BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Captain Tsubasa sudah tidak asing lagi bagi masyarakat dunia khususnya pecinta sepak bola. Ia seolah menjadi simbol pemain bola terbaik dalam dunia sepak bola. Seperti halnya pelatih tim sepak bola Barcelona Luis Enrique yang sempat membandingkan sosok pemain kesayangannya, Lionel Messi dengan karakter fiksi Tsubasa.1 Captain Tsubasa bukanlah tokoh real seperti Messi, ia hanyalah tokoh fiksi dalam serial komik asal Jepang atau manga, namun posisinya seolah dapat disejajarkan dengan tokoh yang real. Manga Captain Tsubasa dengan genre olahraga – (biasa disebut supotsu manga) yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1981 oleh perusahaan penerbit Shueisha ini berhasil menarik minat masyarakat baik dalam negeri Jepang maupun masyarakat internasional, sehingga pada tahun 1983 serial ini juga dibuat dalam versi anime (film animasi) dan video game. Tercatat penjualan manga cetak Captain Tsubasa sejak pertama kali terbit mencapai angka lebih dari 82 juta copy
2
dan masih terus diproduksi
sampai sekarang. Dalam pendistribusiannya, manga Captain Tsubasa juga tampil dalam bentuk scanlation atau manga online.3 Dengan persebaran manga, anime, dan bahkan video game-nya yang sudah mencakup skala internasional, Captain Tsubasa telah berhasil menginspirasi banyak orang untuk tertarik pada dunia sepak bola. Banyak orang Jepang yang mengaku mulai tertarik pada sepak bola setelah membaca manga atau menonton serial Captain Tsubasa. Bukan hanya di Jepang, beberapa pemain bola kelas dunia seperti Lionel Messi dan Fernando Torres juga mengaku terinspirasi 1
“Luis Enrique Compares Messi and Captain Tsubasa”. http://messinews.net/2014/09/15/luisenrique-compares-messi-to-captain-tsubasa/ (15 september 2014). 2 Sumber: Wikipedia. https://en.wikipedia.org/wiki/List_of_best-selling_manga 3 Manga hadir dalam dua bentuk, pertama dalam bentuk print manga yang diproduksi oleh perusahaan penerbit resmi, sedangkan yang kedua, penterjemah tidak resmi (scanlation) yang diproduksi oleh penggemar manga dan didistribusikan secara online, namun sangat populer. Dalam Dr. Jeremy Douglass, DKK, “Understanding Scanlation: How To Read One Million Fan Translate Manga Pages”. California University, San Diego. Hal. 3-4
1
menjadi seorang pemain bola karena menonton serial Captain Tsubasa. 4 Di Indonesia sendiri serial Captain Tsubasa pertama kali populer pada tahun 2003 dengan serial animasinya yang ditayangkan pada stasiun televisi nasional dan bersamaan dengan itu juga beredar dalam versi manga. Meskipun persebaran serial Captain Tsubasa juga di dukung oleh versi anime, namun manga merupakan cikal-bakal cerita yang diangkat menjadi serial anime tersebut. Kesuksesan Captain Tsubasa baik didalam maupun luar negeri mendapat apresiasi dari pemerintah Jepang, yaitu dengan didirikannya patung Captain Tsubasa dikampung halaman Takahasi Yoichi kota Yotsugi pada tahun 2013 lalu. 5 Tsubasa Oozora6 yang menjadi tokoh utama pada manga Captain Tsubasa adalah seorang anak laki-laki asal Jepang, ia memiliki bakat luar biasa dalam bermain sepak bola dan bercita-cita ingin menjadi pemain sepak bola terbaik di dunia. Dengan kegigihannya akhirnya dia berhasil maraih impian, karir sepak bola Tsubasa terus mengalami peningkatan sehingga ia dianggap sebagai cahaya kemenangan bagi tim nasional keseblasan Jepang dan tim luar negeri dimana dia bergabung. Serial manga Captain Tsubasa yang masih terus berjalan hingga kini berjudul Captain Tsubasa: The Rising Sun, terbit pada tahun 2014. Kali ini Takahasi bercerita tentang perjuangan Tsubasa Oozora dan tim nasional sepak bola Jepang dalam mengikuti event olahraga Olimpiade di Madrid. Sebelumnya, mereka melakukan pertandingan percobaan di Mexico sebagai persiapan dan juga menyeleksi pemain yang akan turut serta dalam pertandingan. Sebagai manga yang berasal dari Jepang, Captain Tsubasa menganut nilai budaya dan ideologi Jepang. Meskipun juga tersedia dalam bentuk manga scanlation yang notabene merupakan terjemahan, namun teks tulisnya masih
4
Iwamoto Yoshihiro. “A Soccer Hero Adored Around the World”. http://www.nippon.com/en/views/b00103/?pnum=1. (3 april 2013) 5 Tribunnews. “Kapten Tsubasa akhirnya pulang kampung” http://www.tribunnews.com/superball/2013/04/03/kapten-tsubasa-akhirnya-pulang-kampung (03 april 2013). 6 Dalam bahasa Jepang, nama Tsubasa Oozora berarti “Sayap besar Langit”. Tsubasa juga sering disebut sebagai Soccer no Moshigo atau anak yang dikirim dari surga untuk sepak bola. Sumber: Wikipedia Tsubasa Ozora. https://en.wikipedia.org/wiki/Captain_Tsubasa
2
mengacu pada urutan gambar original dari pengarangnya. 7 Wacana yang tercipta pada manga ini merepresentasikan sebuah ideologi mengenai superioritas Jepang seperti pada penggambaran tokoh utama kapten tim sepak bola Tsubasa Oozora sebagai sosok penyelamat, baik dalam tim nasional Jepang maupun club sepak bola luar negeri tempatnya berlaga seperti Barcelona. Penggambaran superioritas Tsubasa dan tim yang dibelanya seringkali menghadirkan berbagai kontradiksi atau ambivalen dengan kenyataannya. Seperti pada gambar 1.1
Gambar 1.1 Captain Tsubasa The Rising Sun
Wacana yang terdapat dalam manga , turut berperan dalam membentuk image Jepang sebagai negara tempat manga berasal. Termasuk juga dengan wacana superioritas yang terdapat pada manga Captain Tsubasa. Terlebih pemerintah Jepang memang telah mengukuhkan manga sebagai salah satu alat diplomasi mereka. 8 Sebuah penelitian mengenai diplomasi budaya Jepang mengatakan 7
Pendapat dari Rodolphe Topffer yang disebut sebagai peletakan suatu dasar dari teori komik bahwa ia menggagas tentang seni (gambar) sebagai bahasa, dalam hal ini adalah bahasa visual tempat dimana adanya bidang gambar, garis, dan pencitraan yang tersusun dengan tata bahasanya sendiri, membentuk suatu naratif visual sebagai bentuk genre komunikasi yang baru. Dalam Seno Gumira Ajidarma, “Panji Tengkorak, Kebudayaan dalam Perbincangan”. KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), Jakarta , 2011. Hal: 36-37. 8 Sebagai bukti pemanfaatan manga sebagai salah satu alat diplomasi budaya Jepang, pada tahun 2007 pemerintah Jepang mengadakan event “The Internasional MANGA Award”. Event ini terus diadakan setiap tahunnya hingga saat ini. Pesertanya bukan hanya berasal dari Jepang, namun juga banyak yang berasal dari luar Jepang. Selain itu juga pemerintah Jepang juga memanfaatkan beberapa tokoh yang berasal dari manga untuk dijadikan sebagai icon ambassador Jepang. Baca
3
bahwa, sejak tahun 2004 Jepang mengedepankan diplomasi kebudayaan sebagai salah satu pokok kebijakan luar negerinya.9 Pemerintah Jepang berpendapat bahwa pop culture merupakan alat diplomasi yang efektif untuk mendapat dukungan dari masyarakat internasional. Terlebih budaya pop Jepang yang saat ini diminati dianggap memiliki potensi yang sangat tinggi untuk berkembang dan menghasilkan keuntungan bagi Jepang. Budaya populer Jepang yang dimaksud pada penelitian ini salah satunya adalah manga.10 Diplomasi budaya yang dilakukan lewat manga, merupakan salah satu praktek diplomasi publik Jepang yaitu bentuk diplomasi yang lebih fokus pada publik yang berasal dari nagara lain dan juga melibatkan aktor-aktor di luar pemerintah dalam hubungan yang kadang tidak resmi. 11 Khususnya scanlation, adanya bentuk fanculture dalam budaya manga dimana penggemar berperan dalam menterjemahkan teks tulis dari bahasa Jepang menjadi bahasa negaranya masing-masing dan secara online. Maka dari itu, para penggemar ini dapat dikategorikan sebagai salah satu aktor diplomasi publik Jepang dalam menyebarluaskan manga di luar Jepang. Termasuk penggemar dari Indonesia yang menjadi translator manga online. Superioritas Tsubasa Ozora yang kerap kali digambarkan membawa harapan bagi tim sepak bolanya untuk bangkit dari keterpurukan, tidak lepas dari atribut ke-Jepangan yang menempel pada identitasnya. Sedikit menyinggung sejarah Jepang pada zaman kolonial, untuk mengambil hati beberapa Negara Asia, Jepang mengaku sebagai saudara tua Asia. Dengan doktrin Hakko ichiu12 Jepang datang
Tonny Dian Effendi, “Diplomasi Publik Jepang: perkembangan dan tantangan”. Ghalia Indonesia. Bogor. 2011. Hlm. 31. 9 Pada tahun 2004, kementrian luar negeri Jepang (MOFA) membentuk departemen kebijakan publik yang terdiri dari dua divisi utama yaitu divisi perencanaan diplomasi publik dan divisi hubungan budaya. Departemen ini dibuat untuk mempromosikan pemahaman masyarakat luar tentang Jepang serta membentuk image positif Jepang. Ibid, hlm. 28. 10 Akira Saito. 2007. Diplomasi Kebudayaan sebagai Strategi Pemerintah Jepang untukMemperkuat Hubungan dengan Indonesia Sejak Tahun 2004. (Studi kasus Diplomasi Kebudayaan Melalui Pop Culture). Tesis UGM. 11 Tonny Dian Effendi, “Diplomasi Publik Jepang: perkembangan dan tantangan”. Ghalia Indonesia. Bogor. 2011. Hlm. 9-8. 12 Pada era meiji, ideologi hakko ichiu disebut sebagai bentuk militarism dan dominasi. Sebuah konsep mitologi yang berpusat sekitar masa kekaisaran Jinmu ini diklaim sebagai sebuah legitimasi garis kekaisaran dari dewa matahari Amaterasu untuk Jinmu dan keturunannya.Kaisar Jinmu menyatakan keinginnannya untuk membuat satu atap yang menutup delapan penjuru dunia.Pada zaman kuno “hakko” terdiri dari dua kata yang berarti “delapan penjuru” (mengacu
4
menawarkan harapan dan cahaya dan bagi negara-negara di benua Asia agar terlepas dari cengkraman kolonialisasi barat. Pendekatan yang dilakukan oleh Jepang disertai dengan berbagai agresi militer untuk mencapai tujuan negaranya, atau bisa juga disebut sebagai hard power. Namun setelah kekalahan Jepang pada perang dunia kedua, Jepang terpaksa menarik diri dari negara jajahannya dan stabilitas Negara Jepang menjadi goyah. Disamping itu, Jepang juga mendapat citra negatif dimata masyarakat internasional khususnya di Asia, termasuk Indonesia yang menjadi salah satu negara jajahan Jepang. Di Indonesia sendiri, wacana mengenai citra Jepang dahulu sebagai negara yang kejam. 13 Maka dari itu perlu bagi Jepang untuk membangun kembali citranya yang buruk setelah perang dunia kedua, dengan melakukan beberapa upaya seperti diplomasi lewat budaya populer. Penggambaran superioritas Tsubasa yang merupakan kapten tim sepak bola juga seringkali digambarkan menjadi dewa penyelamat dalam setiap pertandingan sepak bola, hal ini identik dengan idealisme Asia Timur Raya yang dibentuk Jepang dengan menanamkan slogan 3A yaitu Jepang cahaya asia, Jepang pelindung Asia dan Jepang pemimpin Asia. Sehingga wacana yang tercipta pada Manga Captain Tsubasa ini seolah masih memiliki semangat-semangat kolonialisme Jepang dan mengindikasikan adanya bentuk-bentuk soft nationalism Jepang. Namun penggambaran superioritas Tsubasa bersama tim nasional Jepang tersebut cenderung menginferior lawan atau tim di luar Jepang yang merupakan negara lain dengan prestasi sepak bola diatas Jepang. Sehingga wacana soft nationalism Jepang ini diduga membentuk nilainilai narsisme. Meskipun Manga dikenal sebagai bacaan yang ringan dan menghibur, namun manga tetap bukanlah sebuah sebuah media yang bebas dan murni hasil karya penulisnya, ide-ide yang ditampilkan juga dipengaruhi hal lain seperti rasa pada delapan penjuru dunia) dan “Ichiu” yang berarti atap (mengacu pada masyarakat), yang berarti delapan penjuru dunia dibawah satu atap.Dengan Jepang sebagai keturunan Kaisar Jimbu yang menjadi pemimpinnya. Baca Teshima, Taeko. 2006. “Myths of Hakko Ichiu : Nationalism, Liminality and Gender in Official Ceremonies of Modern Japan”. Dissertation.University of Arizona.Hlm. 85. 13 Seperti yang sering ditemui dalam buku pelajaran sejarah Indonesia di sekolah. Penjajahan Jepang yang hanya selama tiga setengah tahun diklaim lebih kejam dibandingkan dengan penjajahan Belanda selama tiga setengah abad.
5
nasionalisme pengarang sebagai warga Negara Jepang atau bahkan kecintaan penggemar manga dengan Negara Jepang. Dalam proses produksi hingga distribusi, manga juga melalui berbagai proses pengeditan hingga penerjemahan. Sehingga ideologi yang ada didalamnya bukan lagi hasil buah pikiran satu orang, melainkan mengikuti ideologi industrinya. Terlebih pada manga Captain Tsubasa: The Rising Sun ini dibuat bertepatan dengan akan diselenggarakannya Olimpiade Tokyo pada tahun 2020. Tuturan gambar dan teks verbal pada manga Captain Tsubsa The Rising Sun tidak lagi dapat dipandang hanya sebagai produk budaya populer yang menghibur. Konstruksi ideologi lewat wacana superioritas yang condong memiliki kesamaan dengan wacana identitas Jepang yang ditanamkan secara paksa melalui agresi militer (hard power) ketika masa kolonialisme, namun apakah nilai-nilai ini juga kini ditanamkan ke alam pikiran lewat cara yang lebih halus yaitu budaya (soft power). Terpenting lagi, apakah bentuk resistensi Jepang untuk menghapus image negatif-nya hanya merupakan upaya untuk menyamakan persepsi masyarakat dunia dengan Jepang, atau justru sebagai cara Jepang untuk kembali menanamkan doktrin hakko ichiu sebagai bentuk superioritas. Terlebih penggemar yang berasal dari negara bekas jajahan Jepang seperti Indonesia turut serta menjadi aktor produksi manga itu sendiri.
B. Rumusan Masalah Melalui latar belakang yang telah diuraikan diatas, sehingga membentuk suatu rumusan masalah pada penelitian ini ialah: “Bagaimana bentuk “soft”nationalism Jepang yang tersaji dalam Manga Captain Tsubasa: The Rising Sun?”
C. Tujuan Penelitian 1. Menyajikan analisis wacana visual superioritas Jepang pada manga Captain Tsubasa The Rising Sun.
6
2. Mengidentifikasi adanya praktik sociocultural dalam wacana soft nationalism Jepang pada manga Captain Tsubasa : The Rising Sun
D. Manfaat Penelitian Manfaat peneltian terdiri dari manfaat secara akademis dan manfaat secara praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang signifikan dan memberikan gambaran secara kritis atas media komik sebagai media budaya popular dan fungsinya dalam diplomasi.
1. Signifikansi Akademis Dalam tataran akademis, penelitian ini berusaha memahami bentuk wacana ideologis Jepang terkandung dalam konten manga Captain Tsubasa The Rising Sun.
2. Signifikansi Praktis Secara umum, penelitian ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan
pembaca untuk memahami adanya narcissism budaya yang direpresentasikan pada wacana superioritas budaya Jepang yang mengibaratkan dirinya adalah sebagai cahaya bagi negara-negara asia. Secara khusus, penelitian ini dapat menjadi gambaran, bagaimana media budaya popular komik memiliki wacana-wacana yang bermuatan ideologi suatu bangsa,
tersaji
pada
konten-kontennya
yang
sengaja
diciptakan
demi
menunjukkan superioritas nya dibandingkan dengan negara manapun.
E. Kerangka Teori
Acuan teori pada kajian ini menyangkut bidang masalah yang diuraikan yaitu, pertama, teori yang menjelaskan perkembangan komik sebagai media. Perkembangannya dan perbedaanya di negara-negara yang menjadi pioneer komik di dunia, lebih dikhususkan manga dari Jepang. Kedua, teori yang dapat
7
memungkinkan pembongkaran bentuk-bentuk wacana dalam komik dan menunjukkan ideologi yang ada didalamnya. Ketiga, teori yang menunjukkan simulasi antar teori yang membentuk formasi diskursus adanya
“soft”
nasionalisme berwujud narsisme Jepang pada wacana manga Captain Tsubasa The Rising Sun. Keempat, bukan hanya sebagai budaya popular, manga memiliki beberapa misi yang bermuatan ekonomi politik didalamnya. Ketika manga digadang-gadang
menjadi
soft
power
dalam
diplomasi
budaya
yang
dikembangkan oleh Jepang.
