BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Undang-undang tentang Penataan Ruang Nomor 26 tahun 2007
mewajibkan setiap wilayah provinsi dan juga kabupaten/kota untuk menyusun atau merevisi peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Penyusunan RTRW harus secara berjenjang. Dengan kata lain bahwa penyusunan RTRW Provinsi (RTRWP) akan merujuk pada RTRW Nasional (RTRWN) yang telah menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 dan penyusunan RTRW kabupaten/kota merujuk pada RTRWN dan RTRW Provinsi. Dalam proses penyusunan rencana tata ruang suatu wilayah, kebutuhan data dan informasi, baik spasial maupun non spasial merupakan suatu hal yang sangat penting karena data dan informasi tersebut akan memberikan gambaran suatu wilayah tentang kondisi, letak geografis, potensi, hambatan, dan lain-lain. Semakin akurat dan lengkap data dan informasi yang dikumpulkan akan semakin mendukung perencanaan yang benar, terarah dan tepat sasaran. Dalam Undangundang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial, dinyatakan bahwa data spasial tentang lokasi geografis, dimensi atau ukuran, dan/atau karakteristik objek alam dan/atau buatan manusia yang berada di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi menjadi unsur utama dalam penataan ruang yang selanjutnya diolah menjadi informasi geospasial sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam perumusan kebijakan, pengambilan keputusan, dan/atau pelaksanaan
1
kegiatan yang berhubungan dengan ruang kebumian atau penataan ruang. Oleh karena itu kualitas rencana tata ruang sangat bergantung kepada pemahaman perencana dalam memahami kondisi fisik wilayah tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan data dan informasi spasial, maka penggunaan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) sangat diperlukan. Dengan kemampuannya dalam memasukkan data, menyimpan, mengelola, menganalisis, mengaktifkan kembali, dan menyajikan data geografis dengan mudah dan cepat, maka SIG merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai alat bantu yang berbasis komputer. SIG juga dapat bergandeng dengan alat bantu yang lain sehingga dapat mengoleksi dan mengidentifikasi suatu data dan informasi yang tidak mudah diidentifikasi secara manual sehingga pengumpulan data dan informasi menjadi lebih cepat dan akurat. Teknologi SIG mampu mengakomodasi dan berintegrasi dengan data yang beragam, mulai dari citra satelit, foto udara, peta bahkan data statistik. Dengan tersedianya komputer dengan kecepatan dan kapasitas ruang penyimpanan besar seperti saat ini, SIG akan mampu memproses data dan menampilkan hasil dengan cepat dan akurat.
1.2.
Perumusan Masalah Perencanaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di sebagian besar
wilayah di Indonesia seringkali bermasalah sehingga berlarut-larut dalam penyelesaiannya. Hal ini bisa jadi disebabkan karena para perencana kurang memahami wilayah tersebut dikarenakan minimnya data yang diperoleh sehingga kurang tepat dalam melakukan analisa data dan/atau perencana tidak mampu
2
melakukan analisis yang tepat dan/atau tergesa-gesa dalam melakukan input data dan analisis. Hal ini akan mengakibatkan kebijakan yang diambil oleh pimpinan daerah tidak tepat. Dalam penyusunan tata ruang wilayah, aspek penting yang harus diperhatikan adalah melihat secara detail kondisi lingkungan dan ekosistem sebuah wilayah, termasuk kondisi ekonomi dan sosial masyarakat di wilayah tersebut sehingga berbagai analisis dibutuhkan agar penetapan arah pemanfaatan ruang menjadi lebih tepat dan sesuai dengan kondisi geomorfologis serta iklim suatu wilayah agar tercipta perwujudan ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Dengan proses input dan analisis data yang benar akan sangat mendukung dalam proses pengambilan keputusan di antara berbagai alternatif perencanaan. Untuk memudahkan proses analisis, penggunaan alat bantu Sistem Informasi Geografis (SIG) digunakan agar dapat mempermudah dan mempercepat analisis serta menghasilkan keluaran yang akurat. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Permen Pekerjaan Umum Nomor 15 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi mensyaratkan penggunaan alat bantu SIG dalam penyusunan RTRW. RTRWP Aceh 2012-2032 dimulai penyusunannya pada tahun 2009. Terbitnya peraturan perundangan terkait dengan pedoman teknis penyusunan RTRWP dan RTRW kabupaten/kota yang seiring dengan proses penyusunannya menyebabkan perlunya penyesuaian RTRWP Aceh yang sedang disusun terhadap peraturan dimaksud. Dalam tahapan prosesnya terdapat konflik antar berbagai
3
pihak, antar eksekutif dan legislatif di pemerintahan Provinsi Aceh, pemerintah daerah kabupaten/kota dan juga dari LSM yang berkepentingan dalam penyusunan RTRWP Aceh. Di antara konflik yang terjadi, yang paling besar permasalahannya adalah rencana pola ruang terutama penetapan kawasan lindung. RTRWP Aceh telah dianggap bermasalah oleh beberapa pihak hingga sekarang. Seringnya dilakukan kegiatan-kegiatan sinkronisasi menyebabkan adanya kesepakatan sehingga permasalahan menjadi selesai dan RTRWP Aceh 20122032 segera disahkan. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka berbagai alasan bisa menjadi kemungkinan penyebab timbulnya konflik. Data yang tidak lengkap, analisis yang tidak tepat, kebijakan yang tidak tepat, intervensi politik yang sangat besar untuk mewujudkan keinginan beberapa kelompok, kurang fahamnya beberapa pihak yang terkait dengan penggunaan ruang, merupakan hal-hal yang mungkin menjadi penyebab timbulnya permasalahan. Dalam penelitian ini hanya dibatasi tentang kemungkinan adanya permasalahan data dan analisis dalam proses penyusunan RTRWP Aceh 20122032. Terkait dengan itu, penggunaan alat bantu SIG dalam penyusunan RTRWP Aceh 2012-2032 menjadi isu yang menarik bagi peneliti sehingga pertanyaan penelitian yang dapat dimunculkan adalah: 1. Sejauh mana penggunaan alat bantu SIG dalam penyusunan RTRWP Aceh 2012-2032? 2. Bagaimana efektivitas penggunaan alat bantu SIG dalam penyusunan RTRWP Aceh 2012-2032?
4
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efektivitas penggunaan alat bantu SIG dalam penyusunan RTRWP Aceh 2012-2032?
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, tujuan dari penelitian ini adalah
untuk: 1. Mendeskripsikan sejauh mana alat bantu SIG digunakan dalam proses penyusunan RTRWP Aceh 2012-2032; 2. Mengukur efektivitas penggunaan alat bantu SIG dalam penyusunan RTRWP Aceh 2012-2032; 3. Menguraikan dan menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efektivitas penggunaan alat bantu SIG dalam penyusunan RTRWP Aceh 2012-2032.
1.4.
Keaslian Penelitian Penelitian yang bertema penggunaan Sistem Informasi Geografis (SIG)
sangat banyak baik itu penelitian mahasiswa pascasarjana maupun oleh peneliti lainnya. Sejauh peneliti mencari informasi mengenai penelitian yang telah diteliti, belum didapatkan penelitian yang sama dengan penelitian ini baik dari kesamaan judul maupun lokasi penelitian. Penelitian yang telah ada dengan tema yang sama adalah di antaranya: 1. Alat bantu Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah Berdasarkan Kesesuaian Lahan (Kasus
5
Pemanfaatan Ruang Permukiman Kabupaten Purworejo), Yusuf Syarifuddin, S2 Program Studi Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi – UGM, 2012. 2. Alat bantu Penginderaan Jauh dan SIG untuk Menentukan Kesesuaian Lahan Kawasan Industri (Kasus di Kabupaten Muna Provinsi Sulawei Tenggara), Mukhtar, S2 - Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi – UGM, 2010. 3. Kajian Kebutuhan Data dan Informasi Berbasis SIG untuk Menunjang Perencanaan Zonasi Wilayah Pesisir (Kasus Kawasan Pesisir Sepanjang Selat Badung, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali), Adi Rusmanto, S2 – MPKDUGM, 1999. 4. Analisis Kebutuhan GIS (Geographic Information System) Terhadap Perencanaan Kota Medan, Hendra Abdillah Lubis, S2 – PPWP-USU, 2011. Penelitian ini lebih bersifat umum dalam rangka mengevaluasi efektivitas penggunaan SIG sebagai alat bnatu dalam penyusunan rencana tata ruang sedangkan penelitian lainnya memiliki tinjauan yang berbeda dan bersifat teknis dalam melakukan analisis dan kajian dengan menggunakan alat bantu penginderaan jauh dan SIG.
1.5.
Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan agar dalam perencanaan
pembangunan khususnya perencanaan tata ruang wilayah dapat menggunakan alat bantu SIG secara efektif karena dengan kemampuan alat bantu ini analisis perencanaan lebih mudah, cepat, dan akurat serta sangat membantu para penentu
6
kebijakan untuk mengambil keputusan. Jika saat ini alat bantu SIG belum efektif digunakan diharapkan faktor-faktor yang menjadi kendala dapat diatasi.
1.6.
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian mengenai Efektivitas Penggunaan
Alat bantu SIG dalam Penyusunan RTRWP Aceh 2012 – 2032 adalah sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Pendahuluan berisi latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka berisi teori-teori yang digunakan untuk memberi definisi dan pengertian tentang efektivitas, alat bantu SIG, proses penyusunan RTRWP, kebutuhan data dan analisis dalam penyusunan RTRWP.
BAB III
METODE PENELITIAN Metode penelitian berisi pendekatan penelitian, lingkup penelitian baik lokasi maupun waktu, objek penelitian, teknik pengumpulan dan teknik analisis data.
BAB IV
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Bab ini memberikan informasi kondisi fisik wilayah penelitian, kondisi
geografis,
administrasi
wilayah
dan
pemerintahan,
7
klimatologi, geomorfologi, demografi, dan hal lain yang dianggap perlu dan terkait dengan penelitian. BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi hasil-hasil penelitian di lapangan dengan teknik wawancara dan kuestioner, hasil pengumpulan data baik data primer maupun sekunder, hasil analisis dan kajian, hasil olahan data, hasil pembahasan
untuk
mengetahui
pemanfaatan
alat
bantu
SIG
perencanaan tata ruang. BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dari hasil pembahasan pada Bab V dan rekomendasi apa yang dapat disampaikan sehingga hasil penelitian dapat memberi solusi permasalahan dan bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan penelitian selanjutnya.
8