BAB II DATA DAN ANALISA
2.1
Literatur Buku 1. “The Animators Survival Kit” karangan Richard Williams 2. “Dongeng Seru Asal-Usul Kota di Indonesia” karangan S. Tary dan Retno W. 3. “Cerita Rakyat dari Banyuwangi” karangan Suripan Sadi Hutomo
2.1.2
Literatur Internet
1.
http://www.allfolktales.com/folktales.php
2.
http://asoiaf.westeros.org/index.php/topic/49162-japanese-folk-tale-animation/
3.
http://www.candlelightstories.com/2011/01/31/urashima-taro-animated-japanesefolktale/
4.
http://kem.ami.or.id/2011/10/membudayakan-dan-merevitalisasi-cerita-rakyat/
5.
http://en.wikipedia.org/wiki/Category:Indonesian_folklore
6.
http://legendakita.wordpress.com/2008/09/03/asal-usul-kota-banyuwangi/
3
4
2.1.2
Literatur Internet
Berikut adalah hasil wawancara dengan pakar psikologi pendidikan anak Novita Tandry M.Psi
T - Apakah menurut anda cerita rakyat Indonesia masih diminati anak-anak jaman sekarang? J - Sebenarnya diminati atau tidak itu tergantung dari cara penerapan dan pengenalan kita terhadap anak tersebut mengenai cerita rakyat Indonesia itu sendiri ya. Apabila dibungkus dalam kemasan yang cocok dan sesuai untuk anak-anak, tentunya anak-anak akan berminat. Pendekatan terhadap anak kecil memang butuh pendekatan extra, menarik minat anak tersebut untuk mengenali sesuatu butuh strategi yang sesuai.
T - Menurut anda media apa yang paling disukai anak-anak? Dalam bentuk buku cerita atau film animasi? J – Apabila diberikan dua pilihan tersebut ya tentu akan lebih diminati film animasi. Film animasi kan jauh lebih menarik, karakter didalam layar seakan-akan hidup dan lebih interaktif. Berbeda dengan buku. Tergantung pengenalan dari orang tua tentang buku terhadap anak. Tidak semua anak suka baca buku khan? Sebenarnya buku itu sudah terbilang cara lama. Anak-anak zaman sekarang sudah berbeda seperti zaman saya kecil dulu.
5
T – Apa yang menjadi faktor kurangnya pengenalan atau penerapan cerita rakyat Indonesia? J – Mungkin dari penyajian cerita rakyat Indonesia itu sendiri ya. Seperti pertanyaan sebelumnya. Kalau penyajiannya hanya dengan mengandalkan buku tentunya tidak akan efektif ke semua anak. Sekarang khan zaman modern. Metode belajar anak-anak juga tidak hanya melalui media buku saja. Ada metode melalui bermain, melakukan langsung, dan lain-lainnya. Sebenarnya alangkah baiknya apabila memang pengenalan dan pembelajaran tersebut disiasati dengan media yang menarik, seperti contohnya film animasi. Cerita rakyat Indonesia itu sendiri berpotensi dan tergolong baik kok untuk dikenalkan ke anak-anak.
T – Menurut anda apakah yang melatar belakangi anak-anak zaman sekarang lebih menyukai film-film kartun zaman sekarang dibandingkan dengan film cerita rakyat? J – Ini hampir sama dengan pertanyaan sebelumnya. Bahwasanya anak-anak memang harus disiasati dan lebih dikenal media pendekatannya. Apabila media film kartun jauh lebih menarik dibanding dengan film cerita rakyat yang kesannya dibuat seperti laga action, ya wajar khan mengapa anak-anak lebih menyukai film kartun. Film kartun memiliki ketertarikan sendiri untuk
6
mereka, sedangkan untuk umur yang sudah tergolong dewasa itu sudah tidak menjadi ketertarikan lagi. Sebenarnya memang tergantung metode penyajiannya sih.
T – Apakah film anak-anak zaman sekarang memberikan dampak positif/ baik untuk anak Tersebut? J – Hmmm… pertanyaan ini lingkupnya luas ya. Untuk film-film kartun anak atau edukasi yang saya dapati di channel kabelvision itu nampaknya tidak ada masalah kok. Penjelasan, didikan, dan nilai moral yang diajarkan masih dalam konteks yang sewajarnya. Tetapi mungkin apabila yang anda maksud film anak Indonesia, memang sudah banyak perubahan ya yang terasa dibandingkan dulu. Sekarang itu film anak-anak yang mendidik di Indonesia agak jarang ditemukan. Saya pernah lihat seperti sinetron-sinetron anak. Itu sudah bukan dalam proporsi yang sewajarnya lagi. Orang tua harus lebih selektif memilihkan anaknya tontonan. Tontonan anak Indonesia memang agak terancam. Kandungannya saya anggap sudah tidak mendidik lagi. Kalau mendidik ke arah jelek, ya…
T – Umur berapa biasanya anak sudah bisa untuk diajarkan lewat metode film animasi? J – Sebenarnya tergantung intelektual dan perkembangan otak masing-masing anak ya. Tetapi
7
rata-rata biasanya umur 4 tahun keatas sudah bisa. Di umur tersebut anak-anak biasanya sudah mengenal bahasa dan sudah dapat disajikan film-film anak yang ringan. Lebih ke metode edukasi. Umur 6 tahun mungkin paling tepatnya untuk mengajarkan anak-anak melalui film. Sekitar umur tersebut rata-rata anak-anak sudah disekolahkan dan sudah lancar berbicara. Dalam konteks tersebut saya anggap anak-anak sudah bisa mencerna apa yang sebenarnya diceritakan oleh film yang ia tonton. Tetapi lagi-lagi tergantung penyajian dari film tersebut. Harus sesuai dan alur ceritanya harus ringan.
T – Visual animasi seperti apa yang cocok untuk disajikan ke anak-anak? J – Hahaha… menurut saya anda jauh lebih berpengalaman dong tentang ini? Saya tidak tahu banyak ya, tapi biasanya dari yang saya lihat dari tontonan anak-anak selama ini (yang baik) biasanya warna yang digunakan cenderung cerah, bentuk karakternya lucu, simpel, dan mendeskripsikan identitas mereka, seperti mereka seolah-olah memiliki teman yang ada didalam televisi. Biasanya film animasi yang baik itu tidak hanya mengajarkan nilai moral ya. Biasanya juga anak-anak terpancing untuk keluar sisi kreatifitasnya, seperti corat coret, membuat aksesoris karakter yang digunakan. Intinya melatih kemampuan otak dalam segi kreatifitas juga.
8
Kesimpulan : Dari hasil wawancara di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa sebenar nya anak-anak jaman sekarang masih meminati cerita rakyat indonesia,namun tergantung dari cara pengenalan serta penyampaian nya terhadap anak tsb. Mungkin buku cerita rakyat sampai saat ini masih banyak di buat ulang untuk menarik peminat anak-anak,namun seiring perkembangan jaman,buku cerita bukan lagi hal yg menarik untuk anak jaman sekarang. Oleh karena itu media yg paling mudah/efektif untuk dikenalkan terhadap anak-anak jaman sekarang adalah film animasi,di mana anak-anak dapat lebih tertarik untuk menonton animasi dibandingkan buku cerita. Selain pewarnaan yg cerah,bentuk karakter dalam film animasi pun menjadi nilai daya tarik trsendiri untuk anak-anak,dan jelas cerita rakyat dalam media film animasi akan mempermudah mereka untuk memahami jalan cerita,serta nilai-nilai moral yg akan di sampaikan. Oleh karena itu jika cerita rakyat dapat di buat dalam bentuk film animasi,serta dapat di kemas dengan baik dan sesuai,maka cerita rakyat dapat menarik hati anak-anak untuk menonton nya.
2.2
Cerita Rakyat Sebagai Kebudayaan Pembangun Moral Indonesia mempunyai keanekaragaman budaya, suku, agama, adat-istiadat, dan kesenian.
Kesenian yang ada di Indonesia terbagi menjadi beberapa jenis. Antara lain, kesenian berbentuk fisik, contohnya seni lukis, seni pahat, seni ukir dll. Terdapat juga seni musik dan juga seni sastra.
