BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah hal – hal yang mendukung manusia. Tentu saja kita tidak akan bisa hidup tanpa ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama pada abad yang serba modern saat ini. Kemajuan suatu negara akan sangat ditentukan oleh seberapa tinggi penguasaan sumber saya manusia negara tersebut di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, penguasaan terhadap ilmu matematika merupakan salah satu jalan utama, karena matematika merupakan unsur dalam kebudayaan manusia yang akan ikut membantu dalam pembentukan kepribadian seseorang, meskipun pada taraf yang berbeda dari tiap orang (Susilo dalam Damayanti, 2005). Matematika sangat berperan penting dalam upaya pengembangan sains dan teknologi, karena di dalam matematika seseorang sedikit banyak akan terbentuk menjadi orang yang dapat berpikir logis, sistematis dan obyektif. Pentingnya
penguasaan
di
bidang
matematika
ini
membuat banyak pihak menaruh perhatian terhadap proses penguasaan matematika dalam konteks pendidikan, dan semua pihak berupaya agar siswa mampu menguasai
1
pelajaran
matematika
ini,
namun
pada
praktiknya
matematika tetap menjadi pelajaran yang tidak disukai. Banyak siswa yang takut akan pelajaran matematika, bahkan sampai ada siswa yang merasa takut dan cemas menghadapi mata pelajaran tersebut. Hal ini berakibat pada rendahnya prestasi belajar siswa pada pada mata pelajaran matematika cenderung rendah dibandingkan dengan hasil belajar yang lain. Melalui data yang telah dihimpun oleh PISA (Programme of International Student Assessment) pada tahun 2001 menunjukkan bahwa di Indonesia masih memiliki prestasi yang rendah pada mata pelajaran matematika. Penelitian ini dilakukan oleh PISA pada 7.355 siswa berusia 15 tahun dari 290 sekolah di Indonesia, Indonesia menempati peringkat 39 dari 41 negara (Marpaung, 2004). Sementara itu data dari TIMSS (Trend in International Mathematics and Science Study) pada tahun 2004 yang dilakukan oleh International Association for Evaluation of Educational Achievement (IEA), prestasi matematika siswa SMP Indonesia menduduki peringkat 35 dari 46 negara. Semua pemaparan dari data-data di
atas
semakin
memperkuat
kenyataan
yang
memprihatinkan berkaitan dengan prestasi matematika di negara ini (Kompas, dalam Lestari 2009). Di tengah kondisi yang menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika memprihatinkan ini, ada harapan yang
2
muncul
ketika
beberapa
siswa
Indonesia
mampu
menunjukkan prestasi yang menakjubkan di ajang Olimpiade Matematika dan Sains. Ajang ini diselenggarakan di Jakarta pada 29 November – 4 Desember 2004 tersebut Indonesia mampu menyabut 1 emas, 2 perak, 6 perunggu dan meraih the best overall dan the best theory atas nama Ivan Kristanto serta the best exploration atas nama Mugen Lensrich (Kompas, dalam Lestari 2009). Pengajaran matematika mempunyai ciri tertentu yakni materi-materinya lebih mengutamakan pengertian dari pada hafalan,
menekankan
keterampilan
berhitung,
lebih
mengutamakan otak dari pada kegunaannya. Bahasa, istilah simbol yang digunakan tidak jelas, soal-soalnya banyak yang sukar dan lain-lain. Hal ini menyebabkan banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang paling sulit (Johnson dan Myklebust, dalam Krismanto 2003). Seperti yang dikemukakan oleh Firdaus (dalam Leonard dan Supardi 2010) menunjukkan bahwa ada beberapa mitos yang menyesatkan tentang matematika. Mitos tersebut mengatakan
kalau
matematika
adalah
ilmu
yang
membosankan, kaku dan tidak rekreatif. Tidak semua siswa menyukai pelajaran matematika bahkan ada yang takut dan cemas menghadapi mata pelajaran tersebut. Jika seorang siswa merasa kesulitan atau ketakutan terhadap suatu
3
pelajaran khususnya matematika, maka akan mempengaruhi prestasi belajar matematikanya. Dalam mengatasi kesulitan yang dialami siswa tersebut maka guru memerlukan strategi dalam pembelajaran, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. Dan hal ini berhubungan dengan keterampilan mengajar guru. Menurut Uno (2008) keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan/kecakapan guru dalam melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan. Rusyan, Kusdinar dan Arifin (dalam Tanatti, 2001) mengatakan bahwa ditangan gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan belajar mengajar di sekolah, serta pada tangan mereka pulalah bergantung masa depan dan karir para peserta didik yang menjadi tumpuan para orang tuanya. Seharusnya guru matematika di sekolah haruslah menjadi guru yang tidak saja mengajar materi pelajaran tapi juga menjadi guru yang dapat menjadi panutan anak didiknya. Guru juga dituntut untuk bekerja secara inovatif,
kreatif
memutahirkan
dan
tidak
segenap
melupakan
upaya
kemampuan
untuk secara
berkesinambungan agar mutu pendidikan matematika pada khususnya semakin meningkat (Nurhasanah dalam Prasti 2002).
4
Pada
hakikatnya
pengajaran
yang
direncanakan
merupakan rangkaian peristiwa yang akan disampaikan sehingga dapat menggiatkan dan mendorong belajar siswa yang dapat berakibat pada prestasi belaja siswa (Tanatti, 2001). Dikemukakan juga oleh Tanaatti (2001), guru yang hanya
bekerja
untuk
mentransfer
ilmu
pengetahuan,
pemilihan metode dan media mengajar yang tidak sesuai dengan tujuan, materi, siswa maupun kemampuan guru, maka hasil belajar siswanya kurang mencapai harapan. Dengan demikian seorang guru harus mempunyai persiapan mengajar, guru harus menguasai bahan pengajaran, mampu memilih metode yang tepat dan penguasaan kelas yang baik. Keterampilan dasar mengajar menurut Darmadi (2010) meliputi : keterampilan dasar membuka dan menutup pelajaran, keterampilan dasar menjelaskan, keterampilan dasar memberikan variasi, keterampilan dasar memberikan penguatan, keterampilan dasar bertanya, keterampilan dasar mengelola kelas, keterampilan dasar membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan dasar membimbing belajar aktif. Dari delapan keterampilan mengajar di atas, maka keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh guru, hal ini bukan berarti keterampilan lain itu tidak
penting,
akan
tetapi
keterampilan
selanjutnya.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Samwali (1998) bahwa
5
keterampilan mengumpulkan,
bertanya
diperlukan
menggali,
dalam
menginformasikan,
rangka dan
menyimpulkan informasi bagi kepentingan tertentu yang biasanya sudah direncanakan. Untuk menguasai keterampilan bertanya tersebut maka perlu memahami esensi dari pertanyaan-pertanyaan melalui latihan membuat pertanyaan baik dalam bentuk lisan ataupun tulisan. Suatu penelitian yang dilakukan oleh Erikson (dalam Rofida 2010) menyatakan bahwa guru yang memiliki kemampuan mengajar baik atau cakap menghasilkan ketekunan belajar, bukan rasa rendah diri terhadap siswanya, guru yang dipercaya dan menghargai masyarakat serta mengetahui cara mengubah kecenderungan bermain pada diri siswa dengan belajar mengubah sikap bermain-main menjadi tumbuh kemauan belajar. Guru yang memiliki kemampuan bertanya yang baik dalam mengajar akan mengetahui cara memahami usaha siswa yang menjadi ciri khasnya dan dapat mendorong kecakapan kekhususan yang dimiliki siswa tersebut. Pada beberapa sekolah, guru mengajukan pertanyaan dan siswa
belum berusaha aktif dalam mencari jawaban dari
pertanyaan yang guru berikan, malah cenderung untuk mengunggu guru. Pada umumnya masih banyak guru yang belum secara optimal menguasai keterampilan bertanya dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga kebanyakan siswa
6
tidak tertarik dengan materi yang diajarkan dan membuat rendah hasil evaluasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika, selain itu siswa tidak termotivasi untuk belajar. Oleh karena itu, keterampilan bertanya bukan hanya sematamata untuk memberikan pertanyaan ataupun menjawab, tapi dalam hal ini agar siswa dapat mengerti dan memahami materi yang disampaikan guru guna meningkatkan proses pembelajaran khususnya pada mata pelajaran matematika. Hasil penelitian dari Widayanti (2007), menunjukkan bahwa ada hubungan antara persepsi siswa terhadap keterampilan
mengajar
guru
dengan
prestasi
belajar
matematika. Artinya bahwa prestasi siswa dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap keterampilan mengajar guru matematika salah satunya adalah keterampilan bertanya. Begitu pula penelitian yang dilakukan Sukmadinata (dalam Widodo 2009), pada dasarnya prestasi belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kualitas mengajar gurunya. Hasil penelitian Dahar (1992) mengenai dampak pertanyaan dan teknik pertanyaan guru dalam proses belajar mengajar menunjukkan bahwa pertanyaan guru berperan positif untuk membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajar dan kemampuan berpikirnya. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan Bahar (1994) mengungkapkan bahwa keterampilan bertanya guru memiliki hubungan yang sangat kuat dengan prestasi belajar
IPA
yang
dimiliki
7
siswa.
Nurhalida
(2000)
mengatakan tentang berpikir kritis melalui pengembangan keterampilan bertanya guru menunjukkan bahwa penggunaan jenis pertanyaan dalam pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dan keterampilan berpikir kritis siswa. Berdasarkan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini adakah hubungan antara keterampilan bertanya pada guru matematika dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta? B. Perumusan Masalah Berdasarkan pada uraian yang telah dipaparkan diatas, maka permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah adakah hubungan positif yang signifikan antara persepsi siswa terhadap keterampilan mengajar guru dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII di SMP Bopkri 3 Yogyakarta.
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa terhadap keterampilan mengajar guru dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII di SMP Bopkri 3 Yogyakarta.
8
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a.
Hasil
dari
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya didalam bidang psikologi pendidikan mengenai hubungan
antara
persepsi
siswa
terhadap
keterampilan mengajar guru dengan prestasi belajar matematika. b.
Diharapkan penelitian ini menjadi masukan bagi lembaga pendidikan bahwa dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar keterampilan mengajar guru sangat diperlukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Manfaat Praktis a.
Bagi Siswa Diharapkan melalui penelitian ini dapat memberikan pandangan kepada siswa bahwa kualitas mengajar guru di kelas, terutama keterampilan bertanya guru, mempunyai
manfaat
yang
baik
untuk
mengembangkan keterampilan berpikir sehingga bisa meningkatkan prestasi belajar matematika.
b. Bagi Guru dan Sekolah Diharapkan melalui penelitian ini dapat memberikan masukan bagi kepala sekolah, guru dan tentu pihak
9
sekolah untuk menyadari bahwa mengajar
itu
memerlukan keterampilan, terutama keterampilan bertanya guru. Hal ini tentu saja akan membuat siswa semakin
bersemangat
untuk
pelajaran yang ada di kelas.
10
mengikuti
setiap