3
BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Data dan Literatur Pada sub bab ini akan dipaparkan data-data yang sekiranya dapat mendukung proses terbentuknya konsep desain pada bab berikutnya. Data data dibawah ini diambil dari berbagai sumber, antara lain Internet, kamus, buku, wawancara, survey dan lain sebagainya. 2.2 Sumber Data 2.2.1 Sekilas Mengenai Gedung Lawang Sewu Jl. Pemuda, Komplek Tugu Muda Semarang Tengah 024 – 3542015 Lawang Sewu sebagai salah satu objek wisata di kota semarang, merupakan bangunan bersejarah yang perlu dilestarikan. Lawang Sewu adalah sebuah bangunan kuno peninggalan jaman Belanda yang dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Semula gedung ini dibangun sebagai kantor pusat perusahaan kereta api (trem) penjajah Belanda atau Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Gedung tiga lantai bergaya art deco ini karya arsitek kenamaan Belanda yang bernama Prof Jacob F Klinkhamer dan BJ Queendag. Lawang Sewu terletak di sisi timur Tugu Muda Semarang, atau di sudut jalan Pandanaran dan Jalan Pemuda. Disebut Lawang Sewu (seribu pintu), ini dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak. Kenyataannya, pintu yang ada tidak sampai seribu. Bangunan ini memliki banyak jendela tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu.
Gambar 2.1 Gedung Lawang Sewu Tampak Depan
4 Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT. Kereta Api Indonesia (Persero) . Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (KODAM IV/ Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Perhubungan Jawa Tengah. Pada masa perjuangan, gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa Pertempuran Lima Hari di Semarang ( 14 Oktober – 19 Oktober 1945 ). Gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api melawan Kempetai dan Kidobutai, Jepang. Maka dari itu Pemerintah Kota Semarang dengan Surat Keputusan Wali Kota No. 650/50/1992, memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi. Bagian depan bangunan bersejarah ini dihiasi oleh menara kembar model Gothic dan terbagi menjadi dua bagian, memanjang ke belakang dan memberikan kesan kokoh, besar, dan indah. Arsitektur Lawang Sewu bergaya Art Deco yang sedang berkembang di benua eropa pada tahun 1850 – 1940. Bangunan ini menghadap ke Taman Wilhelmina yang sekarang lebih dikenal sebagai komplek Tugu Muda. Di depan Lawang Sewu dulu melintas rel trem kota Semarang, jurusan Bulu-Jomblang. Foto udara yang diambil pada tahun 1927 masih memperlihatkan jalur angkutan ini.
Gambar 2.2 Tampak Dalam Gedung Lawang Sewu Bangunan utama Lawang Sewu berupa tiga lantai bangunan yang memiliki dua sayap membentang ke bagian kanan dan kiri. Jika pengunjung masuk ke bangunan utama, pengunjung akan menemukan tangga besar ke lantai dua. Di antara tangga terdapat kaca mozaik besar yang menunjukkan gambar dua wanita muda Belanda. Semua struktur bangunan, pintu, dan jendela mengadaptasi gaya aristektur Belanda.
