1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu cara yang tepat dalam usaha membentuk sumber daya manusia yang lebih berkualitas serta mendukung terciptanya tujuan pembangunan nasional. Sebab dengan adanya pendidikan, manusia mendapatkan pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai sikap, sehingga manusia dapat berfikir lebih kritis dan lebih rasional dalam menghadapi segala permasalahan. Pendidikan diharapkan sesuai dengan pasal 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi pada siswa agar menjadi manusia yang beriman, cakap, aktif, kreatif dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Sanjaya, 2011: 65). Tujuan pendidikan nasional tersebut dijadikan dasar dan acuan untuk menentukan seluruh aspek pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Mencapai tujuan dalam pendidikan diperlukan proses sehingga input yang ada dapat menghasilkan output yang diinginkan. Proses yang dimaksud adalah proses pembelajaran. Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal dasar yang dilaksanakan untuk membina, membimbing, melatih dan memberi fasilitas bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam melaksanakan tujuan tersebut perlu diselenggarakan program pendidikan yang sinkron antara program pendidikan dengan output yang dibutuhkan. Dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran matematika, keberhasilan dapat diukur dengan bagaimana proses penguasaan materi itu terjadi, bukan hanya sejauh mana siswa menguasai pelajaran. Tujuan pembelajaran matematika akan
2
tercapai jika siswa belajar secara aktif, atau dapat juga dengan student center yang menyenangkan, dan bermakna. Dalam pembelajaran matematika, seorang guru yang mengajar di dalam kelas memiliki suatu harapan. Harapan setiap guru dalam mengajarkan mata pelajaran matematika yaitu siswa dapat menguasai keterampilanketerampilan matematika dengan baik dan benar. Dengan adanya penguasaan tersebut, maka pembelajaran akan lebih bermakna dan membawa hasil nyata bagi siswa. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), seorang guru dituntut memiliki kompetensi yang profesional, inovatif, kreatif, dan aktif dalam pelaksanaan pembelajaran, khusunya pelaksanaan proses pembelajaran di dalam kelas. Selain itu guru juga dituntut mampu berlaku sebagai seorang fasilitator, yang dapat menguasai berbagai perkembangan ilmu dan teknologi agar dapat menyiapkan bekal bagi peserta didik dalam menghadapi segala tantangan di era globalisasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, dapat ditempuh menggunakan pendekatan pembelajaran yang inovatif dan membuat belajar semakin bermakna. Pendekatan pembelajaran yang digunakan harus sesuai karakteristik siswa agar tercipta minat yang tinggi terhadap pelajaran matematika. Guru dikatakan berhasil dalam mengajar jika ada peningkatan dalam pembelajaran yang dilaksanakan. Kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari aktivitas proses belajar. Begitu pentingnya proses belajar, sehingga apabila ingin berhasil dalam pembelajaran, salah satu caranya ialah dengan mengefektifkan proses belajar dengan baik, agar hasil yang tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas III SD Negeri 2 Karangsari pada hari Jumat, 30 Oktober 2015, diketahui banyak siswa yang masih mengalami kesulitan belajar, terutama pada pemahaman konsep, gagasan serta penguasan terhadap keterampilan-keterampilan mata pelajaran matematika. Dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, siswa kelas III kurang antusias, kurang aktif, dan banyak yang bermain sendiri dikarenakan kurang tepatnya penggunaan pendekatan
3
pembelajaran. Guru dalam memberikan materi matematika menggunakan model ceramah, langsung pada rumus, serta latihan soal pada peserta didik. Hal itulah yang menyebabkan pembelajaran matematika di kelas III kurang bermakna dan terkesan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dan membosankan. Diketahui bahwa kegiatan belajar mengajar matematika kelas III di SD Negeri 2 Karangsari belum maksimal seperti apa yang diharapkan. Data terakhir berdasarkan hasil tes ulangan harian matematika kelas III, dari jumlah 30 yang terdiri dari 19 siswa perempuan, dan 11 siswa laki-laki. Diperoleh data 17 siswa yang belum tuntas mencapai KKM 60 dari sekolah. Hal ini disebabakan karena kurangnya antusias dan keaktifan siswa terhadap mata pelajaran matematika, dan matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang tidak menyenangkan. Di sinilah tugas seorang guru dituntut untuk mampu membangkitkan antusias belajar siswa dalam pelajaran matematika. Peran seorang guru ditunjuk untuk ikut serta mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan tanpa mengabaikan tujuan kognitif yang harus dicapai secara efisien. Peneliti berharap nantinya nilai rata-rata tes hasil belajar siswa dapat meningkat dengan standar dari peneliti mencapai nilai 75 dan kualitas proses belajarnya pun meningkat. Data tersebut menunjukkan adanya kesenjangan antara pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan Kurikulum KTSP dengan proses pembelajaran yang terjadi sesungguhnya di sekolah. Pada pelaksanaan proses pembelajaran di SD Negeri 2 Karangsari menjadi kurang optimal dikarenakan kurang tepatnya pemilihan model pendekatan pembelajaran, kurang optimal model pendekatan pembelajaran tersebut jelas
mengindikasikan
adanya
permasalahan
dalam
kegiatan
pembelajaran
matematika yang perlu untuk dicarikan solusinya. Pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat sangat diperlukan, pendekatan pembelajaran merupakan suatu komponen yang ikut serta menentukan keberhasilan proses pendidikan. Pendekatan pembelajaran yang digunakan guru harus disesuaikan dengan karakteristik siswa dan materi yang akan dipelajari. Sebab tidak semua pendekatan pembelajaran dapat diterapkan pada materi pelajaran yang
4
akan disampaikan pada peserta didik. Pendekatan pembelajaran sebaiknya disertakan dengan media pembelajaran agar proses pembelajaran yang dilakukan lebih antusias, bermakna dan optimal. Berdasarkan situasi di kelas III SD Negeri 2 Karangsari, peneliti menawarkan sebuah pendekatan pembelajaran yaitu Pendekatan Induktif
secara
garis besar pendekatan induktif mendorong siswa untuk mempelajari contoh-contoh khusus informasi dan konsep di lingkungan yang sesuai dengan materi pelajaran kemudian dibuat generalisai dan ditarik kesimpulan lebih unum dari hasil penelitian konsep-konsep yang sudah ada di lingkungan sekitar. Dengan begitu pelajaran matematika bukan hanya mempelajari rumus yang sudah ada, tetapi juga memahami konsep. Menurut Yamin (2012: 78) pendekatan induktif mendorong siswa untuk belajar atau berusaha keras mensisntesiskan, mengumumkan, atau menyimpulkan prinsip dasar dari pelajaran tersebut melalui pemberian berbagai kasus, fakta, contoh atau sebab yang menccerminkan suatu konsep atau prinsip. Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat mengetahui hal-hal yang ditekankan dalam pendekatan induktif. Dengan pendektan induktif ini seorang guru bisa melihat dan meneliti keaktifan siswa dalam menjawab kasus, fakta, dan contoh yang diberikan guru sesuai dengan materi mata pelajaran yang akan dipelajari. Siswa belajar menghubungkan contoh-contoh yang diberikan guru dan menarik kesimpulan dari contoh atau konsep-konsep tersebut. Pendekatan induktif dapat mengembangkan cara berfikir kritis dan rasional siswa khusunya dalam pemahaman konsep matematika. Pelaksanaan pendekatan induktif dipadukan dengan media konkret. Media konkret merupakan media visual non proyeksi yang biasa disebut dengan media nyata atau benda realita. Menurut Asyhar (2011 : 54) benda nyata atau benda konkret adalah benda yang dapat dilihat, didengar atau dialami oleh peserta didik sehingga memberikan pengalaman langsung kepada mereka. Benda tersebut tidak harus
5
dihadirkan di ruang kelas ketika proses pembelajaran berlangsung, tetapi siswa dapat melihat
langsung
ke
lokasi
obyek.
Sebagai
contoh,
untuk
mempelajari
keanekaragaman hayati, klasifikasi makhluk hidup, ekosistem dan organ tanaman, siswa bisa mengamatinya langsung di lokasi atau habitatnya, misalnya melalui kunjungan atau studi lapangan. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan meneliti tentang pendekatan induktif dengan media konkret yang diharapkan dapat meningkat proses pembelajaran Matematika melalui penelitian tindakan kelas kolaboratif dengan judul “Penerapan Pendekatan Induktif Dengan Media Konkret Dalam Peningkatan Pembelajaran Matematika Tentang Persegi dan Persegi Panjang Pada Siswa Kelas III SD Negeri 2 Karangsari Tahun Ajaran 2015/2016.”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang ada, maka perumusan masalah dapat ditulis sebagai berikut: 1. Bagaimana langkah–langkah pendekatan induktif dengan media konkret dalam peningkatan pembelajaran matematika tentang persegi dan persegi panjang pada siswa kelas III SD Negeri 2 Karangsari tahun ajaran 2015/2016? 2. Apakah penerapan pendekatan induktif dengan media model konkret
dapat
meningkatkan pembelajaran matematika tentang persegi dan persegi panjang pada siswa kelas III SD Negeri 2 Karangsari tahun ajaran 2015/2016? 3. Apa kendala dan solusi penerapan pendekatan induktif dengan media konkret dalam peningkatan pembelajaran matematika tentang persegi dan persegi panjang pada siswa kelas III SD Negeri 2 Karangsari tahun ajaran 2015/2016?
6
C. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pembelajaran matematika kelas III SD Negeri 2 Karangsari Kecamatan Kebumen, sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah untuk: 1. Mendeskripsikan langkah-langkah penerapan
pendekatan induktif dengan
media konkret dalam peningkatan pembelajaran matematika tentang persegi dan persegi panjang pada siswa kelas III SD Negeri 2 Karangsari tahun ajaran 2015/2016. 2. Meningkatkan pembelajaran matematika tentang persegi dan persegi panjang melalui pendekatan induktif dengan media konkret pada siswa kelas III SD Negeri 2 Karangsari tahun ajaran 2015/2016. 3. Menemukan kendala dan solusi yang dihadapi pada penerapan pendekatan induktif dengan media konkret dalam peningkatan pembelajaran matematika tentang persegi dan persegi panjang
pada siswa kelas III SD Negeri 2
Karangsari tahun ajaran 2015/2016.
D. Manfaat Penelitian Dalam penelitian yang akan dilaksanakan kali ini memiliki dua manfaat penelitian yang ingin dicapai. Manfaat tersebut meliputi manfaat teoretis dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoretis Manfaat teoretis yang dapat diperoleh dari penelitian ini diantaranya: a. Mendapatkan pengetahuan atau teori baru tentang pembelajaran matematika melalui pendekatan induktif dengan media konkret. b. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan mata pelajaran matematika SD pendekatan induktif dengan media konkret.
7
c. Sebagai acuan dan bahan pertimbangan bagi penelitian sejenis serta wawasan keilmuan dalam bidang pendidikan. 2. Manfaat Praktis Berikut perincian manfaat praktis yang dapat diperoleh dari penelitian ini. a. Bagi Siswa. Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi siswa yaitu dapat meningkatkan kegiatan belajar secara lebih nyata, dan tidak hanya terfokus pada rumus yang sudah ada sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar matematika. b. Bagi peneliti Penelitian tentang penerapan pendekatan induktif dengan media konkret ini memberikan manfaat bagi peneliti diantaranya: 1) dapat
menambah
pengetahuan
dan
pengalaman
peneliti
dalam
meningkatkan pembelajaran matematika. 2) dijadikan sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut. c. Bagi Guru. Dengan dilaksanakan penelitian ini mendorong para guru untuk menerapkan dan mengembangkan pendekatan induktif dengan media konret di kelas dan memudahkan guru untuk menarik minat serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran matematika di kelas. d. Bagi Sekolah. Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang banyak dalam rangka memperbaiki pembelajaran di dalam kelas dan untuk pengembangan sumber daya manusia (SDM) agar lebih berkualitas dan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.