3
BAB II DATA DAN ANALISA
2.1 Data
Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini, diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya: - Literatur : 1. Buku • Mengenal Candi-candi Nusantara • Mengenal Candi • Wisata Murah Jogja 2. Internet • Artikel-artikel dari Wikipedia.com • Artikel dari candi.pnri.co.id • Artikel dari web PT. Taman Wisata Candi • Artikel dari forum Majapahit - Wawancara: 1. Anak-anak SD kelas 1-6 - Survey: 1. Candi-candi di DIY Jogjakarta
4 Setelah data-data tersebut dikumpulkan dan diolah, maka diperoleh hal-hal yang dapat dijadikan informasi untuk membantu perancangan buku ini. Hal-hal tersebut adalah: 2.1.1 Artikel Pendukung
Menurut artikel yang penulis dapatkan dari forum Majapahit.com yang dikutip dari Koran Kompas,Rabu,14 Januari 2009, berjudul “Arkeologi, Jembatan Masa Lalu” mengungkapkan bahwa peninggalan-peninggalan sejarah dalam bentuk artefak maupun benda-benda arkeologi masa lalu sudah semakin dilupakan orang, banyak kasus perusakan yang terjadi dan hal ini menyayat hati para arkeolog. Dari kasus-kasus yang terjadi, baru disadari kalau arkeologi sudah dipinggirkan, ditinggalkan generasi muda, dan sistem masyarakat masa kini sudah melupakan masa lalu. Padahal barang-barang peninggalan tersebut bukan seonggok materi yang bisu. Dari barang peninggalan tersebutlah kita dapat mengetahui masa lalu Nusantara, seperti kata arkeolog Bambang Budi Utomo dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, Jakarta, ia mengatakan bahwa Hasil penelitian arkeologi bukan sekadar rekomendasi pariwisata. Arkeologi bisa menentukan identitas kebangsaan kita, bahkan arkeologi bisa mengubah sejarah. Namun sayangnya komunikasi antara peneliti arkeolog dengan masyarakat dan juga kebijakan pembangunan sering tidak sejalan. Misalnya pembangunan jalan harusnya ada analisis mengenai dampak lingkungan yang berkaitan dengan arkeolog, namun sering kali arkeolog tidak diikut sertakan dalam perundingan tersebut. Akibatnya, atas nama pembangunan, kepentingan arkeolog jadi
5 terlupakan. Ketamakan pembangunan dengan sengaja telah meruntuhkan satusatunya jembatan untuk berkomunikasi dengan masa lalu Indonesia. Dan sangat disayangkan generasi muda malah seolah-olah tidak perduli sama sekali dengan peninggalan-peninggalan tersebut.
2.1.2 Candi
Candi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bangunan kuno yang dibuat dari batu (sebagai tempat pemujaan, penyimpanan abu jenazah rajaraja, pendeta-pendeta Hindu atau Buddha pd zaman dulu); Sedangkan menurut situs Wikipedia.org Candi adalah sebuah bangunan tempat ibadah dari peninggalan masa lampau yang berasal dari agama Hindu-Buddha. Digunakan sebagai tempat pemujaan dewa-dewa. Namun demikian, istilah 'candi' tidak hanya digunakan oleh masyarakat untuk menyebut tempat ibadah saja. Banyak situs-situs purbakala lain dari masa Hindu-Budha atau Klasik Indonesia, baik sebagai istana, pemandian/petirtaan, gapura, dan sebagainya, disebut dengan istilah candi. Candi juga berasal dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu Dewa kematian (Durga). Karenanya candi selalu dihubungkan dengan monumen untuk memuliakan Raja yang meninggal contohnya candi Kidal untuk memuliakan Raja Anusapati, selain itu candi pula berfungsi sebagai: •
Candi Stupa: didirikan sebagai lambang Budha, contoh candi Borobudur
•
Candi Pintu Gerbang: didirikan sebagai gapura atau pintu masuk, contohnya candi Bajang Ratu
6 •
Candi Balai Kambang / Tirta: didirikan didekat / di tengah kolam, contoh candi Belahan
•
Candi Pertapaan: didirikan di lereng – lereng tempat Raja bertapa, contohnya candi Jalatunda
•
Candi Vihara: didirikan untuk tempat para pendeta bersemedhi contohnya candi Sari
Struktur bangunan candi terdiri dari 3 bagian: • Kaki candi adalah bagian dasar sekaligus membentuk denahnya (berbentuk
segi empat, ujur sangkar atau segi 20) • Tubuh candi. Terdapat kamar – kamar tempat arca atau patung • Atap candi: berbentuk limasan, bermahkota stupa, lingga, ratna atau
amalaka
Bangunan candi ada yang berdiri sendiri ada pula yang kelompok. Ada dua system dalam pengelempokan candi, yaitu: • Sistem Konsentris (hasil pengaruh dari India) yaitu induk candi berada di
tengah – tengah anak – anak candi, contohnya kelompok candi Lorojongrang dan prambanan • System membelakangi (hasil kreasi asli Indonesia )yaitu induk candi berada
di belakang anak – anak candi, contohnya candi Penataran
7 Suatu candi di masa lampau biasanya berfungsi dan digunakan masyarakat dari latar belakang agamanya, yaitu Hindu-Saiwa, Budha Mahayana, Siwa Buddha dan Rsi. Bangunan candi terbagi menjadi: 1.
Candi Kerajaan, yaitu yang digunakan oleh seluruh warga kerajaan. Contoh: C.Borobudur, C.Prambanan, C.Sewu, C.Plaosan (Jawa Tengah), C.Panataran di Jawa Timur.
2.
Candi Wanua/watak,yaitu candi yang digunakan oleh seluruh masyarakat pada daerah tertentu pada suatu kerajaan. Contoh: candi yang berasal dari masa Majapahit, C.Sanggrahandi (Tulung Agung, Jawa Tengah), C.Gebang (Yogya),C.Pringapus (tulung Agung, Jawa Tengah).
3.
Candi pribadi, yaitu candi yang digunakan untuk mendharmakan seorang tokoh.
Contoh:
C.Kidal
(pendharmaan
Anusapati,raja
Singhasari),
C.Jajaghu (Pendharmaan Wisnuwardhana,raja Singhasari), C.Ngrimbi (pendharmaan Tribuanatunggadewi, ibu Hayam Wuruk),C. Tegawangi (pendharmaan Bhre Matahun), dan C. Surawana (pendharmaan Bhre Wengker).