5 Dengan segala keeksotisan dan keindahannya Lawang Sewu ini merupakan salah satu tempat yang indah untuk dilakukan pemotretan, terutama pada pre wedding. Setelah cukup lama Lawang Sewu tak terurus, akhirnya Lawang Sewu dipugar kembali dan dan memakan waktu yang cukup lama, sampai pada akhirnya selesai di akhir Juni 2011. Lawang Sewu kembali dibuka pada tanggal 5 Juli 2011 dan diresmikan oleh Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono dan dilanjutkan dengan acara Pameran Kriya Unggulan Nusantara yang menampilkan produk produk tradisional dari seluruh nusantara. 2.2.1 Sekilas Mengenai Gedung Berarsitektur Art Deco di Indonesia Banyak langgam mewarnai wajah gedung lama di Indonesia sesuai dengan masa kependudukan kaum imperialis, salah satunya adalah langgam Art Deco. Langgam ini berasal dari Eropa pada dekade 1920-an dan berkembang secara luas sekitar 1930. Nama Art Deco atau Art Moderne diberikan setelah adanya Exposition Internationale des Arts Decoratifs et Industriels Modernes, pameran seni dekorasi dan industri modern yang diadakan di Paris tahun 1925 yang sedikit banyak berpengaruh terhadap perkembangan desain arsitektur modern saat itu. Langgam Art Deco merupakan suatu campuran yang mengagumkan dari beragam gaya, termasuk gaya Eropa pada masa lampau, arsitektur Maya, Aztec dan China, serta gaya modern yang dipengaruhi kubisme, futurisme, dan ekspresionisme. Langgam ini digambarkan sebagai suatau gaya dekoratif yang megah dan flamboyant, memiliki karakter bentuk gemoetris yang kuat, warna mencolok dan garis yang tajam atau jelas. Art Deco, yang diterapkan pada bangunan, berkembang pesat di Amerika Serikat dan Eropa. Sedangkan di negara asalnya, Perancis, Art Deco muncul sebagai penyederhanaan dan penghalusan fasad dengan hiasan berbentuk tumbuhan, pekerjaan besi, dan patung. Langgam Art Deco cukup populer di Indonesia, khususnya pada gedung-gedung lama hasil rancangan arsitek Belanda di Indonesia sekitar tahun 1920. Banyak gedung yang didirikan dari periode tersebut dianggap mewakili arsitektur Art Deco, beberapa di antaranya terdapat di Kota Bandung. Kota Bandung pada tahun 2001 dianugerahi predikat peringkat 9 dari 10 World Cities of Art Deco sebagai kota yang banyak memiliki koleksi gedung lama berlanggam Art Deco. Beberapa gedung yang sering ditafsirkan berlanggam Art Deco diantaranya adalah Hotel Preanger, Hotel Savoy Homann, Gedung merdeka, Bank Jabar, Jaarbeurs, serta beberapa pertokoan lama di sepanjang Jalan Braga. Perkembangan dan penerapan langgam Art Deco pada setiap tempat berbeda-beda tergantung dari aliran yang menjadi panutan arsiteknya, lingkungan , teknologi dan kecenderungan mode yang berkembang di suatu negara. Hal ini terlihat dengan senjangnya perbedaan karakter gedung yang dianggap mewakili langgam Art Deco di Kota Bandung. Jika dicermati, sebagian lebih terlihat bergaya konservatif murni berbau klasik, sedangkan sebagian lainnya cenderung bernuansa modern, terkecuali beberapa perkantorandi Jalan Braga dan Hotel Preanger yang dibangun setelah lahirnya istilah Art Deco.
6 Kilas balik tentang bangunan lama berlanggam Art Deco seperti di Kota Bandung mungkin terdapat perbedaan pendapat, mengingat Art Deco mencuat di negara asalnya tahun 1925-1930 bahkan samapi tahun 1940, sedangkan bangunan lama yang sering mendapat sebutan berlanggam Art Deco pada saat ini sebagian berdiri pada awal tahun 1920-an yang tentunya dirancang sebelum periode itu. Demikian pula dalam penerapan elemen-elemen massal. Pekerjaan besi, warnawarna mencolok. garis-garis tajam pola geometris, serta unsur dekorasi modern lainnya kurang terlihat menonjol. Memang secara prinsip langgam Art Deco merupakan langgam campuran yang sangat luas, tidak spesifik sejelas karakter arsitektur Gothic, Yunani ataupun Romawi. Dan patut diakui apa pun jenis tepat langgam yang terdapat pada gedung-gedung lama tersebut, pesonanya tetap memikat.
2.3 Data Kuesioner Survei dilakukan dengan mengadakan survey secara online melalui situs http://www.surveymonkey.com/s/CS6SH3B. Survei disebarkan secara acak melalui situs jejaring sosial seperti facebook, twitter, maupun menggunakan online messenger seperti Yahoo. Berikut dibawah ini adalah jenis pertanyaan dan hasil yang didapat. 1. Apakah jenis kelamin anda? Laki – Laki ( 13 Orang ) Perempuan ( 8 Orang )
2. Umur berapakah anda? 5- 15 ( 0 orang) 15 – 25 (18orang) 25 – 35 (3 orang) 35-45 ( 0 orang) lebih dari 45 tahun ( 0 orang )
