 Tahun 2008 mengenai organisasi perangkat daerah, dinas pariwisata dan kebudayaan merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang kepariwisataan dan kebudayaan. Untuk
menyelenggarakan
tugas
melaksanakan
urusan
kepariwisataan dan kebudayaan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan mempunyai fungsi: 1. Penyusunan, dan pelaksanaan rencana kerja dan anggaran dinas pariwisata dan kebudayaan; 2. Perumusan
kebijakan
teknis
pelaksanaan
urusan
kepariwisataan dan kebudayaan; 3. Penyelenggaraan urusan kepariwisataan dan kebudayaan; 4. Pembinaan dan pengembangan industri pariwisata dan budaya; 5. Pengkajian dan pengembangan urusan kepariwisataan dan kebudayaan; 6. Pengawasan, pengendalian dan penindakan di bidang urusan kepariwisataan dan kebudayaan; 7. Pelayanan, pembinaan, dan pengendalian rekomendasi sertifikasi
dan/atau
perizinan
kepariwisataan dan kebudayaan;
usaha
di
bidang
37
8. Pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan, dan pertanggungjawaban penerimaan retribusi di bidang kepariwisataan dan kebudayaan; 9. Pembinaan dan pengembangan tenaga fungsional dan tenaga teknis di bidang kepariwisataan dankebudayaan; 10. Perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan lingkungan dan benda cagar budaya; 11. Pemanfaatan pelestarian, pemeliharaan, dan pengawasan lingkungan dan benda cagar budaya; 12. Pengembangan hubungan kepariwisataan dan kebudayaan dalam dan luar negeri; 13. Penyelenggaraan
pelayanan
kepariwisataan
dan
kebudayaan; 14. Pengembangan kawasan destinasi pariwisata; 15. Promosi dan pemasaran kepariwisataan dan kebudayaan; 16. Pengelolaan prasarana dan sarana kepariwisataan dan Kebudayaan seperti Monumen Nasional, Taman Ismail Marzuki, dan Taman Hiburan Rakyat Lokasari; 17. Penegakan
peraturan
perundang-undangan
di
bidang
kepariwisataan dan kebudayaan; 18. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan preasarana dan sarana kepariwisataan dan kebudayaan;
38
19. Pemberian dukungan teknis kepada masyarakat dan perangkat daerah; 20. Pengelolaan
kepegawaian,
keuangan,
barang,
dan
ketatausahaan dinas pariwisata dan kebudayaan; dan 21. Pelaporan, dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi.
2.4.2.1. Visi dan misi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Visi: menjadikan Jakarta sebagai destinasi wisata utama melalui pemberdayaan masyarakat yang berperan serta dalam dinamika pariwisata global.
Misi: 1. Mengembangkan jati diri dan citra kota Jakarta yang berwawasan pariwisata. 2. Mendorong perkembnagan pariwisata yang berkualitas dan meiliki daya saing dalam rangka memacu pertumbuhan ekonmi kota Jakarta. 3. Mengembangkan destinasi wisata kota Jakarta melalui peran serta masyarakat.
2.4.3. Taman Impian Jaya Ancol. 2.4.3.1. Sejarah.
39
Keberadaan Ancol sebagai kawasan wisata, resor dan pemukiman telah menjadikannya sebagai landmark kota Jakarta. Sejak awal berdirinya tahun 1966, Ancol sudah ditujukan sebagai kawasan wisata terpadu oleh Pemerintah provinsi Jakarta. Untuk mewujudkannya, Pemda DKI menunjuk PT Pembangunan Jaya sebagai Badan Pelaksana Pembangunan Proyek Ancol yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan peningkatan perekonomian nasional serta daya beli masyarakat. Sejalan dengan perkembangan perusahaan yang semakin meningkat
di
tahun
1992
status
Badan
Pelaksana
Pembangunan (BPP) Proyek Ancol diubah menjadi PT Pembangunan Jaya Ancol sesuai dengan akta perubahan No. 33 tanggal 10 Juli 1992 sehingga terjadi perubahan kepemilikan dan prosentase kepemilikan saham, yakni 20% dimiliki oleh PT Pembangunan Jaya dan 80% dimiliki oleh Pemda
DKI
Jakarta.
