1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh kegoncangan karena mereka masih dalam taraf mencari identitas. Periode ini merupakan periode yang paling berat karena masa ini penuh dengan perubahan - perubahan fungsi biologis, kognisi, afektif dan fungsi sosial. Perubahan - perubahan ini merupakan stressor yang dapat menyebabkan stres bagi remaja (Hurlock, 2003). Stres adalah respon individu terhadap keadaan atau kejadiaan yang memicu stres (stresor), yang mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya (coping) (Santrock, 2003). Menurut seorang pelopor penelitian stres Hans Selye, stres sebenarnya adalah kerusakan yang dialami tubuh akibat berbagai tuntutan yang ditempatkan padanya. Banyak faktor baik besar maupun kecil yang dapat menghasilkan stres dalam kehidupan remaja seperti beberapa kasus, kejadian – kejadian kecelakaan kendaraan, atau kematian seorang teman dapat menghasilkan stres. Sementara, kejadian sehari – hari seperti tugas sekolah dan pekerjaan yang berlebihan,
merasa
frustasi
karena
kondisi
keluarga
yang
tidak
menyenangkan, atau hidup dalam kemiskinan, juga dapat menghasilkan stres (Santrock, 2003). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Walker (2002) pada 60 orang remaja menghasilkan bahwa penyebab utama ketegangan dan masalah yang ada pada remaja berasal dari hubungan dengan teman dan keluarga, tekanan dan harapan dari diri mereka sendiri dan orang lain, tekanan disekolah oleh guru dan pekerjaan rumah, tekanan ekonomi dan tragedi yang ada dalam kehidupan mereka misalnya kematian, perceraian ( Irma, 2008). Stres adalah 1
2
realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Stres disebabkan oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian. Sering dianggap kejadian atau perubahan negatif yang dapat menimbulkan stres misalnya cedera, sakit, kematian orang yang dicintai, padahal perubahan positif juga dapat menimbulkan stres misalnya naik kelas, naik pangkat, perkawinan, jatuh cinta dapat menimbulkan stres seperti halnya putus cinta (Keliat, 1999). Remaja mempunyai kecenderungan untuk merespon stres berdasarkan situasi dan kondisi pada saat itu juga. Stres telah menjadi bagian dari kehidupan manusia namun sering tidak diperhatikan, stres dapat dialami oleh siapa saja dan dimana saja. Stres tidak dialami orang dengan cara yang sama. Dalam bentuk tertentu, dalam rentang berat ringan yang berbeda dan dalam jangka waktu panjang-pendek yang tidak sama pula. Dalam mengatasi stres dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti pendekatan farmakologis, perilaku, kognitif, meditasi, hypnosis, dan terapi musik (Hardjana, 1994). Metode musik merupakan salah satu cara untuk membantu mengatasi stres. Secara keseluruhan musik dapat berpengaruh secara fisik maupun psikologis. Secara psikologis, musik dapat membuat seseorang menjadi rileks, mengurangi stres, menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepaskan rasa gembira dan sedih dan membantu serta melepaskan rasa sakit. Musik adalah kesatuan dari kumpulan suara melodi, ritme dan harmoni yang dapat membangkitkan emosi. Terapi adalah serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu atau menolong orang lain. Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang menggunakan musik untuk meningkatkan dan memperbaiki kondisi fisik, kognitif dan sosial bagi individu dalam berbagai usia (Djohan, 2006). Ketika musik diterapkan menjadi sebuah terapi, musik dapat meningkatkan, memulihkan, dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial dan spiritual. Hal ini disebabkan musik memiliki beberapa kelebihan, yaitu karena musik bersifat nyaman, menenangkan, membuat rileks, berstruktur, dan universal. Kata musik dan terapi digunakan untuk menjelaskan media yang digunakan secara khusus dalam rangkaian terapi.
3
Dengan bantuan musik, pikiran klien dibiarkan untuk mengembara, baik untuk mengenang hal – hal yang membahagiakan, membayangkan ketakutan – ketakutan yang dirasakan, mengangankan hal – hal yang diimpikan dan dicita – citakan atau langsung mencoba menguraikan permasalahan yang ia hadapi (Djohan, 2006). Terapi musik yang dilakukan di College of Notre Dame, Belmont, California menggunakan stimulus suara (bunyi , musik) untuk mengetahui dampak suara terhadap kondisi stres dan rileks yang alami seseorang ( Adhe, 2011). Pengaruh musik sangat besar bagi pikiran dan tubuh. Contohnya, ketika kita mendengarkan suatu alunan musik (meskipun tanpa lagu), seketika kita dapat merasakan efek dari musik tersebut. Ada musik yang membuat gembira, sedih, terharu, terasa sunyi, semangat, mengingatkan masa lalu dan lain-lain. Peran musik dalam terapi musik tentunya bukan seperti obat yang dapat dengan segera menghilangkan rasa sakit. Namun secara perlahan – lahan dan bertahap efektivitas musik sebagai terapi akan terjadi jika dilakukan dengan benar dan tepat (Djohan, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Regina dan Prabowo tahun 2007 mengenai treatment meta musik untuk menurunkan stres dengan metoda mendengarkan musik pada mahasiswa, hasilnya menunjukkan adanya perbedaan terhadap tingkat stres sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan, dan hasilnya menunjukkan bahwa terapi musik dapat mengurangi tingkat stres pada mahasiswa (Prabowo, 2007). Selain itu terdapat penelitian dari Adhe Primadita mengenai efektifitas intervensi terapi musik klasik terhadap terhadap stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa PSIK UNDIP, hasilnya terapi musik klasik efektif untuk menurunkan stres. Penelitian yang dilakukan Irma Rahmawati tahun 2008 berjudul perbedaan tingkat stres sebelum dan sesudah terapi musik pada kelompok remaja mengungkapkan penurunan tingkat stres yang terjadi pada remaja khususnya remaja yang tinggal di Panti asuhan Yayasan Bening Nurani Kabupaten Sumedang, disebabkan karena pemberian terapi musik tersebut
4
dapat menurunkan hormon adrenokortikotropik (ACTH) yang merupakan hormon stres. Remaja yang tinggal di Panti Asuhan, diantaranya ada yang sudah tidak mempunyai ayah atau ibu bahkan ada yang sudah tidak mempunyai keduanya. Saat mereka mengalami masalah seperti kegagalan dalam berprestasi di sekolah, nilai ujian yang buruk, dan masalah dengan teman sebaya yang akan menimbulkan stres dalam menyelesaikan masalah tersebut dibutuhkan motivasi dan dukungan dari orang tua. Namun, bagi remaja yang tinggal di Panti Asuhan ketiadaan orang tua di dekat mereka untuk memotivasi dan mendukung mereka dalam mengatasi masalahnya membuat remaja menjadi sedih, bingung meskipun di panti asuhan terdapat orang tua asuh pengganti namun pengasuh juga tidak sanggup apabila mengurus semua anak – anak yang tidak sedikit tersebut. Selain itu, kebutuhan akan kasih sayang dari kedua orang tua dapat menyebabkan beban pikiran yang akan menimbulkan
stres.
Dengan
demikian
banyak
faktor
yang
dapat
menyebabkan remaja yang tinggal dipanti asuhan lebih rentan mengalami stres. Anak-anak di Yayasan Kyai Ageng Majapahit rata-rata berstatus yatim, piatu bahkan duafha. Mereka berasal dari berbagai daerah seperti Demak, Pati, Purwodadi, Cilacap, bahkan ada beberapa anak yang berasal dari Jakarta, bahkan Padang, tetapi banyak juga yang berasal dari sekitar tempat yayasan tersebut tidak jarang anak yang tinggal dekat dengan yayasan sering pulang ke rumahnya walaupun dilarang dengan alasan ingin pulang menemui keluarganya yang masih ada, mereka mengaku merasa merindukan keluarganya. Setelah kembali melakukan studi pendahuluan dengan memberikan kuisioner pada tanggal 18 maret 2012 dengan melibatkan 16 remaja di yayasan kyai ageng majapahit menggunakan Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) oleh Lovibond & Lovibond (1995). Pada instrumen ini terdapat 42 item pertanyaan. DASS adalah seperangkat skala subyektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres.
5
Tingkatan stres pada instrumen ini berupa normal, ringan, sedang, berat, sangat berat. Jumlah skor dari pernyataan item tersebut, memiliki makna 0-29 (normal), 30-59 (ringan), 60-89 (sedang), 90-119 (berat), >120 (Sangat berat). Didapatkan hasil remaja yang menunjukkan normal sebanyak 1 (satu) orang, ringan sebanyak 12 orang, dan sedang sebanyak 3 orang. Dengan demikian peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana pengaruh terapi musik untuk penurunan tingkat stress pada remaja di Panti Asuhan Yayasan Kyai Ageng Majapahit.
B. Rumusan Masalah Periode dalam masa remaja merupakan periode yang paling berat karena masa ini penuh dengan perubahan - perubahan fungsi biologis, kognisi, afektif dan fungsi sosial. Perubahan - perubahan ini merupakan stressor yang dapat menyebabkan stres bagi remaja. Remaja yang tinggal di panti asuhan lebih rentan mengalami stress karena himpitan masalah ekonomi, jauh dari kata keluarga, pergaulan dengan teman sebaya merupakan masalah utama. Untuk mengatasinya dapat diberikan terapi musik, karena ketika musik diterapkan menjadi sebuah terapi, musik dapat meningkatkan, memulihkan, dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial dan spiritual. Hal ini disebabkan musik memiliki beberapa kelebihan, yaitu karena musik bersifat nyaman, menenangkan, membuat rileks, berstruktur, dan universal. Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan : “bagaimana pengaruh terapi musik untuk penurunan tingkat stres pada remaja di panti asuhan Yayasan Kyai Ageng Majapahit”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui Pengaruh Terapi Musik Untuk Penuruna Tingkat Stres Pada Remaja Di Panti Asuhan Yayasan Kyai Ageng Majapahit.
6
2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan tingkat stres sebelum dilakukan terapi musik pada remaja di Panti Asuhan Yayasan Kyai Ageng Majapahit. b. Mendeskripsikan tingkat stres setelah dilakukan terapi musik pada remaja di Panti Asuhan Yayasan Kyai Ageng Majapahit. c. Menganalisis pengaruh terapi musik untuk penurunan tingkat stres pada remaja di Panti Asuhan Yayasan Kyai Ageng Majapahit.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Remaja Di Panti Asuhan Bagi remaja di panti asuhan khususnya Yayasan Kyai Ageng Majapahit dapat bermanfaat sebagai pencegahan dan membantu mengurangi peningkatan stress pada remaja bahkan semua anak atau yang tinggal di panti tersebut. 2. Bagi Institusi Pendidikan Bagi institusi pendidikan ilmu keperawatan sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan mahasiswa tentang Keefektivan Terapi Musik Untuk Penurunan Tingkat Stress Di Panti Asuhan Yayasan Kyai Ageng Majapahit. 3. Bagi Ilmu Pengetahuan Menambah informasi terutama dalam ilmu keperawatan jiwa yang terkait dengan tingkat stress pada kalangan remaja diharapkan dapat dilakukan pencegahan dan penanganan lebih lanjut untuk mengurangi tingkat stress yang dialami remaja pada umumnya.
E. Bidang Ilmu Sesuai dengan lingkup penelitian ini termasuk ke dalam penelitian di bidang ilmu keperawatan jiwa.
7
F. KEASLIAN PENELITIAN
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No.
Peneliti
Judul
Desain Penelitian Pre test dan Post test one group desaign
Variabel
Hasil
Tingkat Stres Sebelum Dan Sesudah Terapi Musik
Terdapat perbedaan Tingkat Stres Sebelum Dan Sesudah Terapi Musik
1.
Irma, 2008
Perbedaan Tingkat Stres Sebelum Dan Sesudah Terapi Musik Pada Kelompok Remaja Di Panti Asuhan Yayasan Bening Nurani Kabupaten Sumedang
2.
Regina dan Prabowo, 2007
Trietment Meta Musik Untuk Menurunkan Stres
one group Pre test dan Post test desaign
Musik Untuk Trietment Meta Menurunkan Musik Dapat Stres Menurunkan Stres
3.
Adhe Primadita
Efektifitas Intervensi Terapi Musik Klasik Terhadap Stress Dalam Menyusun skripsi Pada Mahasiswa PSIK Mahasiswa UNDIP Semarang
Pre test dan Post test one group desaign
Terapi Musik Klasik Terhadap Stress Dalam Menyusun skripsi Pada Mahasiswa
Terapi Musik Klasik efektif untuk menurunkan stres
Perbedaan Penelitian : 1. Irma, 2008 Perbedaan Tingkat Stres Sebelum Dan Sesudah Terapi Musik Pada Kelompok Remaja Di Panti Asuhan Yayasan Bening Nurani Kabupaten Sumedang. Perbedaan terdapat pada jenis musik yang digunakan yaitu pada penelitian sebelumnya menggunakan jenis musik yang disukai oleh responden
8
sedangkan pada penelitian ini menggunakan jenis musik instrumen piano (chopin). 2. Regina dan Prabowo, 2007 Treatment Meta Musik Untuk Menurunkan Stres. Perbedaan terdapat pada subjek atau responden yaitu pada peneliti sebelumnya dilakukan pada mahasiswa sedangkan pada penelitian ini pada remaja di panti asuhan. 3. Adhe Primadita Efektifitas Intervensi Terapi Musik Klasik Terhadap Stress Dalam Menyusun skripsi Pada Mahasiswa PSIK Mahasiswa UNDIP Semarang. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini yaitu terdapat pada judul, variabel penelitian, pada penelitian sebelumnya lebih spesifik pada musik klasik untuk terapi musik.