2.1.2.1 Arsitektur Candi
Pembangunan candi dibuat berdasarkan beberapa ketentuan yang terdapat dalam suatu kitab Vastusastra atau Silpasastra yang dikerjakan oleh silpin yaitu seniman yang membuat candi (arsitek zaman dahulu).
8 Salah satu bagian dari kitab Vastusastra adalah Manasara yang berasal dari India Selatan, yang tidak hanya berisi patokan-patokan membuat kuil beserta seluruh komponennya saja, melainkan juga arsitektur profan, bentuk kota, desa, benteng, penempatan kuil-kuil di kompleks kota/desa, dll. Beberapa ketentuan dari kitab selain Manasara namun sangat penting di Indonesia adalah syarat bahwa bangunan suci sebaiknya didirikan di dekat air, baik air sungai (terutama di dekat pertemuan 2 buah sungai, danau, laut, bahkan kalau tidak ada harus dibuat kolam buatan atau meletakkan sebuah jambangan berisi air di dekat pintu masuk bangunan suci tersebut. Selain di dekat air, tempat terbaik mendirikan sebuah candi yaitu di puncak bukit, di lereng gunung, di hutan, di lembah,dsb. Seperti kita ketahui, candi-candi pada umumnya didirikan di dekat sungai, bahkan candi Borobudur terletak di dekat pertemuan sungai Opak dan sungai Progo. Bahan-bahan untuk membuat candi: •
Batu kali (andesit)
•
Batu putih, seperti di C.Ratu Boko, Jateng
•
Batu bata kuno (keras, berbeda dengan bata pada saat ini)
Macam-macam denah candi: •
denah bujur sangkar
•
denah persegi panjang
•
denah lingkaran
9 2.1.2.2 Candi- candi di Indonesia
Deskripsi mengenai candi di Indonesia dikelompokkan ke dalam: candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta, candi di Jawa Timur candi di Bali dan candi di Sumatra. Walaupun pada masa sekarang Jawa Tengah dan Yogyakarta merupakan dua provinsi yang berbeda, namun dalam sejarahnya kedua wilayah tersebut dapat dikatakan berada di bawah kekuasaan Kerajaan Mataram Hindu, yang sangat besar peranannya dalam pembangunan candi di kedua provinsi tersebut. Pengelompokan candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta berdasarkan wilayah administratifnya saat ini sulit dilakukan, namun, berdasarkan ciri-cirinya, candi-candi tersebut dapat dikelompokkan dalam candi-candi di wilayah utara dan candi-candi di wilayah selatan.
Candi-candi yang terletak di wilayah utara, yang umumnya dibangun oleh Wangsa Sanjaya, merupakan candi Hindu dengan bentuk bangunan yang sederhana, batur tanpa hiasan, dan dibangun dalam kelompok namun masing-masing berdiri sendiri serta tidak beraturan beraturan letaknya. Yang termasuk dalam kelompok ini, di antaranya: Candi Dieng dan Candi Gedongsanga. Candi di wilayah selatan, yang umumnya dibangun oleh Wangsa Syailendra, merupakan candi Buddha dengan bentuk bangunan yang indah dan sarat dengan hiasan. Candi di wilayah utara ini umumnya dibangun dalam kelompok dengan pola yang sama, yaitu candi
10 induk yang terletak di tengah dikelilingi oleh barisan candi perwara. Yang termasuk dalam kelompok ini, di antaranya: Candi Prambanan, Candi Mendut, Candi Kalasan, Candi Sewu, dan Candi Borobudur.
Candi-candi di Jawa Timur umumnya usianya lebih muda dibandingkan yang terdapat di Jawa Tengah dan Yogyakarta, karena pembangunannya dilakukan di bawah pemerintahan kerajaan-kerajaan penerus kerajaan Mataram Hindu, seperti Kerajaan Kahuripan, Singasari, Kediri dan Majapahit. Bahan dasar, gaya bangunan, corak dan isi cerita relief candi-candi di Jawa Timur sangat beragam, tergantung pada masa pembangunannya. Misalnya, candi-candi yang dibangun pada masa Kerajaan Singasari umumnya dibuat dari batu andesit dan diwarnai oleh ajaran Tantrayana (Hindu-Buddha), sedangkan yang dibangun pada masa Kerajaan Majapahit umumnya dibuat dari bata merah dan lebih diwarnai oleh ajaran Buddha.
Candi-candi di Bali umumnya merupakan candi Hindu dan sebagian besar masih digunakan untuk pelaksanaan upacara keagamaan hingga saat ini. Di Pulau Sumatra terdapat 2 candi Buddha yang masih dapat ditemui, yaitu Candi Portibi di Provinsi Sumatra Utara dan Candi Muara Takus di Provinsi Riau. Berikut beberapa candi yang akan dibahas pada buku panduan ini adalah:
11 1. Candi Borobudur Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Dalam etnis Tionghoa, candi ini disebut juga 婆羅浮屠 (Hanyu Pinyin: pó luó fú tú) dalam bahasa Mandarin.
Nama Borobudur Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur". Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas". Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.
12 Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat
pemujaan.
Berdasarkan
prasasti
Karangtengah
dan
Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja mataram
dinasti
Syailendra
bernama
Samaratungga,
yang
melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M. Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad. Dalam prasasti Karangtengah pula disebutkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk memelihara Kamūlān yang disebut Bhūmisambhāra. Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata mula yang berarti tempat asal muasal, bangunan suci untuk memuliakan leluhur, kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra. Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa sansekerta yang berarti "Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", adalah nama asli Borobudur.
2. Candi Prambanan Candi Rara Jonggrang atau Lara Jonggrang yang terletak di Prambanan adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia. Candi ini terletak di pulau Jawa, kurang lebih 20 km timur Yogyakarta, 40 km barat
13 Surakarta dan 120 km selatan Semarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Rara Jonggrang terletak di desa Prambanan yang wilayahnya dibagi antara kabupaten Sleman dan Klaten. Candi ini dibangun pada sekitar tahun 850 Masehi oleh salah seorang dari kedua orang ini, yakni: Rakai Pikatan, raja kedua wangsa Mataram I atau Balitung Maha Sambu, semasa wangsa Sanjaya. Tidak lama setelah dibangun, candi ini ditinggalkan dan mulai rusak. Candi Prambanan merupakan candi Hindu terbesar di Indonesia, berketinggian 47 meter, dibangun pada abad 9. Letaknya berada 17 km arah timur Yogyakarta di tepi jalan raya menuju Solo. Candi yang utama yaitu Candi Siwa (tengah), Candi Brahma (selatan), Candi Wisnu (utara). Didepannya terletak Candi Wahana (kendaraan) sebagai kendaraan Trimurti; Candi Angkasa adalah kendaraan Brahma (Dewa Penjaga), Candi Nandi (Kerbau) adalah kendaraan Siwa (Dewa Perusak) dan Candi Garuda adalah kendaraan Wisnu (Dewa Pencipta). Pada dinding pagar langkan candi Siwa dan candi Brahma dipahatkan relief cerita Ramayana , sedangkan pada pagar langkah candi Wisnu dipahatkan relief Krisnayana. masuk candi Siwa dari arah timur belok ke kiri akan anda temukan relief cerita Ramayana tersebut searah jarum jam, relief cerita selanjutnya bersambung di candi Brahma. Candi Prambanan dikenal kembai saat seorang Belanda bernama C.A.Lons mengunjungi Jawa pada tahun 1733 dan melaporkan tentang
14 adanya reruntuhan candi yang ditumbuhi semak belukar. Usaha pertama kali untuk menyelamatkan Candi Prambanan dilakukan oleh Ijzerman pada tahun 1885 dengan membersihkan bilik-bilik candi dari reruntuhan batu. Pada tahun 1902 baru dimulai pekerjaan pembinaan yang dipimpin oleh Van Erp untuk candi Siwa, candi Wisnu dan candi Brahma. Perhatian terhadap candi Prambanan terus berkembang. Pada tahun 1933 berhasil disusun percobaan Candi Brahma dan Wisnu. Setelah mengalami berbagai hambatan, pada tanggal 23 Desember 1953 candi Siwa selesai dipugar. Candi Brahma mulai dipugar tahun 1978 dan diresmikan 1987. Candi Wisnu mulai dipugar tahun 1982 dan selesai tahun 1991. Kegiatan pemugaran berikutnya dilakukan terhadap 3 buah candi perwara yang berada di depan candi Siwa, Wisnu dan Brahma besarta 4 candi kelir dan 4 candi disudut / patok. Kompleks candi Prambanan dibangun oleh Raja-raja Wamca (Dinasty) Sanjaya pada abad ke-9. Candi Prambanan merupakan kompleks percandian dengan candi induk menghadap ke timur, dengan bentuk secara keseluruhan menyerupai gunungan pada wayang kulit setinggi 47 meter. Agama Hindu mengenal Tri Murti yang terdiri dari Dewa Brahma sebagai Sang Pencipta, Dewa Wisnu sebagai Sang Pemelihara, Dewa Shiwa sebagai Sang Perusak. Bilik utama dari candi induk ditempati Dewa Shiwa sebagai Maha Dewa sehingga dapat disimpulkan candi Prambanan merupakan candi Shiwa. Candi Prambanan atau candi Shiwa ini juga sering disebut sebagai candi Loro Jonggrang berkaitan dengan legenda yang menceritakan tentang
15 seorang dara yang jonggrang atau gadis yang jangkung, putri Prabu Boko, yang membangun kerajaannya diatas bukit di sebelah selatan kompleks candi Prambanan. Bagian tepi candi dibatasi dengan pagar langkan, yang dihiasi dengan relief Ramayana yang dapat dinikmati bilamana kita berperadaksina (berjalan mengelilingi candi dengan pusat cansi selalu di sebelah kanan kita) melalui lorong itu. Cerita itu berlanjut pada pagar langkan candi Brahma yang terletak di sebelah kiri (sebelah selatan) candi induk. Sedang pada pagar langkan candi Wishnu yang terletak di sebelah kanan (sebelah utara)
candi
induk,
terpahat
relief
cerita
Kresnadipayana
yang
menggambarkan kisah masa kecil Prabu Kresna sebagai penjelmaan Dewa Wishnu dalam membasmi keangkaramurkaan yang hendak melanda dunia. Bilik candi induk yang menghadap ke arah utara berisi parung Durga, permaisuri Dewa Shiwa, tetapi umumnya masyarakat menyebutnya sebagai patung Roro Jonggrang, yang menurut legenda, patung batu itu sebelumnya adalah tubuh hidup dari putri cantik itu, yang dikutuk oleh ksatria
Bandung
Bondowoso,
untuk
melengkapi
kesanggupannya
menciptakan seribu buah patung dalam waktu satu malam. Candi Brahma dan candi Wishnu masing-masing memiliki satu buah bilik yang ditempati oleh patung dewa-dewa yang bersangkutan. Dihadapan ketiga candi dari Dewa Trimurti itu terdapat tiga buah candi yang berisi wahana (kendaraan) ketiga dewa tersebut. Ketiga candi itu kini sudah dipugar dan hanya candi yang ditengah ( di depan candi Shiwa)
16 yang masih berisi patung seekor lembu yang bernama Nandi, kendaraan Dewa Shiwa. Patung angsa sebagai kendaraan Brahma dan patung garuda sebagai kendaraan Wishnu yang diperkirakan dahulu mengisi bilik-bilik candi yang terletak di hadapan candi kedua dewa itu kini telah dipugar. Keenam candi itu merupakan 2 kelompok yang saling berhadapan, terletak pada sebuah halaman berbentuk bujur sangkar, dengan sisi sepanjang 110 meter. Didalam halaman masih berdiri candi-candi lain, yaitu 2 buah candi pengapit dengan ketinggian 16 meter yang saling berhadapan, yang sebuah berdiri di sebelah utara dan yang lain berdiri di sebelah selatan, 4 buah candi kelir dan 4 buah candi sedut. Halaman dalam yang dianggap masyarakat Hindu sebagai halaman paling sacral ini, terletak di tengah halaman tengah yang mempunyai sisi 222 meter, dan pada mulanya berisi candi-candi perwara sebanyak 224 buah berderet-deret mengelilingi halaman dalam 3 baris.
3. Candi Mendut •
Candi Mendut adalah sebuah candi berlatar belakang agama Buddha. Candi ini terletak di desa Mendut, kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, beberapa kilometer dari candi Borobudur.
17 •
Masa pembuatan Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama veluvana yang artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi Mendut.
•
Arsitektur candi Bahan bangunan candi sebenarnya adalah batu bata yang ditutupi dengan batu alam. Bangunan ini terletak pada sebuah basement yang tinggi, sehingga tampak lebih anggun dan kokoh. Tangga naik dan pintu masuk menghadap ke barat-daya. Di atas basement terdapat lorong yang mengelilingi tubuh candi. Atapnya bertingkat tiga dan dihiasi dengan stupa-stupa kecil. Jumlah stupa-stupa kecil yang terpasang sekarang adalah 48 buah. Tinggi bangunan adalah 26,4 meter.
•
Hiasan pada candi Mendut Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang berselang-seling.
Dihiasi
dengan
ukiran
makhluk-makhluk
kahyangan berupa bidadara dan bidadari, dua ekor kera dan seekor garuda. Pada kedua tepi tangga terdapat relief-relief cerita Pancatantra dan jataka. Dinding candi dihiasi relief Boddhisatwa di antaranya Awalokiteśwara, Maitreya, Wajrapā i dan Manjuśri.
18 Pada dinding tubuh candi terdapat relief kalpataru, dua bidadari, Harītī (seorang yaksi yang bertobat dan lalu mengikuti Buddha) dan Āţawaka. Di dalam induk candi terdapat arca Buddha besar berjumlah tiga: yaitu Dhyani Buddha Wairocana dengan sikap tangan (mudra) dharmacakramudra. Di depan arca Buddha terdapat relief berbentuk roda dan diapit sepasang rusa, lambang Buddha. Di sebelah kiri terdapat arca Awalokiteśwara (Padmapāņi) dan sebelah kanan arca Wajrapāņi. Sekarang di depan arca Buddha diletakkan hio-hio dan keranjang untuk menyumbang. Para pengunjung bisa menyulut sebuah hio dan berdoa di sini.
4. Situs Ratu boko Ratu boko adalah situs purbakala yang merupakan kompleks sejumlah sisa bangunan yang berada kira-kira 3 km di sebelah selatan dari komplek Candi Prambanan, 18 km sebelah timur Kota Yogyakarta atau 50 km barat daya Kota Surakarta. Luas keseluruhan komplek adalah sekitar 25 ha. Situs ini menampilkan atribut sebagai tempat berkegiatan atau situs pemukiman, namun fungsi tepatnya belum diketahui dengan jelas. Ratu Boko diperkirakan sudah dipergunakan orang pada abad ke-8 pada masa Wangsa Sailendra (Rakai Panangkaran) dari Kerajaan Medang (Mataram Hindu). Dilihat dari pola peletakan sisa-sisa bangunan, diduga kuat situs ini
19 merupakan bekas keraton (istana raja). Pendapat ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kompleks ini bukan candi atau bangunan dengan sifat religius, melainkan sebuah istana berbenteng dengan bukti adanya sisa dinding benteng dan parit kering sebagai struktur pertahanan. Sisa-sisa permukiman penduduk juga ditemukan di sekitar lokasi situs ini. Nama "Ratu Boko" berasal dari legenda masyarakat setempat. Ratu Boko (Bahasa Jawa, arti harafiah: "raja bangau") adalah ayah dari Loro Jonggrang, yang juga menjadi menjadi nama candi utama pada komplek Candi Prambanan. Secara administratif, situs ini berada di wilayah Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dan terletak pada ketinggian hampir 200 m di atas permukaan laut. •
Riwayat Situs Ratu Boko pertama kali dilaporkan oleh Van Boeckholzt pada tahun 1790, yang menyatakan terdapat reruntuhan kepurbakalaan di atas bukit Ratu Boko. Bukit ini sendiri merupakan cabang dari sistem Pegunungan Sewu, yang membentang dari selatan Yogyakarta hingga daerah Tulungagung. Seratus tahun kemudian baru dilakukan penelitian yang dipimpin oleh FDK Bosch, yang dilaporkan dalam Keraton van Ratoe Boko. Dari sinilah disimpulkan bahwa reruntuhan itu merupakan sisa-sisa keraton.
20 Prasasti yang dikeluarkan oleh Rakai Panangkaran (746784M) menyebut suatu kawasan wihara di atas bukit yang dinamakan Abhyagiri Wihara ("wihara di bukit yang damai"). Tampaknya, komplek itu kemudian diubah menjadi keraton bagi raja bawahan (vazal) yang bernama Rakai Walaing Pu Kumbayoni. Di dalam kompleks ini terdapat bekas gapura, ruang Paseban, kolam, Pendopo, Pringgitan, keputren, dan dua ceruk gua untuk bermeditasi. •
Keistimewaan Situs Ratu Boko Berbeda dengan peninggalan purbakala lain dari zaman Jawa Kuno yang umumnya berbentuk bangunan keagamaan, situs Ratu Boko merupakan kompleks profan, lengkap dengan gerbang masuk, pendopo, tempat tinggal, kolam pemandian, hingga pagar pelindung. Berbeda pula dengan keraton lain di Jawa yang umumnya didirikan di daerah yang relatif landai, situs Ratu Boko terletak di atas bukit yang lumayan tinggi. Ini membuat kompleks bangunan ini relatif lebih sulit dibangun dari sudut pengadaan tenaga kerja dan bahan bangunan. Terkecuali tentu apabila bahan bangunan utamanya, yaitu batu, diambil dari wilayah bukit ini sendiri. Ini tentunya mensyaratkan terlatihnya para pekerja di dalam mengolah
21 bukit batu menjadi bongkahan yang bisa digunakan sebagai bahan bangunan. Kedudukan di atas bukit ini juga mensyaratkan adanya mata air dan adanya sistem pengaturan air yang bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kolam pemandian merupakan peninggalan dari sistem pengaturan ini; sisanya merupakan tantangan bagi para arkeolog untuk merekonstruksinya. Posisi di atas bukit juga memberikan udara sejuk dan pemandangan alam yang indah bagi para penghuninya, selain tentu saja membuat kompleks ini lebih sulit untuk diserang lawan. Keistimewaan lain dari situs ini adalah adanya tempat di sebelah kiri gapura yang sekarang biasa disebut "tempat kremasi". Mengingat ukuran dan posisinya, tidak pelak lagi ini merupakan tempat untuk memperlihatkan sesuatu atau suatu kegiatan. Pemberian nama "tempat kremasi" menyiratkan harus adanya kegiatan kremasi rutin di tempat ini yang perlu diteliti lebih lanjut. Sangat boleh jadi perlu dipertimbangkan untuk menyelidiki tempat ini sebagai semacam altar atau tempat sesajen.
