1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Semua perempuan
mengalami menstruasi setiap bulan. Ada beberapa
gangguan yang dialami oleh perempuan berhubungan dengan menstruasi diantaranya hipermenore, hipomenore, polimenore, oligomenore, amenore dan dismenore.
Dismenore merupakan nyeri pada abdomen yang dirasakan sesaat
sebelum atau pada saat menstruasi, hal tersebut mengganggu aktivitas perempuan, bahkan sering kali pekerjaannya
mengharuskan penderita beristirahat dan meninggalkan
selama berjam-jam akibat
dismenore (Bobak et al, 2004).
Dismenore biasanya baru timbul 2 atau 3 tahun sesudah menarche. 50% dari kaum wanita pernah mengeluh karena sakit waktu menstruasi pada masa remaja. Dismenore mencapai puncaknya pada usia 17-25 tahun dan berkurang atau sembuh setelah pernah hamil (Jones, 2005). Penyebab pasti dismenore primer tidak diketahui. Tetapi dismenore primer dapat disebabkan oleh hormon estrogen yang diproduksi ovarium, hormon tersebut merangsang pelepasan prostaglandin oleh rahim. Prostaglandin adalah zat kimia yang sangat mirip dengan hormon. Tingginya pelepasan prostaglandin menyebabkan tingginya kontraksi uterus sehingga dapat mengakibatkan timbulnya dismenore. Faktor lain yang bisa menyebabkan dismenore adalah pengaruh ibu dan lingkungan (Ramaiah, 2006). Prevalensi dismenore pada remaja putri di Indonesia dilaporkan sekitar 92%. Insiden ini menurun seiring dengan bertambahnya usia dan meningkatnya kelahiran ( Beddu, 2015). Di Surabaya dijumpai sebesar 1,07-1,13% dari jumlah kunjungan penderita dismenore di rumah sakit. Angka ini tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya karena tidak semua penderita dismenore datang untuk berobat, sedangkan angka kejadian dismenore 54,89% pada siswi sekolah perawat kesehatan dan siswi sekolah bidan di Surabaya, diantara mereka ada yang menderita dismenore berat sekitar 9,36% (Baziad et al, 2003). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jeon et al, (2014); Kural, et al (2015); Beddu (2015); Faramarzi (2014) faktor yang berpengaruh paling besar 1
2 terhadap dismenore
pada remaja sekolah menengah adalah status kesehatan,
menarche awal, lama menstruasi, kebiasaan diet, indeks massa tubuh (IMT), overweight, underweight, merokok, riwayat keluarga. Faktor psikologi yang mempengaruhi dismenore yaitu dukungan sosial, alexithymia, depresi, kecemasan, stres, neurotisme, extrovertion, keramahan, ketelitian, keterbukaan terhadap pengalaman. Untuk pertumbuhan yang normal, seorang remaja putri memerlukan kecukupan nutrisi, energi, protein, lemak, dan suplai semua nutrien yang menjadi basis pertumbuhan. Makanan yang bergizi tinggi dan berlemak tinggi yang berasal dari hewan menyebabkan pertumbuhan berat badan pada remaja putri, sehingga kadar estrogen meningkat. Kadar hormon yang meningkat ini nantinya akan mempengaruhi saat menarche dari seorang remaja putri. Usia menarche yang cepat adalah < 12 tahun yang menjadi faktor risiko terjadinya dismenore primer (Danielle, 2011). Menurut Madhubala (2012) bahwa prevalensi dismenore pada remaja putri sangat tinggi, 81,5% di pedesaan dan 76% di perkotaan hal tersebut mengakibatkan gangguan dari kegiatan/aktivitas remaja putri tersebut. Remaja India yang sangat miskin yang tercermin dalam IMT yang rendah didapatkan hasil penelitian yang memiliki korelasi positif antara IMT dan dismenore. Oleh karena itu peningkatan asupan gizi dan diet sehat dan seimbang sangat diperlukan untuk menghidari dari kejadian dismenore serta tumbuh dalam sosial ekonomi dan menjadi anggota masyarakat yang produktif. Penelitian yang dilakukan di Kediri oleh Ertiana (2015) didapatkan hasil bahwa kejadian dismenore terjadi 78,9% responden mengalami dismenore ringan; 20,0 % mengalami dismenore sedang dan 1,1 % mengalami dismenore berat. Bahwa 30 % kejadian dismenore dipengaruhi oleh tingkat kecemasan seseorang. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri individu diantaranya adalah mekanisme koping misalnya dengan mengatur diet dan nutrisi, istirahat dan tidur, berolahraga, berhenti merokok, menghindari minuman keras, mengatur berat badan, terapi psikofarmako, terapi somatik, mengatur waktu dengan tepat dengan merencanakan kegiatan sebelum timbulnya nyeri menstruasi, menerima dukungan sosial (keluarga), spiritual, dan mengembangkan pola pikir untuk menahan rasa sakit. (Alimul, 2006; Aziato, 2015). Selain itu nyeri juga dipengaruhi oleh