Pada 2 Juli 2004 Ancol melakukan “go public” dan mengganti statusnya menjadi PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk., dengan kepemilikan saham 72% oleh Pemda DKI Jakarta dan 18% oleh PT Pembangunan Jaya dan 10% oleh masyarakat. Langkah “go public” ini dilakukan untuk lebih
40
meningkatkan kinerja perusahaan, karena akan lebih terkontrol, terukur, efisien dan efektif dengan tingkat profesionalisme yang tinggi serta menciptakan sebuah Good & Clean Governance. Kinerja dan citra yang positif ini akan menjadikan perusahaan terus tumbuh dan berkembang secara sehat
di
masa
depan.
PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk juga melakukan upaya repositioning dengan diluncurkannya logo Ancol yang baru pada 10 Juli 2005. Perubahan tersebut tidak semata mengganti logo perusahaan, tetapi juga untuk memacu semangat dan budaya perusahaan secara keseluruhan.
2.4.3.2. Visi dan Misi Visi Menjadi perusahaan properti dan pengembang kawasan wisata terpadu, terbesar dan terbaik di Asia Tenggara yang memiliki
jaringan
terluas.
Misi Sebagai komunitas pembaharuan kehidupan masyarakat yang menjadi
kebanggaan
bangsa.
Senantiasa
menciptakan
lingkungan kehidupan sosial yang lebih baik melalui sajian hiburan berkualitas yang berunsur seni, budaya dan
41
pengetahuan dalam rangka mewujudkan komunitas pembaharuan
kehidupan
masyarakat
yang
menjadi
kebanggaan bangsa.
2.4.3.3. Core Value Menjadi Selalu Lebih Baik •
Belajar Terus Menerus
•
peduli Dengan Yang Lain
•
Berpikir "Kreatif"
•
Terpanggil
•
Bertanggung Jawab
•
Intergritas.
2.5. Jakarta International Kite Festival. Le Gong Kite society bersama dengan pemerintah daerah ibukota DKI Jakarta mempunyai satu misi untuk meningkatkan kecintaan masyarakat kepada layang-layang dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat betapa beragamnya layang-layang Indonesia dengan mengadakan Jakarta International Kite Festival (JIKF) ini. JIKF telah dilaksanakan secara berkala sejak tahun 1989 dengan area pertama diadakannya adalah di daerah kemayoran- bandara Halim Perdana Kusuma, kemudian pindah ke Monumen Nasional dan mengalami beberapa hambatan lagi sehubungan dengan massa yang terlalu banyak dan tempat yang tidak boleh memiliki
42
konsentrasi massa terlalu banyak, maka pindah lagi ke Pantai Karnaval Ancol hingga tahun lalu. Untuk tahun ini, JIKF akan dipindahkan lagi karena area di Pantai karnaval Ancol telah semakin sempit dengan adanya berbagai acara lainnya.
Acara yang rutin diadakan adalah lomba layang-layang 2 dimensi dan 3 dimensi, workshop cara membuat layang-layang, pameran layang-layang tradisional, penerbangan layang-layang tradisional dan kreasi. Selain dari acara-acara pokok tersebut, panitia juga menambahkan acara yang berbeda setiap tahunnya dengan tema tertentu. Salah satunya adalah diadakan lomba rally photo dan sky gallery yang menerbangkan layang-layang berukuran besar dengan visual lukisan. JIKF tahun 2009 diikuti oleh 10 negara asing dan 15 provinsi di Indonesia juga mengundang berbagai komunitas layang-layang yang ada di Indonesia.
