BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang
Ketersediaan darah berperan penting dalam menunjang pelayanan kesehatan terutama dalam penanganan pasien dengan kegawatdaruratan medis yang memerlukan transfusi darah maupun pasien dengan gangguan produksi darah ataupun komponen darah. Misalnya pasien dengan anemia berat, penyakit gangguan darah bawaan, pasien yang akan menjalani tindakan bedah, kasus perdarahan maupun penyakit lainnya(Weiser et al., 2008;Schantz-Dunn & Nour, 2011). Tanpa ketersediaan darah yang cukup maka pasien yang membutuhkan transfusi darah akan mengalami gangguan kesehatan bahkan terancam keselamatan jiwanya hingga dapat mengakibatkan kematian. Di negara berkembang dilaporkan 25% dari kasus kematian ibu akibat perdarahan karena gangguan ketersediaan darah (WHO, 2009). Persediaan jumlah darah untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia masih belum mencukupi. Penyebab yang utama adalah kurangnya pasokan.WHO menetapkan jumlah persediaan darah yang ideal di suatu negara adalah minimal 1-2% dari jumlah penduduk (WHO, 2009). Sesuai dengan rekomendasi tersebut maka saat ini kebutuhan darah di Indonesia adalah ± 4,5 juta kantung/tahun, sedangkan menurut data dari UTD PMIIndonesia baru dapat mencukupi 2 juta kantung darah/tahun. Tingkat donasi darah di Indonesia relatif rendah jika dibanding dengan negara lain. Rata-rata di negara berkembang seperti Indonesia 15 kali lebih rendah dibandingkan negara maju (WHO, 2010). Di negara maju, tingkat donasi darah berkisar antara 60-100 pendonor per 1000 penduduk. Tingkat donasi darah tertinggi di Asia adalah Jepang yaitu 68 per 1000 penduduk. Sementara itu di Singapura 24 per 1000 penduduk, Thailand 13 per 1000 penduduk, dan Malaysia 10 per 1000 penduduk. Tingkat donasi di Indonesia masih berkisar 6 orang per 1000 penduduk (WHO, 2009). 1
2
Persentase pendonor sukarela dan tidak dibayar di Indonesia relatif rendah jika dibandingkan dengan negara Asia lainnya.WHO(2011)mencatat pada tahun 2010 pendonor darah sukarela dan tidak dibayar di Indonesia berada pada kelompok 50-89,9%. Angka ini lebih rendah daripada negara Malaysia, Singapura, Thailand, dan Jepang dengan jumlah pendonor sukarela dan tidak dibayar sebanyak 99-100%.Tingkat donasi darah di Indonesia tahun 2010 belum mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, yaitu berada pada kelompok 5-9,9 per 1000 penduduk. Hal ini berbeda dengan negara tetangga seperti Malaysia yang mengalami peningkatan dari 10 per 1000 penduduk menjadi 20-29,9 per 1000 penduduk. Begitu juga dengan Singapura dari 24 per 1000 penduduk, pada tahun 2010 meningkat berada pada kelompok ≥ 30 per 1000 penduduk. Berbagai Unit Transfusi Darah dan jejaringnya selalu berupaya untuk merekrut pendonor baru dan mempertahankan pendonor yang sudah ada. Target WHO adalah seluruh negara di dunia memperoleh 100% kebutuhan darah dari pendonor sukarela dan tidak berbayar pada tahun 2020. Berbagai langkah dibutuhkan agar Indonesia dapat mencapai target tersebut, diantaranya melalui peningkatan
motivasi mendonasikan darah. Peningkatan motivasi dapat
dilakukandengan memadukan upaya promosi kesehatan dan teknologi informasi menggunakan fasilitas SMS pada telepon seluler. Pesan teks atau SMS adalah sebuah layanan pengiriman 160 karakter pesan yang bisa dikirimkan dari satu telepon ke telepon lain. Aplikasi SMS merupakan aplikasi yang paling banyak peminat dan penggunanya. Hal ini dapat dibuktikan dengan munculnya berbagai jenis aplikasi yang memanfaatkan fasilitas SMS, salah satunya adalah SMS gateway. SMS gateway dapat diartikan sebagai pintu gerbang atau jalur bagi penyebaran informasi dengan menggunakan SMS dimana petugas dapat menyebarkan pesan ke banyak nomor sekaligus secara otomatis dan cepat. Aplikasi SMS gateway sudah banyak digunakan berbagai pihak untuk berbagai keperluan termasuk pemanfaatan di bidang kesehatan. Aplikasi SMS pengingat digunakan untuk mengatur perilaku kesehatan pasien dengan memantau pola hidup dan mengingatkan minum obat pada pasiendiabetes tipe 2 (Vervloet et
3
al., 2012) dan pasien tuberkulosis (Zulfian et al., 2009). Cantu et al.(2012)menggunakan SMS promosi untuk mencegah permasalahan kesehatan reproduksi pada remaja di Amerika Serikat. Penelitian-penelitian tersebut terbatas dalam mengukur manfaat langsung terhadap pesan SMS, sehingga diperlukan penelitian yang mengukur manfaat tidak langsung bagi penerima seperti aktivitas sosial melakukan donor darah. Penggunaan aplikasi SMS untuk promosi donor darah sudah pernah dilakukan sebelumnya.Gombachika & Monawe (2011)mengukur hubungan antara sikap responden terhadap teknologi SMS dan keinginan untuk melakukan donor darah setelah menerima pesan pengingat.Agrawal &Tiwari (2012)melakukan telerecruitmentdengan telepon danSMSuntuk meningkatkan jumlah pendonor sukarela yang mau melakukan donor darah secara rutin. Penelitian ini tidak hanya menggunakan SMS, namun juga menggunakan fitur telepon dengan biaya yang lebih mahal daripada SMS. Kedua penelitian ini terbatas hanya menggunakan pendonor darah sebagai subjek penelitian. Menurut Agrawal & Tiwari (2012) telerecruitment membantu pusat pelayanan darah dalam menjaga hubungan personal dengan pendonor dan masyarakat pada umumnya. Pengiriman pesan motivasi sederhana akan memunculkan ketertarikan dan minat penerima dalam melakukan donor darah. Hal ini menyebabkan penelitian yang mengukur penerimaan pendonor dan non-donor sangat mungkin dilakukan mengingat masih rendahnya tingkat donasi dan jumlah pendonor sukarela di Indonesia. Sikap penerima terhadap isi/konten SMS memiliki peran penting terhadap penerimaan dan kepatuhan melakukan apa yang disarankan oleh isi SMS tersebut. Seseorang yang memiliki sikap positif terhadap pemanfaatan dan penggunaan teknologi SMS belum tentu memiliki sikap yang positif juga terhadap isi SMS yang diterima. Tsanget al., (2004) dan Altuna & Konuk(2009) menggunakan unsur hiburan (entertainment), informatif (informative), tidak mengganggu (irritation), dan kredibel (credibility) dalam mengukur sikap penerima pesan promosi di telepon seluler. Hasilnya persepsi terhadap isi pesan yang menghibur, informatif, tidak mengganggu, dan kredibilitas mempengaruhi sikap penerima pesan.
4
Sebagian besar penduduk Indonesia yang pada tahun 2011 berjumlah 240 juta jiwa sudah menggunakan teknologi telepon selular. Kementerian Informatika dan Komunikasi Republik Indonesia menyatakan bahwa jumlah pengguna telepon selular di Indonesia hingga tahun 2011 mencapai 231 juta. Kondisi ini menyebabkan penggunaanteknologi telepon seluler sangat mungkin untuk mendukung penerapan sistem SMS gateway dalam rangka meningkatkan motivasi berdonor khususnya pada anak muda. Unalet al. (2011) menyatakan bahwa promosi menggunakan media teknologi telepon seluler lebih menguntungkan dan lebih efisien jika dilakukan pada anak muda dibandingkan dengan orang tua. Direktori Donor Darah FK UGM adalah salah satu unit kerja di FK UGM yang bertugas melakukan pengumpulan dan pembaharuan data golongan darah di kalangan civitas akademika FK UGM. Direktori Donor Darah FK UGM secara periodik melakukan kegiatan donor darah dan membuat jejaring kerja donor darah untuk membantu UPTD RSUP dr.Sardjito dan PMI dalam menjamin ketersediaan darah di DIY yang masih mengalami defisit.Badan Pusat Statistik (2013) melaporkan bahwa PMI DIY menargetkan tersedianya 70.000 kantung di tahun 2012namun yang diproduksi sebanyak 62.299 kantung. Direktori Donor Darah FK UGMsedang mengembangkanaplikasi SMS gateway untuk mahasiswa yang tercatat di basis data Direktori Donor Darah FK UGM dalam rangka meningkatkan jumlah pendonor dan pasokan darah. Penelitian ini akan mengukurbagaimana sikap mahasiswaterhadap SMS pengingat donor darah dari aspek penerimaan teknologi SMS gateway dan penerimaan isi SMS pengingat.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah penelitian ini adalah:Bagaimana sikap mahasiswaterhadap pesan pengingat donor darah dengan teknologi SMS gateway?
