1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Sub sektor peternakan perlu dikembangkan karena sub sektor ini dapat memberikan kontribusi besar untuk pertanian Indonesia. Kontribusi sub sektor peternakan terhadap pertanian Indonesia ditentukan oleh seberapa besar kemampuan pelaku di sub sektor ini untuk mengembangkan budidaya peternakan tersebut. Terkait dengan hal tersebut, maka sub sektor peternakan yang akan dikembangkan di masa yang akan datang diharapkan mampu menghasilkan produk-produk yang dapat bersaing di pasaran. Salah satu komoditas unggulan di sub sektor peternakan yang dapat dikembangkan adalah budidaya ayam broiler. Budidaya ayam broiler merupakan salah satu budidaya peternakan unggas yang memiliki populasi terbesar di Jawa Tengah yang dapat dilihat dari Tabel 1. Tabel 1 Perkembangan Populasi Unggas di Jawa Tengah Tahun 2010 - 2014 No Komoditas 2010 2011 2012 2013 2014 1 Ayam 36.908.672 38.296.383 40.868.263 39.313.232 40.753.808 Kampung 2 Ayam Ras 17.712.776 19.395.051 19.881.430 21.630,154 20.293.547 Petelur 3 Ayam 64.332.799 66.239.700 76.906.291 103.964.760 108.195.894 Broiler Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2015 Pada Tabel 1 dapat terlihat bahwa populasi ayam broiler terus mengalami peningkatan dalam kurun waktu 4 tahun hingga mencapai 108.195.894 ekor pada tahun 2014. Peningkatan populasi ayam broiler akan memberikan jalan kepada peternak untuk mengembangkan budidaya ayam broiler karena ayam broiler memiliki umur budidaya lebih cepat dari pada ayam kampung maupun ayam petelur. Umur budidaya ayam kampung hingga panen 60 hari atau 2 bulan dan umur budidaya ayam petelur hingga afkir 88
1
2
minggu atau 2 tahun. Sehingga dengan kegiatan mengembangkan budidaya dapat mempengaruhi meningkatnya konsumsi ayam broiler dikalangan masyarakat. Salah satu kabupaten yang memiliki populasi ayam broiler yang cukup besar adalah Kabupaten Boyolali. sehingga dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2.Populasi Ayam Broiler Menurut Kabupaten / Kota di Jawa Tengah Tahun 2014 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
Kabupaten / Kota Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.Purbalingga Kab. Banjarnegara Kab.Kebumen Kab.Purworejo Kab. Wonosobo Kab.Magelang Kab.Boyolali Kab.Klaten Kab.Sukoharjo Kab.Wonogiri Kab. Karanganyar Kab. Sragen Kab. Grobogan Kab.Blora Kab.Rembang Kab.Pati Kab.Kudus Kab. Jepara Kab.Demak Kab. Semarang Kab. Temanggung Kab.Kendal Kab.Batang Kab.Pekalongan Kab.Pemalang Kab.Tegal Kab.Brebes Kab. Magelang KotaSurakarta Kota Salatiga Kota Semarang Kota Pekalongan Kota Tegal
Populasi Ayam Broiler (Ekor) 3.726.282 7.065.168 3.470.585 4.516.400 2.145.900 2.556.940 1.880.073 1.439.562 1.294.580 1.866.432 2.347.130 2.343.544 5.296.550 4.235.988 1.216.469 1.655.461 366.500 1.123.274 5.250.500 501.244 7.519.800 7.501.700 852.000 8.190.231 10.361.585 4.959.501 775.500 5.226.667 6.951.000 263.100 6.500 180.000 1.016.945 14.783 78.000
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2015 Pada Tabel 2 dapat terlihat bahwa Kabupaten Boyolali memiliki populasi ayam ras broiler yang cukup berkembang dibandingkan persaingan
3
dengan kabupaten / kota lainnya yang berada di Jawa Tengah. Sehingga Kabupaten Boyolali memiliki potensi cukup besar untuk mengembangkan usaha ayam ras broiler dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3 Perkembangan Populasi Ternak Unggas di Kabupaten Boyolali Tahun 2010 -2014 No 1 2 3
Komoditas Ayam Buras Ayam Ras Petelur Ayam broiler
2010 1.008.958
2011 1.408.040
2012 1.852.756
2013 1.742.756
2014 725.768
789.913
1.363.414
1.929.302
2.050.257 1.038.513
837.026
2.634.948
2.913.350
3.084.291 1.460.420
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali, 2015 Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa dalam kurun waktu 4 tahun terdapat peningkatan yang fluktuatif dari populasi ayam broiler di Kabupaten Boyolali. Kabupaten Boyolali merupakan sentra ayam broiler yang berpotensi sehingga banyak peternak yang ingin mengembangkan budidaya ayam broiler di Kabupaten Boyolali tersebut. Hampir sebagian besar kecamatan yang berada di Kabupaten Boyolali mengembangkan budidaya ayam broiler. Perkembangan peternak untuk melakukan budidaya ayam broiler ini dikarenakan peternak bisa bekerjasama dengan mitra. Pola kemitraan ini dapat dijadikan solusi oleh peternak karena untuk mengatasi berbagai macam kekurangan yang dihadapi oleh peternak. Program kemitraan ini juga dapat meningkatkan produksi ternak ayam broiler di Kabupaten Boyolali. Peternak bekerjasama dengan mitra hanya menyiapkan kandang untuk budidaya ayam broiler sehingga input yang dibutuhkan dalam budidaya ayam broiler ini sudah disediakan oleh mitra yang bekerjasama dengan peternak. Input yang disediakan oleh mitra berupa Day Old Chick (DOC), pakan ayam, vaksinasi, dan obat-obatan sehingga peternak dapat melakukan proses budidaya ayam broiler. Setiap proses produksi ayam broiler, peternak harus selalu mempertimbangkan berapa risiko yang ditanggungnya. Pada umumnya risiko yang ditanggung oleh peternak yaitu risiko produksi. Risiko produksi
4
disebabkan oleh ketidakpastian iklim, intensistas serangan penyakit dan faktor – faktor yang berada di luar kontrol peternak (Hernanto, 1993). Oleh karena itu peternak ayam broiler di Kabupaten Boyolali harus mempertahankan populasi ayam broiler agar lebih meningkat. Menurut Dinas Peternakan, peternak ayam broiler di Kabupaten Boyolali ini terdiri dari peternakan skala kecil dan skala besar yaitu skala kecil < 15.000 ekor sedangkan kriteria peternak ayam broiler skala besar > 15.000 ekor. Kematian ayam semasa dalam pemeliharaan sebenarnya adalah sebuah risiko yang terjadi dalam peternakan ayam broiler. Namun, setiap peternak akan berupaya untuk menekan seminimal mungkin angka mortalitas atau angka kematian pada ayam yang dipeliharanya. Menurut Divisi Peternakan di Kabupaten Boyolali angka mortalitas yang masih dianggap wajar adalah pada angka 35%. Solusinya untuk menekan angka mortalitas antara lain adalah menjalankan pengelolaan secara baik; menggunakan bibit yang bagus; memberikan ransum yang berkualitas dan dalam jumlah yang memadai; hingga pemberian vaksin maupun obat-obatan sesuai dosis yang dibutuhkan. Apabila pada suatu peternakan sampai terjadi angka mortalitas yang cukup tinggi, 30-40% sehingga dapat menimbulkan suatu kerugian dalam budidaya. Hal ini memberikan petunjuk bahwa budidaya ayam broiler belum berhasil. Menurut
Fauziyah et.al (2012) keberhasilan peternak dalam
memproduksi ayam broiler bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu genetik (DOC) dan lingkungan yang dapat menyebabkan kematian dan kerugian dalam budidaya ayam broiler. Menurut penyuluh peternakan di Kabupaten Boyolali, apabila dalam proses produksi tidak memperhatikan faktor tersebut maka kemungkinan akan mengalami penurunan produksi. Genetik dan lingkungan merupakan pengaruh utama dalam produksi. Genetik yang berarti bibit atau Day Old Chick (DOC) dapat dipengaruhi oleh grade dan ukuran. Day Old Chick (DOC) ini juga dapat dilihat dengan keadaan Day Old Chick (DOC) yang baik maupun tidak baik. Day Old Chick (DOC) yang baik yaitu terutama pada daerah pembibitan yang terkenal, Day Old Chick (DOC) memiliki berat badan 35 gram – 40 gram, dan keadaan Day Old
5
Chick (DOC) tidak cacat, warna cerah, tidak lemas, warna putih kekuningkuningan serta kaki yang kuning cerah. Lingkungan dapat dipengaruhi seperti air, udara dan pakan. Akan tetapi lingkungan dapat berpengaruh negatif dengan penyebaran penyakit dan virus yang menjadi risiko dalam melakukan budidaya ayam broiler. Terutama pada penyakit flu burung pada ayam broiler dapat menyebabkan mortalitas dan kerugian dalam produksi ayam broiler. Menurut penyuluh peternakan di Kabupaten Boyolali, penyakit flu burung atau AI (Avian Influenza) menyebabkan mortalitas ayam broiler sebesar 50%-70%, sehingga perlu penanggulangan sebelum adanya penyakit flu burung dengan cara di vaksin. Vaksin penyakit flu burung pada ayam broiler dilakukan pada umur 5 – 7 hari. AI (Avian Influenza) atau flu burung merupakan serangan pada ayam yang mempunyai kelembaban yang tinggi atau pada musim penghujan sehingga akan memudahkan virus berkembang, akan tetapi flu burung atau AI (Avian Influenza) tidak akan berkembang pada musim kemarau. Sehingga permasalahan– permasalahan diatas yang dihadapi oleh peternak ayam broiler di Kabupaten Boyolali menjadi beberapa risiko dalam produksinya. Oleh karena itu perlu adanya manajemen risiko untuk mengurangi risiko produksi. B. Perumusan Masalah Banyaknya risiko dalam budidaya budidaya ayam broiler di Kabupaten Boyolali ini dapat mengakibatkan kematian dan kerugian. Kematian dan kerugian itu merupakan permasalahan dalam budidaya ayam broiler yang dialami oleh peternak. Permasalahan agar dapat berkurang perlu adanya solusi yang baik,
sehingga permasalahan tersebut tidak menyebabkan
kematian dan kerugian yang tinggi. Penyebab terjadinya kematian dan kerugian yang tinggi dapat disebabkan oleh faktor input dan proses produksinya. Oleh karena itu dalam mengembangkan dan menjaga produktivitas ayam broiler di Kabupaten Boyolali diperlukan manajemen yang baik untuk melakukan budidaya salah satunya dengan manajemen risiko. Berdasarkan latar belakang diatas permasalahan penelitian yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
6
1. Bagaimana risiko dalam budidaya ayam broiler di Kabupaten Boyolali? 2. Apakah risiko produksi dalam budidaya ayam broiler di Kabupaten Boyolali yang berpeluang mengalami kerugian? 3. Bagaimana manajemen risiko produksi budidaya ayam broiler di Kabupaten Boyolali? C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui risiko dalam budidaya ayam broiler di Kabupaten Boyolali. 2. Untuk mengetahui risiko produksi dalam budidaya ayam broiler di Kabupaten Boyolali yang berpeluang kerugian . 3. Untuk menganalisis manajemen risiko produksi budidaya ayam broiler di Kabupaten Boyolali. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas, manfaat dari penelitian adalah sebagi berikut : 1. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih luas tentang budidayatani ayam broiler, sekaligus sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S1 di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi Peternak Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam rangka peningkatan budidaya ternak ayam broiler. 3. Bagi Pembaca Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai tambahan referensi dan informasi bagi kalangan akademisi untuk keperluan studi dan penelitian selanjutnya mengenai topik permasalahan yang sama.
7
4. Bagi Pemerintah Kabupaten Boyolali Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan guna menentukan kebijakan di sektor pertanian khusunya masalah yang berhubungan dengan ayam broiler.