BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan mempunyai dampak yang menyebabkan kehidupan manusia terancam oleh segala macam benda-benda dan keadaan lingkungan baru yang berbahaya bagi manusia, bagi kelanjutan hidupnya1). Hal ini memicu terjadinya penyakit-penyakit non infeksi. Penyakit non infeksi ini termasuk juga penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan penyakit akibat kerja.2) Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari berbagai soal di sekitarnya dan pada dirinya yang dapat menimpa dan mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya2). Polusi udara di lingkungan kerja berdampak pada penurunan produktifitas kerja dan gangguan kesehatan. Komisi Breaver melaporkan akibat pencemaran lingkungan kerja, industri di Inggris mengalami kerugian. Henry C. Wohlers mengatakan kerugian lain di bidang kesehatan masyarakat adalah terjadinya penyakitpenyakit kronis misalnya penyakit paru obstruksi menahun (PPOM), bronchitis, dan asma. Stadium lanjut gangguan fungsi paru adalah terjadinya obstruksi paru yang menetap dan penurunan fungsi paru. PPOM merupakan penyakit yang menyebabkan ketidakmampuan kerja dan kematian di Inggris dan Amerika. 26% penderita paru di Poliklinik Paru atau Rumah Sakit Persahabatan Jakarta adalah PPOM. Penyakit ini adalah penyakit paru yang memiliki tanda kelainan berupa penurunan fungsi paru3). Gangguan fungsi paru akibat paparan pencemaran partikel bisa berwujud restriksi, obstruksi atau kombinasi.4) Penyakit akibat pemaparan debu dapat diperiksa antara lain dengan melakukan pemeriksaan fungsi paru menggunakan spirometri. Hasil dari pemeriksaan ini bersifat obyektif untuk menilai gangguan respirasi. Umumnya uji spirometri ini terdiri atas FVC (Force Vital Capacity), FEV 1,0 (Force Expiratory Volume 1 second).5) Penelitian Myla Setyarini tahun 1999 pada pekerja
batu Purworejo didapatkan hasil yang bermakna antara lama bekerja dengan penurunan fungsi paru, dimana FVC terdapat 63,3% abnormal dan FEV 1.0 46,7% abnormal.6) Debu adalah faktor kimia berupa partikel-partikel zat padat yang disebabkan oleh kekuatan alami atau mekanis seperti menyapu, pengumpulan dan pembuangan dan lain-lain7). Penurunan fungsi paru dapat terjadi secara bertahap dan bersifat kronis sebagai akibat frekuensi dan lamanya seorang pekerja di lingkungan yang berdebu. Pekerja yang terpapar debu secara terus-menerus pada usia 15-25 tahun akan terjadi penurunan kemampuan kerja, usia 25-35 tahun timbul batuk produktif dan penurunan VEP 1 (Volume ekspirasi paksa 1 detik atau force expiratory volume 1 second (FEV 1), usia 45-55 tahun terjadi sesak dan hipoksemia dan usia 55-65 terjadi kor pulmonal sampai kegagalan pernafasan dan kematian, hal ini bisa dipantau dengan pemeriksaan spirometri.3) Upaya mencegah timbulnya penyakit khususnya pada tenaga kerja, dapat dilakukan dengan berbagai cara pengendalian yaitu pengendalian secara teknik, administrasi dan pemakaian alat pelindung diri. Pemakaian alat pelindung diri merupakan syarat terakhir guna menanggulangi bahaya yang terjadi di tempat kerja. Macam alat pelindung diri di antaranya alat pelindung kepala, pelindung tangan, pelindung kaki, tali dan sabuk pengaman8). Pelindung hidung dan mulut (masker) merupakan alat pelindung pernafasan dari penghisapan (inhalasi) debu, gas, uap, mist (kabut), fumes, asap dan fog, sehingga masker ini sangat diperlukan oleh tenaga kerja7), terutama pada penyapu jalan raya. Hasil wawancara awal dengan 22 pekerja penyapu jalan raya di Kelurahan Mugas Sari dan Pleburan Kota Semarang didapatkan bahwa setelah 3 tahun bekerja, 15 orang mengalami sesak nafas dan pekerjaannya terganggu (68,2%), 7 orang mengatakan kadang-kadang sesak nafas tetapi tidak terganggu (31,8%). Data lain yang mendukung adanya gangguan fungsi paru pada pekerja penyapu jalan raya yaitu berdasarkan data Balai Pengobatan Paru-Paru di kota Semarang tahun 2005-2006, rata-rata jumlah pasien dengan gangguan saluran pernafasan kurang lebih 130 orang perbulan, dimana kurang lebih 5 orang dari pasien yang mengalami gangguan pernafasan setiap bulan adalah pekerja penyapu jalan raya.