5
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengevaluasi sikapmahasiswa terhadap pesan pengingat donor darah dengan teknologi SMS gateway. 2. Tujuan Khusus a. Mengukurpenerimaanmahasiswa terhadap teknologi SMS pengingat donor darah. b. Mengukur penerimaan mahasiswa terhadap isi pesan SMS pengingat donor darah.
D.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pelaksana program maupun penyusunan kebijakan di Direktori Donor Darah FK UGM, UTD RS, dan PMI dalam upaya meningkatkan jumlah pendonor dan kecukupan jumlah pasokan darah untuk pasien. 2. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan menambah kajian dan pengembangan dalam pemanfaatan teknologi sebagai media promosi donor darah untuk masa yang akan datang.
E.
Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang telah dilakukan berhubungan dengan sikap konsumen terhadap SMS promosi dan pengingat antara lain: 1. Soroa-koury & Yang(2008)dari University of Texas, mengenai faktor yang mempengaruhi respon konsumen terhadap iklan di telepon seluler (mobile advertising).Jenis penelitian adalah kuantitatif dimana kuesioner diisi oleh 343 mahasiswa dari salah satu perguruan tinggi di Texas. Hasilnya persepsi kemanfaatan dapat memprediksi sikap konsumen terhadap mobile advertising dan sikap konsumen dapat memprediksi niat dalam mengadopsi mobile advertising. Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan kerangka
6
teori yang sama yaituTAM. Perbedaannya adalah penelitian ini hanya mengukur penerimaan teknologi mobile advertising, sementara pada penelitian yang dilakukan ini tidak hanya mengukur penerimaan teknologi SMS namun juga penerimaan isi pesannya. 2. Gombachika & Monawe (2011) dari University of Malawi, mengenai analisis korelasi antara sikap pendonor darah dalam menerima teknologi SMS pengingat dan perilaku mendonasikan darah di Negara Malawi. Sikap penerimaan responden terhadap teknologi SMS dan isi pesan SMS menggunakan kerangka teoriTAM. Kuesioner diberikan kepada 120 responden yang diambil secara acak dari 1.137 pedonor.Hasilnya pendonor darah memiliki sikap yang positifdalam menerima teknologi SMS dan isi pesan SMS. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara perilaku mendonorkan darah dengan sikap terhadap teknologi SMS dan isi pesan SMS. Persamaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Perbedaannya adalah responden pada penelitian ini adalah pendonor yang berasal dari berbagai usia dan tingkat pendidikan, sementara pada penelitian yang dilakukan ini dibatasi pada mahasiswa S1 FK UGM yang tercatat pada basis data Direktori Donor Darah FK UGM. 3. Unal et al.(2011)dari Ataturk University, Turki, mengenai sikap terhadap mobile advertising dan meneliti tentang perbedaan sikap anak muda dan dewasa terhadap mobile advertising. Pemilihan responden menggunakan metode convenience sampling dimana 200 kuesioner dibagikan kepada masing-masing kelompok usia muda dan kelompok usia dewasa. Hasilnya iklan yang memiliki unsur hiburan, informatif, reliabel, personal, dan dikirim dengan persetujuan penerima terlebih dahulu punya efek positif terhadap sikap responden. Kesamaan dengan penelitian ini adalah menilai sikap responden terhadap isi pesan yang dikirimkan dan menggunakan SEM sebagai model analisis. Perbedaannya adalah pada penelitian yang dilakukan ini tidak hanya mengukur sikap terhadap isi pesan SMS namun juga terhadap teknologi SMS.
7
4. Ridha et al. (2012) dari Universitas Gadjah Mada mengukur motivasi mahasiswa melalui layanan pesan singkat telepon seluler pada perilaku merokok di Universitas Muhammadiyah Pontianak. Hasilnya mahasiswa yang
mendapat
dukungan
SMS
melalui
telepon
seluler
memiliki
keseimbangan keputusan dan minat/intensi yang lebih baik dibandingkan mahasiswa yang tidak mendapatkan SMS. Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan subjek penelitian mahasiswa dan mengukur reaksi responden terhadap pesan SMS. Perbedaan dengan penelitian ini adalah topik mengenai SMS motivasi merokok dan rancangan penelitian, yaitu pre testpost test control group design.