BAB II DATA AWAL PROYEK 2.1 Lokasi 2.1.1 Lokasi Stasiun Lokasi
: Kecamatan Manggarai, Jakarta Selatan
Luas Lahan
: ± 37.700 m²
Luas Bangunan
: ± 27.179,5 m²
Gambar 1 Peta Kawasan Manggarai Sumber : www.cybermap.co.id
2.1.2 Iklim Jakarta beriklim tropis, dengan suhu tahunan rata-rata 27° C dengan kelembaban 80 - 90%. Karena terletak di dekat garis khatulistiwa, arah angin dipengaruhi oleh angin musim. Angin musim barat bertiup antara November dan April, sedang angin musim timur antara Mei dan Oktober. Suhu sehari-hari kota Jakarta dipengaruhi angin laut yang nyaman di sepanjang pantai. Curah hujan ratarata 2.000 mm, curah hujan paling besar sekitar bulan Januari dan paling kecil pada bulan September. (sumber: www.jakarta.go.id)
2.1.3 Kondisi Geologis Seluruh dataran terdiri dari endapan Pleistosein terdapat ± 50 M di bawah permukaan tanah. Bagian selatan terdiri atas lapisan alluvial, sedang dataran rendah 7
pantai merentang ke bagian pedalaman sekitar 10 Km. Di bawahnya terdapat lapisan endapan yang lebih tua yang tidak tampak pada permukaan tanah karena tertimbun seluruhnya oleh endapan alluvium. Di wilayah bagian Utara baru terdapat pada kedalaman 10-25 M, makin ke Selatan permukaan keras semakin dangkal 8- 15 M. Pada bagian kota tertentu terdapat juga lapisan permukaan tanah yang keras dengan kedalaman 40 M. (sumber: www.jakarta.go.id)
2.1.4 Letak Geografis Luas : 650 KM2/ 65.000 H.a Letak : 106°22`42" BT sampai 106°58`18" BT -5°19`12" LS sampai -6°23`54" LS (sumber: www.jakarta.go.id)
2.1.5 Letak Topografi Ketinggian Tanah : 0 - 10 M di atas permukaan laut ( dari titik 0 Tg.Priok) 5 - 50 M di atas permukaan laut ( dari Banjir Kanal sampai batas Selatan DKI Jakarta). Pada kawasan Manggarai, topografi cenderung rata namun makin mendekati sungai makin miring. (sumber: www.jakarta.go.id)
2.1.6 Aspek Sosial Ekonomi Kecamatan Setiabudi, Kecamatan Tebet dan sebagian Kecamatan Mampang Prapatan merupakan bagian wilayah Jakarta Selatan yang berkembang sangat pesat sebagai pusat kegiatan perekonomian seperti perdagangan jasa dan perkantoran. Khusus di kecamatan Jagakarsa terdapat Situ Babakan dan Situ Mangga Bolong (+ 31 Ha) yang dikembangkan sebagai suatu Kawasan Obyek Wisata Agro, Wisata Budaya (perkampungan Budaya Betawi Asli). Sementara itu, di wilayah Kodya Jakarta Selatan juga terdapat fasilitas pendukung sektor pariwisata maupun perdagangan seperti Hotel berbintang lima sedikitnya ada 20 buah, hotel melati 8 buah, Biro perjalanan wisata 274 tempat, balai pertemuan 30 buah, dan tempat hiburan 385 tempat. (sumber: www.jakarta.go.id)
8
2.1.7 Rencana Kawasan Manggarai Berdasarkan RTRW Jakarta 2010 dalam visinya disebutkan bagian Utara Jakarta Selatan peruntukannya digunakan untuk kawasan pusat niaga terpadu. Dalam misinya disebutkan pada Jakarta Selatan, pengembangan kawasan strategis skala nasional dan internasional pada kawasan ekonomi prospektif di kawasan segitiga Kuningan, Casablanca, Manggarai, dan Blok M. Nantinya Manggarai akan menjadi sentra bisnis baru dengan berbagai fasilitas yang mendukung kegiatan perekonomian seperti apartemen, kantor, hotel, dan lain-lain. Untuk mendukung pengembangan sentra bisnis baru ini, maka sarana transportasi di Manggarai akan ditambah dan stasiun kereta apinya akan diubah menjadi stasiun terpadu. Untuk stasiun kereta apinya akan memfasilitasi penumpang komuter, jarak jauh, dan bandara. Stasiun ini akan didukung dengan terminal bus, halte busway, dan waterway. Berikut adalah gambar rencana pengembangan kawasan Manggarai yang distudi oleh PSUD.
