BAB II DATA DAN ANALISA
2.1 Sumber Data Data di dapat dengan menggunakan metode kualitatif. Data kulaitatif merupakan data dalam bentuk : − Wawancara dengan salah satu dokter di rumah sakit − Pencarian informasi melalui buku mengenai penyakit skizofrenia − Pencarian informasi dari website – website kedokteran 2.2 Hasil Wawancara 2.2.1 Wawancara dengan dr. Surjono Winasto. MSC Penyakit skizofrenia adalah penyakit mental yang dipicu oleh banyak faktor, biasa mereka mulai mendapatkan penyakit ini pada masa pertumbuhan antara umur 13 – 18 tahun. Yang menyababkan seorang orang tua harus lebih peduli pada anak mereka pada masa ini. Karena pada masa ini mereka paling rentan mendapatkan tekanan dan depresi dan tidak memberitahukannya kepada orang tua mereka. Pasien dengan penyakit ini dapat kembali melakukan kagiatan normal dengan diberikan perawatan dan minum obat. Namun apabila mendapatkan tekanan yang berat maka akan timbul lagi. Jadi penyakit ini tidak dapat disembuhkan namun dapat diredam.
2.3 Data Umum Skizofrenia adalah diagnosis psikiatri yang menggambarkan gangguan mental yang ditandai oleh kelainan dalam persepsi atau ungkapan realitas. Distorsi persepsi dapat mempengaruhi semua lima indera, termasuk penglihatan, pendengaran, rasa, bau dan sentuhan, tapi paling sering bermanifestasi sebagai halusinasi pendengaran, delusi paranoid atau aneh, atau pidato teratur dan berpikir dengan disfungsi sosial atau pekerjaan yang signifikan. Timbulnya gejala biasanya terjadi pada dewasa muda, dengan sekitar 0,4-0,6% dari populasi yang terkena. Diagnosa didasarkan pada yang dilaporkan sendiri pasien pengalaman dan perilaku yang diamati. Tidak ada tes laboratorium untuk skizofrenia saat ini ada. Studi menunjukkan bahwa genetika, lingkungan awal, neurobiologi, proses psikologis dan sosial merupakan faktor penyumbang penting; beberapa obat rekreasi dan resep tampak menyebabkan atau memperburuk gejala. Penelitian psikiatri saat ini difokuskan pada peran neurobiologi, tapi tidak ada penyebab organik tunggal telah ditemukan. Sebagai hasil dari kombinasi banyak kemungkinan gejala, ada perdebatan tentang apakah diagnosis merupakan suatu kelainan tunggal atau sejumlah sindrom diskrit. Untuk alasan ini, Eugen Bleuler 3
4 disebut penyakit schizophrenias (jamak) ketika ia menciptakan nama itu. Meskipun etimologinya, skizofrenia adalah tidak sama dengan gangguan identitas disosiatif, sebelumnya dikenal sebagai gangguan kepribadian ganda atau kepribadian ganda, yang telah keliru bingung. Peningkatan dopamin aktivitas di jalur mesolimbic otak secara konsisten ditemukan pada individu skizofrenia. Andalan pengobatan obat antipsikotik, obat jenis ini terutama bekerja dengan menekan aktivitas dopamin. Dosis antipsikotik yang umumnya lebih rendah daripada di dekade awal penggunaan mereka. Psikoterapi, dan rehabilitasi kejuruan dan sosial juga penting. Dalam kasus yang lebih serius - di mana ada resiko untuk diri dan orang lain - rawat inap paksa mungkin diperlukan, walaupun tetap rumah sakit kurang sering dan untuk waktu yang lebih pendek daripada mereka di masa sebelumnya. Kelainan ini diduga terutama mempengaruhi kognisi, tetapi juga biasanya memberikan kontribusi untuk masalah kronis dengan perilaku dan emosi. Orang dengan skizofrenia cenderung memiliki tambahan (komorbiditas) kondisi, termasuk depresi mayor dan gangguan kecemasan; terjadinya penyalahgunaan zat seumur hidup adalah sekitar 40%. Masalah sosial, seperti jangka panjang, kemiskinan pengangguran dan tunawisma, yang umum. Selanjutnya, rata-rata harapan hidup orang dengan gangguan tersebut adalah 10 sampai 12 tahun kurang daripada mereka yang tidak, karena meningkatnya masalah kesehatan fisik dan tingkat bunuh diri lebih tinggi. 2.4 Data Khusus
