BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tari merupakan ekspresi jiwa yang diungkapkan dalam bentuk gerak tubuh yang memiliki nilai estetika. Tari sebagai karya seni dapat dimaknai sebagai suatu ekspresi perasaan dalam diri manusia yang diolah oleh imajinasi dan diaktualisasikan dalam media gerak. Sumandiyo (2005:13) menyatakan bahwa : Seni tari sebagai ekspresi manusia yang bersifat estetis, kehadirannya tidak bersifat independen. Dilihat secara tekstual, tari dapat dipahami dari bentuk dan tekhnik yang berkaitan dengan komposisinya (analisis bentuk atau penataan koreografi) atau tekhnik penarinya (analisis cara melakukan atau keterampilan). Sementara dilihat secara kontekstual yang berhubungan dengan ilmu sosiologi maupun antropologi, tari adalah bagian dari immanent dan integral dari dinamika sosio-kultural masyarakat. Berdasarkan pemaparan diatas, tari merupakan ungkapan estestis dari ekspresi jiwa manusia yang secara tekstual dapat dipahami melalui bentuk penyajiannya, tekhnik yang berkaitan dengan komposisinya, analisis penataan koreografinya, segala elemen dalam penyajiannya bahkan tekhnik atau keterampilan para penarinya. Gambaran budaya tempat tari itu berada, ekspresi masyarakat dari tempat tari itutercipta dan berkembang. Tari di Indonesia mulanya berasal dari gerakan-gerakan ritual yang berfungsi sebagai alat upacara menurut sejarahnya, seperti persembahan kepada leluhur dan nenek moyang (animisme). Semakin hari keberagaman tarian di Indonesia pun semakin mengalami perkembangan, banyak faktor yang menyebabkan terjadinya hal ini. Soedarsono (2010:5) mengutarakan bahwa : Ada empat bangsa yang jauh lebih tua perkembangan seni pertunjukannya dari seni pertunjukan di Indonesia, yang dalam proses pembentukannya memiliki pengaruh yang cukup besar pada seni pertunjukan Indonesia, yaitu bangsa India, bangsa Arab, bangsa Cina, dan bangsa Barat (Eropa). … Dari aspek kehidupan agama saja bisa kita buktikan bahwa bangsa Indonesia memeluk enam agamanya besar yang semuanya berasal dari luar, yaitu agama Hindu dan Buddha dari India, 1
Inge Metasya Sulpuras, 2013 Tari Kejei Pada Masyarakat Suku Kujang Di Kabupaten Rejang Lebong Provindi Bengkulu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2
agama Islam dari Arab, agama Katolik, Kristen dan Protestan dari Eropa, agama Konghucu dari Cina, dan ditambah dengan Kepercayaan Kepada Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu, wajarlah apabila sebagai akibat dari pengaruh budaya-budaya besar itu Indonesia menjadi sangat kaya akan seni pertunjukan. Namun perlu dicatat, bahwa pengaruh-pengaruh itu kemudian ditanggapi secara kreatif dan menyatu dengan seni pertunjukan Indonesia sebelum datangnya pengaruh asing. Pernyataan di atas jelas sekali memaparkan bahwa keberadaan seni pertunjukan khususnya tari di Indonesia terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Meski berbagai faktor yang telah diungkap oleh Soedarsono mengenai perkembangan seni pertunjukan di Indonesia, masyarakat Indonesia tidak semata-mata menerima mentah-mentah apa yang mereka dapat dari luar. Tapi semua itu mengalami penyaringan dan disesuaikan dengan kebudayaan yang dianut, sehingga menghasilkan keberagaman bentuk seni (tari) yang indah dan menjadi ciri khas dari masing-masing suku bangsa. Sebuah tarian selain menjadi ciri khas dari masyarakat pemiliknya, tarian juga diyakini memiliki peranan dan fungsi tersendiri dalam setiap penyajiannya. Setiap zaman, setiap kelompok etnis, serta setiap lingkungan masyarakat, mempunyai berbagai bentuk seni pertunjukan yang mempunyai fungsi primer dan sekunder yang berbeda pula. Dalam sumber yang sama Soedarsono (2010:123) menyatakan bahwa : Secara garis besar seni pertunjukan memiliki tiga fungsi primer, yaitu (1) sebagai sarana ritual; (2) sebagai ungkapan pribadi yang pada umumnya berupa hiburan pribadi; (3) sebagai presentasi estetis. … Pada pertunjukan ritual ini penikmatnya adalah para penguasa dunia atas serta bawah, sedangkan manusia sendiri lebih mememeentingkan upacara itu daripada menikmati bentuknya. Fungsi primer yang kedua adalah sebagai ungkapan dan hiburan pribadi, keterlibatan penikmat sama dengan fungsi pertama. … Seni pertunjukan yang berfungsi sebagai penyajian estetis memerlukan penggarapan yang sangat serius, karena penikmat yang pada umumnya membeli karcis, menuntut sajian pertunjukan yang baik. Eksistensi seni pertunjukan di Indonesia selain mengalami perkembangan juga mengalami pasang-surut dari masa ke masanya, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang dipaparkan oleh Soedarsono, diantaranya perubahan politik, perubahan selera masyarakat penikmat, tidak mampu bersaing dengan bentukInge Metasya Sulpuras, 2013 Tari Kejei Pada Masyarakat Suku Kujang Di Kabupaten Rejang Lebong Provindi Bengkulu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3
bentuk pertunjukan yang lain, termasuk juga dana/biaya. Namun hal itu tidak semata-mata membuat tarian di Indonesia menjadi hilang, berbagai penyesuaian dilakukan untuk tetap menjaga dan melestarikan kebudayaan asli milik bangsa Indonesia yang menjadi ciri khas masing-masing suku bangsa. Provinsi Bengkulu merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian barat daya pulau Sumatera yang mempunyai berbagai macam bentuk tarian, baik tarian adat yang berkaitan dengan kepercayaan lama sebagai penolak balak, dan pemujaan, sendratari, maupun tari-tarian kreasi sebagai tarian hiburan. Provinsi yang berdiri pada tanggal 16 November 1968 ini memiliki banyak suku bangsa yang menempatinya, diantaranya Suku Serawai, Suku Melayu, Suku Lembak, Suku Muko-muko, Suku Pekal, Suku Enggano dan Suku Rejang yang masing masing suku mempunyai kesenian tradisional sebagai ciri khas dan jati diri mereka sebagai masyarakat pemiliknya. Suku Serawai mempunyai tari Andun yang ditarikan oleh bujang gadis suku Serawai untuk menyambut tamu dan juga sebagai sarana mencari jodoh bagi para penarinya. Suku Rejang merupakan salah satu suku tertua di Pulau Sumatera yang menduduki sebagian besar wilayah di Provinsi Bengkulu. Suku Rejangyang terdiri dari 4 mergo atau dikenal dengan sebutan Rejang Pat Petulai yang berarti Rejang empat petulai yaitu Mergo Bermani atau Bermano, Mergo Bejinggo, Mergo Sepanjang Jiwo dan Mergo Bimbo tersebar di Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Lebong dan sebagian besar wilayah Kabupaten Rejang Lebong. Suku ini tidak adaptif terhadap perkembangan di luar daerah. Ini dikarenakan kultur masyarakat Rejang yang sulit untuk menerima pendapat di luar dari pendapat kelaziman menurut pendapat mereka, dan ini menjadi bukti keyakinan dan ketaatan mereka terhadap adatistiadat yang berlaku sejak dahulu kala. Hingga saat ini mayoritas suku Rejang masih mempertahankan kebudayaan mereka, tidak heran jika hukum adat yang berupa denda dan cuci kampung masih dipertahankan hingga sekarang (Musiardanis). Setiap suku bangsa memiliki cara tersendiri dalam mewujudkan rasa syukur, rasa cinta, dan wujud penghormatan mereka terhadap sesama maupun leluhurnya. Tak jauh berbeda dengan suku bangsa lain, suku Rejang mempunyai Inge Metasya Sulpuras, 2013 Tari Kejei Pada Masyarakat Suku Kujang Di Kabupaten Rejang Lebong Provindi Bengkulu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4
berbagai macam kesenian yang mereka balut dengan prosesi tradisi untuk memuliakan adat istiadatnya, salah satunya Tari Kejei. Tari Kejei merupakan salah satu bentuk tari adat dari suku Rejang yang memiliki makna dan nilai tinggi bagi masyarakat pemiliknya. Menurut masyarakat pemiliknya tarian ini pertama kali dilaporkan oleh seorang pedagang Pasee, bernama Hassanuddin Al-Pasee yang berniaga ke Bengkulu pada tahun 1468. Tari Kejei yang mulanya bernama ta’ei jang pada awalnya ditarikan oleh anak sangei yaitupara muda-mudi di desa pada malam hari di tengah-tengah penerangan lampion yang dilakukan pada setiap musim panen raya datang, ataupun pada perhelatan besar yang terjadi di masyarakat Rejang dalam kurun waktu yang cukup panjang dan disajikan membentuk lingkaran dengan berhadaphadapan searah menyerupai jarum jam. Namun belum diketahui pasti bagaimana latar belakang tari Kejei yang ada pada masyarakat suku Rejang di Provinsi Bengkulu. Tari ini termasuk tarian sakral yang diyakini masyarakat mengandung nilai-nilai mistik, sehingga hanya dilaksanakan masyarakat suku Rejang dalam acara menyambut para biku, perkawinan dan adat marga dan pelaksanaan tari ini disertai pemotongan kerbau atau sapi sebagai syaratnya. Tari Kejei merupakan tari adat yang menjadi kebanggan dan ciri khas masyarakat Rejang. Menurut Soemardjo (2001:70) dalam Purwanti (2012), adapun jenis-jenis tarian berdasarkan fungsinya, yaitu : Tarian sakral hanya dilakukan atas perintah kepala suku atau pawing yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah demi kepentingan seuruh penduduk. Tari adat yang dilangsungkan pada acara keluarga dan tari profane yang bersifat pesta gembira bersama setelah berhasil menyelesaikan suatu masalah demi kepentingan penduduk. Perkembangannya hingga saat ini, tari Kejei disajikan selain pada perhelatan besar masyarakat suku Rejang dalam menyambut tamu agung pada kedatangan pertama, tetapi juga disajikan pada Uleak besar atau pesta pernikahan masyarakat suku Rejang. Banyak keunikan dari tari Kejei yang menarik untuk disimak, dan terdapat ketentuan-ketentuan khusus dalam penyajiannya. Tari ini ditarikan oleh sepasang muda-mudi (anak sangei) dalam bentuk kelompok dengan Inge Metasya Sulpuras, 2013 Tari Kejei Pada Masyarakat Suku Kujang Di Kabupaten Rejang Lebong Provindi Bengkulu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5
jumlah ganjil, misalnya 5 pasang, 7 bahkan 9 pasang. Menurut kepercayaan masyarakat pemiliknya tari ini hanya bisa ditarikan oleh wanita yang masih perawan, atau bisa ditarikan dalam keadaan suci. Namun belum ada penjelasan khusus mengenai makna suci disini. Hanya terdapat dua tipe gerakan dalam tari Kejei yaitu gerak tetap dan gerak peralihan, serta lintasan memutar menyerupai jarum jam dan penghormatan ke empat arah mata angin. Terdapat tempat khusus untuk pertunjukan tari ini, yaitu Balei Kejei yang berarti Balai Kejei, dan kehadiran penei yaitu sejumlah sesaji yang harus dipenuhi sebagai syarat pengikatnya. Busana yang dikenakan dalam penyajian tari ini yaitu pakaian adat masyarakat suku Rejang, dengan riasan cantik sebagai pemanisnya. Musik yang mengiringi tari Kejei pun cenderung sederhana berasal dari alat musik khas suku Rejang yang pasti mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat suku Rejang sebagai pemiliknya. Tradisi menyakralkan setiap tahapan kehidupan manusia yang penting, seperti kelahiran, kehamilan peralihan usia, pernikahan dan kematian tidak dibiarkan berlalu begitu saja. Tradisi menahannya dengan upacara yang berisi persyaratan yang tak boleh ditawar, agar tertoreh dalam batin dan menimbulkan rasa hormat. Akan tetapi modernisasi yang memuliakan efisiensi, efektifitas dan menghitung segalanya. Di segala sektor kehidupan telah terjadi perkembangan, hingga penyesuaian yang juga terjadi pada tari Kejei. Tari dikategorikan sebagai tari ritual apabila memenuhi kriteria khusus, yang diantaranya sebagai berikut : waktu
terpilih, tempat terpilih, penari terpilih dan adanya sesaji dalam
penyajiannya, baik sebelum maupun pada saat tari ini dipertunjukkan, begitu pula dengan tari Kejei. Dewasa ini tari Kejei memiliki peranan tersendiri bagi masyarakat suku Rejang dengan segala persyaratan yang mengikatnya. Namun demikian, belum ada penjelasan yang mendetail dan konprehensif mengenai Tari Kejei pada masyarakat Suku Rejang. Hal ini dipahami bahwa suatu hal berperan jika suatu hal tersebut berdampak pada hal lain baik dari aspek fungsinya maupun kegunaannya. Berangkat dari hal itu, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai tari tersebut, karena dirasa penting selain untuk Inge Metasya Sulpuras, 2013 Tari Kejei Pada Masyarakat Suku Kujang Di Kabupaten Rejang Lebong Provindi Bengkulu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6
mengetahui latar belakang tari tersebut tapi juga memberi pengetahuan kepada khalayak tentang keberadaan tari Kejei pada masyarakat suku Rejang, bagaimana bentuk penyajiannya dan makna apa saja yang terkandung didalamnya. Atas dasar itulah peneliti memilih judul “TARI KEJEI PADA SUKU REJANG DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka peneliti merumuskan beberapa masalah dalam bentuk pertanyaan, yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimana latar belakang Tari Kejei pada masyarakat suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu ? 2. Bagaimana bentuk penyajian Tari Kejei pada masyarakat suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu ? 3. Bagaimana struktur gerak Tari Kejei pada masyarakat suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu ? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara
umum
penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengidentifikasi
permasalahan yang ada di lapangan, dan mencari jawaban melalui berbagai sumber yang diterima berupa deskripsi dari permasalahan dirumusan masalah. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas yaitu : -
Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana latar belakang tari Kejei pada masyarakat Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu
Inge Metasya Sulpuras, 2013 Tari Kejei Pada Masyarakat Suku Kujang Di Kabupaten Rejang Lebong Provindi Bengkulu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
7
-
Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk penyajian Tari Kejei pada masyarakat Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu
-
Untuk mengetahui dan mendeskripsikan struktur gerak Tari Kejei pada masyarakat Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu D. Manfaat Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah dan tujuan penelitian di atas, peneliti
berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi : 1. Peneliti a. Menambah ilmu, wawasan dan pengetahuan lebih lanjut bagi peneliti mengenai latar belakang tari Kejei pada masyarakat suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu b. Mengetahui bentuk penyajiannya Tari Kejei pada masyarakat Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu c. Mengetahui bagaimana struktur gerak Tari Kejei pada masyarakat Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu 2. Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI Bandung Memberikan kontribusi di dalam menambah sumber pustaka (literature) khususnya pada Jurusan Pendidikan Seni Tari mengenai Tari Kejei pada masyarakat suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu yang dapat disajikan dan menjadi bacaan bagi para mahasiswa yang masih menimba ilmu di Universitas Pendidikan Indonesia, dan diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan. 3. Masyarakat Umum Meningkatkan kecintaan dan kebanggaan terhadap kesenian daerah setempat, dapat menambah wawasan dan informasi bagi masyarakat umum, serta memperkenalkan salah satu kesenian masyarakat suku Rejang, yaitu Tari Kejeidi Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu.
Inge Metasya Sulpuras, 2013 Tari Kejei Pada Masyarakat Suku Kujang Di Kabupaten Rejang Lebong Provindi Bengkulu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
8
4. Seniman dan Masyarakat Suku Rejang Memberikan kontribusi bagi perkembangan kesenian asli masyarakat suku Rejang, dan menambah sumber pustaka yang dapat disajikan kepada khalayak umum sebagai dokumentasi. 5. Pemerintah Setempat Menambah pembendahraan laporan mengenai seni budaya daerah Provinsi Bengkulu, memperhatikan Tari Kejei milik masyarakat suku Rejang dan keseniankesenian lainnya, serta melestarikan Tari Kejei pada masyarakat suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu. E. Struktur Organisasi Skripsi ini terdiri dari lima bab, setiap bab di dalamnya terdiri dari beberapa sub bab yang saling berketerkaitan satu sama yang lain mengenai penelitian yang berjudul “Tari Kejei pada Masyarakat Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu”. Bab I berisi tentang latar belakang penelitian ini, diikuti rumusan masalah, tujuan serta manfaat dalam penelitian ini. Bab II dalam skripsi ini berisi tentang kajian teoritis, atau teori-teori yang menguatkan dalam penelitian ini. Teori yang pertama mengenai teori seni pertunjukan, teori ini memaparkan tentang perkembangan seni pertunjukan di Indonesia, mulai dari masuknya seni pertunjukan di Indonesia, faktor yang mempengaruhi perkembangannya, hingga fungsi dari seni pertunjukan itu sendiri. Teori yang kedua yaitu teori seni dan masyarakat, teori ini menguatkan tentang keterkaitan antara seni dan masyarakat itu sendiri, Bagaimana seni merupakan hasil dari masyarakat, cerminan dari masyarakat pemiliknya. Berikutnya teori bentuk, teori bentuk penyajian berisi tentang bagaimana penyajian suatu kesenian mempunyai suatu bentuk tersendiri. Teroi struktur gerak merupakan teori ketiga dalam bab 2 ini, yang mana teori ini memaparkan bahwa suatu tarian terdiri dari unsur-unsur gerak yang tersusun menjadi struktur gerak. Selanjutnya teori tata rias dan busana, teori ini menjelaskan bagaimana fungsi dan peranan rias serta busana Inge Metasya Sulpuras, 2013 Tari Kejei Pada Masyarakat Suku Kujang Di Kabupaten Rejang Lebong Provindi Bengkulu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
9
dlama suatu tarian. Teori yang terakhir yaitu teori musik tari, teori musik tari berisi tentang bagaimana musik memberikan arti ataupun makna tersendiri dalam penyajian sebuah tarian. Metode penelitian yang dipaparkan dalam bab III berisi tentang prosedur ataupun langkah-langkah yang dilakukan peneliti selama menjalankan penelitian. Bab ini berisi tentang lokasi dan subjek penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional, tekhnik pengumpulan data, instrumen penelitian, tekhnik pengolahan dan analisis data, dan sub bab yang terakhir yaitu langkahlangkah penelitian. Bab IV dalam skripsi ini merupakan jawaban dari rumusan masalah dalam penelitian ini. Pada sub bab yang pertama menjelaskan hasil penelitian tentang Tari Kejei pada Masyarakat Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu, bagaimanalatar belakangnya, bagaimana bentuk penyajiannya, dan bagaimana struktur geraknya. Sedangkan untuk sub bab yang kedua berisi tentang pembahasan hasil penelitian, yaitu analisis peneliti terhadap hasil penelitian menggunakan teori-teori yang terdapat pada bab II. Kesimpulan dan saran dalam penelitian ini dipaparkan pada bab V. Kesimpulan yang menjawab lpermalahan dalam rumusan maslah, dan saran-saran yang membangun terkait dengan penelitian ini, baik untuk subjek penelitian, maupun hal lain yang terkait dengan subjek penelitian itu sendiri yaitu Tari Kejei pada Masyarakat Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu.
Inge Metasya Sulpuras, 2013 Tari Kejei Pada Masyarakat Suku Kujang Di Kabupaten Rejang Lebong Provindi Bengkulu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu