BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kegiatan industri merupakan salah satu kegiatan di sektor ekonomi yang dilakukan oleh manusia yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dimana didalamnya terdapat kegiatan yang menghasilkan output yang menguntungkan. Kegiatan industri ini ada karena dilandaskan oleh kebutuhan hidup yang semakin memberi tuntutan kepada manusia, sehingga mau tidak mau memberikan dorongan kepada manusia untuk berpikir lebih maju bagaimana cara agar mereka terlepas akan himpitan kebutuhan hidupnya, salah satunya dengan membuat atau mendirikan usaha yakni industri dalam skala kecil atau bahkan besar sekalipun. Meskipun dilain sisi, perkembangan teknologi turut mendukung dari adanya perkembangan kegiatan industri tersebut. Seperti halnya industri batik yang pada saat ini telah menjadi salah satu usaha yang cukup memberikan banyak keuntungan mengingat bahwa pecinta batik pada masa sekarang sangatlah tinggi. Sekarang, batik bukanlah model fashion yang dianggap kuno atau ketinggalan jaman, melainkan batik merupakan salah satu model fashion yang diunggulkan karena kreativitas dalam membuat hasil karya batik ini telah beraneka ragam. Tidak hanya melulu berbentuk kebaya kuno yang identik dengan pakaian orang tua melainkan telah bertransformasi menjadi berbagai gaya dan model pakaian yang lebih trendy sesuai dengan berbagai selera masyarakat di berbagai kalangan termasuk anak muda. Dari sisi ekonomi, batik telah banyak mendukung pengembangan ekonomi dan pariwisata. Usaha menumbuh kembangkan industri pariwisata di Indonesia didukung dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan yang menyebutkan bahwa “Keberadaan obyek wisata pada suatu daerah akan
1
sangat menguntungkan, antara lain meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD), meningkatnya taraf hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan rasa cinta lingkungan, serta melestarikan alam dan budaya setempat”. Perkembangan suatu daerah pada dasarnya selaras dengan tingkat perkembangan penduduk dan kegiatannya yang merupakan elemen-elemen penunjang dalam perkembangannya. Namun, dalam pembuatan atau produksi batik ini, perlu diingat bahwa kegiatan industri dalam mengahasilkan batik ini selalu ada dampak yang menyertainya termasuk dampak
yang diakibatkan terhadap
lingkungan hidup disekitarnya. Satu sisi dimana batik merupakan budaya bangsa yang harus dilestarikan, namun di satu sisi pula perlu diingat bahwa kegiatan industri batik akan menghasilkan limbah yang mau tidak mau akan mencemari lingkungan disekitarnya. Dari aspek penggunaan bahan
kimia,
industri
batik
merupakan
industri
yang potensial
menghasilkan limbah yang mengandung logam berat yang dikategorikan sebagai
limbah berbahaya, sehingga dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan.
Seiring dengan peningkatan produksi batik, maka
permasalahan lingkungan juga akan semakin meningkat. Permasalahan tersebut
terutama
disebabkan
karena
proses
produksi
seringkali
mengakibatkan pemborosan material dan energi serta akibat pembuangan limbahnya yang akan membebani lingkungan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. Serta, pelestarian lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan tampung lingkungan hidup (Suharto, 2011:7-8). Kegiatan industri batik seharusnya dapat berjalan seimbang dengan proses produksinya yang menggunakan bahan-bahan yang sekiranya
2
mempunyai risiko untuk mencemari lingkungan. Kegiatan dalam memproduksi batik dapat terus berjalan dan keuntungan dapat terus diperoleh, namun kelestarian lingkungan haruslah tetap diperhatikan mengingat dampak yang dihasilkan dapat memberikan banyak pengaruh buruk terhadap lingkungan hidup sekitar. Hanya sayang sekali, walaupun telah digariskan oleh pemerintah bahwa peningkatan pembangunan industri hendaknya jangan sampai membawa akibat rusaknya lingkungan hidup. Kenyataannya, yang lebih banyak diperhatikan dalam pendirian berbagai industri ini adalah keuntungan-keuntungan dari hasil produksinya. Sedikit sekali perhatian terhadap masalah lingkungan sehingga tidak jarang sebagai implikasi dari pendirian industri tersebut berupa pencemaran lingkungan dari hasil buangannya yang kadang-kadang diabaikan saja (Supardi, 2003:93). Dalam sebuah penelitian yang berjudul Menuju Pengelolaan Sungai Bersih Di Kawasan Industri Batik Yang Padat Limbah Cair (Studi Empiris: Watershed Sungai Pekalongan di Kota Pekalongan) oleh Anandriyo Suryo Mratihatanimengulas (2013) tentang bagaimana keadaan Sungai Pekalongan termasuk dampak kerusakan lingkungan dan pengelolaan air bersih Sungai Pekalongan dari limbah cair industri batik. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah keadaan Sungai Pekalongan yang memang sudah tercemar. Dari hasil temuan di lapangan, kesadaran masyarakat terhadap lingkungan sungai tergolong biasa saja. Sedangkan kesadaran pengusaha terhadap lingkungan sungai tergolong rendah. Berdasarkan wawancara dengan key person, untuk memulihkan Sungai Pekalongan menjadi sungai bersih, dapat dilakukan dengan menggunakan IPAL karena limbah yang mencemari Sungai Pekalongan merupakan limbah cair. Biaya pembuatan IPAL yang tergolong mahal menyebabkan kurangnya jumlah IPAL yang ada sehingga limbah cair mencemari sungai. Hal tersebut membuktikan bahwa industri batik telah mencemari lingkungannya terutama pada sungai yang telah terkontaminasi dari