22 2.1.3 Wisata
Wisata atau pariwisata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bepergian bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dsb); bertamasya; 2 piknik; (ber·wi·sa·ta v melakukan perjalanan wisata); Sedangkan dari situs Wikipedia.org Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi, merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia. Definisi yang lebih lengkap, turisme adalah industri jasa. Mereka menangani jasa mulai dari transportasi; jasa keramahan - tempat tinggal, makanan, minuman; dan jasa bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dll. Dan juga menawarkan tempat istrihat, budaya, pelarian, petualangan, dan pengalaman baru dan berbeda lainnya. Banyak negara, bergantung banyak dari industri pariwisata ini sebagai sumber pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu pengembangan industri pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai oleh Organisasi Non-Pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah wisata untuk meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada orang non-lokal. Indonesia kaya dengan beragam wisata budaya dan keindahan wisata alam, serta berbagai masakan yang mengandung nilai cita rasa tinggi dalam wisata kulinernya. Tak
23 hanya masakan, Indonesia juga memiliki beragam peninggalan sejarah yang tersebar diseluruh Nusantara. Keindahan itu semua yang akhirnya membuat Indonesia dikenal sebagai salah satu negara tempat wisata yang populer. Jadi dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa wisata adalah kegiatan bepergian
bersama
ke
tempat-tempat
yang
menawarkan
hiburan,
kesenian,
kebudayaan, dsb. Untuk bersenang-senang sekaligus menambah pengetahuan untuk mengisi waktu liburan keluarga ataupun sendiri.
2.1.3.1 Wisata Candi
Dari dua pengertian diatas, dapat disimpulkan Wisata Candi adalah, suatu kegiatan bepergian bersama-sama ataupun sendiri ke tempat-tempat peninggalan sejarah, berupa bangunan kuno yang terbuat dari batu peninggalan masa lampau yang berasal dari agama Hindu-Buddha guna mengisi waktu liburan sekaligus menambah pengetahuan tentang peninggalan purbakala.
2.1.4 Wisata dan Anak-anak
Menurut
artikel
yang
saya
dapatkan
dari
blog
(http://ayo-
berlibur.blogspot.com) di Internet tentang wisata dan anak-anak, saat waktu liburan tiba, eski tak berencana pergi ke mana-mana, menikmati liburan bersama keluarga tetap memiliki manfaat bagi perkembangan anak. Banyak orang, setiap habis berlibur bersama keluarga, oleh-oleh yang paling banyak dibawa adalah
24 cerita dan foto-foto kenangan di tempat tujuan liburan. Kegembiraan yang dialami bersama-sama, membuat para anggota keluarga merasa lebih dekat dan semakin kuat satu sama lain, sebagai sebuah keluarga. Pengalaman perjalanan yang dialami bersama, baik suka maupun duka, juga menambah kedekatan setiap anggota keluarga di dalam kehidupan mereka. Mungkin saja anak-anak tidak selalu mampu mengingat setiap liburan yang mereka alami. Namun, secara keseluruhan liburan mampu membentuk diri setiap anggota keluarga, baik secara individu maupun sebagai bagian dari keluarga besar. Liburan juga dapat menetapkan siapa diri kita, di dalam sebuah keluarga. Semakin banyak waktu yang orang tua habiskan bersama anak-anak, semakin dekatlah hubungan emosi orang tua dan anak yang tercipta. Liburan juga mendekatkan keluarga, di mana hal ini sangat jarang bisa terjadi di dalam kehidupan sehari-hari, sebab semua anggota keluarga disibukkan dengan kegiatan dan rutinitasnya masing-masing sehari-hari. Dengan liburan, orang tua menjadi terikat satu sama lain dan saling mengandalkan. Peran keluarga pun menjadi berubah. Dan sebagai bagian dari anggota keluarga, semuanya menjadi lebih dari sekadar berada di posisi sejajar. Sebab, ketika berlibur, setiap orang memiliki tanggung jawab yang berbeda dari yang biasa mereka lakukan di rumah. Orangtua dan anak-anak akan mempelajari peta, menyusun rencana perjalanan, dan mengatasi masalah bersama-sama. Mereka semua terlibat dalam sebuah kerjasama, sebagai tim yang akan memperkuat ikatan batin.
25 Berdasarkan pengalaman, hubungan kakak beradik pun biasanya akan menjadi lebih baik seusai berlibur bersama. Tempat bermain di tempat tujuan berlibur pun pada akhirnya tak hanya diperuntukkan bagi anak-anak saja, tetapi juga cocok bagi para orangtua. Anak-anak maupun orangtua, sangat bahagia karena mereka bisa saling mengandalkan satu sama lainnya.
2.1.4.1 Belajar Mandiri
Saat terbaik bagi sebuah keluarga untuk memulai berpergian bersamasama adalah pada saat anak-anak masih kecil. Orang dewasa yang tidak pernah berpergian pada saat ia masih berusia anak-anak, cenderung memiliki perasaan lebih takut ketika harus melakukan suatu perjalanan. Mereka mungkin khawatir akan melakukan kebodohan, atau merasa tak nyaman menggunakan telepon atau kamar mandi yang berbeda dari yang mereka miliki di rumah. Anak-anak yang biasa berpergian cenderung akan belajar meningkatkan tanggung jawab pada dirinya. Bahkan, di usia 4, 6 dan 8 tahun, mereka dapat memegang tanggung jawab yang lebih nyata. Anak usia 8 tahun, misalnya, akan belajar menjaga adik kecilnya dan memastikan adiknya selalu berpegangan tangan dengannya agar tak terpisah dari rombongan dan orangtuanya. Pada saat akan check out dari hotel, orang tua dapat meminta salah satu anak untuk memeriksa seluruh ruangan dan memastikan tidak ada satu pun barang yang tertinggal di kamar hotel. Dan anak lainnya, dapat berinisiatif membereskan kopor adiknya. Mereka juga akan belajar, "Jika jaket adik
26 ketinggalan, dia akan kedinginan." Dengan latihan secara praktis seperti ini, anak-anak akan belajar langsung bagaimana cara mengorganisir dengan baik.
2.1.4.2 Melalui “Mata” Anak
Ketika akan berlibur, orangtua selayaknya harus menanyakan pendapat anak-anaknya mengenai tempat tujuan, serta apa yang sangat ingin mereka lakukan. Orangtua pun harus serta sungguh-sungguh mendengarkan keinginan mereka. Dengan demikian, mereka juga akan belajar dan menyadari, pendapat mereka diperhatikan, merasa mendapat wewenang, dan ikut terlibat dalam pengambilan keputusan. Sebagai bagian dari keluarga, orang tua dan anak-anak bisa bersama-sama membicarakan rute perjalanan liburan lalu menegosiasikannya. Hasilnya, perjalanan akan memiliki jadwal yang padat tapi bermanfaat, dengan terlebih dulu melihat tujuan liburan melalui "mata" anak-anak. Akan tetapi, membawa anak-anak keluar dari lingkungan kesehariannya, sama halnya dengan kita sebagai orang dewasa telah membuka wawasan baru kepada mereka, mengenai dunia luar. Melalui perjalanan antarpulau atau provinsi, anak-anak akan belajar adanya perbedaan suku dan budaya, serta bahasa yang digunakan orang-orang setempat. Kita dapat membantu anak-anak untuk mengerti sejarah setiap tempat, sesuai usia anak. Pelajaran budaya yang mereka dapat secara langsung ini niscaya
27 tidak akan pernah mereka lupakan. Hal ini dapat pula dikatakan, kita telah membawa kesadaran budaya kembali ke akarnya kepada anak-anak. Selain itu, anak-anak juga akan belajar, dunia bukan hanya lingkungan tempat mereka tinggal saja. Mereka pun belajar, manusia hidup secara berbeda dan memiliki nilai budaya yang berbeda pula. Di beberapa Negara yang sempat dikunjunginya saat liburan, anak-anak akan melihat penduduk aslinya yang ramah dan suka menolong. Di samping itu, dengan berada langsung di daerah yang berbudaya asing, anak-anak akan belajar menghargai musik yang tak lazim mereka dengar, ataupun masakan yang belum pernah mereka cicipi sebelumnya. Hal ini akan membuat mereka lebih terbuka untuk mencoba sesuatu yang baru. Dengan dukungan orangtua, mereka bahkan dapat mengerti manusia secara lebih luas, belajar bertoleransi dan menjadi lebih menghargai apa yang mereka miliki di rumah. Ketika anak-anak mengunjungi suatu daerah atau negara yang menggunakan bahasa aslinya, mereka jadi merasakan bagaimana menjadi orang asing, dan ketika mereka mengunjungi negara yang cantik tetapi miskin, mereka akan mensyukuri berkah yang telah diberikan Tuhan kepada kehidupan mereka. Mungkin, mereka akan lebih menghargai para imigran, dan tidak sembarangan menghakimi orang yang berbicara dengan aksen atau bahasa berbeda. Satu hal lagi, di saat berpergian, sejarah kehidupan ini akan terasa menjadi lebih hidup, dan pada saat yang bersamaan, anak-anak pun akan
28 langsung belajar ilmu pengetahuan, ilmu bumi, ilmu budaya, dan pemerintahan atau kenegaraan sekaligus.
2.1.5 Data Hasil Survey 2.1.5.1 Kuesioner
Kuesioner
adalah
suatu
teknik
pengumpulan
informasi
yang
memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada. (sumber : www.ilkom.unsri.ac.id/dosen/hartini/materi/VI_Kuesioner.pdf) Jadi kuisioner adalah alat riset yang berisi serangkaian pertanyaan tertulis untuk mendapatkan informasi atau tanggapan dari sekelompok tertentu, yang biasanya disebarkan kepada 100 orang koresponden secara acak, sesuai dengan target audience yang ingin kita tuju. Untuk buku panduan ini target audience primer berkisar dari usia 6-12 tahun, yaitu kelas 1-6 SD. Kuisioner kali ini dibagikan kepada 120 anak secara acak di Sekolah SD Pelita Hati dari kelas 1-6. Berikut data hasil kuisioner dari SD Pelita Hati;
29
Pertanyaan
Apakah kamu suka membaca buku? Kamu suka buku seperti apa?
Pilihan pertanyaan
Kelas 1
2
3
Hasil 4
5
6
Suka
16
15
18
20
17
13
82.5 %
Tidak suka
4
5
2
-
3
7
17.5%
Tulisan semua
-
-
-
1
2
2
4.17%
Banyak tulisan sedikit gambar Banyak gambar sedikit tulisan Ya
-
-
1
1
2
3
5.83%
20
20
19
18
16
15
90%
19
17
19
18
14
17
86.67%
1
3
1
2
6
3
13.33%
4
5
5
6
5
9
28.33%
13
14
15
12
14
9
64.17%
2
1
-
2
1
2
6.67%
1
-
-
-
-
0.83%
7
9
14
11
9
12
51.67%
13
11
6
9
11
8
48.33%
16
12
15
11
8
13
62.5%
4
8
5
9
12
7
37.5%
5 7
7 10
11 7
15 3
18 2
20 -
63.3% 25%
8
3
2
2
-
-
12.5%
5 5 1 -
7 7 -
11 9 1 -
15 15 3 1
18 18 2 1 1
20 20 7 1
63.33% 61.67% 11.67 0.83% 2.5%
Apa kamu suka Tidak berpetualang Kalau liburan Mall lebih suka Taman hiburan kemana? Museum Tempat kebudayaan Kalau liburan Luar kota lebih suka keluar kota Dalam kota atau dalam kota? Kamu suka Cerah warna yang Gelap seperti apa? Kamu tahu Tahu tentang Tidak tahu tapi candi? tertarik Tidak tahu dan tidak tertarik Jika tahu, Borobudur Kamu tahu Prambanan candi.....? Mendut Plaosan Pawon
30 Kesimpulan 1. Sebanyak 82.5% responden menggemari kegiatan membaca. Sementara sisanya, 17.5 % tidak menyukai kegiatan membaca. Berdasarkan hasil yang diperoleh, hal ini membuktikan bahwa minat baca dari target audience sangatlah tinggi. 2. Jenis buku yang disukai oleh responden adalah buku yang banyak gambar dan sedikit tulisan sebanyak 90%, untuk buku yang banyak tulisan sedikit gambar sebanyak 5.83%, sedangkan 4.17%nya memilih buku dengan tulisan semua. Hal ini membuktikan bahwa target audience lebih menyukai penyampaian melalui visual dibandingkan verbal. 3. Sebanyak 86.67% responden memilih senang bertualang. Sedangkan 13.33% resonden tidak menyukai berpetualang. Hal ini membuktikan bahwa kebanyakan anak-anak senang untuk berpetualang. 4. Tempat liburan yang paling banyak digemari oleh anak-anak adalah taman hiburan dengan 64.17%, yang kedua adalah ke mall dengan 28.33%, yang ketiga adalah museum dengan 6.67% dan terakhir ke tempat kebudayaan sebanyak 0.83%. Hal ini membuktikan bahwa anak lebih menyukai pergi ketempat hiburan bermain yang ramai dibanding pergi ke tempat seperti museum dan tempat kebudayaan, ini membuktikan pengetahuan mereka masih sangat minim akan daya tarik dari tempat tersebut, sehingga diperlukan suatu dorongan agar anak lebih tertarik untuk mengunjungi tempat-tempat tersebut. 5. Sebanyak 51.67% responden lebih menyukai pergi keluar kota dibanding dalam kota dengan hasil 48.33%. Hal ini membuktikan ketertarikan mereka untuk tahu
31 mengenai dunia diluar kehidupan mereka sehari-hari dan memperoleh pengetahuan lebih dari perjalanan tersebut. 6. Dari pertanyaan mengenai warna, anak-anak lebih memilih warna cerah dengan presentase sebanyak 62.5%, dibanding dengan warna gelap dengan presentase sebanyak 37.5%. Hal ini membuktikan anak-anak lebih menyukai visual dengan warna-warna cerah. 7. Sebanyak 63.3% responden mengetahui tentang candi, dan sebanyak 25% tidak tahu tetapi tertarik, dan sisanya 12.5% tidak tahu dan tidak tertarik sama sekali, dari hasil diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa responden sudah lumayan banyak yang mengetahui tentang candi namun setelah ditanya lebih lanjut pengetahuan mereka masih sangat minim akan candi tersebut dan tampaknya mereka memiliki ketertarikan setelah diceritakan tentang candi-candi lebih lanjut. 8. Dari responden yang mengatahui tentang candi, sebagian besar dari mereka mengetahui tentang candi Borobudur dan candi Prambanan, namun pengetahuan yang mereka ketahui masih minim. Selain itu kebanyakan dari mereka hanya mengenal candi-candi yang memang namanya sudah terkenal. Padahal masih banyak candi-candi lainnya yang juga menarik dan seindah Borobudur dan Prambanan.
32 2.2 Struktur Buku
Karena buku ini merupakan buku panduan wisata untuk anak-anak maka buku dibuat agar mudah dibawa kemana-mana dan terkesan ringan. Namun tetap berisi informasi lengkap sehingga buku ini akan tetap dibawa saat anak-anak melakukan perjalanan untuk memenuhi misi yang ada didalam buku ini sekaligus sebagai panduan perjalanannya. Judul buku ini adalah Seri Wisata Candi: ”Mari Bertualang ke Candi-candi di ....”, dari judul buku ini sudah jelas untuk mengajak anak agar mau berpetualang ke candi-candi di Indonesia. Di dalam buku ini pun akan diberikan sejarah dan berbagai informasi mengenai tentang candi-candi yang dituju disertai misi-misi yang harus diselesaikan si anak agar ia tidak bosan saat melakukan perjalanan tersebut. Buku ini akan dihias dengan berbagai illustrasi menarik agar anak tertarik karena sebagian besar anak-anak lebih menyukai buku yang lebih banyak gambar daripada buku yang berisi teks. Di dalam buku ini juga akan diberikan buku saku kecil untuk orang tua agar mudah memandu anakanaknya dalam petualangan candinya.
Berikut kriteria buku tersebut: •
Buku ukuran 20 x 25.5 cm
•
Daftar isi: ‐
Cover depan
‐
Pengantar tentang candi…….1-2
‐
Petunjuk berwisata…………..3
33 ‐
Perlengkapan berwisata……...4
‐
Candi Mendut dan Pawon…...5-6
‐
Candi Borobudur……………7-8
‐
Candi prambanan……………9-10
‐
Situs Ratu Boko..……………11-12
‐
Daftar candi menarik lainnya..13-14
‐
Penutup beserta lampiran2…...15-16
‐
Cover belakang
¾ Lampiran berupa peta besar jogja, buku saku orang tua Daftar isi buku saku orang tua ‐
Pengantar
‐
Tips-tips perjalanan
‐
Daftar hotel • Daftar hotel murah • Hotel berbintang
‐
Transportasi • Travel agent • Kereta api • Pesawat
- penutup - Cover belakang
34 Berikut alasan pemilihan candi-candi yang akan dibahas pada buku ini: Alasan pemilihan candi diatas telah disesuaikan dengan rute perjalanan yang telah ditentukan, alasan lainnya adalah:
1. Mendut Candi mendut dipilih karena searah dengan candi Borobudur, dan merupakan candi yang namanya juga dikenal selain Borobudur dan prambanan, selain itu candi ini memiliki relief yang memiliki cerita yang berisikan pesan moral yang dapat diteladani untuk sang anak. 2. Borobudur Candi Borobudur dipilih karena namanya yang sudah sangat terkenal, yang merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia yang pastinya disana akan menambah banyak pengetahuan anak-anak tentang kemegahan peninggalan negaranya. 3. Prambanan Merupakan candi kedua yang paling terkenal setelah candi Borobudur, yang merupakan candi Hindu terbesar didunia. 4. Ratu Boko Situs ini merupakan situs istimewa karena merupakan bangunan kuno yang diduga bekas keraton yang masih ada hubungannya dengan Candi Prambanan. Dengan informasi dan keterangan yang diberikan selain memberikan pengetahuan lebih untuk anak-anak juga untuk memudahkan anak memenuhi misi-misinya. Didukung pula dengan buku panduan untuk orang tua agar memudahkan perjalanan dan petualangan
35 si kecil. Dengan gaya penyampaian kata-kata yang mudah dimengerti untuk anak, didukung dengan visual yang menarik, menghilangkan kesan kaku dan formal sehingga membuat anak-anak tidak bosan.
2.3 Data Penerbit
Untuk bagian penerbit dipilih Gramedia Pustaka Utama, karena penerbit ini juga sudah banyak menerbitkan buku-buku wisata sejenis, selain itu penerbit juga banyak menerbitkan buku-buku untuk anak-anak. Gramedia Pustaka Utama adalah anak perusahaan dari Kelompok Kompas Gramedia yang bergerak di bidang penerbitan buku yang mulai menerbitkan buku sejak tahun 1974. Jadi bisa dipastikan penerbit ini sudah memiliki nama yang cukup besar. Buku fiksi pertama yang diterbitkan penerbit ini adalah novel Karmila, karya Marga T, yang disusul dengan buku seri anak-anak seperti Cerita dari Lima Benua, Album Cerita Ternama, dll. Terbitan buku non-fiksi pertama Gramedia adalah Hanya Satu Bumi karya Barbara Ward dan René Dubois dengan bekerjasama dengan Yayasan Obor. Gramedia Pustaka Utama selalu menerbitkan buku-buku bermutu baik terjemahan maupun karya asli dalam negeri, diantaranya untuk jenis fiksi adalah Harry Potter karya JK. Rowling, novel2 karya Sidney Sheldon, Agatha Christie, Marry Higgins Clark, Sandara Brown, novel2 Mira W, Maria A. Sardjono, Hilman, dan masih banyak lagi. Untuk nonfiksi ada karya2 Robert Kiyosaki, Stephen Covey, Vincent Gasperz, Tung Desem Waringin, Rhenald Kasali, Adi Gunawan, dan lain-lain. Sehingga pasti penerbit ini menjaga kualitas dengan baik.
36
2.3.1 Visi dan Misi Visi: Meningkatkan kepuasan pelanggan untuk buku-buku yang lebih berkualitas. Misi: Dengan misi “Ikut mencerdaskan dan memajukan kehidupan bangsa serta masyarakat Indonesia” , Gramedia Pustaka Utama berusaha keras untuk menjadi agen pembaruan bagi bangsa ini dengan memilih dan memproduksi buku-buku yang berkualitas, yang memperluas wawasan, memberikan pencerahan, dan merangsang kreativitas berpikir.
Tujuan Utama: Memberikan informasi yang lengkap dan akurat serta wawasan dari buku-buku yang telah diterbitkan.
Target Market: Kelas menengah ke atas, segala usia yang membutuhkan buku berkualitas dan berinformasi lengkap.
37 2.4. Daftar buku pembanding
Sampai saat ini belum ada kompetitor buku panduan sejenis, karena buku panduan wisata pada umumnya ditujukan untuk yang berusia diatas 15 tahun, jadi buku ini akan dibandingkan dengan buku interaktif anak, berikut buku-buku pembanding tersebut: ‐
Seri Pop-up Petualangan
Buku ini berkonsep petualangan tentang binatang dengan metode pop-up, buku ini menarik karena didukung dengan illustrasi binatang yang lucu dan menggemaskan namun tetap terlihat seperti binatang aslinya, pop-upnya pun diletakkan ditempattempat yang tepat yang membuat jalan cerita dari buku tersebut semakin menarik dan tidak bosan untuk dibaca berulang-ulang.
38 ‐
Return to Fairyopolis
Buku ini berceritakan tentang dunia peri-peri, yang menyatakan bahwa mereka sesungguhnya benar-benar ada, yang membuat buku ini menarik selain buku ini berkonsep petualangan, buku ini menggunakan metode seperti buku diary dari penulisnya, sehingga pembaca melihatnya seolah-olah nyata, karena didukung dengan permainan flip flap book dan pop up di akhir halamannya yang dapat bersuara dan dapat digunakan untuk bermain.
2.5 Target Audience
2.5.1 Demografi Primer •
Anak-anak
•
Jenis kelamin laki-laki dan perempuan
•
Usia 6-8 tahun
•
Jenjang pendidikan SD kelas 1-3
•
Status Ekonomi Sosial B-A+
39 2.5.2 Demografi Sekunder •
Anak-anak
•
Jenis kelamin laki-laki dan perempuan
•
Usia 8-12 tahun
•
Jenjang pendidikan SD kelas 3-6
•
Status Ekonomi Sosial B-A+
2.5.3 Demografi Tertier •
Orang Tua, orang dewasa terkait
•
Jenis kelamin pria dan wanita
•
Usia 25-45 tahun
•
Jenjang pendidikan SMP, SMA, Universitas (S1, S2, S3)
•
Status Ekonomi Sosial B-A+
2.5.4 Geografi Berdomisili di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dll
2.5.5 Psikografi Aktif, Dinamis, Senang bertualang, Serba ingin tahu, senang membaca, suka tantangan dan mau terbuka untuk hal-hal baru terutama tentang peninggalan purbakala, senang berwisata.
40 2.6 TOWS Buku Panduan Wisata Candi
2.6.1 Threat a) Karena teknologi yang berkembang, anak-anak jaman sekarang sudah dapat mengoperasikan internet dengan baik, hal ini menyebabkan mereka lebih menyukai mencari data melalui internet daripada membeli buku. b) Karena gempa ditahun 2006 yang menimpa kota Yogyakarta dan sekitarnya, banyak candi-candi yang rusak dan harus direnovasi, sehingga buku yang dibuat tidak sesuai dengan struktur candi yang ada sekarang karena pada buku yang dibuat menggunakan struktur candi asli sebelum terjadinya gempa.
2.6.2 Opportunity a) Tidak adanya kompetitor sejenis karena biasanya buku panduan wisata diperuntukkan untuk yang berusia diatas 15 tahun. b) Sedikitnya jumlah buku yang membahas tentang candi di pasaran. c) Masyarakat sekarang sudah lebih mau terbuka untuk lebih tau tentang kebudayaan bangsanya sendiri. d) Orang tua peduli dan membutuhkan buku yang bermutu untuk bacaan anaknya.
2.6.3 Weakness a) Karena diterangkan dengan bahasa yang sederhana dan singkat agar mudah dipahami oleh target audiencenya, data yang disampaikan tidak selengkap ensiklopedia pada umumnya.
41 b) Tingginya biaya produksi menyebabkan tingginya harga buku dan jumlah yang relatif lebih sedikit dipasaran.
2.6.4 Strength a) Memberikan informasi sekaligus panduan lengkap untuk melakukan perjalanan. b) Didukung illustrasi dan pewarnaan yang menarik sesuai dengan tema bertualang. c) Menggunakan bahasa yang sederhana sehingga anak cepat mengerti informasi yang disampaikan. d) Didukung dengan permainan seperti pop-up sederhana dan flip flap book. e) Memberikan buku saku panduan untuk orang tua agar lebih mudah memandu anakanaknya dalam petualangan candinya.