1. Teori Komik
Secara umum seperti yang terlintas dipikiran kita mengenai komik adalah suatu buku cerita bergambar yang menampilkan ilustrasi situasi, tokoh, hingga setting cerita yang dianggat oleh pengarangnya. Teori komik yang paling sering digunakan salah satunya adalah teori komik yang dituturkan oleh Will Eisner dan Scott Mccloud, karena sejauh ini teori yang mereka konsepkan banyak dikenal dan digunakan secara lebih luas. Menurut Ajidarma perbincangan teori komik yang dituturkan oleh Eisner dalam Comics and Sequential Art (1985) sesungguhnya disusun demi mengarahkan cara-cara membuat komik, tetapi posisinya sebagai pelopor dan penulisannya menambah khazanah akibat masih langkanya teori komik membuat ia menciptakan teori demi memperjelas uraiannya. 14 Komik menurut Will Eisner seorang maestro komik dalam karyanya Comics and Sequential Art adalah sebuah seni yang berurutan. Seni yang dimaksudkan disini adalah sebuah seni bertutur. Suatu bentuk naratif yang berurutan sehingga membentuk suatu bacaan. Komik adalah suatu bacaan akan tetapi yang berbeda adalah komik merupakan sebuah media yang dapat dipahami secara naratif juga visual karena selain tulisan pada komik juga mengandung gambar-gambar yang
14
Seno Gumira Ajidarma. Panji Tengkorak “kebudayaan dalam Perbincangan”. KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), Jakarta , 2011. Hlm. 20.
8
mendukung cerita yang terkandung dalam tulisan-tulisan tersebut. Tulisan dan gambar merupakan unsur utama dari komik yang tidak dapat dipisahkan. Seperti yang telah dijelaskan, komik memiliki dua elemen utama yaitu narasi dan visual. Kedua unsur tersebut dihubungkan satu sama lain sehingga membentuk sebuah cerita-cerita yang saling berkesinambungan dan mencapai sebuah pemahaman. Kedua elemen utama komik tersebut yaitu narasi dan gambar itulah yang berhubungan sehingga menjadi suatu bahasa visual. Oleh karna itu, dalam bentuk bahasa itulah komik juga mengandung berbagai gagasan-gagasan yang dituangkan didalamnya. Melalui media komik inilah para pengarangnya dapat menuturkan berbagai gagasannya mengenai kehidupan maupun sebuah ideologi. Dengan itulah para pembaca komik dapat memahami berbagai gagasan dari pangalaman si pengarang komik.15 Menurut Scott Mccloud dalam understanding comics, komik adalah sebuah media. Meskipun sulit untuk mencari definisi yang spesifik yang kemudian dapat menjelaskan komik secara utuh, akan tetapi komik dapat dirumuskan sebagai sebuah gambar-gambar yang saling terjuktaposisi dengan urutan-urutan tertentu sehingga dapat digunakan untuk menyampaikan informasi atau dapat mencapai suatu tanggapan yang estetis oleh pembaca. 16 Dalam masyarakat, keberadaan komik merupakan sesuatu yang vital. Komik merupakan salah satu bentuk komunikasi personal dalam sebuah dunia yang terbentuk dari keserbaotomatisan dan pemasaran secara massal. Pada komik juga juga merupakan suatu media dengan kontrol dan keleuasaan, sesuatu yang unik, sebuah hubungan yang terjalin dengan baik dengan penikmatnya, dan juga suatu potensi yang sangat besar, sangat inspiratif, yang terbuang secara percuma.17 Berbeda dengan komik secara umum, sebutan komik yang berasal dari Jepang adalah manga. Manga atau komik Jepang sesungguhnya merupakan suatu produk budaya pada saat perang dunia kedua. Manga pada dasarnya dianggap sebagai
15
Ringkasan will Eisner, Sequential Art dalam Seno Gumira Ajidarma : Panji Tengkorak. 2011. Hlm. 21. 16 McCloud, Scott. Understanding comics (Memahami Komik). KPG (Kepustakaan Populer Gramedia). Jakarta. 1993. Hlm. 9. 17 Ringkasan Understanding comics dalam Seno Gumira Ajidarma : Panji Tengkorak, 2011: 22.
9
sebuah fenomena pada perang dunia. Manga identik dengan Osamu Tezuka. Beliau merupakan pengarang manga terkenal didunia pada zaman setelah perang dunia kedua dengan manga nya yang berjudul astro boy. Tezuka memulai karirnya sebagai pengarang komik pada tahun 1946 disaat Jepang kalah pada perang dunia kedua. Komik Jepang hadir dengan menyuguhkan gaya yang berbeda namun menarik. Dengan menampilkan budaya Jepang yang sangat kental. Manga sering kali menghadirkan cerita-cerita yang cenderung tidak masuk akal tetapi sangat unik untuk dinikmati. Manga merupakan sebuah genre baru dalam dunia komik yang dihadirkan oleh Jepang dan manga hadir sebagai “Jepang”. Ozaki mendefinikan manga juga sebagai sebuah interpretasi dari alam semesta melalui humor.18Manga Jepang bukan hanya menggambarkan lingkup kehidupan sehari-hari, akan tetapi juga merepresentasikan apa yang ada dialam semesta. Manga saat ini, tidak lagi hanya dapat kita nikmati berupa cetakan, namun juga dapat dinikmati secara online atau lebih dikenal dengan manga scanlation. Dari berbagai jenis manga Jepang, pada penelitian ini mengangkat genre manga olahraga (sport manga) atau lebih dikenal dengan nama supotsu manga. Supotsu manga pada era setelah perang dunia menjadi salah satu cara Jepang membangun kembali suatu karakter social Jepang yang hancur pada zaman itu. Manga olahraga ini lebih menekankan pada kebutuhan karakter social yang ingin dibangun oleh Jepang dalam bentuk pahlawan-pahlawan kemenangan pada suatu pertandingan olahraga. Hingga setelah tahun 1980-an komik olahraga semakin meningkat menjadi lebih focus pada budaya personal Jepang dan komersialisasi olahraga. 19Sport manga seringkali bertemakan tentang sisi kepahlwanan dari tokoh utama dan dinamika sebuah tim olahraga yang diangkat. Serial Captain Tsubasa merupakan sebuah manga Jepang yang bertemakan olahraga (supotsu manga) sepak bola. Sama hal nya dengan supotsu manga setelah tahun 1980 an, manga Captain Tsubasa bertemakan heroic. 18
Natsu Onoda Power. 2009. God of Comics: Ozamu Tezuka. US.University of Missisippi.Hlm.11. 19 Sandra Collins. The Imperial Sportive: Sporting Lives in the Service of Modern Japan. The International Journal of the History of Sport.Vol. 29.No. 12. 1729-1743.
10
Diluar Jepang, manga lebih banyak diperkenalkan dan dipopulerkan melalui fan trading grassroot dibanyak negara yang terhubungan dengan subkultur scien fiction. Budaya ini masuk dan secara tidak disadari telah menjadi budaya mainstream dan bahkan kini menjadi produk komersial yang mapan. Sehingga untuk mendapatkan manga terbaru tidak lagi harus ke toko buku atau tempat persewaan manga. Fan group yang menterjemahkan manga memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam evolusi terjemahan komersil pada media ini karena bagi para penggemar, konsumsi manga saat ini sudah menjadi aktivitas sosial. 20 Seiring dengan perkembangan teknologi, media internet hadir ditengah-tengah masyarakat modern dan menyajikan berbagai macam kemudahan. Termasuk perkembangan komik sendiri. Dengan adanya internet, komik juga dapat dinikmati secara online. Komik online ini lebih sering disebut dengan Webcomic. Pada prinsipnya, webcomic berbentuk manga scan atau scanlation yang diterjemahkan dari bahasa Jepang ke bahasa lain di berbagai negara. Scanlation diproduksi oleh penggemar manga yang ada di seluruh dunia untuk kepentingan saling berbagi dan mendistribusikan update manga terbaru dengan sesama rekannya penggemar manga lewat media Internet. Oleh karena itu, manga scanlation merupakan produk yang tidak resmi. Namun batas kreativitas penggemar pada konteks ini hanya sebagai translator, penyedia media online, dan pendistribusian update manga terbaru, dan bukanlah dalam hal penulisan ataupun “remix” manga original. 21 Sehingga wacana yang tercipta pada manga original secara garis besar masih dapat dirasakan pada manga terjemahan meskipun terdapat kontaminasi budaya dari penterjemah luar Jepang.
20
Chaty Sell, Manga Translation and Interculture. Mechademia, vol.6. pp. 93-108. University of Minnesota Press. 2011. Hlm. 93-94. 21 Jeremy Douglash, Dkk. Understanding Scanlation : How to Read One Million Fan-translate Manga Pages. http :// tinyurl . com / one - million – manga. Hlm: 4.
11
2.
Teori Wacana Wacana sering kali diartikan dengan teks-teks verbal seperti tulisan maupun
percakapan. Seperti yang disampaikan oleh Roger Fowler bahwa:” wacana merupakan bentuk komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik pandang kpercayaan, nilai, dan kategori yang masuk didalamnya.” 22 Berbicara mengenai wacana, menurut Mills wacana tidak dapat dipatok pada hanya pada makna-makna tertentu, karena dibalik proses terbentuknya suatu wacana itu sendiri memiliki garis sajarah yang kompleks dan wacana itu sendiri dapat ditujukan pada maksud-maksud tertentu yang berbeda-beda. Beberapa makna-makna wacana yang menurut Michel Foucault yang coba diuraikan oleh Mills partama ialah wacana merupakan “wilayah umum setiap pernyataan” semua pernyataan yang disampainkan melalui teks memiliki makna-makna dibaliknya dan berpengaruh terhadap dunia nyata. Kemudian definisi kedua ialah mengacu pada pengertian wacana secara luas, Maka wacana diartikan sebagai sebuat statement yang dapat diindividualisasikan. Dalam konteks ini wacana memiliki struktur-struktur tertentu. Sebuah statement yang dikeluarkan merupakan bentuk dari kekuatan umum. Pada definisi ketiga, wacana merupakan suatu praktik yang diatur sedemikian rupa dan terkait dengan berbagai statement. 23 Bukan hanya lewat medium teks lisan maupun tulisan, menurut Fairclough, meskipun teks verbal merupakan unit yang esensial dalam proses pembantukan wacana, bahasa juga bisa tersalurkan melalui teks visual seperti gesture, ekspresi wajah, gerak, postur, atau yang lainnya. Ini semua dapat disebut sebagai “ekstra”. Pada dasarnya teks visual sendiri terbentuk dari sebuah interpretasi. Visual dapat digabungkan dengan teks verbal sehingga membentuk sebuah makna. Ketika kita ingin menulis materi pada gambar, film, televisi, maka signifikansi visual lebih terlihat jelas.24 Termasuk juga dengan komik dimana yang berbicara utama ialah gambar yang berurutan antara satu dengan yang lain sehingga membentuk sebuah cerita yang sarat makna. 22
Erianto. 2001. Analisis Wacana “Pengantar Analisis Teks”. Yogyakarta. Lkis Grup. Hlm. 2. Sarah Mills. Diskursus : Sebuah Piranti Analisis dalam Kajian Ilmu Sosial”. Jakarta. QALAM. 2007. Hlm: 8-9. 24 Norman Fairclough. 1989. Language and Power. USA. Longman Inc. hal. 27 23
12
Michel Foucault juga mengatakan bahwa seluruh komponen wacana yang dibentuk oleh pengetahuan akan menjadi praktik dalam kehidupan sehari-hari. Setiap individu diatur oleh berbagai pengetahuan medis, keagamaan, kenegaraan, militer, hingga hukuman yang dipertontonkan untuk mendisiplinkan masyarakat oleh oknum-oknum pemerintah. Hal ini dilakukan untuk melanggengkan kekuasaan. Segala bentuk pengetahuan tersebut dapat tersampaikan dengan bahasa termasuk bahasa visual. Foucault juga menjelaskan dalam tulisannya tentang discipline and punish bahwa berbagai pandang mengenai eksekusi publik (berbagai hukuman fisik), digunakan untuk memberi contoh pada masyarakat bagaimana relasi kekuasaan dibangun dan dikontrol lewat negara atau pemerintahan sebagai institusi, dan bagaimana pemerintahan sebagai pemegang kekuasaan itu membentuk budaya dan
mengontrol
punishment.
25
tindakan
masyarakat
melalui
bentukan-bentukan
dari
Dengan kata lain si pemilik kekuasaan memanfaatkan visualisasi
dari berbagai hukuman-hukuman dalam rangka mengatur dan mendisiplinkan tindakan masyarakat. Bagi para penonton (spectator) kombinasi power dan pengetahuan dari pergulatan kekuasaan dan segala relasinya telah di konstrusi melalui visual image, segala kontrol dan aturan yang membentuk suatu pengetahuan dan praktik diskursif telah ditanamkan. 26 Negara seperti Jepang, sejak dari masa perang dunia kedua sering kali melakukan berbagai upaya untuk mendominasi negara lain dengan menanamkan ideologi mengenai identitasnya seperti cahaya Asia, pemimpin Asia, dan pelindung Asia. Namun semua itu musnah setelah kekalahannya melawan blok sekutu pada tahun 1945 yang berakibat dengan citra negatif yang justru melekat pada dirinya. Namun setelah Jepang kembali memperoleh citra yang positif bagi masyarakat dunia, wacana mengenai superioritas Jepang tersebut kembali muncul dalam kemasan yang berbeda. Dalam balutan gambar-gambar pada manga yang terus menjadi bacaan populer dikalangan masyarakat dunia.
25
Fuery, Patric dan Fuery, Kelli. 2003. Visual Cultures and Critical Theories. London. Oxford University Press Inc. 10. 26 Ibid.
13
3.
Wacana Soft Nationalism dalam Manga
Komik pada dasarnya merupakan suatu wadah dimana wacana dapat berkembang dengan bebas. Komik sering kali menjadi ruang dimana seseorang berusaha untuk mengeskpresikan kreatifitasnya. Namun ada kalanya manga sebagai komik asal Jepang saat ini menjadi suatu kendaraan ideologi yang kembangkan oleh Jepang. Menurut Antonio Gramsci, dalam struktur politik suatu masyarakat tergentung dengan bagaimana caranya menyatukan antara masyarakat sipil dengan kepentingan politik. Hal ini dilakukan dalam upaya mencapai kesepahaman bersama. Maka ideologi lah yang mampu menggiring hal tersebut terjadi. 27 Manga atau komik Jepang berkembang dengan berbagai genre, tema, dan gaya yang berbeda-beda. Namun satu hal, manga tercipta dari budaya-budaya yang dianut oleh pengarangnya yaitu budaya Jepang. Manga yang merupakan sebuah buku cerita bergambar, pemilihan kata, gambar, serta jalan cerita pada manga kemudian membentuk sebuah wacana. Wacana-wacana yang diproduksi tentu saja merepresentasikan gambaran tentang budaya dan ideologi yang dianut oleh pengarang kepada khalayak luas. Seperti halnya yang dituturkan oleh Hall mengenai budaya, bahwa ia tidak benarbenar banyak membahas perangkat-perangkat budaya (novel, lukisan, program TV, maupun komik), akan tetapi lebih memperhatikannya sebagai sebuah prosesnya, sebuah perangkat dari berbagai praktik sosial. Budaya dipandang dari sisi produksi dan perubahan makna-makna yaitu siapa yang membentuk dan menerima makna tersebut dalam anggota masyarakat atau kelompok. Jadi, budaya dilihat dari bagaimana pemahaman partisipan pada makna-makna yang ada disekitar mereka dan memandang dunia ini secara luas dengan cara yang sama. 28 Pada penjelasan Hall diatas mengenai budaya, mengatakan secara langsung maupun tidak langsung, mereka melihat sebuah pengetahuan sebagai fantasi dan keilmuan sebagai sebuah common sense, dan mereka menyampaikannya lewat obrolan sehari-hari maupun produk-produk budaya seperti program TV, lukisan, 27 28
Titscher, DKK. Metode Analisis Teks & Wacana. Yogyakarta. Pustaka Belajar. 2009. Hlm. 237. Stuart hall dalam Gillian Rose,. Visual Metodologies. London. Sage Publication.2001, hlm 6.
14
novel, komik, dll. Oleh karena itu pada kelompok yang berbeda dalam masyarakat, mereka akan melihat dan memaknai dunia dengan cara yang berbedabeda. Merujuk pada beberapa definisi wacana diatas, maka ada wacana dominan yang dicoba untuk ditonjolkan oleh pengarang manga dalam pembentukan berbagai pernyataan yang ingin dia sampaikan kepada pembaca. Pernyataan tersebut bisa menjadi sebagai penguat hegemoni dalam masyarakat bisa juga menjadi alat untuk meruntuhkan wacana hegemoni yang berkembang dalam masyarakat. Dengan menyelipkan makna-makna yang terkandung dalam struktur teks yang disusun sedemikian rupa. Kekuasaan akan memilih serta mendukung satu wacana tertentu yang betendensi membentuk persepsi masyarakat. Sehingga wacana satu menjadi sebuah wacana yang dominan sedangkan yang lain menjadi wacana yang terpinggirkan. Menurut Foucault, pandangan kita tentang suatu obyek telah dibentuk dan diatur sedekian rupa oleh suatu kekuasaan sehingga membentuk batasan-batasan yang sudah terstruktur oleh wacana. Sehingga persepsi kita dibentuk oleh praktikpraktik wacana. hal inilah yang kemudian menciptakan mana kebenaran dan mana kesalahan. Obyek tidak berubah, namun bila wacana mengenainya disusun sedemikian rupa, maka persepsi terhadap apa dan siapa dia yang akan berubah. 29 Pada konteks ini adalah wacana mengenai bangsa Jepang. Ketika dulu mereka menjadi bangsa yang menjajah dengan kekuatan militer diberbagai negara sehingga dia dianggap sebagai bangsa yang kejam. Akan tetapi setelah selang waktu berlalu Jepang hadir kembali dengan menciptakan wacana akan perdamaian, persaudaraan, superioritas dirinya, dan keunikan budayanya yang kemudian membentuk “soft power” akan dirinya. Maka terbukti mereka kembali dapat merebut hati masyarakat Internasional. Media pada dasarnya merupakan saluran pergulatan berbagai budaya. Seperti yang disebutkan oleh Fairclough, media terbentuk oleh masyarakat yang sangat luas, akan tetapi media juga memaikan peran yang vital dalam penyebaran
29
Op. cit. Erianto : Hlm: 73-74
15
perubahan sosial dan budaya. 30 Pada manga sendiri yang saat ini menjadi salah satu media budaya populer Jepang, cerita yang diangkat pada manga tercipta dari pengetahuan dan pandangan subjektif pengarang dalam memaknai segala hal yang ada disekitarnya. Termasuk bagaimana ia memaknai identitasnya (misalnya identitasnya sebagai seorang warga Negara Jepang). Makna-makna yang terkandung tersebut tidak dapat diartikan secara naif bahwa itu merupakan sebuah realita atau hanya hiburan semata. Makna yang tersirat pada wacana sering kali merupakan sebuah pandangan subjektif dari penciptanya. Bisa juga makna tersebut merupakan sebuah ideologi. Praktik-praktik dalam wacana juga dapat menyiratkan berbagai ideologi. Merepresentasikan berbagai ketimpangan atas kelompok tertentu dengan kelompok lainnya dalam masyarakat. Berbagai ketimpangan yang tersirat melalui wacana tersebut kemudian itu dianggap sebagai suatu kewajaran atau adalah hal yang sudah biasa dalam masyarakat. Hal tersebut kemudian tidak menjadi sesuatu yang menarik perhatian. Menurut Althuser yang dikutip oleh Mills adalah ideologi sering kali dipandang sebagai bentuk kesadaran palsu atau bayangan dari representasi sebuah obyek yang rill. 31 Sebuah ideologi tentunya merupakan sebuah hal yang bersifat subjektif. Ideologi lahir dari buah pikiran seseorang untuk merepresentasikan sebuah maksud dan tujuan didalamnya. Ideologi juga merupakan sebuah konsep yang sangat umum dari sebuah wacana. Wacana yang menyiratkan berbagai ideologi penciptanya didalamnya. Ideologi dalam wacana juga dapat dianalisis dengan menggunakan paradigma kritis. Hal ini dikarenakan bahasa-bahasa yang terkandung didalam sebuah wacana merupakan bentuk refleksi dari sebuah ideologi yang ingin disampaikan kepada masyarakat luas. Erianto menggunakan berbagai teori klasik tentang ideologi diantaranya ialah yang mengatakan bahwa ideologi dibangun oleh kelompok dominan dengan tujuan untuk mereproduksi dan melegitimasi dominasi mereka. salah satu strategi utamanya adalah dengan membuat kesadaran kepada khalayak bahwa dominasi itu diterima secara taken 30 31
Norman Fairclough. 1995. Media Discourse. USA. St. Martin’s Press.Inc. 51 Op. cit. Sarah Mills. 44.
16
for granted.32Sebuah ideologi dari kelompok yang dominant disalurkan pada berbagai medium dengan wujud bahasa yang kemudian ideologi tersebut diterima oleh kelompok yang tidak dominan sehingga itu dianggap sebagai suatu kewajaran sehingga itulah yang disebut sebagai kesadaran palsu. Sebuah wacana ideologi biasanya muncul dengan latar belakang sejarah yang dimiliki oleh penganutnya. Jepang merupakan suatu negara kerajaan yang memiliki kepercayaan akan dewa matahari (kepercayaan shinto). Maka dari itu, Jepang mendapat julukan sebagai negeri matahari terbit. Berdasar pada keyakinan tersebut, bangsa Jepang percaya bahwa mereka merupakan keturunan dari kaisar Jinmu yang menjadi titisan dewa matahari, sehingga lahirlah ideologi hakko ichiu yang berarti delapan di bawah satu atap dengan Jepang sebagai pemimpin dunia. Termasuk dalam manga sebagai media budaya populer Jepang yang digemari oleh masyarakat internasional. Manga telah mereka jadikan sebagai suatu alat diplomasi yang juga membawa nilai-nilai dan ideologi Jepang. Merepresentasikan image yang ingin ditampilkan Jepang dimata dunia. Nasionalisme didefinisikan beragam melalui sudut pandang masing-masing. Profesor Koh Yong Hun, mengutip pemikiran Hans Kohn tentang nasionalisme adalah suatu keadaan atau pikiran yang mengembangkan keyakinan bahwa kesetiaan terbesar harus diberikan kepada negara. Selain itu kohn juga menuturkan bahwa kesetiaan ini kemudian menjadi suatu keinginan dan sentimen yang berkembang melalui pengalaman hidup masyarakat tertentu. Keinginan dan sentimen ini kemudian menimbulkan gerak kesadaran bagi anggota masyarakat tersebut untuk menyumbangkan jasa-jasa melalui aktivitas yang teratur dengan tujuan terakhirnya adalah untuk menegakkan sebuah negara yang berdaulat. 33 Menurut pandangan kaum konstruktivis nasionalisme lebih dibayangkan pada gagasan yang dibentuk dalam wacana. Negara merupakan sebuah wacana yang selalu terbuka bagi rumus dan invensi baru. Mereka menganggap aktor sosial
32
Op.cit. Erianto. hlm. 13. Koh Young Hon. Nasionalisme dan Komunitas Terbayang dan Karya-karya Novel Pramoedia Ananta Toer. Prosiding International Conference on Indonesian Studies “maritime Culture and Local Wisdom. Jakarta. Universitas Indonesia. 2010. Hal. 59. 33
17
memiliki peran yang aktif dalam
membentuk sebuah sebuah kebudayaan. 34
Benedict Anderson melihat konsep kebangsaan sebagai sebuah komunitas terbayang. Dimana ditanamkan dibenak para anggotanya mengenai sebuah kebersamaan, kesamaan antar mereka. Padahal bisa jadi para anggota bangsa tidak tahu atau tidak kenal satu sama lain, bahkan mungkin tidak akan pernah bertatapan muka. 35 Maka dari itu konsep nasionalisme atau kebangsaan itu dibentuk oleh suatu kekuatan besar yang memiliki kekuasaan untuk membentuk dan menumbuhkan rasa kebangsaan pada setiap anggota dari bangsa tersebut. Konsep nasionalisme setiap negara bisa saja berbeda, hal ini ditentukan oleh nilai-nilai sejarah yang dimilikinya. Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki akar budaya dan jiwa nasionalis. Ketika akhir abad ke-19, para pemimpin Meiji memberikan otoritas permanen dan secara tidak langsung prosedur itu sudah ada sejak tahun 1868. Hal itu diartikan sebagai kesetiaan kepada negara merupakan tugas tertinggi warga negara. Ide pemerintah tersebut direalisasikan pada festival Shinto, upacara kekaisaran, hingga hingga pidato disekolah-sekolah untuk menguatkan doktrinisasi. Dengan begitu dirasakan mampu untuk menyebarkan rasa nasionalis diseluruh Jepang, sehingga bermunculan berbagi bentuk nasionalisme baru yang menekankan mitos keselarasan dan keunikan. Itu yang menyebabkan Jepang mulai tumbuh sebagai negara industri. 36 Soft nationalism, seperti yang di utarakan oleh McVeigh mengenai konsep nasionalisme Jepang yang erat dengan sistem peperangan, mobilisasi pasca perang, organisasi pasca perang yang memupuk adanya ambisi imperial, tujuan untuk medapatkan kejelasan, xenophobia atau anti asing, dan rasisme. Akan tetapi tidak semua identik dengan hard power, nilai-nilai tradisi dan budaya yang
34
George Ritzer dan Barry Smart. Handbook Teori Sosial. Bandung. Nuansa Media. 2012. Hlm. 943-945. 35 Benedict Anderson. Imagine Communities (komunitas terbayang). 2008. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Hlm. 8. 36 Andrew J. Eckstein. 1999. Japan’s National Identity : Nationalist or No?. Lehigh University, 163.Hlm. 5.
18
dimiliki Jepang dapat dikategorikan kepada bentuk soft nationalism.37 Iwabuchi menuliskan bahwa fokus dari ketertarikan Jepang saat ini dalam cultural global power-nya telah mengalami perubahan. Dari kecanggihan teknologi menjadi produk-produk budayanya. Perubahan ini disebut perubahan dari techno nationalism
menjadi
“soft”nationalism
yaitu
budaya. 38
Hal
ini
dapat
direpresentasikan dengan cara bermacam-macam, termasuk lewat media. Media komik merupakan media hiburan yang populer dikalangan masyarakat dan Jepang memiliki dominasi melalui media komik. Bagi Jepang komik adalah budaya populer mereka. melalui komik inilah, representasi superioritas jepang dapat ditampilkan. Komik yang merupakan media yang pada umunnya menyajikan cerita-cerita dan tokoh fiksi. Dalam rangka melanggengkan bentuk soft nationalism Jepang itu sendiri, maka dibutuhkan suatu bentuk wacana narsisme untuk
menunjukkan batas-batas
“kebangsaan”
mereka
terhadap
budaya
transnasional. Hal ini diperlukan untuk mengurasi segala kegelisahan atas nasionalisme mereka.39 Bentuk superioritas yang direpresentasikan melalui manga juga cenderung berlebihan dan mengandung berbagai metafor. Perasaan superior dalam diri merujuk pada konsep narcissism yang diambil dari sebuah mitologi yunani tentang dewa bernama narcisius yang sangat mengagumi dirinya sendiri sehingga ia pun mati karena kekagumannya terhadap sosok dirinya sndiri. Secara teoritis narcissisme merupakan sebuah nilai sebagai label yang potensial yang memungkinkan kita untuk membentuk hubungan diantara apa yang sebelumnya kita anggap sebagai aspek yang keputusasaan dari kehidupan seharihari. 40Pelabelan diri sendiri dengan tujuan menunjukkan sebuah pengertian dan perilaku sebagai faktor yang umum bagi mereka, serta peran yang mereka mainkan untuk mengatur harga diri mereka. 37
Brian J. Mcveigh. Postwar Japan’s “hard” and “soft” Nationalism”. JPRI Working Paper. No. 73. 2001. http://www.jpri.org/publications/workingpapers/wp73.html. 38 Koichi Iwabuchi. Soft Nationalism and Narcissm. Japanese Popular Culture Goes Global. Asian Studies Review. 26:4, 447-469 Hlm 451. 39
Ibid. 465. Andrew D.Brown 1997. Narcissism, Identity, and Legitimacy.Academy of Management.Vol. 22. No.3. pp 643-686. 40
19
Konsep analisis narcissism atau narsisme dalam level organization pada penelitian ini adalah negara Jepang dapat diidentifikasi melalui enam ciri, yaitu penyangkalan (denial), rasionalisasi (rationalization), membesarkan diri (selfaggrandizement), atribusi keegoisan (attributional egoitism), rasa berhak (sense on entittlement), dan kecemasan (anxiety). 41 berikut enam ciri dari adanya bentuk narsisme yang diuraikan Brown seperti yang tertulis dalam tabel dibawah ini:
Tabel 1.1 Bentuk-bentuk Narsisme
1
Ciri-ciri narsisme
Analisis
Penyangkalan (denial)
Tindakan penyangkalan atas adanya perbedaan antara hal yang
dianggap
ideal
dengan
kondisi
diri
yang
sesungguhnya. Lewat penyangkalan tersebut narsisme mencoba mengingkari atau menyangkal segala kesadaran, pengetahuan, dan penyalahan atas dirinya. Menyangkal fakta-fakta yang beredar dalam masyarakat lewat propaganda, rilis, dan mitos.
2
Rasionalisasi (rationalization)
Upaya untuk membenarkan dan menemukan alasan untuk adanya perilaku atau perasaan yang tidak dapat diterima sehingga kini mereka dapat diterima dan ditolerir.
3 4 5
Membesar-besarkan
diri
Kecenderungan menilai diri sendiri secara berlebihan atas
sendiri (Self aggrandizement)
mutu dan pencapaiannya.
Ego
Menyalahkan faktor-faktor eksternal sebagai alasan atas
atribusi
(Attributional
egoitism)
kegagal-kegagalan yang dialami
Rasa
Ditandai dengan kecenderungan arah eksploitasi dan
keberhak-an (sense of
entitlement)
ketidak empatian terhadap perasaan orang lain dengan menunjukkan bahwa diri orang lain secara terang-terangan tidak memiliki kemampuan yang mendalam atau hanya dipermukaan saja dalam sebuah hubungan interpersonal.
6
Kecemasan (Anxiety)
Adanya rasa kecemasan atas ketergantungan pada hal lain demi mengesahkan harga diri. 42
41 42
Ibid. Tabel berdasarkan: Andrew D.Brown 1997. Narcissism, Identity, and Legitimacy.
20
3. Diplomasi Publik Jepang Pembentukan wacana superioritas dalam rangka membentuk jiwa nasionalisme
suatu
bangsa
bukanlah tanpa
tujuan
yang
jelas.
Usaha
melanggengkan image nasional yang mereka sematkan dalam wacana sebuah manga hal ini tentu saja berguna untuk keberlangsungan kepentingan negara dalam menjalin hubungan baik dengan negara lain, yaitu melalui diplomasi budaya. Diplomasi kebudayaan dapat diartikan sebagai usaha sebuah negara untuk menggapai segala kepentingan dalam negeri dari luar negeri dengan menggunakan budaya untuk menyampaikan propagandanya. Sarana diplomasi budaya itu sendiri merupakan segala macam alat komunikasi, baik media cetak maupun media elektronik yang dianggap dapat menyampaikan isi atau misi politik luar negeri tertentu. 43 Diplomasi budaya biasanya lahir dari kontribusi publik sehingga konsep ini tidak terlepas dari konsep diplomasi publik. Konsep diplomasi publik membawa dua implikasi yaitu satu, publik sebagai obyek. Publik sebagai obyek disini lebih mengarah pada publik internasional sebagai tujuan diplomasi. Kedua, publik sebagai subjek. Publik sebagai subjek disini mengarah pada publik domestik, 44 misal pengarang manga dan perusahaan penerbitnya. Dengan kata lain, masyarakat diajak untuk ikut serta dalam berbagai aktivitas pada kegiatan diplomasi tersebut. Kamus hubungan internasional mengartikan diplomasi publik adalah usaha dari sebuah negara untuk mempengaruhi opini publik di negara lain dengan menggunakan beberapa instrumen seperti film, pertukaran budaya, radio, dan televisi. 45Perbedaan antara diplomasi publik tradisional dengan diplomasi publik sangat jelas, yaitu terletak pada targetnya. Diplomasi publik tradisional menitik beratkan kepada pemerintah negara dan biasanya menjalin sebuah hubungan yang resmi. Sedangkan diplomasi publik fokus pada publik dari negara lain yang juga melibatkan aktor-aktor diluar pemerintah dalam hubungan yang
43
Tulus Warsito dan Wahyuni Kartikasari. Diplomasi Kebudayaan “konsep dan relevansi agi negara berkembang”. Yogyakarta. Ombak. 2007. Hlm. 5. 44 Op. cit. Tonny Dian Effendy, hlm: 5-6. 45 Op.cit. Tonny Dian Effendy. Hlm. 9.
21
tidak resmi. 46 Uniknya, diplomasi publik Jepang lewat manga bukan hanya dilakukan oleh publik dalam negaranya, melainkan juga publik negara lain yang berperan sebagai translator dan mendistribusikan manga secara online. Manga hadir sebagai salah satu media budaya popular Jepang yang cukup cemerlang popularitasnya dimata Internasional. Hal inilah yang kemudian mendorong Jepang untuk semakin menaruh perhatian yang besar bagi keberlangsungan Manga sebagai media budaya popular. Dalam Tokyo’s diplomatic Bluebook 2006 mencatat : Kebudayaan Jepang saat ini banyak menarik perhatian diseluruh dunia sebagai “cool Japan” atau Jepang yang hebat. Oleh karena itu, pemerintah Jepang melihat adanya peluang ini sebagai salah satu jalan untuk mempromosikan pertukaran kebudayaan negara lain atau biasa disebut dengan Culture Exchanges. Mantan mentri luar negeri Jepang Taro aso menyebutkan tentang peranan manga pada diplomasi Jepang ialah sebagai jembatan untuk menghubungkan kesepahaman antara masyarakat Jepang dan masyarakat dunia. Jepang menyebutnya sebagai “soft power” atau lewat manga dan anime ini menjadi daya pikat dan ini sangat manjur bagi public diplomacy Jepang terhadap negara lain. 47Akan tetapi, munurut Joseph Nye Jr, Soft power merupakan kebalikan dari hard power yang melakukan berbagai agresi militer untuk mengambil keuntungan diberbagai negara dalam bentuk mengancam dan memeras. Kebalikannya, saat ini segala hal yang diingikan dapat diraih dengan cara yang berbeda tanpa harus ada pemerasan, agresi militer, dan juga ancaman. Sebut saja ini sebagai bentuk “second face of power” atau muka kedua dari bentuk kekuasaan. 48 Soft nationalism pada konteks diplomasi ini dimana rasa cinta dan ingin membela negara hadir lewat budaya populer Jepang yaitu Manga. Gambaran diri bangsa Jepang yang cenderung superior dibandingkan dengan bangsa lain 46
Jen Melissen, “The New Environment”, Jen Mellisen, “The New Public Diplomacy: Soft Power in International Relation”, New York, PALGRAVE MCMILAN, 2005, hlm. 5. 47 Peng Er Lam. Japan’s Quest for “Soft Power”: Attraction and Limitation. East Asia. Vol. 24. 349-363. Hlm. 350. 48 Joseph S. Nye Jr. 2004. Soft Power : The Means to Success in World Politics. New York. Public Affairs.Hlm. 5.
22
berdasar pada rasa nasionalisme yang mengindikasikan adanya bentuk-bentuk narsisme didalamnya. Gambaran superioritas itu sendiri lahir dari ideologi Jepang yang mengibaratkan dirinya sebagai pemimpin seperti paham kuno Jepang, hakko ichiu. Paham ini yang juga dibawa Jepang pada masa penjajahan dan mendasari propaganda 3A yaitu Jepang Cahaya Asia, Jepang Pelindung Asia, dan Jepang Pemimpin Asia. Berangkat dari pandangan Althuser yang menyebutkan bahwa ideologi merupakan suatu bentuk kesadaran palsu atas pengetahuan, maka dari itu perspektif ini bukan hanya melihat manga sebagai diplomasi budaya Jepang, namun juga dipandang sebagai alat propaganda.