7
3. Apakah anda mengetahui tempat yang ditujukan oleh gambar diatas?
Ya ( 12 orang) Tidak ( 9 orang)
4. Bila jawaban no 3 adalah Ya, apakah anda pernah masuk gedung tersebut? Ya ( 5 Orang ) Tidak (7 Orang )
5. Menurut anda, apakah yang menarik dari gedung tersebut (jawaban boleh lebih dari satu) Struktur bangunan ( 8 kali dipilih) Keindahannya ( 9 kali dipilih) Sejarah (14 kali dipilih) Suasana Mistisnya (17 kali dipilih)
6. Bila jawaban no 3 adalah Tidak, apakah anda anda berminat mengunjungi gedung tersebut? Ya ( 5 Orang ) Tidak (4 Orang )
7. Apabila anda memiliki waktu luang, apakah yang lebih anda sukai? Berkunjung ke tempat wisata ( 3 Orang ) Berbelanja ke pusat perbelanjaan / mall ( 10 Orang) Belajar (2 Orang ) Tidak mengerjakan apa-apa (6 Orang)
2.4 Data Target Lawang Sewu sekarang lebih banyak dikunjungi oleh wisatawan yang sudah berumur 40 tahun ke atas. Hal ini dikarenakan pengunjung yang sudah berumur lebih bisa mengapreasiasi benda – benda bersejarah / kuno serta yang mencerminkan jamannya / bernostalgia. Sedangkan untuk kalangan remaja, lebih memilih pergi ke pusat perbelanjaaan, dibandingkan pergi ke tempat – tempat yang bersejarah, dalam hal ini adalah lawang sewu.
8 Demografi -
Berbagai kalangan masyarakat, terutama dari kalangan remaja kota Semarang dan sekitarnya
-
Umur : 15-25
-
Jenis : Kelamin: Laki – laki dan perempuan
-
Tingkatan ekonomi A-B Psikografi
-
Selalu mencari kesenangan diluar aktifitas yang kerap dilakukan.
-
Shop-a holic
-
Sifat ingin selalu mencoba sesuatu yang baru / tertantang untuk mencoba hal yang baru.
-
Berusaha untuk selalu eksis diantara teman-temannya. Geografis
-
Wisatawan dalam negeri
-
Wisatawan luar negeri ( optional )
2.5 Analisa SWOT Strength 1. Gedung Lawang Sewu adalah salah satu gedung monumental dan unik yang menjadi kebanggaan kota Semarang. 2. Selain mempunyai struktur bangunan yang unik dan bergaya Art Deco, Lawang Sewu juga mempunyai nilai historis sebagai saksi bisu pertempuran 5 hari di kota Semarang. 3. Suasana gedung mendukung untuk diadakan wisata sejarah. 4. Gedung sering digunakan untuk perhelatan event yang berskala nasional.
Weakness 1. Gedung Lawang Sewu memiliki legenda Urban Legend yang menyeramkan.
9 2. Kurangnya promosi dari pihak pemerintah kota Semarang dimana pemerintah kota Semarang cenderung statis. 3. Kurang terawatnya bangunan Lawang Sewu.
Opportunities 1. Gedung Lawang Sewu adalah salah satu gedung bercirikan art deco dan hanya ada beberapa gedung yang memiliki ciri khas seperti ini di Indonesia. 2. Lokasi Gedung yang tepat berada di pusat kota Semarang sehingga bisa lebih mudah dijangkau oleh para wisatawan. 3. Peninggalan – peninggalan berserjarah selalu memiliki daya tarik tersendiri bagi para peminat sejarah. 4. Adanya momen visit Jawa Tengah 2013. 5. Gedung Lawang Sewu memiliki sebuah wisata yang tidak dimiliki oleh gedung tua yang lainnya, yaitu wisata mistis yang disebut jelajah bawah tanah.
Threats 1. Masyarakat Indonesia terutama di kota Semarang yang berumur 15-25 tahun lebih banyak memilih untuk menghabiskan waktu senggang mereka di pusat perbelanjaan dibandingkan dengan mengunjungi Lawang Sewu 2. Kurangnya minat masyarakat untuk menjaga kelestarian gedung Lawang Sewu ini ( adanya vandalisme) 3. Kurangnya informasi tentang gedung Lawang Sewu, dimana brosur yang dicetak oleh pemerintah kota Semarang hanya sedikit mencantumkan Lawang Sewu, dan tidak dibahas secara mendalam. 4. Adanya mindset bahwa berwisata ke tempat – tempat bersejarah itu membosankan.