Gambar 2 Pemintakatan Kawasan Manggarai Sumber : PSUD
9
2.1.8 Rencana Rel Kereta Api Untuk dijadikan stasiun yang mampu menampung penumpang dari komuter, jarak jauh, dan bandara; maka dibutuhkan penambahan rel kereta api. Enam jalur rel kereta yang ada sekarang akan ditambah menjadi 11 jalur. 10 jalur akan digunakan untuk kereta komuter dan untuk langsiran, dan satu jalur digunakan untuk kereta bandara. Untuk jalur kereta jarak jauh menurut rencana PT. KAI, akan diletakkan melayang di atas tanah atau double-double track (DDT). DDT ini rencananya berawal dari stasiun Cikarang sampai stasiun Manggarai dan dilanjutkan sampai Gambir. Jalur kereta api jarak jauh pada stasiun Manggarai berjumlah delapan jalur untuk berhenti dan untuk langsiran. Berikut gambar potongan rel yang direncanakan oleh perusahan JICA.
Gambar 3 : Potongan Rencana Rel Sumber :JICA
2.2 Peraturan dan Standar yang Digunakan 2.2.1 Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Menurut P.T. KAI •
Tinggi lantai terendah, minimum 0,5 m di atas batas permukaan banjir tertinggi yang pernah tercatat dan minimum 0,3 m di atas permukaan jalan akses dan plasa stasiun.
•
Tinggi langit-langit dari permukaan lantai minimal 2,5 m.
•
Tinggi untuk saluran AC minimal 0,5 m.
•
Tinggi balok dan slab minimal 0,7 m.
•
Jarak bebas di bawah pada bagian arus listrik searah untuk stasiun over track adalah 6,1 m.
10
Gambar 4 : Jarak Bebas Rel Kereta Api Sumber : PT.KAI
Batas I batas lintas kereta api listrik Batas II untuk ’viaduk’ baru dan bangunan lama kecuali terowongan dan jembatan Batas III untuk ’viaduk’ dan terowongan dengan kecepatan kereta sampai 60 km/jam dan untuk jembatan tanpa pembatasan kecepatan Batas IV untuk jembatan dengan kecepatan kereta sampai dengan 60 km/jam
Gambar 5 : Dimensi Platform Sumber : PT. KAI
11
Gambar 6 : Dimensi Pada Kereta Api Bertenaga Listrik Sumber : PT. KAI
2.2.2 Standar Perhitungan Luas Ruangan Stasiun (JICA) Tabel 4. Perhitungan Luas Ruangan
Hall utama
S = luas area hall
S=AxB
A = satuan luas area tunggu penumpang = 0,7m²/orang B = jumlah penumpang yang menunggu = c x q c = jumlah penumpang jam sibuk Q = % penumpang menunggu pada jam sibuk = 2,5 %
Concourse
S3= luas concourse
S3=A x B
A= Luas per penumpang=0,7m²/orang B= Jumlah penumpang yang menunggu di concourse
Jumlah loket tiket
n = jumlah loket
n = t/b
t = jumlah penumpang pembeli b = kapasitas pemesanan (225 orang/jam)
12
Gerbang
N = jumlah gerbang
N = (n1/P1 +
n1 = penumpang masuk pada jam sibuk P1 = jumlah
n2/P2) + A
penumpang
yang
masuk
satu
gerbang
per
jam(menggunakan mesin 1 kartu/orang=3 detik~1200 orang/jam) n2 = penumpang keluar pada jam sibuk P2 = jumlah penumpang yang keluar satu gerbang per jam (menggunakan mesin=1200 orang/jam) A = tambahan gerbang = 2
Ruang antri tiket
S1 = area hall mesin tiket
S1 = L1 x L2
L1 = lebar loket x jumlah loket L2 = panjang antrian 2,5m/10 orang
Ruang
antrian
pada gerbang S2 = L3 x L4
S2 = area antrian pada gerbang L3 = lebar total dari gerbang = (lebar 1 gerbang x jumlah gerbang) + toleransi L4 = panjang antrian 3m/10orang
Kantor
kepala
stasiun
S = luas kantor N = jumlah pengunjung kantor = 10 orang/10m²
S = N + 14 Kantor stasiun
S = luas kantor stasiun
S = S1 + S2 + S3
S1 = luas meja kepala = 7m² S2 = luas meja staf S3 = ruang untuk staf tanpa meja
Ruang rapat
S = standar luas ruang rapat
S=axN
a = standar pengunjung = 1,5m²/orang N = jumlah orang yang ikut rapat
13
Platform
Luas platform sejajar:
penumpang
Panjang = 200 m, lebar = 7m
(mengikuti
Panjang total platform = P pl
standar P.T. KAI)
P pl = (10 x gerbong kereta) = (10 x 20) =200m
2.3 Pemahaman Tipologi Bangunan 2.3.1 Sejarah dan Perkembangan Stasiun Sejarah stasiun kereta dimulai di Inggris pada tahun 1830 dengan dibukanya stasiun kereta api pertama di Liverpool dan Manchester. Pada saat itu jalur kereta api itu digunakan untuk membawa bahan-bahan untuk dibawa ke pabrik dan barangbarang hasil industri. Antara tahun 1828-1835 di Amerika dibangun jalur kereta komersial pertama yang menghubungkan kota Baltimore dengan Ellicot City, Maryland. Pada awal-awal perkembangannya, jalur kereta api di Amerika, digunakan untuk mengangkut para imigran dari Eropa menuju wilayah-wilayah kosong di berbagai pelosok Amerika. Awalnya di Inggris, stasiun-stasiun utama kota, dibangun di pinggiran kota. Jalan masuknya dibuat sejauh mungkin dengan tengah kota yang penuh dengan polusi dari industri yang mempengaruhi kesehatan masyarakat. Bentuk stasiun pun berkembang menjadi bangunan dengan bentang lebar dan menggunakan struktur baja. Dibuat bukaan pada atapnya untuk memasukkan cahaya dan sirkulasi udara sehingga gas-gas dari polusi industri bisa keluar. Dengan bertambahnya jalur kereta api, layanan penumpang pun bekembang. Stasiun tidak hanya terdiri dari platform tetapi juga ruang-ruang lain seperti ruang tunggu, tempat barang, tempat pengiriman surat, tempat makan, dan tempat penjualan tiket. Pada awal tahun 1900-an, pengguna kereta api jumlahnya bisa dibandingkan dengan jumlah pengguna bandara di kota-kota besar saat ini. Hal ini mendorong perkembangan stasiun menjadi area publik yang sangat besar, contohnya Grand Central Terminal dan Union Station di Kansas City, Missouri (1910).
14
Gambar 7 : Union Station Concourse, 1943
Untuk di Indonesia, kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA di desa Kemijen Jumat tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh "Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij" (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada Hari Sabtu, 10 Agustus 1867. Fungsi pembuatan rel dan kereta api pada zaman penjajahan Belanda: •
Untuk mengirim komoditi ekspor (rempah-rempah, batu bara, dll) dari berbagai daerah ke pelabuhan-pelabuhan.
•
Untuk menyebarkan barang impor dari pelabuhan ke masing-masing daerah.
•
Sebagai alat transportasi manusia ke berbagai daerah tapi fungsi ini hanya banyak dipakai pada saat pembukaan setelah itu mengalami penurunan karena terlalu mahalnya harga tiket untuk naik kereta dan dan terlalu sedikitnya pendapatan pribumi.
•
Sebagai alat transportasi ke kota administrasi (Bogor, Bandung)
Sehingga fungsi stasiun pada masa penjajahan Belanda bermacam-macam: •
Sebagai stasiun pelabuhan (stasiun Tanjung Priok)
Gambar 8 : Stasiun Tanjung Priok 1916 Sumber : Buku Sejarah Perkeretaapian Indonesia
15
•
Sebagai stasiun bongkar muat barang (stasiun Jatinegara, stasiun Ciroyom)
Gambar 9 : Stasiun Ciroyom 1920 Sumber : Buku Sejarah Perkeretaapian Indonesia
•
Sebagai perbaikan dan perawatan (Balai Yasa Manggarai)
Gambar 10 : Balai Yasa Manggarai Sumber : Buku Sejarah Perkeretaapian Indonesia
•
Sebagai stasiun penumpang (stasiun Bandung, stasiun Cirebon, stasiun Pasarsenen, stasiun Bogor)
Gambar 11 : Stasiun Bandung 1915 Sumber : Buku Sejarah Perkeretaapian Indonesia
Gambar 12 : Stasiun Bogor 1890 Sumber : Buku Sejarah Perkeretaapian Indonesia
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, karyawan KA yang tergabung dalam "Angkatan Moeda Kereta Api" (AMKA)
16
mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari pihak Jepang. Peristiwa bersejarah yang terjadi pada tanggal 28 September 1945, yaitu pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945 kekuasaan perkeretaapian berada ditangan bangsa Indonesia. Tanggal inilah ditetapkan sebagai Hari Kereta Api di Indonesia, serta dibentuknya "Djawatan Kereta Api Republik Indonesia" (DKARI).