3 perhatian, kecemasan, pengalaman masa lalu, keletihan, dan sosial, budaya serta cara maknai
nyeri tersebut. Dismenore akan menambahkan kecemasan pada
responden. Kecemasan dapat meningkatkan persepsi seseorang terhadap nyeri. Sehingga faktor-faktor tersebut berperan penting dalam menentukan tingkat dismenore seseorang (Siahaan, et al, 2012). Dismenore sering dialami perempuan setelah terjadinya menarche. Disemenore terjadi sampai usia 40 tahun. Seseorang pada saat terjadi fase ovulasi juga bisa terjadi dismenore meskipun itu hanya sesaat. Sebagian orang ada yang merasakan dan ada sebagian yang tidak merasakannya. Hal tersebut tergantung dari ambang nyeri dari seseorang itu sendiri. Perempuan yang mengalami nyeri akibat dismenore biasanya konsisten dan berulang. Remaja yang mengalami dismenore setiap bulan maka dapat memiliki dampak negatif terhadap aktivitasnya. Oleh karena itu, perlu untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dimana mereka didorong untuk membentuk respon fisik, emosional, dan menumbuhkan sikap positif terhadap dismenore (Jeon, 2014). Menurut Fraser, et al (2015) bahwa endometriosis gejala awalnya disebabkan oleh dismenore yaitu 76,9%, sedangkan apabila
dismenore tidak
ditangani dengan baik maka akan menyebabkan timbunnya infetilitas pada seseorang. Dismenore pada wanita dapat sembuh secara spontan, baik melalui perubahan suasana, penemuan penyebab atau setelah mencapai kematangan psikoseksual, dan keluhan sering berkurang sesudah melahirkan anak yang pertama. Dismenore dapat diatasi dengan berbagai metode penatalaksanaan nyeri baik secara farmakologi maupun non farmakologi. Metode farmakologi adalah dengan pemberian obat-obatan analgesik yang dapat mengurangi rasa nyeri selama menstruasi. Sedangkan metode non farmalogi adalah tanpa menggunakan obatobatan seperti teknik relaksasi, hipnotis, distraksi serta pemberian terapi es dan panas yang dapat dijadikan metode alternatif karena tidak membahayakan bagi mahasiswi saat menggalami dismenore (Varney et al, 2006). Seseorang yang mengalami dismenore sebaiknya tidak memakai obat apapun untuk mengatasi dismenore tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter, karena penggunaan obat-obatan yang salah dapat mengakibatkan gangguan pada organ reproduksi. Tenaga kesehatan perlu menjelaskan tentang fisiologi
4 menstruasi, mekanisme timbulnya nyeri, dan penjelasan itu sebaiknya diberikan juga pada ibu yang sering kali putrinya mengalami dismenore. Olahraga teratur, yoga, dan meditasi akan memberikan banyak manfaat yaitu untuk mencegah terjadinya dismenore. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan dismenore.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, dan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai arah penelitian serta pemasalahan yang akan dikaji maka berikut ini disajikan rumusan masalahnya. 1. Adakah hubungan antara dukungan keluarga dan dismenore? 2. Adakah hubungan antara aktivitas fisik/ olahraga dan dismenore? 3. Adakah hubungan antara indeks massa tubuh dan dismenore? 4. Adakah hubungan antara mekanisme koping dan dismenore? 5. Adakah hubungan antara stres psikis dan dismenore?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan dismenore. 2. Tujuan Khusus 1) Menganalisis hubungan antara dukungan keluarga dengan dismenore. 2) Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik/ olahraga dengan dismenore. 3) Menganalisis hubungan antara indeks massa tubuh dengan dismenore. 4) Menganalisis hubungan antara mekanisme koping dengan dismenore 5) Menganalisis hubungan antara stres psikis dengan dismenore.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis hasil penelitian ini adalah sebagai dasar bagi pengembangan kerangka teoritis yang berkaitan dengan dismenore.
5 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis hasil penelitian ini adalah: 1) Instrumen-instrumen yang digunakan dapat digunakan untuk mengukur dismenore dan untuk mengukur variabel penentu dismenore. 2) Sebagai acuan yang harus diambil oleh pengelola sekolah dalam menghadapi siswi yang mengalami dismenore. 3) Hasil penelitian dapat digunakan untuk menentukan prioritas masalah yang mempengaruhi dismenore melalui faktor-faktor yang ditemukan.