3
limbah yang dihasilkan dari proses produksi batik tersebut. Limbah-limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industri tersebut tidak diperhatikan nasibnya hingga kemudian mencemari sungai Pekalongan yang teraliri oleh limbah tersebut. Hal inilah yang menjadi kekhawatiran akan terjadi hal yang sama pada industri batik lainnya, termasuk industri batik yang berada di Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen. Di Desa Pilang terdapat kerajinan industri batik yang cukup besar atau lebih sering dikenal sebagai home industry. Ada sekitar 250 orang perajin batik di Desa Pilang dengan pekerja mencapai 6.000 orang tergabung dengan industri batik yang berada di Desa Kliwonan. Awalnya, industri batik ini hanya dilakukan oleh beberapa orang saja, namun setelah melihat keuntungan yang didapat kemudian muncullah orang-orang baru yang turut membuka industri batik ini dan mengembangkannya. Industri batik di Desa Pilang yang terus berkembang tersebut memanglah memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat di Desa Pilang sendiri, khususnya bagi pengusaha atau pemilik modalnya dan umumnya bagi warga sekitar yang turut menjadi pekerja di industri tersebut sehingga mempunyai lapangan kerja dan mempunyai penghasilan. Namun, yang menjadi masalah bahwa industri batik ini didirikan di sebuah desa yang asri dan alami, sehingga tidak menutup kemungkinan industri ini akan memberikan dampak yang tidak baik terhadap lingkungan sekitar mengingat akan limbah yang dihasilkan seperti halnya yang terjadi pada Sungai Pekalongan diatas. Dalam sebuah penelitian yang berjudul Karakteristik Air Sumur Di Sekitar Aliran Limbah Cair Industri Kerajinan Batik Di Desa Kliwonan Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen oleh Wiwis Diniyati (2012) yang mengulas tentang kualitas air sungai yang tercemar limbah batik, kualitas sungai Pete apakah dapat diperuntukkan untuk pertanaman, perikanan, atau peruntukan lainnya dan karakteristik air sumur di sekitar aliran limbah cair industri kerajinan batik di Desa Kliwonan Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen. Hasil penelitian adalah kualitas dan kuantitas air
4
sungai Pete yaitu berwarna, berbau dan nilai pH, Nitrat, Nitrit, Phosphat, COD, dan BOD melebihi nilai ambang batas baku mutu air kelas II, III, dan IV. Hasil kuantitas air sungai Pete bermasalah 36,4% dan 10% yang memenuhi baku mutu kelas III dan IV layak diperuntukkan sebagai pembudidayaan ikan air tawar, peternakan dan mengairi pertanaman. Karaketeristik air sumur di sekitar aliran limbah cair industri kerajinan batik di Desa Kliwonan Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen berkualitas bau dan warna sesuai dengan sumur kontrol dan ada yang tidak sesuai dengan sumur kontrol yaitu berbau dan berwarna keruh. Hasil analisis kuantitas air sumur yang ditunjukkan nilai parameter unsur Besi, Mangan, Nitrit, COD dan BOD yang melebihi nilai ambang batas baku mutu air kelas I. Dengan nilai prosentase yaitu air sumur pertama (S1), kedua (S2), ketiga (S3), dan keempat (S4) masing-masing 7,1%. 35,7%, 14,3%, dan 21,4%. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa air sungai yang terkena
aliran
limbah
cair
batik
dapat
diperuntukkan
sebagai
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan dan mengairi pertanaman, sedangkan air sumur di sekitar aliran limbah cair industri kerajinan batik di Desa Kliwonan Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen masih bisa diperuntukkan sebagai air minum. Berdasarkan hasil penelitian diatas, telah menjadi sebuah bukti bahwa industri batik mau tidak mau memang selalu menghasilkan limbah dan kemudian akan mencemari lingkungannya. Sehingga demikian, perlulah adanya sikap yang diambil oleh perajin batik dalam memproduksi batik tersebut untuk mengelola lingkungan hidupnya agar pencemaran lingkungan tidak terjadi terus menerus kemudian merusak lingkungan disekitarnya. Minimal, pencemaran lingkungan tersebut dapat dikurangi dan pengelolaan lingkungan dapat terus dikembangkan untuk kemudian menjadi penyeimbang antar proses produksi yang terus dilakukan dan kelestarian lingkungan sekitar yang terjamin karena adanya pengelolaan lingkungan tersebut.