2.3.2 Tipologi Stasiun Stasiun kereta api umumnya terdiri atas tempat penjualan tiket, peron atau ruang tunggu, Ruang kepala stasiun, Ruang PPPKA (Petugas Pengatur perjalanan Kereta Api) beserta peralatannya (seperti sinyal, wesel (alat pemindah jalur), telepon dan lain lain). Stasiun besar biasanya diberi perlengkapan yang lebih besar dari stasiun kecil seperti fasilitas untuk kenyamanan penumpang dan calon penumpang kereta api (ruang tunggu, rumah makan atau kedai, toilet, mushalla, parkir), sarana keamanan (polisi khusus kereta api), sarana komunikasi, depo lokomotif, dan sarana pengisian bahan bakar. Pada umumnya stasiun kereta kecil memiliki tiga jalur rel kereta api yang nantinya menyatu pada ujung-ujungnya diatur dengan alat pemindah jalur yang dikendalikan dari ruang PPPKA. Selain untuk berhentinya kereta api, juga berguna bila terjadi persimpangan antar kereta api, sementara jalur lainnya digunakan untuk keperluan cadangan dan langsir. Pada stasiun besar, umumnya memiliki lebih dari 4 atau 5 jalur yang juga berguna untuk keperluan langsir. Secara sistematis stasiun dapat dibagi-bagi berdasarkan fungsi, jangkauan, posisi rel terhadap permukaan tanah, perletakan bangunan terhadap platform, tujuan, besar, tempat dan bentuknya (Honing, 1981) antara lain: 1.
Berdasarkan fungsi dan letaknya: •
Stasiun Terminal, adalah tempat kereta api memulai dan mengakhiri perjalanan.
•
Stasiun Peralihan, adalah tempat penumpang melanjutkan perjalanan dengan kereta api atau kendaraan lainnya.
•
Stasiun Antara, adalah stasiun yang berada di antara stasiun terminal.
17
•
Stasiun Persilangan, adalah tempat pemberhentian kereta api sementara untuk kereta api lain lewat.
Gambar 13 : Stasiun Berdasarkan Fungsi dan Letaknya Sumber : PT.KAI
2.
Berdasarkan jangkauan: •
Commuter Train, untuk jarak dekat (dalam kota).
•
Medium Distance, untuk jarak sedang (antar distrik/wilayah).
•
Long Distance, untuk jarak jauh (antar kota).
3.
Berdasarkan posisi rel terhadap permukaan tanah: •
Elevated Station, stasiun dengan jalur kereta api melayang.
•
At- grade Station, stasiun dengan jalur kereta api sejajar tanah.
•
Underground Station, stasiun dengan jalur kereta api di bawah tanah.
Gambar 14 : Stasiun Berdasarkan Posisi Rel Terhadap Permukaan Tanah Sumber : PT. KAI
18
4.
Berdasarkan perletakan bangunan stasiun terhadap platform: •
Ground Level, di permukaan tanah bersama dengan platform.
•
Over-Track, di atas platform/jalur kereta api (stasiun KA layang).
•
Under-Track, di bawah platform/jalur kereta api.
Gambar 15 : Stasiun Berdasarkan Perletakan Bangunan Terhadap Platform Sumber : PT. KAI
5.
Berdasarkan tujuan: •
Stasiun penumpang, untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, memuat dan membongkar barang bawaan penumpang.
•
Stasiun barang, untuk memuat dan membongkar barang muatan yang dapat dibagi dalam muatan gerobak.
•
Stasiun langsiran, untuk menyusun dan mengumpulkan gerobak-gerobak barang yang berasal dari/diperuntukkan untuk berbagai stasiun.
6.
Berdasarkan besarnya: •
Stasiun kecil, juga disebut perhentian, yang biasanya oleh kereta api cepat dilewati saja. Menampung ± 30.000 orang/hari.
•
Stasiun sedang, terdapat di tempat yang sedikit penting dan disinggahi oleh kereta api cepat dan sesekali oleh kereta api kilat. Menampung ± 80.000 orang/hari.
•
Stasiun besar, terdapat dalam kota besar dan disinggahi oleh semua kereta api. Menampung ± 200.000 orang/hari.
7.
Berdasarkan bentuknya: •
Stasiun kepala, berakhir pada stasiun
•
Stasiun sejajar/terusan
•
Stasiun pulau
19
Stasiun Manggarai yang baru merupakan stasiun peralihan penumpang yang besar dengan bentuk stasiunnya sejajar dengan rel dan memiliki akses masuk di dua sisi. Stasiun ini menjangkau semua jarak baik dekat maupun jauh. Letak rel stasiun Manggarai berada di ground level untuk jangkauan jarak dekat, dan berada di overtrack untuk jangkauan jarak jauh.
2.4 Tinjauan Teori yang Berhubungan Semua jenis transportasi (termasuk kereta) mempunyai dua komponen utama, yaitu benda dan jalur tempat benda tersebut bergerak (Edward K. Morlok, 1995). Benda tersebut menyangkut benda transportasi berupa kereta dan benda yang dapat dipindahkan, baik manusia maupun barang. Sedangkan jalur merupakan lintasan jalan kereta. Aktivitas yang dilakukan oleh manusia, barang, dan benda transportasi itu sendiri (kereta) perlu diakomodasi, misalnya terdapat kebutuhan-kebutuhan, seperti •
Cara pencapaian dan cara berpindah dari moda tranportasi lain ke kereta,
•
Fungsi administratif seperti pengelolaan kereta, pengaturan lalu lintas kereta, dan pengelolaan penumpang,
•
Fungsi komersial, diperlukan karena terjadi konsentrasi manusia dan barang pada tempat perpindahan tersebut sehingga berpotensi untuk menjadi tempat berniaga,
•
Fasilitas untuk menunggu, baik tempat duduk maupun kios-kios makanan dan minuman.
Suatu fungsi yang penting dari sistem transportasi ialah menerima benda yang akan dipindahkan ke dalam sistem dan mengeluarkannya dari sistem pada akhir perjalanan. Juga perjalanan dari asal ke tujuan mungkin meyebabkan terlibatnya beberapa teknologi atau cara dan membutuhkan pemindahan dari satu cara ke cara yang lain (Edward K. Morlok, 1995). Fungsi pemindahan tersebut dilakukan oleh terminal. Salah satu jenis terminal adalah stasiun kereta. Menurut Edward K. Morlok fungsi terminal dapat diadakan pada setiap lokasi, di mana terjadi kegiatan menaikturunkan penumpang dan bongkar muat barang.
20
Beberapa fungsi stasiun menurut Edward K. Morlok yaitu: •
Memuat penumpang atau barang ke atas kendaraan bermotor serta membongkar/menurunkannya
•
Menampung penumpang atau barang dari waktu tiba sampai waktu berangkat
•
Menyiapkan dokumen perjalanan
•
Menyimpan kendaraan (dan komponen lainnya), memelihara, dan menentukan tugas selanjutnya
•
Mengumpulkan penumpang dan barang dalam kelompok-kelompok berukuran ekonomis untuk diangkut dan menurunkan mereka sesudah tiba di tempat tujuan
•
Akses lokal dan hubungan rel, termasuk moda-moda untuk antarkota.
2.5 Kriteria Perancangan Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan supaya perancangan stasiun ini berhasil, yaitu: •
Kejelasan sirkulasi penumpang: antara jalur keberangkatan dan kedatangan, antara penumpang, pengantar, dan pengunjung umum; antara komuter, jarak jauh, dan bandara; penumpang dan staff; servis dan barang.
•
Kejelasan antara ruang publik dan ruang privat.
•
Kejelasan pencapaian dari luar stasiun ke dalam stasiun dan sebaliknya
21