BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia yang dikemukakan dalam berbagai pola dan teknik pengukuran merupakan tantangan tersendiri bagi semua yang berkecimpung di dunia pendidikan untuk selalu berbenah diri. Semua pihak harus bersinergi agar mutu pendidikan kita dapat diperbaiki ke arah yang lebih berkualitas. Tidak hanya pemerintah, tetapi semua pihak termasuk masyarakat, orang tua, dan yang terutama adalah para pendidik dan tenaga kependidikan. Agar mutu pendidikan dapat ditingkatkan sekolah merupakan salah satu komponen penentu yang harus mendapat perhatian dari semua pihak. Sekolah adalah tempat dimana seseorang memperoleh pendidikan secara lebih terstruktur, sistematis, terencana, serta berkelanjutan. Di sekolah seseorang belajar tentang bersikap dan bertingkah laku yang sesuai dengan norma-norma masyarakat global, diajari tentang bagaimana mempersiapkan hidup dan menghadapi tantangan kehidupan yang akan dihadapi nanti, dan hal-hal lain sesuai dengan tujuan sekolah masing-masing yang mengacu pada tujuan pendidikan secara nasional. Di sekolahlah sumber daya manusia (SDM) dibentuk dan dididik secara lebih terarah agar memiliki bekal yang cukup untuk bersaing dalam dinamika zaman yang semakin maju dan berkembang dengan pesat. Tanpa didikan dan pengalaman yang cukup, seseorang akan tergerus oleh pesatnya arus globalisasi yang tidak terbendung. Untuk dapat mempersiapkan SDM yang berkompeten dan memiliki daya saing, tentu saja sekolah juga harus memberikan bekal yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. Mulai dari sekolah dasar sebagai lembaga pendidikan pertama yang ditempuh seseorang. Menurut Bafadal I. (2009,hlmn3)
sekolah
dasar
adalah
Susilawati, 2014
satuan
pendidikan
yang
Pengaruh kualitas layanan guru dankepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap mutu sekolah dasar di kota Cilegon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1
2
menyelenggarakan pendidikan enam tahun dan merupakan bagian dari pendidikan dasar. Tanpa menempuh jenjang sekolah dasar, secara formal seseorang tidak dapat menempuh jenjang sekolah berikutnya yaitu sekolah menengah, baik sekolah menengah tingkat pertama maupun sekolah menengah tingkat atas. Oleh karena itu, sekolah dasar merupakan landasan pertama dalam membentuk sumber
daya manusia agar dapat mempersiapkan diri dan
kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan juga agar dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi perkembangan zaman, tentu saja dengan melanjutkan ke jenjang sekolah berikutnya yang lebih tinggi. Sekolah memiliki peranan penting untuk membantu mematangkan ilmu dan pendidikan yang diperoleh seseorang dari lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar. Hal tersebut tentu saja tidak akan dapat diperoleh di sekolah yang tidak terkelola dengan baik. Sekolah-sekolah yang bermutu yang mampu menjawab semua tantangan kebutuhan zaman saat ini dan saat yang akan datang. Konsep sekolah bermutu menurut Hoy dan Miskel (2008,hlmn271) tidak bisa dilepaskan dari konsep sekolah sebagai sebuah sistem dalam arti sekolah sebagai suatu institusi tidaklah berdiri sendiri. Sekolah terkait dengan budaya dan kebiasaan yang hadir di masyarakat. Sekolah merupakan ujung tombak dari proses modernisasi (agent of change) yang diupayakan melalui kebijakan pemerintah. Produk dari sebuah sekolah harus berupa lulusan yang memiliki kompetensi unggul agar mampu menghadapi kompetisi di jenjang yang lebih tinggi atau di pasar tenaga kerja. Dari pendapat yang dikemukakan di atas dapat diartikan bahwa untuk dapat menjadi sekolah bermutu, ada suatu sistem yang menaunginya dan tidak bisa lepas satu sama lainnya. Semua komponen harus saling bersinergi dalam menjalankan peran dan fungsinya masing-masing demi lancarnya program-program sekolah. Masyarakat yang ada di sekitar lingkungan
Susilawati, 2014
Pengaruh kualitas layanan guru dankepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap mutu sekolah dasar di kota Cilegon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
sekolah ataupun di dalam lingkungan sekolah, dalam hal ini orang tua siswa maupun stakeholder lainnya harus memberikan perhatian penuh untuk kelancaran proses pembelajaran di sekolah yang ada di lingkungannya. Tanpa dukungan penuh dari masyarakat, bukan suatu hal yang mudah untuk menciptakan sekolah yang bermutu. Selain itu, budaya yang berkembang di masyarakat juga akan memberi pengaruh terhadap maju mundurnya suatu lembaga pendidikan. Budaya masyarakat yang terbuka terhadap pendidikan maupun perubahan zaman akan memberi andil yang cukup besar terhadap kemajuan ilmu pendidikan pada lembaga pendidikan yang ada di lingkungannya. Sebaliknya, pemikiran masyarakat yang kurang terbuka terhadap perubahan akan menghambat proses dan perkembangan pendidikan di sekolah yang ada di lingkungannya. Budaya masyarakat yang ada di sekitar lembaga pendidikan juga akan mempengaruhi tinggi atau rendahnya mutu sekolah tersebut. Begitu juga dengan pemerintah, sebagai pembuat kebijakan, pemerintah hendaklah membuat suatu kebijakan yang arahnya mendukung sepenuhnya terhadap kelancaran program-program sekolah. Selain itu pemerintah juga sangat diharapkan bantuannya dalam hal moril dan materil demi kelengkapan sarana dan prasarana penunjang terlaksananya proses belajar mengajar. Perhatian utama pemerintah harus tertuju pada kesiapannya dalam menyiapkan sumber daya yang profesional dalam menjalankan tugas seharihari sesuai dengan bidangnya masing-masing, terlebih-lebih dalam merekrut tenaga/pegawai yang akan ditempatkan di suatu instansi terutama instansi pendidikan, hendaknya benar-benar objektif tanpa ada unsur subyektifitas yang mungkin akan menimbulkan masalah ketidakprofesionalan nantinya yang
sering
diekspos
di
media-media
elektronik
sekarang
ini.
Ketidakprofesionalan pegawai dalam suatu instansi pemerintah akan berpengaruh besar terhadap kinerja mereka di instansi terkait. Dengan kata lain, antara sekolah, orang tua, masyarakat, dan pemerintah harus
Susilawati, 2014
Pengaruh kualitas layanan guru dankepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap mutu sekolah dasar di kota Cilegon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
menjalankan perannya masing-masing sesuai dengan kapasitasnya masingmasing pula. Dengan dukungan penuh dari semua elemen terkait, sekolah akan dapat menjalankan program yang telah disusun dengan maksimal. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bafadal I. (2009,hlmn53) bahwa “sebagai sebuah institusi atau lembaga, sekolah mengemban misi tertentu yaitu melakukan proses edukasi, proses sosialisasi, dan proses transformasi anak didik dalam rangka mengantarkan mereka agar siap mengikuti pendidikan pada jenjang berikutnya.” Menyiapkan siswa menuju jenjang yang lebih tinggi perlu kesiapan dari berbagai pihak, baik sekolah, masyarakat, maupun pemerintah. Sekolah sebagai ujung tombak dalam memberi bekal kepada siswa harus memiliki konsep yang jelas tentang visi, misi, maupun tujuan yang akan dicapai. Tercapainya tujuan merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menentukan bermutu tidaknya suatu sekolah. Berkaitan dengan mutu, Sallis E. (1993,hlmn107) mengatakan bahwa mutu adalah “quality does not just happen. It must be planned for quality needs to be approached sistematically using a rigorous strategic planning process. Strategic planning is one of the major plants to TQM, without clear longterm direction the institution can not plan for quality improve”. Jadi dalam hal ini mutu diartikan sebagai kualitas yang tidak akan dapat diperoleh begitu saja. Harus ada usaha dan pendekatan yang sistematis dengan menggunakan proses perencanaan strategis yang ketat. Perencanaan strategis merupakan salah satu tanaman utama Total Quality Management (TQM), karena tanpa arah jangka panjang yang jelas, lembaga tidak akan dapat untuk merencanakan peningkatan kualitas. Selain itu, Sallis E. (2008,hlmn30-31) juga menyatakan bahwa: ada banyak sumber mutu dalam pendidikan, misalnya sarana gedung yang bagus, guru yang terkemuka, nilai moral yang tinggi, hasil ujian yang memuaskan, spesialisasi atau kejuruan, dorongan orang tua, bisnis dan komunitas lokal, sumber daya yang melimpah, aplikasi teknologi mutakhir, kepemimpinan yang baik dan efektif, perhatian terhadap Susilawati, 2014
Pengaruh kualitas layanan guru dankepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap mutu sekolah dasar di kota Cilegon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
pelajaran anak didik, kurikulum yang memadai, atau juga kombinasi dari faktor-faktor tersebut. Sejalan
dengan
pendapat
di
atas,
Sallis
E.