9
Salah satu seni sastra yang mempunyai ciri khas ialah cerita rakyat atau folkfore. Menurut Danandjaja (1999), cerita rakyat adalah salah satu bentuk folkfor lisan. Folklor lisan yang dimaksud adalah sebuah cerita yang bentuknya memang murni lisan. Ciri khas yang ada dalam cerita rakyat adalah kemampuan dari isi ceritanya yang dapat merangkul seluruh masyarakat. Yaitu dapat diceritakan melalui lisan, tidak mengenal umur sehingga bisa diceritakan kepada siapa saja, dan mempunyai nilai luhur yang dapat dicontoh. Perkembangan budaya barat yang mulai memasuki daerah di Indonesia, telah mengurangi nilai-nilai luhur yang ada di masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan melemahnya minat generasi muda pada budaya indonesia, salah satunya minat membaca cerita rakyat. Padahal, di dalam cerita rakyat terdapat banyak nilai luhur yang dapat digali. Misalnya, nilai moral, sopan santun, serta tata krama. Bahkan penerapan nilai luhur ini juga dirasa mampu untuk diimplementasikan dengan baik guna meningkatkan soft skills masyarakat umumnya serta generasi muda khususnya. Perkembangan cerita rakyat di Indonesia sudah dapat dibuktikan dengan diterbitkannya kumpulan cerita rakyat, baik untuk keperluan cerita anak – anak, maupun untuk kepentingan dokumentasi dan inventarisasi. Di sisi lain, perkembangan cerita rakyat diikuti pula oleh globalisasi. Globalisasi adalah perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus menerus mengikuti perubahan teknologi (Stoner, 2000). Adanya globalisasi, telah merubah sebagian pandangan hidup penduduk indonesia, terutama mengubah nilai-nilai luhur yang ada di masyarakat. Adanya pengubahan nilai-nilai luhur di masyarakat, akan sangat dibutuhkan suatu cara untuk merevitalisasi nilai-nilai luhur masyarakat dengan menggunakan cerita rakyat. Revitalisasi adalah suatu proses atau cara perbuatan memvitalkan atau menjadikan vital (KBBI, 2002). Banyak cara yang dapat digunakan untuk merevitalisasi nilai luhur, diantaranya melalui melalui komik, novel, sinetron, ataupun cerpen. Namun banyak kelemahan yang ditemukan saat menggunakan media-media tersebut. Contohnya komik, komik Indonesia banyak mengalami eliminasi karena didominasi dengan kemunculan komik Jepang, yang nyata-nyata telah
10
mengambil hati para remaja Indonesia, selain itu alur cerita serta gambar komik Jepang sendiri juga lebih menarik daripada komik Indonesia. selain media-media tersebut ada pula salah satu media yang dapat digunakan yakni, melalui seni kontemporer. 2.3
Klaim Malaysia Terhadap Budaya Indonesia Malaysia seakan sedang mencari identitas diri sehingga mengklaim berbagai kebudayaan
yang berasal dari Indonesia. Malaysia kini gamang melihat masa depannya. Hal terungkap atas hasil survei yang menyatakan sejumlah mahasiswa asal Malaysia sama sekali tidak pernah mendengar tentang cerita rakyat asal negaranya sebagai sebuah sejarah. Mungkin alasan sikap Malaysia yang telah beberapa kali membuat parah rakyat Indonesia karena negara itu mengklaim kesenian dan hasil Budaya indonesia, antara lain reog ponorogo bahkan yang terbaru ini adalah batik. Selain itu iklan pariwisata negara Jiran itu juga menampilkan tarian Pendet asal Indonesia, peristiwa yang paling akhir menjadi kontroversi antara Indonesia dan Malaysia.. Pada sisi lain perampokan budaya yang dilakukan Malasyia ternyata telah membangkitkan seluruh bangsa Indonesia dan menjadi bersatu. Buktinya, ketika tarian Pendet dicuri, akibatnya semua suku di negeri ini marah. Aksi timbal balik tersebut juga ternyata telah mampu menyetrum pemerintah yang seharusnya pemerintah bisa menjaga budaya itu. Selama ini keseriusan pemerintah dalam melakukan inventarisasi, penjagaan dan pelestarian budaya masih rendah sehingga prilaku negara jiran itu diyakini telah mampu membangkitkan semangat bangsa ini. 2.4
Edukasi Animasi Terdapat nilai edukasi yang bisa dicontoh anak-anak dari film animasi yang lucu bahkan
di dalam animasi diajarkan fighting spirit, kesetiakawanan dengan ala budaya bangsa kita tentunya. Dengan kata lain banyak hal yang bisa dilakukan animasi, salah satunya menjadi media pengembangan karakter bagi anak-anak. Bukan sekedar penokohan bawang merah dan bawang putih, tapi juga lewat unsur cinta yang selalu menjadi sentuhan penamanam budi pekerti sejak
11
dini dalam kehidupan. Dengan absentnya pendidikan budi pekerti dari sekolah disinilah peran animasi tampil dalam porsi yang justru sangat menghibur. Budaya kreatif adalah budaya mencipta. Memang tidak dipungkiri bayangan asal industri film animasi tidak bisa diluputkan dari Disney. Namun persoalan karakter dan ide cerita jelas tidak akan pernah bisa sama, bak kata pepatah lain lubuk lain ikannya. Sumatera utara kaya akan keragaman adat budaya tak ubahnya mini atur Negara Indonesia. Hal ini sangat mendukung untuk berkembangnya industri animasi sebagai industri kreatif berbasis etnik lokal. Dalam kontek muatan lokal sebuah industri kreatif yang digaungkan dalam film animasi tidak bisa dihindari sangat sarat dengan pesan moral dan pendidikan yang dalam, hal ini dibutuhkan berbagai lapis usia dan starata sosial. Secara substantive menjawab persoalan tantangan zaman. Ketika menjadikan animasi sebagai alat perekonstruksi peristiwa, sebagai alat perekam budaya kehidupan masyarakat, sesungguhnya kita juga melestarikan budaya. Saat ini sudah banyak karya penulis Sumatera Utara yang juga sudah dibukukan di lembaga BPAD. Cerita-cerita rakyat yang dilombakan dalam kegiatan pameran buku dan minat baca pada akhirnya dihimpun, dicetak untuk dijadikan buku pengisi pustaka dan sesungguhnya inilah aset untuk dikembangkan. Cerita rakyat ini bukan tidak mungkin kelak melahirkan animasi karya anak bangsa yang fenomenal dan melegenda. Kekhasan suku bangsa menggambarkan akan potensi industri animasi Indonesia sesungguhnya ada dan besar. Tokoh Gundala Putra Sang Petir tidak akan pernah ada di Jepang atau bahkan cerita rakyat dari marga Parinduri-Rangkuti salah satu marga di Mandailing Natal yang konon kabarnya memiliki kesaktian dapat terbang dengan penampi beras dan memiliki kerabat dekat dengan seekor Harimau menarik diangkat sebagai ide cerita di pentas animasi. Sudah saatnya para penulis mulai hunting ke daerah untuk menggali cerita budaya lokal yang menjadi baru dalam spirit karena ide cerita dan karakter khas bangsa yang tidak pernah sama dengan negara manapun juga tidak Jepang,Eropa bahkan India.
12
Kembali lagi minat baca jelas hubungannya dengan pesta buku yang digelar BPAD. Berdasarkan dari sisi kualitas gambar untuk pembuatan animasi di era teknologi IT dewasa ini bisa saja menyamai kualitas Disney apalagi dibarengi dengan teknologi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) canggih. Melainkan refleksi dari gerakan minat baca inilah yang mampu menjawab kualitas karya animasi ke depannya yang kreatif dan cerdas mengusung ide budaya lokal menjadi sebuah kekuatan cerita dan penokohan. Sehingga sudah sepantasnyalah kegiatan di BPAD dalam acara pesta gelar buku, cagar budaya dan teknologi seperti ini di kunjungi sayang dilewatkan begitu saja.
13
2.5
Target Audiens
2.5.1 Target Primer Target audiens primer adalah mereka yang berusia 7 sampai dengan 14 tahun, unisex, dengan latar belakang pendidikan antara TK sampai dengan SMA, dengan tingkat ekonomi orangtua antara B sampai dengan A. 2.5.2 Target Sekunder Target audiens sekunder adalah mereka yang berusia 15 sampai dengan 22 tahun, unisex, dengan latar belakang pendidikan antara SMA sampai dengan kuliah, dengan tingkat ekonomi orangtua antara B sampai dengan A. 2.6
Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
2.6.1 Faktor Pendukung 1. Anak-anak lebih menyukai animasi dibanding membaca buku 2. Ceritanya mudah dicerna oleh semua kalangan tanpa terkecuali 3. Pesan moral yang disampaikan cukup jelas untuk dipahami
2.6.2 Faktor Penghambat 1. Budaya Indonesia kurang dikenali dibanding budaya luar negeri 2. Kurang dikenalnya karya anak bangsa dibanding buatan luar.
2.7
Data Produk
2.7.1 Sinopsis
14
Pada zaman dahulu di pantai timur Pulau Jawa atau Jawa Timur berdiri sebuah kerjaan yang diperintah oleh seorang raja. Raja tersebut memiliki seorang putra bernama Raden Banterang yang kelak akan menggantikan ayahnya sebagai raja. Raden Banterng adalah sosok yang gagah, cakap, dan bagus parasnya. Sayangnya, Raden Banterang mudah sekali marah. Suatu hari Raden Banterang berburu dengan beberapa pengiringnya. Dalam perburuan tersebut, Raden Banterang berpisah dengan pengiringnya dan sampailah ia di sebuah sungai. Di tepi sungai tersebut ada seorang gadis yang cantik sedang memetik bunga. Raden Banterang langsung tertarik padanya. Kemudian Raden Banterang mengajaknya berkenalan dan bertanya mengapa ia sendirian di sini. Gadis itu ternyata bernama Surati, putrid Raja Klungkung. Dia berada di situ karena ia takut apabila serangan musuh datang lagi. Beberapa waktu lalu kerajaan yang dipimpin ayahnya diserang kerajaan lain. Ayahnya gugur dalam mempertahankan mahkota kerajaan. Sejak saat itu Surati mengembara seorang diri dan sampailah ia di tempat itu. Mendengar cerita Surati, Raden Banterang hanya bisa diam. Karena ia mengetahui bahwa yang menyarang kerajaan Klungkung adalah ayahnya sendiri. Raden Banterang merasa iba pada Surati dan memutuskan untuk membawanya ke istana. Beberapa waktu kemudian Raden Banterang menikahi Surati. Rakyat merasa senang karena Raden Banterang mempunyai istri yang cantik dan berbudi pekerti yang luhur. Karena sikap Surati yang baik hatilah, Raden Banterang menjadi tidak pemarah lagi. Suatu hari Raden Banterang sedang berburu dan Surati sedang berjalan-jalan di luar istana. Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang memanggil Surati. Surati menoleh kearah orang yang memanggilnya. Alangkah kagetnya ketika ia melihat siapa yang memanggilnya tadi. Ternyata adalah kakak kandungnya. Dia tak pernah menyangka kalau kakaknya masih hidup. Kakak kandungnya tersebut menyuruhnya untuk membantu menuntut balas atas kematian ayah mereka. Namun, Surati menolaknya karena ia merasa berhutang budi pada Raden Banterang yang telah menyelamatkannya dari kesengsaraan. Karena tidak mendapatkan dukungan dari adiknya, kakak Surati memutuskan untuk balas dendam dengan caranya sendiri.
15
Pada saat berburu tiba-tiba ada seorang pengemis mendatangi Raden Banterang. Raden Banterang dihasut oleh pengemis tersebut yang sebenarnya adalah kakak Surati yang sedang menyamar. Pengemis tersebut berkata bahwa ia mendengar pembicaraan Surati dengan kakak kandungnya tentang rencana mereka balas dendam atas kematian ayah mereka. Pengemis itu juga bilang bahwa apabila Raden Banterang tidak percaya, Raden Banterang harus melihat di bawah peraduan permaisuri Surati terdapat sebuah ikat kepala seorang lakilaki. Setelah itu pengemis tersebut langsung menghilang. Raden Banterang ingin membuktikan kebenaran ucapan pengemis itu. Bergegaslah ia pulang. Setibanya di istana Raden Banterang langsung menuju tempat peraduan istrinya. Kecewanya ia ketika melihat ke bawah peraduan istrinya ternyata memang ada sebuah ikat kepala laki-laki. Raden Banterang tak bisa menahan lagi kemarahannya. Diajaknya istrinya ke muara sebuah sungai. Tiba di muara sungai diceritakannya semua laporan yang didengarnya dari seorang pengemis saat sedang berburu. Raden Banterang lalu menanyakan hal itu pada Surati dengan nada marah. Surati bersumpah pada Raden Banterang bahwa ia tidak melakukan apa yang diceritakan pengemis itu pada Raden Banterang. Namun, Raden Banterang tetap tidak percaya. Maka dihunusnya keris yang terselip di pinggangnya. Sebelum keris itu ditikamkan pada Surati, Surati melompat ke sungai lalu menghilang. Kemudian pengemis tadi datang sambil neneriakkan sebuah kata yaitu “Banyuwangi”. Pengemis tersebut menjelaskan semuanya dan ia juga bilang bahwa “Banyuwangi” adalah tanda cinta suci dari Surati untuk Raden Banterang. Raden Banterang menyesali perbuatannya. Raden Banterang terburu nafsu tanpa menyelidikinya dengan cermat. Perbuatannya membawa maut bagi permaisuri yang dicintainya. Sejak saat itu tempat permaisuri menghilang dalam dasar sungai disebut Banyuwangi yang berarti air yang harum.