Menurut ibu Endang, pengamat dan pecinta layang-layang, respon dari masyarakat yang datang ke acara ini sangat kurang. Berdasarkan penuturannya, dalam setiap festival di Jakarta jumlah pengunjung hanya mencapai 100 orang saja. Faktor yang menentukan keberhasilan dari penyelenggaraan festival ini adalah factor dana, yaitu subsidi untuk pelayang daerah yang akan datang ke festival.
43
Jakarta
International
Kite
Festival.
1. Pihak pelaksana
: Le Gong Kite Society.
2. Pihak penyelenggara
: Departemen Pariwisata dan Kebudayaan.
3. Acara
:
kompetisi layang-layang 2 dimensi dan 3
dimensi, penerbangan layang-layang tradisional dan kreasi, workshop cara membuat layang-layang, rally photo competition, pameran layang-layang, bazaar, penerbangan layang-layang di malam hari, videomaping di atas layang-layang. 4. Tanggal
: 24-24 Juli 2010
5. Lokasi
: Pantai Karnaval Ancol
6. Waktu
: 10.00 – 21.00
Run Down Acara 24 Juli 2010 08.45 – 11.00
: daftar ulang lomba layang-layang 2&3dimensi eksibisi layang-layang Internasional pameran KAP dan bazaar Sky Gallery oleh seniman Bali.
11.00-12.00
: Lomba layangan kreasi 2&3 dimensi
12.00-13.00
: Makan siang
44
13.00-13.30
: Lomba layangan kreasi 2&3 dimensi
13.30-15.00
: Peresmian JIKF oleh gubernur Jakarta
15.00-17.30
:lomba layangan kreasi 2&3 dimensi
17.30-18.30
: makan malam
18.30-21.00
:night flying dan pemutaran video mapping diatas
layang-layang.
25 Juli 2010 10.00-12.00
: Lomba layangan 2&3 dimensi
12.00-17.00
: eksibisi layang-layang Internasional Pameran KAP dan bazaar Lomba lukis di atas layang-layang Sky Gallery oleh seniman Bali.
12.00-13.00
:makan siang
13.00-14.00
:workshop layang-layang.
13.00-17.00
:lomba kreasi layang-layang 2 dimensi dan 3 dimensi, penerbangan layang-layang bersama pengunjung.
15.00 – 16.00
: workshop layang-layang
Denah lokasi acara.
45
Gambar 2.5 : Denah acara keterangan:
1.
Cina
2.
India
3.
Jerman
4.
Kamboja
5.
Swedia
6.
Taiwan
7.
Perancis
8.
Malaysia
9.
Jepang
46
10. Sekretariat 11. sekretariat 12. Jawa timur 13. D.I. Yogyakarta 14. Jawa Tengah 15. Jaw Tengah 16. Jawa Barat 17. DKI Jakarta 18. DKI Jakarta 19. Kalimantan Barat 20. Kalimantan Selata & Timur 21. Lampung 22. Kep. Riau 23. Riau 24. Sumatera Selatan 25. Jambi 26. Sumatera Utara 27. N. Aceh Darusalam 28. Tour Travel
47
29. Lomba foto & YMLI 30. Ibu Ida + KFC+NU Green Tea+Prim-a 31. Eyan+Uti 32. Le Gong Kite Society 33. Usaha kecil Menengah (UKM) 34. Workshop + L. Lukis
2.6. Kompetitor 2.6.1. Bali Kite Festival. Festival yang diadakan di pantai Sanur ini merupakan acara tahunan. Layang-layang tradisional berukuran besar telah dibuat dan diterbangkan unuk kompetisi dari setiap daerah di Denpasar. Acara ini merupakan festival relijius dengan maksud menyampaikan pesan kepada Dewa-Dewi Hindu agar memberikan panen yang baik. Babean, Janggan, dan Pecukan adalah jenis dari layang-layang tradisional yang diterbangkan pada acara ini. Kompetisi layanglayang kreasi juga diselenggarakan, yang termasuk layang-layang 3 dimensi, dibuat dari bahan kain dan bambu. Pada acara ini, musik gamelan juga dimainkan. Acara ini menarik banyak turis Internasional dan lokal serta pecinta layang-layang mancanegara.