5
Industri batik terutama industri batik di Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen perlu untuk merepresentasikan dirinya dalam hal pengelolaan lingkungan hidup tersebut. Industri batik bukan hanya melulu didirikan dan dikembangkan untuk mencari keuntungan dengan mencari pangsa pasar yang sebesar-besarnya terkait permintaan pasar yang selaras dan semata-mata untuk melestarikan kebudayaan bangsa. Pun demikian, industri batik perlu juga menunjukkan kembali dirinya bahwa mereka tidak selalu menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan. Bahwa industri batik perlu untuk mengelola lingkungannya demi kelestarian lingkungannya dan terhindar dari limbah yang dihasilkannya. Dengan demikian, sangat penting bagi para batik dan masyarakat Desa Pilang keseluruhan untuk saling bahu-membahu memperhatikan aspek-aspek lingkungan dalam tiap proses agar dapat mencegah terjadinya pencemaran lingkungan serta mampu menciptakan keserasian dengan lingkungan sekitarnya. Agar memenuhi batas aman pembuangan limbah batik pada lingkungan yang ditetapkan, maka harus dilakukan pengolahan terhadap limbah
sehingga memenuhi baku mutu sebelum dibuang ke
lingkungan atau sungai. Maka, perlulah untuk dikaji bagaimana perajin batik di Desa Pilang, Kecamaran Masaran, Kabupaten Sragen untuk mengelola lingkungannya terkait dengan bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan batik dan bagaimana mereka mengolah limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan batik sebelum limbah itu dibuang ke perairan warga atau ke sungai di dekat industri batik tersebut. Untuk itu, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di daerah tersebut dengan mengambil judul Representasi Industri Batik Dalam Pengelolaan Lingkungan (Studi Kasus Pada Masyarakat Industri Batik Di Desa Pilang Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen).
6
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, skripsi ini akan membahas tentang representasi industri batik dalam pengelolaan lingkungan di Desa Pilang Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen. Berdasarkan topik tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana representasi masyarakat industri batik dalam pengelolaan lingkungan di Desa Pilang Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian skripsi ini adalah : 1. Tujuan Umum : Untuk mengetahui representasi industri batik dalam pengelolaan lingkungan di Desa Pilang Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen. 2. Tujuan Khusus : a. Untuk mengetahui
kegiatan industri batik di Desa Pilang
Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen. b. Untuk mengetahui pengelolaan limbah pada industri batik di Desa Pilang Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen. c. Untuk mengetahui indikasi risiko yang muncul dari adanya industri batik di Desa Pilang Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen. d. Untuk mengetahui reflektivitas dari adanya industri batik di Desa Pilang Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen.
Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua sisi : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan.
7
2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis Menambah wawasan penulis mengenai wacana nilai pendidikan
khususnya
pendidikan
sosiologi,
untuk
selanjutnya dijadikan sebagai acuan dalam bersikap dan berperilaku. b. Bagi Lembaga Pendidikan 1).
Sebagai
masukan
yang
membangun
guna
meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada di dalamnya, dan penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan, serta pemerintah secara umum. 2).
Dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia sebagai solusi terhadap permasalahan pendidikan yang ada.
c. Bagi Ilmu Pengetahuan 1). Menambah khazanah keilmuan tentang nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam ilmu sosiologi. 2). Sebagai bahan referensi dalam ilmu pendidikan sehingga
dapat
memperkaya
dan
menambah
wawasan. d. Bagi Peneliti Berikutnya Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih lanjut, serat referensi terhadap penelitian yang sejenis.
8