Pekerja penyapu jalan raya di Kota Semarang sebagian besar tidak menggunakan masker. Berdasarkan data Dinas Kebersihan Kota Semarang Tahun 2007 jumlah penyapu jalan di Kota Semarang 515 orang, yang tidak menggunakan masker 65% dan yang menggunakan masker 35%. Penyapu jalan adalah salah satu subjek yang beresiko mengalami penyakit akibat kerja yang ditimbulkan oleh debu, karena hampir semua kegiatan penyapu jalan ini menghasilkan debu10). Bila hal ini dilakukan terus menerus, maka akan terjadi gangguan fungsi paru pada pekerja tersebut. Hal ini yang mendasari pentingnya dilakukan penelitian hubungan masa kerja, pemakaian alat pelindung diri dengan gangguan fungsi paru pada pekerja penyapu jalan raya di Kota Semarang. B. Perumusan Masalah Berdasarkan hal tersebut di atas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: “Adakah hubungan masa kerja dan pemakaian alat pelindung diri (masker) dengan gangguan fungsi paru (FVC 1.0 dan FEV) pada penyapu jalan raya di Kelurahan Mugas Sari dan Pleburan Kota Semarang ?”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara masa kerja dan pemakaian alat pelindung diri (masker) dengan gangguan fungsi paru (FVC 1.0 dan FEV) pada penyapu jalan raya di Kelurahan Mugas Sari dan Pleburan Kota Semarang.
2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan masa kerja penyapu jalan raya di Kelurahan Mugas Sari dan Kelurahan Pleburan Kota Semarang. b. Mendeskripsikan pemakaian alat pelindung diri pada penyapu jalan raya di Kelurahan Mugas Sari dan Kelurahan Pleburan Kota Semarang. c. Mendeskripsikan gangguan fungsi paru dengan menghitung nilai FEV 1.0 dan FVC penyapu jalan raya di Kelurahan Mugas Sari dan Kelurahan Pleburan Kota Semarang.
d. Menganalisis hubungan masa kerja dengan gangguan fungsi paru FEV 1.0 pada penyapu jalan raya di Kelurahan Mugas Sari dan Kelurahan Pleburan Kota Semarang. e. Menganalisis hubungan masa kerja dengan gangguan fungsi paru FVC pada penyapu jalan raya di Kelurahan Mugas Sari dan Kelurahan Pleburan Kota Semarang. f. Menganalisis hubungan pemakaian alat pelindung diri (masker) dengan gangguan fungsi paru FEV 1.0 pada penyapu jalan raya di Kelurahan Mugas Sari dan Kelurahan Pleburan Kota Semarang. g. Menganalisis hubungan pemakaian alat pelindung diri (masker) dengan gangguan fungsi paru FVC pada penyapu jalan raya di Kelurahan Mugas Sari dan Kelurahan Pleburan Kota Semarang.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Dinas Kebersihan dan Dinas Kesehatan Kota Semarang Dijadikan data dasar untuk penelitian lanjut penyapu jalan raya di Kota Semarang di masa akan datang dan sebagai informasi kesehatan khususnya kesehatan kerja. Sebagai masukan kepada Kepala Bidang Kesehatan Lingkungan dan Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk melakukan pemeriksaan secara rutin atau berkala sehingga kesehatan kerja dapat ditingkatkan.
2. Bagi Tenaga Kerja a. Sebagai bahan masukan guna memahami dan mengetahui pentingnya penggunaan masker selama bekerja. b. Memberikan informasi mengenai efek debu dan polutan lain yang ada di jalan raya yang dapat mengganggu kesehatan. c. Memberikan informasi gangguan kesehatan yang dapat timbul akibat paparan polutan di jalan raya secara terus menerus.
E. Bidang Ilmu Bidang kajian yang berhubungan dengan penelitian ini termasuk ilmu kesehatan masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan kerja. F. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai hubungan antara masa kerja dan pemakaian alat pelindung diri (masker) dengan gangguan fungsi paru pada penyapu jalan raya hampir sama dengan penelitian di bawah ini. Tabel 1.1 : Penelitian tentang Gangguan Fungsi Paru No
Judul
Peneliti
Tahun
1
Eni Hubungan Susilowati pemakaian masker dengan kapasitas fungsi paru tenaga kerja di bagian Loom Weaving PT. APAC Inti Corpora Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang
2002
Explanatory Research -
Pemakaian masker Kapasitas fungsi paru tenaga kerja di bagian Loom Weaving PT. APAC Inti Corpora Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang
Ada hubungan pemakaian masker dengan kapasitas fungsi paru
2
Hubungan lama Fajar bekerja dengan Sumyani gangguan kapasitas vital fungsi paru (FVC dan FEV 1.0) pada pekerja industri batu bata Bokor Kencono Desa
2004
Explanatory Research -
Lama bekerja Gangguan kapasitas vital fungsi paru (FVC dan FEV 1.0) pada pekerja industri batu bata Bokor Kencono Desa
Ada hubungan lama bekerja dengan gangguan kapasitas vital fungsi paru (FVC dan FEV 1.0)
Sukolilo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati
Metode
Variabel
Hasil
Sukolilo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati
Letak perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada variabel bebas yaitu masa kerja dan pemakaian alat pelindung diri (masker) serta lokasi penelitian di Kelurahan Mugas Sari dan Pleburan Kota Semarang.