48
2.6.1.1. Karakteristik Bali Kite Festival. 1. Bali Kite festival dilaksanakan sebagai salah satu acara ritual kepercayaan Bali, sehingga layang-layang tradisional Bali lebih banyak dimunculkan dengan iringan lagu tradisional Bali. 2. Bali Kite Festival diadakan di pantai Sanur, dimana pantai ini merupakan salah satu objek wisata Bali yang dituju oleh wisatawan asing dan lokal. 3. Diikuti oleh peserta dari mancanegara serta lokal.
2.6.1.2. Keunggulan Jakarta International Kite Festival. 1. Jakarta International Kite Festival mengajak masyarakat Jakarta yang setiap harinya berurusan dengan kemacetan, situasi bisnis yang ketat, dan polusi udara untuk dapat menikmati rekreasi dan hiburan yang sehat dengan tempat yang mudah dijangkau. 2. Jakarta International Kite Festival bersifat lebih umum dengan penerbangan layang-layang yang sangat beragam, tidak didominasi
dengan
layang-layang
tradisional
sehingga
masyarakat yang datang tidak hanya pecinta layang-layang saja. 3. Jakarta International Kite Festival mengajak masyarakat untuk
49
ikut membuat layang-layang serta menghias layanglayang dan menerbangkannya. Terdapat unsur nostalgic bagi orang dewasa yang pada masa mudanya sering memainkan layang-layang.
2.6.1.3. Keunggulan Bali Kite Festival. 1. Memiliki keunikan sendiri dalam format acara dengan melibatkan kebudayaan Bali. 2. Memiliki lokasi yang strategis, dimana Bali itu sendiri merupakan tempat tujuan wisata dan memiliki pantai-pantai yang indah dan luas.
2.7. Target Sasaran 1. Geografis
: Domisili Indonesia dan Internasional.
2. Demografis
: 30-45 tahun (pekerja), B Wanita dan pria (primer) 7-16 tahun (pekerja), B Wanita dan pria (sekunder)
3. Psikografis luar
: Pria dan wanita yang menyukai dengan kegiatan di
ruangan, memiliki keterstarikan kepada seni dan alam, gemar
berwisata, mengeksplor alam, menyukai permainan.
50
2.8. Analisa SWOT. Strength (Kekuatan) 1. Acara ini berskala Internasional sehingga menampilkan keragaman layang-layang di dunia yang dapat menjadi daya tarik pariwisata. 2. Acara ini melibatkan anak-anak dengan tujuan memperkenalkan permainan layang-layang sejak kecil. 3. Acara ini bukan hanya menawarkan permainan layang-layang adu, tetapi menawarkan berbagai jenis perlombaan lainnya yang masih tergolong jarang dimainkan oleh masyarakat awam juga terdapat berbagai kegiatan yang dapat diikuti masyarakat dan dapat menjadi sarana entertainment. 4. Lomba kreasi layang-layang pada Jakarta International Kite Festival menjadi ajang untuk memacu kreativitas bagi pelayang Indonesia untuk membuat kreasi baru berdasarkan layang-layang tradisional yang sudah ada.
Weakness (Kendala) 1. Promosi yang kurang meluas. 2. Tempat diselenggarakan acara yang kurang luas. 3. Keterbatasan dana.
51
Opportunities (peluang) 1. Permainan tradisional seperti layang-layang memberikan dampak positif terhadap psikologis masyarakat dan anak-anak. 2. Jakarta sebagai ibukota Indonesia memiliki statistik turis mancanegara kedua terbesar setelah Bali. 3. Masyarakat memiliki ketertarikan kepada hiburan alternatif yang berkenaan dengan alam.
Threat (Ancaman) 1. Ketertarikan masyarakat untuk bermain di alam sudah semakin berkurang. 2. Teriknya matahari dan suhu udara yang panas di Jakarta.