BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah hak semua anak, demikian pula dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus sudah diatur dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 yang menyebutkan bahwa, “Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam belajar mengikuti proses pembelajaran karena mempunyai kelainan fisik, emosi, mental, dan sosial”. Apriyanto (2012: 21) “Anak gangguan mental atau anak tunagrahita adalah anak yang secara signifikan memiliki kecerdasan di bawah rata-rata anak pada umumnya dengan disertai hambatan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarnya”. Kemis & Rosnawati (2013: 13) “Anak tunagrahita ringan adalah anak tunagrahita mampu didik (educabel mentally retarded) dengan IQ 50 – 75 dan anak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan anak reguler pada kelas 5 Sekolah Dasar”. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat kita ketahui bahwa anak tunagrahita ringan masih memiliki kemampuan akademik yang meliputi membaca, menulis, dan berhitung dengan mengembangkan kemampuanya melalui pendidikan dan pelayanan khusus untuk anak tunagrahita. Fakta dilapangan kemampuan matematika anak tunagrahita hanya sampai pada tahap simbolik tidak sampai koseptual atau prosedural. Fakta tersebut sesuai dengan teori tahap proses belajar oleh Bruner dalam Ardika(2015: 4) sebagai berikut: 1. Tahap enaktif, pada tahap ini pengetahuan dipelajari secara aktif dengan menggunakan benda-benda konkret atau dengan menggunakan situasi nyata. 2. Tahap ikonik, pada tahap ini pengetahuan dipresentasikan dalam bentuk bayangan visual atau gambar yang menggambarkan kegiatan konkret yang terdapat pada tahap enaktif. 1
2
3. Tahap simbolik, pada tahap ini pengetahuan di presentasikan dalam bentuk simbol-simbol. Tahap belajar tersebut perlu dilakukan pendidik dalam pembelajaran anak tunagrahita dengan proses belajar atau memahami materi yang sesuai kemampuannya. Kemampuan belajar anak tunagrahita ringan bervariasi sesuai karakteristik masing-masing anak. Termasuk dalam pelajaran matematika, kemampuan belajar anak tunagrahita ringan sering mengalami hambatan yang disebabkan beberapa faktor seperti, metode pembelajaran yang digunakan guru, media pembelajaran yang digunakan, dan materi yang terlalu sulit. Anak tunagrahita ringan mengalami kesulitan dalam berpikir secara abstrak, mempelajari sesuatu dengan objek yang bersifat konkrit, membutuhkan penjelasan yang sederhana namun mudah dimenggerti anak, hal ini sesuai pendapat Apriyanto (2012: 49) bahwa, “Anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk dapat berpikir secara abstrak, belajar apapun harus terkait dengan objek yang bersifat konkrit. Kondisi seperti itu ada hubungannya dengan kelemahan ingatan jangka pendek, kelemahan dalam bernalar, dan sukar sekali dalam mengembangkan ide”. Pelajaran matematika yang diberikan pada siswa tentunya harus menggunakan media pembelajaran yang konkrit sehingga siswa dapat memahami materi yang disampaikan guru. Hal tersebut sesuai dengan tahap enaktif pada teori Bruner tentang tahapan proses belajar. Tahap enaktif atau tahap pembelajaran yang menggunakan benda konkrit dapat digunakan dalam berbagai materi pembelajaran termasuk matematika. Pembelajaran matematika khususnya materi mengenal bangun datar sederhana, siswa belum mampu menyebutkan dan memahami macam bentuk bangun datar sederhana, seperti menyebut bangun datar lingkaran dengan nama “bulat”, menyebutkan persegi panjang dengan nama “kotak”. Kondisi tersebut dikarenakan kemampuan berpikir abstrak mereka sangat lemah, dan pembelajaran bangun datar sederhana yang di ajarkan guru kepada siswa hanya melalui buku dan penjelasan gambar di papan tulis. Maka dari itu guru hendaknya menanamkan pemahaman bangun datar sederhana kepada anak dengan jelas, sehingga anak
3
tidak hanya menghafal nama bangun datar tapi juga mengetahui bentuknya. Kelemahan siswa tersebut dapat diatasi guru dengan menggunakan media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Sundayana (2013: 6) menyatakan bahwa pengguaan media dimaksudkan agar pesan atau informasi dapat lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa. Salah satu media yang di gunakan dalam penelitian ini adalah plastisin. Peneliti menggunakan media plastisin untuk meningkatkan kemampuan mengenal bangun datar sederhana anak tunagrahita ringan. Alasan peneliti menggunakan media plastisin karena dari hasil wawancara dengan guru kelas belum menggunakan media yang sesuai saat pembelajaran bangun datar dan kemampuan anak tunagrahita ringan dalam mengenal bangun datar sederhana masih rendah. Penggunaan media yang dilakukan peneliti tersebut disesuaikan dengan tahap belajar dari teori Bruner yaitu tahap enaktif yang menggunakan benda konkrit atau situasi nyata bagi siswa. Plastisin juga mempunyai manfaat yang sesuai untuk melatih kemampuan kognitif dan motorik anak. Plastisin merupakan lilin mainan yang terdiri dari bermacam warna yang dapat dibuat berbagai bentuk secara bebas dan spontan tanpa menyisakan kotoran. Media ini dapat melatih dan mengembangkan kreativitas anak. Plastisin adalah mainan anak yang mudah didapat, mudah digunakan, harga terjangkau, dapat digunakan dalam berbagai bentuk kerajinan tangan, banyak macam warna yang disukai anak, dan aman digunakan. Penggunaan plastisin dalam pembelajaran banyak manfaatnya hal itu sesuai pendapat Mirna dalam Gusnita (2012: 60) manfaat plastisin antara lain, “Dapat membantu dan mengembangkan imajinasi anak, membentuk dan mengembangkan daya bereksplorasi anak serta melatih keterampilan motorik halus anak”.Media plastisin mempunyai manfaat sesuai dengan tujuan penggunaannya. Penggunaan media plastisin dalam pembelajaran matematika mempunyai tujuan agar anak tunagrahita ringan lebih mudah membuat bentuk tiruan bangun datar sederhana sesuai kreatifitas serta kemampuannya dan mudah memahaminya. Beberapa manfaat dan kelebihan plastisin tersebut menjadi alasan peneliti
4
menggunakan plastisin sebagai salah satu media pembelajaran anak tunagrahita ringan. Penggunaan media plastisin akan meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal bangun datar sederhana dengan benda konkrit secara mudah. Dari penjelasan tersebut maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “EFEKTIVITAS MENINGKATKAN
PENGGUNAAN KEMAMPUAN
MEDIA
PLASTISIN
MENGENAL
BANGUN
UNTUK DATAR
SEDERHANA PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III DI SDLB NEGERI KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016”. B. Identifikasi Masalah Masalah-masalah yang terkait dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam hal kognitif, interaksi sosial dan perilaku adaptif. 2. Anak tunagrahita memiliki daya ingat yang rendah dan sulit berpikir abstrak. 3. Anak tunagrahita sering mengalami kesulitan belajar matematika yang bersifat abstrak. 4. Kemampuan anak tunagrahita dalam mengenal bangun datar sederhana masih rendah. 5. Media pembelajaran yang digunakan guru belum efektif. C. Pembatasan Masalah Fokus permasalahan dalam penelitian ini yaitu : 1. Peningkatan kemampuan mengenal bangun datar sederhana anak tunagrahita ringan kelas III semester 2 di SDLB Negeri Karanganyar tahun pelajaran 2015/2016. 2. Anak tunagrahita ringan kelas III di SDLB Negeri Karanganyar tahun pelajaran 2015/2016.
5
D. Rumusan Masalah Rumusan masalah berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas adalah apakah penggunaan media plastisin efektif untuk meningkatkan kemampuan mengenal bangun datar sederhana pada siswa tunagrahita ringan kelas III semester 2 di SDLB Negeri Karanganyar tahun pelajaran 2015/2016 ? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan media plastisin terhadap peningkatan kemampuan mengenal bangun datar sederhana pada anak tunagrahita ringan kelas III di SDLB Negeri Karanganyar tahun pelajaran 2015/2016. F. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Menambah pengetahuan tentang penggunaan media plastisin dalam peningkatan kemampuan mengenal bangun datar sederhana anak tunagrahita ringan kelas III semester 2. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Menambah pengalaman siswa tunagrahita ringan dalam pembelajaran matematika kaitannya dengan peningkatan kemampuan siswa dalam mengenal bangun datar sederhana yang menggunakan media plastisin. b. Bagi Guru Menambah variasi alternatif media pembelajaran yaitu media plastisin dalam peningkatan kemampuan mengenal bangun datar sederhana pada siswa tunagrahita ringan kelas III semester 2.
6
c. Bagi Peneliti Menambah
pengalaman
tentang
media
plastisin
terkait
dengan
peningkatan kemampuan mengenal bangun datar sederhana pada pembelajaran mata pelajaran matematika untuk siswa tunagrahita ringan kelas III semester 2.