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Paradigma penelitian ini
menggunakan paradigma kritis yang dikupas
dengan pisau analisis wacana kritis. Analisis wacana kritis berbeda dengan analisis wacana yang hanya menjabarkan praktik-praktik wacana, tetapi juga menunjukkan bagaimana wacana tersebut dibentuk oleh hubungan antara kekuasaan dan ideologi. Kemudian efek dari konstruksi wacana tersebut mempengaruhi identitas sosial, relasi sosial, sistem pengetahuan dan kepercayaan tersebut tidak satupun dibentuk secara lahiriah oleh pencipta wacana tersebut.49Wacana dipahami sebagai sebuah bahasa. Pada paradigma kritis bahasa digunakan untuk merepresentasi sebuah peran, makna, serta berbagai strategi. Maka analisis wacana kritis digunakan untuk membongkar maksud-maksud yang tersirat dalam bahasa-bahasa yang digunakan sebagai medium. Menurut Fairclough dan Wodak, analisis kritis melihat wacana (penggunaan bahasa dalam tuturan dan tulisan) sebagai bentuk dari praktik sosial. 50 Analisis
wacana
menginterpretasikan
bersifat
interpretif
maksud-maksud
dibalik
dan
eksplanatoris.
wacana
tersebut
Dengan kemudian
menjelaskan kecenderungan yang terdapat dalam wacana tersebut. Analisis kritis menyiratkan adanya suatu metodologi yang sistematis dan relasi diantara teks 49 50
Norman Fairclough. 1992.Discourse and Social Change. Cambridge.Polity Press. 12. Op. cit, Erianto. Hlm. 7
23
yang diciptakan dengan konteks sosial, kondisi sosial, ideologi dan kekuasaan didalamnya. Interpretasi senantiasa dinamis dan terbuka bagi berbagai konteks dan informasi baru.51 Norman Fairclough mengatakan, wacana merupakan satu kesatuan utuh yang terdiri atas tiga elemen utama yaitu teks (mikro), praktik wacana (meso), dan praktik sociocultural (makro). Semua elemen ini saling berkaitan satu sama lain atau disebut sebagai intertekstualitas. Konsep ini dapat dipahami dengan skema berikut:
Gambar 1.2 : Model Analisis Norman Fairclough 52
Konsep analisis wacana kritis yang dipakai pada teks visual ialah dengan menggunakan perangkat analisis wacana visual yang dijabarkan oleh Gilian Rose. Komik terdiri dari dua elemen yaitu narasi dan visual (gambar). Komik sering kali diartikan sebagai cerita bergambar. Selain narasi yang bercerita, gambar pun ikut menyampaikan pesan-pesan yang disampaikan melalui komik tersebut. Gejalagejala yang timbul kemudian dilihat dengan perangkat analisis wacana sociocultural yang dipopulerkan oleh Norman Fairclough.
51 52
Op. cit. Titscher dkk. Hlm. 239. lihat Faiclough, Discourse and Social Change. Hlm. 73.
24
2. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan model analisis wacana perubahan sosial yang ditawarkan oleh Norman Fairclogh. Namun pada dimensi analisis teks, menggunakan analisis teks wacana visual I yang dijabarkan oleh Gilian Rose. Analisis wacana I yang dijabarkan Rose lebih terfokus pada makna-makna visual yang ditampilkan sebagai gambaran diri obyek, khususnya pada penelitian ini mengidentifikasikan adanya soft nationalism dalam bentuk narcissism yang direpresentasikan pada manga Captain Tsubasa The Rising Sun Rose berpatok pada konsep wacana yang didefinisikan oleh Michael Foucault tentang hubungan antara kekuasaan dan ilmu pengetahuan. Foucault menegaskan bahwa pengetahuan dan kekuasaan merupakan suatu kesatuan. Bukan hanya karna semua pengetahuan yang diwacanakan dan semua wacana adalah dipenuhi oleh kekuasaan, tapi karena kekuatan wacana yang diproduksi dari efek sosialnya tergantung pada asumsi dan klaim bahwa pengetahuan yang mereka miliki adalah kebenaran.53 Bentuk analisis wacana I yang dijabarkan oleh Rose cenderung lebih memperhatikan fokus wacana yang mengutarakan berbagai variasi image visual dan teks verbal kemudian diwariskan wacana yang spesifik. Analisis wacana ini lebih fokus pada wacana, formasi wacana, dan produksinya. Rose merumuskan prinsip-prinsip penting dalam mengalisis wacana visual yaitu: 1. Bagaimana retorika diorganisir dalam sebuah wacana. 2. Bagaimana produksi sosial wacana tersebut
Langkah-langkah analisis wacana visual menurut Rose adalah sebagai berikut: Pertama, mengidentifikasi tema kunci dari obyek visual yang dikaji.Bagaimana gambar dan kata tertentu memberikan makna yang spesifik? apakah ada rangkaian kata dan gambar yang memiliki penekanan makna? asosiasi apa yang dibangun oleh rangkaian kata atau gambar tersebut? apa hubungan diantaranya? Foucault disini juga menyarankan agarmemperhatikan secara lebih luas, pada konteks di 53
Gillian Rose. 2001. Visual Metodologies. London. Sage Publication.138
25
luar wacana. Pertanyaan-pertanyaan ini ditujukan kepada produktivitas wacana, artinya memfokuskan pada produksi maknanya. Kedua, menjelaskan strategi pembenaran dan penciptaan efek atas kebenaran. Tahap ini merupakan bagian yang paling penting dari struktur bagaimana wacana dapat meyakinkan audiens. Perangkat visual dan teks digunakan sebagai alat untuk mengklaim sebuah kebenaran. Hal ini dapat digunakan untuk mencari celah dimana perbedaan pendapat dari sebuah wacana yaitu pengakuan dan kesepakatan. Ketiga, menjelaskan kontradiksi-kontradiksi dalam teks obyek visual yang dikaji. Merujuk pada step ketiga, maka akan ditemukan berbagai kontradiksi didalam sebuah wacana yang dibangun. Kontradiksi disiniRose meminjam istilah interpretasi repertoar yang diutarakan potter, atau dalam kata lain semacam sebuah sandiwara, opera, dll yang disusun secara sistematis terkait gaya atau tata bahasa yang menggunakan satu atau lebih metafor. Keempat, melihat makna-makna dibalik teks yang ditampilkan. analisis wacana mencoba untuk membaca apa yang tidak terlihat (tergambar) atau terkatakan dalam teks. 54 Setelah melihat strateri retorika yang dibagun oleh pengarang, kemudian pada tataran wacana atau konteks sosialnya juga perlu melihat dan menjelaskan produksi sosial obyek. Berangkat dari intertekstualitas yang juga disinggung oleh Rose, bahwa intertekstualitas merupakan hal yang penting untuk memahami wacana. Interteks mengacu pada cara melihat makna-makna dari satu wacana visual maupun teks tergantung bukan hanya dari satu teks atau gambar, melainkan juga mengacu pada makna yang dibawa oleh teks-teks lain di luar itu.55 Pada tahap praktik wacana, Fairclough dan Rose menawarkan tahapan yang sama. Pertama ialah dengan melihat institutional location, Rose mengutip Foucault yang bersikeras pada pentingnya menemukan situs sosial tertentu dari penyataan yang dibuat dan posisi pengarang sebagai otoritas sosial dari pernyataan yang dibuatnya. Kemudian melihat produksi wacana pada tataran audiens yang di 54 55
Ibid, Hlm.150-158 Ibid, hlm. 136
26
asusmsikan oleh gambar dan teks. Dengan kata lain audiens seperti apa yang dituju.56 Tidak hanya berhenti pada level teks dan praktik wacana, pada tataran analisis wacana sosial pada pemelitian ini menggunakan model Norman Fairclough tentang analisis sosial budaya (sociocultural). Analisis sociocultural, pada dasarnya adanya asumsi bahwa teks-teks yang membentuk wacana tersebut dipengaruhi oleh konteks sosial di luar media. Pengarang dan institusi bukanlah merupakan sebuah bidang netral, mereka dipengaruhi oleh faktor-faktor di luarnya. Sociocultural ini memang tidak mempunyai hubungan secara langsung dengan produksi teks dalam media namun, ia yang menentukan bagaimana teks tersebut diproduksi dan dipahami. 57
3. Obyek Penelitian Secara garis besar yang menjadi obyek pada penelitian ini ialah manga scanlation Captain Tsubasa The Rising Sun terjemahan bahasa Indonesia chapter 1 hingga chapter 7 yang diakses melaui situs manga online mangacanblog.com. Situs ini merupakan media online penyedia manga scanlation populer yang khusus terjemahan bahasa Indonesia.
a. Gambaran Umum Obyek Penelitian Di Jepang manga Captain Tsubasa The Rising Sun terbit dalam bentuk majalah manga Grand Jump oleh penerbit Shueisha. Hingga kini sudah terbit sebanyak dua volume. Akan tetapi pada saat ini Manga Captain Tsubasa The Rising Sun terjemahan masih terbit dalam bentuk manga online. Manga Online biasanya diproduksi oleh penggemar manga untuk memudahkan saling berbagi update manga terbaru dengan sesama penggemar manga di seluruh dunia termasuk Indonesia. Proses terjemahan dilakukan oleh para penggemar manga diberbagai negara dengan mengganti teks verbal berbahasa asli (Jepang) kedalam bahasa negaranya masing-masing. Kali ini manga terbaru Captain Tsubasa yaitu 56 57
Ibid, hlm. 158-159 Op. cit. Erianto, hlm. 320.
27
Captain Tsubasa The Rising Sun hadir dengan tema olimpiade. Tsubasa bersama rekan-rekan lamanya dalam tim Nasional Jepang sedang berjuang untuk meraih kemenangan pada pertandingan sepak bola Olimpiade di Madrid, Spanyol. Menariknya tema ini senada dengan terpilihnya Jepang sebagai tuan rumah event Olimpiade Tokyo 2020 mendatang.
Gambar 1.3 Contoh Cover Manga Captain Tsubasa The Rising Sun
b. Sumber dan Teknik Unit Analisis Teknik pengumpulan data pada penelitian ini ialah dengan menggunakan studi literatur. Mengidentifikasi wacana superioritas Jepang dalam manga Captain Tsubasa: The Rising Sun dan menganalisisnya dengan menggunakan model wacana perubahan sosial yang dikembangkan oleh Norman Fairclough, namun pada tataran analisis teks karena komik terdiri dari dua elemen dasar yaitu gambar dan tulisan sehingga pada penelitian ini meminjam perangkat analisis wacana visual Gillian Rose. Pada level praktik wacana mengulik tentang analisis produksi sosial dan pengasumsian audiens pembaca menggunakan analisis intertekstualitas mengenai relasi kuasa yang terdapat pada manga Captain Tsubasa The Rising Sun. Tataran analisis sociocultural pada penelitian ini hanya membongkar situasi yang berkenaan dengan tema yang diangkat dalam serial Captain Tsubasa The
28
Rising Sun dan melihat prartik sosial yang terdapat pada wacana manga, sedangkan pada level institusional sudah terjawab pada prartik diskursus.
1. Sumber Data Tekstual Sumber data tekstual pada penelitian ini diambil dari teks naratif dan gambar (visual) pada manga Captain Tsubasa: The Rising Sun terjemahan bahasa Indonesia. Peneliti hanya memilih gambaran Tsubasa dan tim nasional Jepang yang menunjukkan superioritas dengan melakukan penekanan-penekanan tertentu dalam narasi visual maupun verbal. Seperti penekanan pada porsi gambar, misal seberapa besar ukuran gambar Tsubasa atau tim nasional Jepang dan berapa kali frekuensi kemunculannya dalam satiap chapter. Pemilihan panel yang digunakan (panel atau splash), menurut McCloud panel digunakan untuk menunjukkan waktu dan ruang yang terpisah. 58 Sedangkan penggunaan splash ialah untuk memberikan penekanan pada cerita dengan memberikan porsi gambar lebih besar atau dominan dibanding gambar di panel lain. Kemudian sudut pandang yang dapat mendramatisasi cerita melalui gambar. Lalu ukuran gambar seperti medium shot, long shot, close up, extreme close up, dan extreme long shot. Penggunaan balon kata juga menjadi penekanan tertentu dalam komik atau manga, misal balon ucapan, teriakan, berpikir ataupun caption. Selanjutnya narasi dan ilustrasi, garis gerak, dan simbolia. Unit analisis pada penelitian ini adalah manga scanlation Captain Tsubasa The Rising Sun volume pertama, dari chapter satu hingga chapter tujuh. Yang terbit sejak akhir 2013 hingga 2014. Chapter ini menceritakan persiapan tim nasional Jepang untuk menyeleksi pemainnya yang akan bertanding di Olimpiade Madrid. Persiapan ini dilakukan di negara Mexico dengan mengadakan pertandingan persahabatan bersama tim nasional Selandia Baru dan tuan rumah Mexico.
58
Op. cit. Scott McCloud, hlm. 99.
29
Berikut judul Captain Tsubasa The Rising Sun pada setiap chapter: 1. Captain Tsubasa The Rising Sun. Chapter 1: “Kemenangan liga” (Diakses pada 3 September 2014) 2. Captain Tsubasa The Rising Sun. Chapter 2 : “Mimpi yang Terbang di Angkasa” (Diakses pada 3 September 2014) 3. Captain Tsubasa The Rising Sun. Chapter 3: “Nilai Sesungguhnya Sang Juara” (Diakses pada 3 September 2014) 4. Captain Tsubasa The Rising Sun. Chapter 4 : “Semangat untuk Bergembira” (Diakses pada 3 September 2014) 5. Captain Tsubasa The Rising Sun. Chapter 5 : “Keputusan Tim Luar negeri” (Diakses pada 3 September 2014) 6. Captain Tsubasa The Rising Sun. Chapter 6 : “Dalam Gelombang Tim Luar Negeri” (Diakses pada 27 Januari 2014) 7. Captain Tsubasa The Rising Sun. Chapter 7 : “Sang Terpilih” (Diakses pada 27 Januari 2014)
2. Sumber Data Praktik Sociocultural Data melihat adanya praktik sociocultural pada penelitian ini diperoleh melalui beberapa literatur dan artikel yang berkaitan dengan obyek penelitian. Seperti buku, jurnal, artikel, dan berbagai bahan bacaan melalui media internet.
30
G. Teknik Analisis Data 1. Analisis Strategi Pengorganisasian Retorika
Table 1.2 Analisis Tekstual No. 1.
Strategi Analisis Mengidentifikasi tema-tema kunci dan jalan cerita manga Captain Tsubasa : The Rising Sun
2.
Melihat efek yang dihasilkan dan mengidentifikasi strategi pembenaran (superioritas Jepang) pada pengetahuan yang dibentuk dalamwacana manga Captain Tsubasa.
3.
4.
Unit analisis 1. Kemenangan liga (chapter 1) 2. Mimpi yang Terbang di Angkasa (chapter 2) 3. Nilai Sesungguhnya Sang Juara (chapter 3) 4. Semangat untuk Bergembira (chapter 4) 5. Keputusan Tim Luar negeri (chapter 5) 6. Dalam Gelombang Tim Luar Negeri (chapter 6) 7. Sang Terpilih (chapter 7)
Menjelaskan berbagai kontradiksikontradiksi yang terdapat dibalik teks dan visual manga Captain Tsubasa Menunjukkan makna-makna yang tersemunyi dibalik konten manga Captain Tsubasa The Rising Sun
Analisis data Narasi Visual (illustrasi) Panel Sudut pandang dan ukuran dalam panel. 5. Ukuran gambar dalam panel. 6. Balon kata 7. Parit 8. Bunyi huruf 9. Splash 10. Garis gerak 11. Symbolia (plewds, squeans, emanata, briffits, graliwlixes) 12. Attribute59 1. 2. 3. 4.
Denial Rationalization Self-aggrandizement Attributional egotism Sense of entitlement Anxiety.
Memaparkan berbagai kerancuankerancuan yang pada jalan cerita manga Captain Tsubasa The Rising Sundengan realita yang ada.
Alur cerita yang membentuk wacana Superioritas
60
59 60
Tabel berdasarkan Gillian Rose, 2001. Hlm.158
31
2. Analisis Praktik Wacana Tabel 1.3 Analisis Praktik Wacana
Elemen Produksi Sosial
Analisis
Tataran institusional location
(penempatan
-
instansi)
Pemosisian hubungan
statement antara
sosial
manga
dan
Captain
Tsubasa dengan partisipan lain di luar teks. Tataran aundiens yang dituju
-
Pengasumsian audiens dalam negeri (Jepang)
-
Pengasumsian audiens luar negeri (Internasional) 61
3. Analisis Sosial Budaya (Sociocultural)
Tabel 1.4 Analisis Sociocultural no
Level analisis
Analisis
1.
Situasional
Produksi teks pada suatu kondisi atau situasi yang khusus.
2.
Sosial
Aspek makro seperti sistem politik, sistem ekonomi, sistem budaya masyarakat. 62
61 62
Ibid. Tabel berdasarkan Erianto, 2001. Hlm, 322-325
32
H. Sistematika Penulisan BAB 1 : Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, kerangka teori, metode pelitian, dan sistematika penulisan. BAB 2
: Menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian dan
dijadikan kerangka berpikir peneliti. BAB 3
: Obyek penelitian
BAB 4
: Menyajikan hasil temuan pada proses analisis data yang didapat
pada analisis data wacana kritis dan memaparkan proses analisis obyek penelitian dengan menggunakan teori-teori pada kerangka perpikir dengan menggunakan metode analisis wacana kritis. BAB 5
: Menampilkan bahasan penutup seperti kesimpulan dan saran pada
penelitian ini.
33