2.4.1 Beranda 2.4.1.1 Perkenalan
5 Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang akan membebani masyarakat sepanjang hidup penderita, dikarakteristikan dengan disorganisasi pikiran, perasaan, dan perilaku. Skizofren merupakan salah satu penyakit yang paling menghancurkan kehidupan penderitanya karena mempengaruhi setiap aspek dari kehidupannya. Seorang yang menderita skizofrenia akan mengalami gangguan dalam pembicaraanyang terstruktur, proses atau isi pikir dan gerakan serta akan tergantung pada orang lain selama hidupnya. Penilaian dan manajemen dalam penatalaksanaan pasien skizofrenia perlu dilakukan dengan menentukan diagnosis yang lebih akurat dan pilihan pengobatan yang lebih efektif dan efisien dengan mempertimbangkan banyak aspek. lni memberikan harapan hasil yang lebih baik seperti gangguan fungsi yang dialami oleh pasien mengalami perbaika n, kualitas hidup penderita menjadi lebih baik, dan penderitaan emosional yang dialami oleh pasien dan anggota keluarga berkurang Mengetahui aspek biologi dari skizofrenia sangat membantu kita dalam aplikasi klinis, sehingga terapis dapat mengetahui patologi intrakranial, prediksi yang terjadi pada pasien, dan monitoring respons obat. Mengetahui psikofarmakologi dalam hal ini obat-obat antipsikotik generasi kedua penting untuk mengetahui keuntungan dalam keamanan dan efikasi pengobatan dibandingkan obat-obat antipsikotik generasi pertama 2.4.1.2 Sejarah EMIL KRAPEILIN Menyebut istilah skizofrenia dengan Demensia Prekoks (demensia yang terjadi pada usia dull) ditandai dengan proses kognitif yang makin lama makin memburuk dan disertai dengan gejala klinis berupa halusinasi dan waham. EUGEN BLEULER Memperkenalkan istilah Skizofrenia, karena gangguan ini menyebabkan terjadinya perpepecahan antara pikiran, emosi, dan perilaku. Menurut Eugen Bleuler ada 4 gejala fundamental (primer) untuk skizofrenia, yaitu : 1. Asosiasi terganggu (terutama kelonggaran assosiasi). 2. Afektif terganggu 3. Autisme 4. Ambivalensi Konsep ini yang dikenal dengan 4 A yaitu : assosiasi, afek, autisme, dan ambivalensi.
6 Gejala pelengkap (sekunder) untuk skizofrenia menurut Bleuler adalah waham dan halusinasi. Perbedaan konsep antara Bleuler dengan Kraepelin terletak pada perburukan proses kognitif penderita skizofrenia. GABRIEL LANGFELD 1. Membagi gejala psikotik menjadi 2 kelompok : True Schizophrenia (Nuclear Schizophrenia/ Non remisi skizofrenia/ skizofrenia proses). Pada kelompok ini dijumpai adanya depersonalisasi, autisme, emosi tumpul dan derealisasi. Onset biasanya terjadi secara perlahanlahan 2. Psikosis Skizofreniform (schizofrenic- like psychosis) Kriteria diagnosis menurut Langfeldt : Kriteria Simptom Merupakan petunjuk penting untuk mendiagnosis suatu skizofrenia (dapat digunakan apabila tidak ditemukan adanya tanda-tanda berupa gangguan kognitif, infeksi, atau intoksikasi). Kriteria perjalanan penyakit Menurut Langfeldt diagnosis skizofrenia dapat ditegakkan bila perjalanan penyakit pada penderita tersebut telah diikuti selama kurang Iebih 5 tahun. 2.4.2 Fakta penyakit 1. 2. 3.
4. 5. 6. 7. 8. 9.
Skizofrenia mempunyai prevalensi sebesar 1% dari populasi di dunia (rata-rata 0,85%). Angka insidens skizofrenia adalah 1 per 10.000 orang per tahun. Prevalensi skizofrenia berdasarkan jenis kelamin, ras dan budaya adalah sama. Wanita cenderung mengalami gejala yang Iebih ringan, Iebih sedikit rawat inap dan fungsi social yang Iebih balk di komunitas dibandingkan laki-laki. Onset skizofrenia pada laki-laki terjadi lebih awal dibandingkan pada wanita. Onset puncak pada laki-laki terjadi pada usia 15-25 tahun sedangkan pada wanita terjadi pada usia 25-35 tahun. Skizofrenia jarang terjadi pada penderita berusia kurang dari 10 tahun atau Iebih dari 50 tahun. Pengobatan skizofrenia pada penderita yang berusia antara 15-55 tahun kira-kira hanya sebanyak 90%. Individu yang didiagnosis dengan skizofrenia 60-70 % tidak pernah menikah. Penderita skizofrenia 25-50% berusaha untuk bunuh diri dan 10%nya berhasil melakukan bunuh diri.
2.4.3 Penyebab penyakit
7 2.4.3.1. Model Diatesis Stres Menurut teori ini skizofrenia dapat timbul karena adanya integrasi antara faktor biologis, .faktor psikososial dan lingkungan. Seseorang yang rentan (diatesis) jika dikenai stresor akan lebih mudah untuk menjadi skizofrenia. Faktor genetik mempunyai peranan dalam terjadinya suatu skizofrenia. Ada 7 gen yang mempengaruhi perkembangan skizofrenia. Kembar identik di pengaruhi oleh gen sebesar 28% sedangkan pada kembar monozygot dan kembar dizygot pengaruhnya sebesar 1,8-4,1%. Skizofrenia kemungkinan berkaitan dengan kromosom 1, 3, 5, 11 dan kromosom X. Penelitian genetik ini dihubungkan dengan COMT (Catecho/-0- Methyl Transferase) dalam encoding dopamin sehingga mempengaruhi fungsi dopamin. Faktor pencetus dan kekambuhan dari skizofrenia dipengaruhi oleh emotional turbulent families, stressful life events, diskriminasi, dan kemiskinan. Lingkungan emosional yang tidak stabil mempunyai risiko yang besar pada perkembangan skizofrenia. Stresor sosial juga mempengaruhi perkembangan suatu skizofrenia. Diskriminasi pada komunitas minoritas mempunyai angka kejadian skizofrenia yang tinggi. Skizofrenia lebih banyak didapatkan pada masyarakat di lingkungan perkotaan 2.4.3.2. Faktor Neurobiologis Perkembangan saraf awal selama masa kehamilan ditentukan oleh asupan gizi selama hamil (wanita hamil yang kurang gizi mempunyai risiko anaknya berkembang menjadi skizofrenia) dan trauma psikologis selama masa kehamilan. Pada masa kanak disfungsi situasi sosial seperti trauma masa kecil, kekerasan, hostilitas dan hubungan interpersonal yang kurang hangat diterima oleh anak, sangat mempengaruhi perkembangan neurologikal anak sehingga anak lebih rentan mengalami skizofrenia dikemudian hari. Penelitian saat ini melihat adanya perbedaan struktur dan fungsi dari daerah otak pada penderita skizofrenia. Dengan Positron Emission Tomography (PET) dapat terlihat kurangnya aktivitas di daerah lobus frontal, dimana lobus frontal itu sendiri berfungsi sebagai memori kerja, penurunan dari aktivitas metabolik frontal dihubungkan dengan perjalanan penyakit yang lama dan gejala negatif yang lebih berat. Penderita skizofreniz memiliki kadar fosfomonoester (PME) yang lebiF rendah dan kadar fosfodiester (PDE) yang tinggi dibandingkan nilai normal. Konsentras fosfat inorganik menurun dan konsentrasi ATF meningkat. Hal ini disebabkan karena terjadinyz hipofungsi di daerah korteks frontal dorsolateral.
8 Pemeriksaan dengan menggunakan PET me nunjukkan gejala negatif memiliki abnormalita! metabolik yang lebih besar di daerah sirkuit fron tal, temporal dan serebelar dibandingkan dengar penderita skizofrenia dengan gejala positif. Menurun nya atensi pada penderita skizofrenia berhubungar dengan hipoaktivitas di daerah korteks singula anterior. Retardasi motorik berhubungan dengar hipoaktivitas di daerah basal ganglia. Gangguan berbicara dan mengekspresikar emosi berhubungan dengan rendahnya metabo lisme glukosa di area Brodmann 22 (kortek bahasa asosiatif sensoris), area Brodmann 4: (transkortikal), area Brodmann 45 dan 44 (pre motorik), area Brodmann 4 dan 6 (motorik). Gejala positif berhubungan dengan pening katan aliran darah di daerah temporomedial, se dangkan gejala disorganisasi berhubungan dengai peningkatan aliran darah di daerah kortek singulat dan striatum. Halusinasi sering berhubungan dengan perubahan aliran darah di regio hipokampus, parahipokampus, dan amigdala. 2.4.4 GEJALA PENYAKIT 2.4.4.1.Gejala Positif Simptom positif tidak hanya ditemukan pada penderita skizofrenia tetapi bisa juga didapatkan pada gangguan lainnya misalnya pada gangguan bipolar, gangguan skizoafektif, depresi psikotik, demensia Alzheimer atau demensia lain maupun pada drug induced psikosis. 2.4.4.2. Gejala
Negatif
Simptom negatif terdiri dari 5 tipe gejala, yaitu : a. Affective Flattening Ekspresi emosi yang terbatas, dalam rentang dan intensitas. b. Alogia Keterbatasan pembicaraan dan pikiran, dalam kelancaran dan produktivitas. c. Avolition Keterbatasan perilaku dalam menentukan tujuan. d. Anhedonia Berkurangnya minat dan menarik diri dari seluruh aktifitas yang menyenangkan dan biasa dilakukan oleh penderita. e. Gangguan atensi. Suatu gejala dapat dikatakan simptom negatif apabila ditemukan adanya penurunan fungsi normal pada penderita skizofrenia seperti afek tumpul, penarikan emosi (emotional withdrawal) dalam berkomunikasi, rapport yang buruk dengan lingkungan
9 sekitarnya, bersikap menjadi lebih pasif, dan menarik diri dari hubungan sosial. 2.4.4.3. Gejala Agresif dan Hostile Simptom agresif dan hostilitas pada penderita skizofrenia dapat tumpang tindih dengan simptom positif. Simptom ini menekankan pada masalah pengendalian impuls. Hostilitas pada penderita skizofrenia bisa berupa penyerangan secara fisik atau verbal terhadap orang lain di lingkungan sekitarnya, maupun dalam bentuk fisik atau kata-kata yang kasar. Termasuk dalam simptom agresif dan hostilitas adalah perilaku yang rnencelakakan diri sendiri (suicide), merusak barang orang lain, atau seksual acting out. Simptom agresif dan hostile selain didapatkan pada penderita skizofrenia, dapat juga terjadi pada gangguan bipolar, ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), gangguan perilaku (conduct disorder), psikosis pada anak, demensia Alzheimer, dan gangguan kepribadian. 2.4.4.4. Gejala depresi dan anxious Simptom depresi dan axious pada penderita skizofrenia sering kali didapatkan bersamaan dengan simptom lain seperti mood yang terdepresi, mood cemas, rasa bersalah (guilt), tension, irritabilitas, atau kecemasan. Simptom depresi dan anxious tidak hanya merupakan suatu tanda dari gangguan depresi mayor, tetapi dapat juga terjadi pada gangguan lain seperti ganggguan bipolar, skizofrenia, skizoafektif, depresi dengan penyebab organik, atau depresi psikotik, gangguan mood dan psikotik yang resisten dengan pengobatan. 2.4.5 Diagnosis penyakit 2.4.5.1 Kriteria Diagnostik Skizofrenia : 1. Disfungsi sosial atau pekerjaan 2. Durasi: gangguan terus menerus selama 6 bulan 3. Disingkirkan gangguan skizoafektif dan gangguan mood 4. Disingkirkan gangguan pengunaan zat atau kondisi medis umum 5. Jika terdapat gangguan perkembangan pervasif, diagnosis tambahan skizofrenia dibuat bila waham dan halusinasi menonjol 2.4.5.2 Subtipe skizofrenia 1. Tipe Katatonik Terdapat 2 atau lebih gejala berikut ini : 1. Immobilitas motorik (berupa katalepsi, waxy fleksibilitas, atau
10 2. stupor). 3. Aktivitas motorik yang berlebihan, tetapi tidak memiliki tujuan dan tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal. 4. Negativisme yang ekstrim, mutisme. 5. Gerakan volunter yang aneh, seperti yang ditunjukkan oleh posturing, gerakkan stereotipik, manerisme atau grimacing (seringai) yang menonjol. 6. Ekolalia atau ekopraksia. 2. Tipe Disorganisasi (Hebefrenik) Semua kriteria di bawah ini terpenuhi, yaitu : 1. Menonjolnya disorganisasi bicara dan perilaku, afek datar atau afek tidak sesuai 2. Kriteria skizofrenia tipe katatonik tidak terpenuhi. 3. Tipe Paranoid Semua kriteria di bawah ini terpenuhi, yaitu : 1. Preokupasi dengan waham atau halusinasi dengar yang menonjol 2. Kriteria skizofrenia tipe disorganisasi tidak terpenuhi. 4. Tipe Tidak Tergolongkan (Undifferentiated Type) Tidak memenuhi kriteria untuk tipe paranoid, disorganisasi, atau pun tipe katatonik. 5. Tipe Residual 1. Tidak terdapat waham, halusinasi, disorganisasi bicara, perilaku katatonik atau disorganisasi perilaku yang menonjol. 2. Terdapat terus menerus gangguan seperti yang ditunjukkan oleh adanya gejala negatif atau dua atau lebih gejala dari kriteria A dari skizofrenia dalam bentuk yang lebih ringan (misalnya keyakinan yang aneh, peng alaman persepsi yang tidak lazim). 6. Tipe Simpleks (Gangguan Deterioratif Sederhana) Kriteria diagnostik : Perkembangan yang bersifat progresif dan sudah berlangsung minimal 1 tahun, dapat berupa : 1. Penurunan yang nyata dalam fungsi pekerjaan atau akademik 2. Penampakan dan pendalaman secara bertahap dari simptom negatif 3. Rapport interpersonal yang buruk, isolasi sosial atau penarikan sosial 2.4.6 Pengobatan penyakit 2.4.6.1 Terapi psikososial Penderita skizofrenia perlu ditatalaksana secara integrasi, balk dari aspek psikofarmakologis (terapi somatik) dan aspek psikososial.
11 Hal ini berkaitan dengan tiap penderita skizofrenia merupakan seseorang dengan sifat individual, memiliki keluarga dan sosial psikologis yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan gangguan bersifat kompleks karena itu perlu penanganan dari beberapa modalitas terapi. Penatalaksanaan yang diberikan secara komprehensif pada penderita skizofrenia menghasilkan perbaikan yang lebih optimal dibandingkan penatalaksanaan secara tunggal. Penatalaksanan psikososial umumnya lebih efektif diberikan pada saat penderita berada dalam fase perbaikan dibandingkan pada fase akut. Penatalaksanaan psikososial meliputi psikoterapi individual, terapi kelompok, terapi keluarga, rehabilitasi psikiatri, latihan keterampilan sosial, dan manajemen kasus. Psikoterapi individual yang diberikan pada penderita skizofrenia bertujuan sebagai promosi terhadap kesembuhan penderita atau mengurangi penderitaan pasien. Psikoterapi ini terdiri dari faSe awal difokuskan pada hubungan antara stres dengan gejala, fase menengah difokuskan pada relaksasi dan kesadaran untuk mengatasi stres, kemudian fase lanjut difokuskan pada inisiatif umum dan keterampilan di masyarakat dengan mempraktekkan apa yang telah dipelajari. Psikoterapi kelompok meliputi terapi suportif, terstruktur dan anggotanya terbatas, umumnya antara 3-15 orang. Kelebihan terapi kelompok adalah kesempatan untuk mendapatkan umpan batik segera dari teman kelompok, dan dapat mengamati respons psikologis, emosional, dan perilaku penderita skizofrenia terhadap berbagai sifat orang dan masalah yang timbul. Terapi keluarga bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai skizofrenia. Materi yang diberikan berupa pengenalan tandatanda kekambuhan secara dini, peranan dari pengobatan, antisipasi dari efek samping pengobatan, dan peran keluarga terhadap penderita skizofrenia. Rehabilitasi psikiatri bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penderita skizofrenia dalam hal merawat diri sendiri, bekerja, menikmati kesenangan, berhubungan dengan orang lain dan keluarga. Dengan demikian dapat meningkatkan kemandirian penderita dalam masyarakat. Rehabilitasi psikiatri diharapkan terjadi perubahan menuju perbaikan dari ketidakmampuan, meningkatkan kemampuan baru yang menjadi penyebab kelemahan, memanipulasi lingkungan agar dapat lebih memberi dukungan serta meningkatkan fungsi.
12 Penatalaksanaan terapi psikososial lainnya pada penderita skizofrenia berupa pelatihan keterampilan sosial dan hidup mandiri, manajemen diri terhadap pengenalan gejala dan medikasi, 2.4..6.2 Terapi psikofarma Penyembuhan terapi somatik tergantung dari keadaan pasien ketika datang dalam fase apa, jika dalam fase akut perlu penangganan yang segera. Penangganan pada fase akut lebih difokuskan untuk menurunkan simptom psikotik yang berat, umumnya setelah dilakukan pengobatan selama 4 — 8 minggu dengan menggunakan obat antipsikotik pasien dapat masuk dalam fase stabilisasi. Psikopatologi penderita skizofrenia mempunyai tiga dimensi yang paling sering di perhatikan yaitu simptom positif, negatif dan disorganisasi. Simptom positif meliputi halusinasi, ideas of reference, dan waham. Simptom ini membutuhkan perawatan pasien dan umumnya mengganggu kehidupan pasien. Simptom negatif meliputi motivasi yang menurun, emosi yang tumpul dan kemiskinan pembicaraan dan pikiran. Simptom ini dihubungkan dengan gangguan dalam sosial dan pekerjaan. Simptom disorganisasi meliputi disorganisasi pembicaraan dan perilaku, ini menyebabkan gangguan dalam perhatian dan proses informasi. Simptom ini dihubungkan dengan gangguan dalam sosial dan pekerjaan. imptom disorganisasi meliputi disorganisasi pembicaraan dan perilaku, ini menyebabkan gangguan dalam perhatian dan proses informasi. Simptom ini dihubungkan dengan gangguan dalam sosial dan pekerjaan. Obat antipsikotik sangat efektif dalam mengatasi simptomsimptom tersebut, terutama antipsikotik generasi kedua. Pada pemberian obat antipsikotik perlu memperhatikan interaksi obat, balk secara farmaseutikal (pembuatan atau pencampuran obat), farmakokinetik maupun farmakodinamik. Interaksi farmakokinetik terjadi bila suatu obat pengubah, mempengaruhi konsentrasi plasma atau waktu paruh obat yang diubah, dengan cara mengubah absorpsi, distribusi, metabolisme atau eliminasi dari obat yang lain. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi jika dua obat atau lebih bekerja pada tempat yang sama. Interaksi obat yang paling sering adalah interaksi farmakokinetik, melalui metabolisme obat. Interaksi obat akan menimbulkan perubahan konsentrasi obat di dalam plasma sehingga dapat menyebabkan timbul efek toksik atau malah sebaliknya efek terapeutik titlak tercapai.
13 2.5 Data Penyelenggara Yayasan Dian Krida Utama 2.5.1 Sejarah Pada tahun 1997 didirikanlah suatu yayasan sosial kemasyarakatan dengan nama yayasan Dian Krida Utama, dengan tujuan untuk membantu menangani pasien-pasien penyalahguna obat dan zat adiktif waktu itu. Pendirian yayasan ini disahkan dengan akte Notaris No. 19 tanggal 5 Februari 1997 melalui Notaris Triphosa Lily Ekadewi SH, dengan alamat Jl. Petogogan I No. 15 Jakarta Selatan. Susunan pengurus Yayasan DKMU 2009-sekarang: Pembina : dr. Sri Astuti Gunawan, dr. Dahlia Arsyad Almatsier, Rd Ajeng Sri Haryanti Soekanto Pengawas : dr. Merdias Almatsier, Sp S(K) Ketua : dr. Jonli Judra Sp KJ Bendahara : Husnul Hidayah Sekretaris : dr. Satyuni W SpKJ 2.5.2 Kegiatan Saat ini mempunyai dua unit bidang pelayanan Yayasan DKMI yaitu: 1.
Tempat penitipan pasien gangguan jiwa/mental Merupakan suatu Panti Rehabilitasi mental yang ditangani oleh perawat dan caregiver. Penitipan pasien adalah atas keinginan atau permintaan keluarga karena pasien tidak dapat ditangani di rumah atau karena menggangu lingkungan. Dalam panti ini tersedia 23 tempat tidur untuk pasien dewasa laki-laki dan perempuan dan 4 tempat tidur bagi usia lanjut.
2.
Praktek Dokter Psikiater Untuk menangani pasien rawat jalan, konsultasi masalah rumah tangga, perkawinan dsb, maupun konsultasi bagi pasien gangguan jiwa yang dititipkan di panti rehab mental tsb.
2.6 Data Target Demografis − Umur : 18 – 30 tahun − Gender : pria dan wanita − Kelas Sosial : C - A − Kaum urban
14 Geografis Masyarakat di daerah perkotaan. Psikografis Memiliki keingginan untuk mengetahui mengenai penyakit mental. 2.7 SWOT Strength Website dapat diakses dengan mudah sehingga dapat memberikan informasi penting mengenai penyakit skizofrenia kepada masyarakat Indonesia yang semakin menigkat jumlah diagnosisnya dari 1 hingga 44.6 setiap 1000 orang. Weakness Website berisi informasi yang kontent ilmiah.
sulit dimengerti oleh orang umum karena berisi
Opportunity Pemakaian internet di indonesia yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Threat Persepesi yang tidak ingin peduli mengenai penyakit skizofrenia dan jika sakit baru ke dokter.