(2008,hlmn3)
mengidentifikasi beberapa karakteristik sekolah bermutu, yaitu: 1.
Sekolah berfokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal
2.
Sekolah berfokus pada upaya untuk mencegah masalah yang muncul dengan komitmen untuk bekerja secara benar dari awal
3.
Sekolah memiliki investasi pada sumber daya manusianya, sehingga terhindar dari berbagai “kerusakan psikologis” yang sangat sulit memperbaikinya
4.
Sekolah memiliki strategi untuk mencapai kualitas, baik di tingkat pimpinan, tenaga akademik, maupun tenaga administratif
5.
Sekolah mengelola atau memperlakukan keluhan sebagai umpan balik untuk mencapai kualitas dan memposisikan kesalahan sebagai instrumen untuk berbuat benar pada masa berikutnya
6.
Sekolah memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai kualitas, baik untuk jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang
7.
Sekolah mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua orang sesuai dengan tugas pokok, fungsi, dan tanggung jawabnya
8.
Sekolah mendorong orang dipandang memiliki kreativitas, mampu menciptakan kualitas dan merangsang yang lainnya agar dapat bekerja secara berkualitas
9.
Sekolah memperjelas peran dan tanggung jawab setiap orang, termasuk kejelasan arah kerja secara vertikal dan horizontal
10. Sekolah memiliki strategi dan kriteria evaluasi yang jelas 11. Sekolah memandang atau menempatkan kualitas yang telah dicapai sebagai jalan untuk memperbaiki kualitas layanan lebih lanjut 12. Sekolah memandang kualitas sebagai bagian integral dari budaya kerja
Susilawati, 2014
Pengaruh kualitas layanan guru dankepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap mutu sekolah dasar di kota Cilegon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
13. Sekolah menempatkan peningkatan kualitas secara terus menerus sebagai suatu keharusan. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa sumber mutu dalam bidang pendidikan yang dapat dipandang sebagai faktor pembentuk atau faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan. Dalam konsep Deming (Sallis E., 2008,hlmn41)
pendidikan
yang
bermutu
adalah
pendidikan
yang
menghasilkan keluaran, baik pelayanan dan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan atau harapan pelanggan (pasar)nya. Dalam pengertian ini, sekolah yang bermutu adalah sekolah yang dapat memuaskan pelanggannya baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal. Sedangkan menurut Goetch dan Davis (Rusman, 2011,hlmn555) kualitas/mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan layanan, orang, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan. Kualitas atau mutu pendidikan bukan hanya diukur dari pencapaian nilai siswa, tetapi juga dilihat dari berbagi aspek. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Minarti S. (2011,hlmn336) bahwa prestasi yang dicapai dapat berupa hasil tes kemampuan akademis (misalnya ulangan umum, UN, dan lain-lain), dapat pula prestasi di bidang lain, misalnya dalam cabang olah raga atau seni. Dengan demikian walaupun perolehan nilai yang tinggi saja tidak menjamin bahwa sekolah tersebut adalah sekolah yang bermutu namun nilai adalah salah satu indikator yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu proses pendidikan. Namun begitu faktor lain yang bersifat non akademis juga harus menjadi perhatian guru maupun kepala sekolah. Adanya keterampilanketerampilan lain yang dikuasai siswa juga berpengaruh terhadap penilaian terhadap mutu sekolah tersebut. Selain itu disiplin, moral/tingkah laku, dan kerja sama yang ditunjukkan sebagi hasil belajar oleh siswa juga menjadi faktor yang harus diperhatikan oleh guru dan kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah tersebut.
Susilawati, 2014
Pengaruh kualitas layanan guru dankepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap mutu sekolah dasar di kota Cilegon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
Agar mutu sekolah dapat meningkat sehingga peserta didik dapat bersaing dalam arus globalisasi yang sarat dengan kompetisi, semua pihak harus terlibat. Bukan hanya pemerintah, tetapi juga masyarakat dan orang tua juga harus saling mendukung lancarnya proses pendidikan di sekolah, sesuai dengan apa yang disarankan oleh Danim (2009,hlmn56) yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan mutu sekolah ada lima faktor dominan yang terlibat, yaitu: (1) Kepemimpinan kepala sekolah, (2) Siswa, (3) Guru, (4) Kurikulum, (5) Jaringan kerja sama. Faktor
dominan
menentukan
mutu
sekolah
seperti
yang
dikemukakan di atas saling terkait satu dan lainnya. Masing-masing memiliki peran untuk mencapai tujuan sekolah dengan maksimal. Kepemimpinan kepala sekolah berperan utama dalam menentukan arah dan tujuan sekolah. Faktor lainnya adalah siswa yang ada di sekolah dengan segala bakat dan keunikannya. Guru harus mengerti akan kekhasan setiap siswa, sehingga mampu memberikan layanan sesuai dengan kebutuhan siswa. Untuk dapat memberikan layanan yang sesuai, setiap guru harus memiliki komitmen terhadap tugas. Danim (2009,hlmn56) mengatakan bahwa: “keterlibatan dan pelayanan optimal dari guru sangat diperlukan dalam proses pembelajaran sehingga tidak ada siswa yang tidak terlayani, yang nantinya akan mempengaruhi pada pencapaian tujuan dan visi yang ditetapkan.” Tujuan dan visi yang akan dicapai dikembangkan dengan berpedoman pada kurikulum. Sejalan dengan itu, Danim (2009,hlmn56) mengatakan bahwa: “adanya kurikulum yang ajeg tetapi dinamis dapat memungkinkan dan memudahkan standar mutu yang diharapkan sehingga tujuan dapat dicapai secara maksimal.” Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap mutu sekolah adalah adanya kerja sama yang baik antara berbagai pihak yang berkepentingan. Sebagaimana dikemukakan oleh Danim(2009,hlmn56) bahwa: “jaringan kerjasama tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah dan masyarakat
Susilawati, 2014
Pengaruh kualitas layanan guru dankepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap mutu sekolah dasar di kota Cilegon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
semata, tetapi juga dengan organisasi lain seperti perusahaan/instansi sehingga out put dari sekolah dapat terserap dalam dunia kerja.” Dari kelima faktor yang mempengaruhi mutu sekolah sebagaimana yang telah diuraikan di atas, kepala sekolah menempati posisi puncak yang mempengaruhi mutu suatu sekolah. Hal ini sependapat dengan Nurkolis (2003,hlmn119) yang menyatakan bahwa: Pada tingkat sekolah, kepala sekolah sebagai figur kunci dalam mendorong perkembangan dan kemajuan sekolah. Kepala sekolah tidak hanya meningkatkan tanggung jawab dan otoritasnya dalam programprogram sekolah, kurikulum dan keputusan personil, tetapi juga memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan akuntabilitas keberhasilan siswa dan programnya. Kepala sekolah harus pandai dalam memimpin kelompok dan pendelegasian tugas dan wewenang. Memang kepala sekolah sebagai seorang top leader di sekolah tidak dapat memungkiri bahwa dibawah kepemimpinannyalah mutu sekolah dipertaruhkan. Sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan formal dengan keragaman potensi pendidik dan peserta didik memerlukan pelayanan yang optimal dan beragam. Hal ini harus disadari sepenuhnya oleh kepala sekolah. Senada dengan itu Bahar M. (2011,hlmn147) mengatakan bahwa prilaku kepemimpinan kepala sekolah yang tidak dapat menciptakan suasana dan iklim kerja yang harmonis, tidak adil dalam mengambil keputusan, dan kurang bijaksana dalam menyelesaikan konflik serta menghadapi setiap paradigma, akan berpengaruh terhadap mutu kinerja guru SMK. Secara formal kepala sekolah memiliki wewenang dan bisa menjadi kharismatik sebagai pemimpin sekolah. Keberhasilan kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya tidak akan terlepas dari kemampuan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai kepala sekolah. Merujuk pada berbagai pendekatan teoritik dan empirik, salah satu tipe kepemimpinan kepala
sekolah
yang
dapat
digunakan
adalah
tipe
kepemimpinan
transformasional. Hal tersebut didukung dengan pendapat Bass dan Avolio (2007,hlmn96) yang mengemukakan bahwa: Susilawati, 2014
Pengaruh kualitas layanan guru dankepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap mutu sekolah dasar di kota Cilegon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
Pemimpin transformasional adalah pemimpin yang memberikan pertimbangan-pertimbangan dan rangsangan intelektual yang diindividualkan dan memiliki kharisma. Pemimpin seperti ini mencurahkan perhatian kepada kebutuhan pengikutnya, mereka mengubah kesadaran pengikut akan persoalan-persoalan dengan membantu mereka memandang masalah lama dengan cara-cara baru dan mereka mampu membangkitkan serta mengilhami para pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra dalam mencapai tujuan kelompok. Dapat disimpulkan bahwa, kepemimpinan kepala sekolah sangat mempengaruhi mutu kinerja guru yang tentu saja juga akan sangat berpengaruh pada mutu sekolah. Apabila kepala sekolah dapat membawa guru-gurunya untuk lebih disiplin dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya dengan cara yang persuasif, para guru tentu akan mengikuti dan menjalaninya dengan baik tanpa rasa terpaksa. Apalagi bila kepala sekolah dapat memberi contoh nyata dalam tindakannya, tentu saja semua guru akan ikut terpengaruh dan mengikuti pemimpinnya. Dari rata-rata gambaran mutu pendidikan di Indonesia seperti yang tertuang di atas, tetap ada saja sekolah yang dapat diacungkan jempol dalam pencapaian dan peningkatan mutu pendidikan di sekolahnya. Tidak semua sekolah mewakili kebobrokan dan kemerosotan mutu pendidikan di Indonesia. Ada beberapa sekolah atau daerah yang bisa dijadikan contoh untuk memperbaiki situasi dunia pendidikan saat ini. Salah satu contohnya adalah Kota Cilegon. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kota Cilegon, diperoleh data bahwa pada tahun ajaran 2012/2013 Kota Cilegon menempati urutan kedua setelah Kota Tangerang untuk pencapaian hasil UN dan US di Provinsi Banten. Perolehan nilai tiap-tiap sekolah di kecamatan yang ada di kota Cilegon tersebut juga di atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan. Situasi ini memungkinkan bagi kota/kabupaten lain untuk menjadikannya sebagai contoh dalam peningkatan mutu sekolah di daerahnya masing-masing. Data tersebut juga diperkuat dengan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Provinsi Banten 2013 seperti pada tabel berikut ini: Susilawati, 2014
Pengaruh kualitas layanan guru dankepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap mutu sekolah dasar di kota Cilegon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10
Tabel 1.1 Daftar Peringkat Perolehan Nilai Ujian Akhir Sekolah Dasar di Provinsi Banten Tahun Ajaran 2012/2013 Jumlah Peserta Rata-Rata UN No Kab/Kota UN SD/MI SD/MI 1. Kota Tangerang 30.239 8,13 2.
Kota Cilegon
7.830
8,03
3.
Kota Tangerang Selatan
21.911
7,62
4.
Kabupaten Tangerang
54.636
7,44
5.
Kabupaten Pandeglang
12.612
7,18
6.
Kabupaten Lebak
32.359
7,10
7.
Kota Serang
28.249
7,05
8.
Kabupaten Serang
29.143
6,55
Data pada tabel di atas menunjukkan pencapaian rata-rata tiap kota/kabupaten yang ada di Provinsi Banten. Secara umum terlihat bahwa kabupaten/kota yang ada di Provinsi Banten memperoleh nilai ujian nasional yang tidak terlalu jelek, hal ini ditunjukkan oleh pencapaian nilai terendah kabupaten kota yaitu Kabupaten Serang adalah 6,55. Bila dilihat angkanya, 6,55 bukanlah angka yang kecil bila dibandingkan dengan nilai minimal yang ditetapkan pemerintah. Sedangkan Kota Cilegon, sesuai dengan yang terlihat pada tabel tersebut merupakan salah satu kota di Provinsi Banten yang pencapaian nilai ujian nasionalnya masuk dalam kategori baik yaitu 8,03 dan menempati posisi kedua dari seluruh kabupaten/kota yang ada di Provinsi Banten. Artinya Kota Cilegon adalah salah satu kota/kabupaten terbaik di Provinsi Banten untuk pencapaian nilai ujian nasional. Beranjak dari data di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dengan judul “Pengaruh Mutu Layanan Guru dan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Mutu Sekolah Dasar di Kota Cilegon”. Susilawati, 2014
Pengaruh kualitas layanan guru dankepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap mutu sekolah dasar di kota Cilegon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
11
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah pada latar belakang di atas, dapat diketahui bahwa mutu sekolah akan dapat diwujudkan dengan maksimal apabila komponen-komponen yang berperan didalamnya saling bersinergi. Kepemimpinan kepala sekolah sebagai salah satu elemen penting dalam mengorganisir layanan pendidikan di sekolah hendaklah memfungsikan dirinya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin dalam suatu lembaga pendidikan. Kualitas layanan guru sebagai pelaksana utama dalam mengendalikan, menata, maupun menciptakan proses belajar mengajar yang efektif juga harus menjadi perhatian. Kualitas layanan yang baik akan membawa dampak dan hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Sebaliknya, kualitas layanan yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat atau peserta didik sebagai pengguna layanan juga akan berdampak pada tidak tercapainya hasil belajar secara maksimal. Masih banyak komponen yang mempengaruhi mutu suatu lembaga pendidikan. Setiap komponen harus saling mendukung dan diupayakan dengan semaksimal mungkin untuk menunjang tercapainya mutu sekolah seperti yang diharapkan. Dari komponen-komponen yang menentukan tingkat pencapaian mutu pendidikan di suatu sekolah atau lembaga pendidikan, yang akan diteliti lebih lanjut adalah kepemimpinan kepala sekolah dan kualitas layanan guru. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan identifikasi masalahnya sebagai berikut:
Susilawati, 2014
Pengaruh kualitas layanan guru dankepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap mutu sekolah dasar di kota Cilegon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
12
Kepemimpi nan kepala sekolah
Bisnis dan Komunitas Lokal
Sarana prasarana
MUTU SEKOLAH
Kualitas guru
Kualitas Layanan Guru
Kurikulum
Pembiayaan
Sumber Daya
Teknologi
Gambar 1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu sekolah (Sallis E. 2008; Danim & Suparno, 2009; Bahar M., 2011; E. Mulyasa, 2011) Dari identifikasi masalah tersebut, penulis akan memfokuskan penelitian pada dua faktor yaitu faktor kepemimpinan kepala sekolah dan kualitas layanan guru terhadap mutu sekolah. Faktor ini menjadi fokus penulis karena sesuai dengan perkembangan dan tuntutan kebutuhan manusia di era sekarang ini yang memang sudah sangat memperhatikan kualitas layanan dan penanganan yang lebih manusiawi.
C. Rumusan Masalah
Susilawati, 2014
Pengaruh kualitas layanan guru dankepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap mutu sekolah dasar di kota Cilegon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
13
Dari
identifikasi
masalah
pada
penjelasan
terdahulu,
penulis
merumuskan masalah yang akan dibahas menjadi beberapa bagian, yaitu: 1.
Bagaimana gambaran kualitas layanan guru di Kota Cilegon
2.
Bagaimana gambaran kepemimpinan tranformasional kepala sekolah di Kota Cilegon
3.
Bagaimana gambaran mutu sekolah dasar di Kota Cilegon
4.
Bagaimana pengaruh kualitas layanan yang diberikan oleh guru-guru terhadap pencapaian mutu pendidikan di sekolah di Kota Cilegon
5.
Bagaimana pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan sekolah dasar Kota Cilegon
6.
Bagaimana pengaruh kualitas layanan yang diberikan oleh guru dan kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar Kota Cilegon.
D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan utama penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran umum tentang peningkatan mutu sekolah melalui kualitas layanan guru dan kepemimpinan transformasional kepala sekolah. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap informasi yang berkaitan dengan: 1.
Kualitas layanan yang diberikan oleh guru-guru terhadap siswa dalam pembelajaran di sekolah di Kota Cilegon
2.
Implementasi
kepemimpinan transformasional di sekolah dasar Kota
Cilegon 3.
Mutu pendidikan sekolah dasar di Kota Cilegon
4.
Analisis pengaruh antara kualitas layanan yang diberikan oleh guru terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar Kota Cilegon
5.
Analisis hubungan kepemimpinan transformasional terhadap peningkatan mutu di sekolah dasar Kota Cilegon
Susilawati, 2014
Pengaruh kualitas layanan guru dankepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap mutu sekolah dasar di kota Cilegon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
14
6.
Analisis pengaruh antara layanan yang diberikan guru dan kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar Kota Cilegon.
E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik bagi pihak peneliti sendiri maupun bagi phak akademik. Secara lebih rinci, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Manfaat secara teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: a.
Bahan masukan bagi penelitian lebih lanjut terhadap objek sejenis atau aspek lainnya yang belum tercakup dalam penelitian ini.
b.
Pengembangan khasanah ilmu yang berhubungan dengan kajian administrasi pendidikan, terutama pada aspek kepemimpinan kepala sekolah, kualitas layanan guru, dan mutu sekolah.
2.
Manfaat secara praktis a.
Bagi kepala sekolah, berguna untuk pengembangan dan perbaikan kinerja dan kemampuan manajerialnya dalam pencapaian visi maupun tujuan yang telah diprogramkan demi peningkatan mutu sekolah.
b.
Bagi guru, sebagai masukan dan evaluasi bagi penyempurnaan dan perbaikan kinerjanya terhadap upaya peningkatan mutu layanan pembelajaran di kelas
c.
Bagi Pengawas Sekolah, agar dapat dijadikan pertimbangan untuk memberikan pembinaan terhadap kepala sekolah dan guru-guru di sekolah yang mutu pendidikannya akan lebih ditingkatkan lagi.
d.
Bagi Kepala UPTD Pendidikan, semoga dapat jadi bahan pertimbangan dalam pengembangan kemampuan manajerial kepala sekolah.
Susilawati, 2014
Pengaruh kualitas layanan guru dankepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap mutu sekolah dasar di kota Cilegon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
15
e.
Bagi peneliti sendiri selain untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Sekolah Pascasarjana Program Studi Administrasi Pendidikan, juga untuk menambah wawasan dalam mengelola dan memaksimalkan pelayanan pembelajaran sehingga kinerja yang dihasilkan semakin optimal.
F. Struktur Organisasi Tesis Untuk lebih memahami alur dalam penulisan tesis ini, dikemukakan struktur organisasi tesis. Struktur organisasi tesis dalam tulisan ini terdiri dari: Bab I Pendahuluan; berisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi dan
perumusan
masalah,
tujuan
penelitian,
metode
penelitian,
manfaat/signifikansi penelitian dan struktur organisasi tesis. Bab II Kajian Pustaka; kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian berisi tentang kajian pustaka yang terdiri dari kajian kepemimpinan konstruktif dalam studi Administrasi Pendidikan, kajian motivasi berprestasi dalam studi Administrasi Pendidikan dan kajian iklim sekolah dalam studi Administrasi Pendidikan. Bab III Metode Penelitian; lokasi dan subjek populasi dan sampel penelitian, desain penelitian, defenisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan analisa data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan; deskripsi data mutu sekolah, deskripsi
data
mutu
layanan
guru,
deskripsi
data
kepemimpinan
transformasional kepala sekolah, analisis statistik, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V Kesimpulan dan Saran; berisi tentang kesimpulan dari isi tesis dan saran perbaikan.
Susilawati, 2014
Pengaruh kualitas layanan guru dankepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap mutu sekolah dasar di kota Cilegon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu