BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional. Beberapa hal yang mendasari pentingnya pembangunan pertanian di Indonesia antara lain potensi sumberdaya alam yang besar dan beragam, pangsa pendapatan nasional yang cukup besar, kebanyakan penduduk Indonesia menggantungkan hidup dengan bekerja di dalam sektor pertanian, berperan dalam penyediaan pangan masyarakat, dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Perjalanan pembangunan pertanian Indonesia saat ini masih belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pembangunan nasional. (Badan Pengurus Pusat Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia, 2013:1). Pertanian sebagai sektor penting dalam perkembangannya mengalami pasang surut, salah satu contohnya adalah pada tahun 1984-1989 Indonesia menjadi negara swasembada pangan dan mampu mengekspor beras. Kondisi ini dicapai setelah terjadinya revolusi hijau, intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian pada masa orde baru (wikipedia.org). Perkembangan revolusi hijau selanjutnya mendapat kritik sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan kelestarian lingkungan karena dianggap merusak kondisi tanah. Data menurut Badan Pusat Statistik tahun 2008 lahan terdegradasi mencapai 38,6 juta hektar. Salah satu indikator kerusakan lahan tersebut adalah kandungan bahan organik yang relatif rendah. Data hasil penelitian tanah yang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanah Bogor (2008) 73 % tanah masuk dalam kategori rendah (C organik <2 %), sisanya 23 % termasuk dalam kategori sedang (C organik 2 – 3 %) dan hanya 4 % yang memiliki kandungan C organik tinggi (> 3 %). Perkembangan pertanian Indonesia yang berawal dari penggunaan pupuk kimia kini sudah beralih menjadi trend penggunaan pupuk organik (Lampiran 1) ditunjukkan
2
dengan peningkatan lahan organik (Lampiran 2 dan 3) dan permintaan produk organik (Lampiran 4). Kebutuhan pupuk baik organik maupuk anorganik di Indonesia terus mengalami peningkatan, seiring dengan meningkatnya permintaan dari sektor perkebunan, terutama perkebunan kelapa sawit, karet, kakao, kopi, tebu, kapas, tembakau, serta dari sektor tanaman pangan yaitu jagung, padi, dan masih banyak yang lain. Menurut survei yang dilakukan PT. Central Data Mediatama Indonesia (CDMI) pada tahun 2011 lalu, kebutuhan pupuk organik mencapai 12,3 juta ton, tahun 2012 meningkat mencapai 12,6 juta ton dan tahun 2013 diprediksi mencapai 12,9 juta ton. Hal yang sama juga terjadi dengan kebutuhan pupuk anorganik. Kebutuhan terbesar pada pupuk urea dengan tingkat konsumsi rata-rata di atas 70% sehingga pupuk urea menjadi sangat sensitif terhadap harga dan sering mengalami kelangkaan. Sejak tahun 2008, pemerintah mengalokasikan anggaran untuk subsidi pupuk organik dan anorganik, yang pada waktu itu mencapai Rp 17,53 triliun. Kebutuhan pupuk organik mencapai 17 juta ton, yang dipenuhi dari empat industri pupuk utama (Sriwijaya, Kaltim, Petrokimia Gresik, dan Kujang) sebesar 450 ribu ton, sedangkan sisanya dipasok oleh produsen swasta dan petani sendiri. Untuk mengembangkan penggunaan pupuk organik di tingkat petani, pemerintah melalui Departemen Pertanian telah memfasilitasi bantuan berupa Alat Pembuat Pupuk Organik (APPO), Rumah Percontohan Pembuatan Pupuk Organik (RP3O), dan bahan dekomposer kepada kelompok tani untuk mendorong pengembangan penggunaan pupuk organik di masing-masing wilayah dengan memanfaatkan sisa tanaman atau jerami sebagai bahan baku (Haryani dan Mewa, 2010:166). Peristiwa kelangkaan pupuk kimia serta dampak yang ditimbulkan dengan penggunaan yang berlebihan dalam jangka panjang menyebabkan pupuk organik menjadi alternatif dalam menggantikan kebutuhan pemenuhan sarana produksi yang penting dalam kegiatan on farm. Simanungkalit (2006 : 20), menyatakan bahwa data produksi pupuk organik di Indonesia sulit diperoleh. Kebanyakan produsen pupuk organik di Indonesia digolongkan sebagai Usaha kecil Menengah (UKM). Banyak
3
merek-merek pupuk organik yang beredar (baik yang terdaftar maupun tidak) dapat digunakan sebagai indikasi, maka potensi memproduksi pupuk organik cukup besar. Sudah saatnya pemerintah lebih mendorong pemakaian pupuk organik pada pertanian di Indonesia melalui kebijakan yang mendorong petani untuk menggunakan pupuk organik selain pupuk anorganik yang sudah digunakan selama ini. Hasil penelitian Lembaga Penelitian Tanah (LPT) menunjukkan bahwa 79 persen tanah sawah di Indonesia memiliki bahan organik (BO) yang sangat rendah. Kondisi ini berarti bahwa sawah di Indonesia sudah sangat miskin hara bahkan dapat dikatakan sakit sehingga tidak hanya membutuhkan makanan (pupuk kimia), namun juga
memerlukan
penyembuhan.
Cara
penyembuhannya
adalah
dengan
menambahkan BO yang telah diolah menjadi pupuk organik sehingga tanah dapat menjadi lebih sehat. Untuk meningkatkan kandungan BO, dibutuhkan tambahan bahan-bahan organik (pupuk organik) berkisar 5-10 ton/ha. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak diusahakan sebagai lapangan pekerjaan utama oleh penduduk di Kabupaten Lima Puluh Kota. dapat dilihat (lampiran 5) bahwa 37,6% dari total penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota yang berusia 15 tahun ke atas memiliki pekerjaan utama di sektor pertanian sehingga kegiatan di sektor tersebut masih menjadi salah satu sumber penghasilan utama penduduk setempat. Pertanian dalam arti luas meliputi sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan. Pupuk merupakan sarana produksi yang membantu pemenuhan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Pupuk organik dan anorganik merupakan jenis pupuk yang biasa digunakan petani. Faktor penting dari pengembangan pertanian organik adalah ketersediaan inputinput yang menunjang sistem pertanian organik, dimana salah satunya adalah ketersediaan pupuk organik. Dari data Departemen Pertanian tahun 2008, kebutuhan pupuk organik baru dapat dipenuhi 2 persen dari total kebutuhan sebesar 17 juta ton. Kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi karena jumlah industri pupuk organik yang berkembang di Indonesia sangat lambat. Pupuk organik hanya diproduksi secara parsial dengan skala industri rumah tangga (home industry) sehingga jumlah produksi yang dihasilkan relatif kecil dan tidak kontinu. Oleh karena itu, industri pupuk
4
organik di Indonesia sangat penting dan prospektif untuk dikembangkan. Kebutuhan pupuk organik yang tinggi sedangkan ketersediaannya tidak mencukupi menunjukkan suatu peluang bisnis yang prospektif. Gap yang besar antara kebutuhan dan ketersediaan pupuk organik menunjukkan market potential pupuk organik cukup besar. Market potential yang besar tersebut menjadi peluang pasar bagi para produsen untuk mengembangkan usaha pupuk organik. Sumatera Barat mempunyai potensi luas areal pertanian seluas 754.856 Ha terdiri dari lahan sawah dan lahan kering. Untuk mendukung perluasan pertanian organik tersebut, Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota mengeluarkan kebijakan untuk menggunakan pupuk organik bagi lahan pertanian yang ditanami. Kebijakan tersebut diterbitkan melalui Perbup No 70 tahun 2011 tentang Agrobisnis. Kebijakan penggunaan pupuk organik dalam menyuburkan lahan dan tanaman di lahan pertanian bukan sebagai bentuk penolakan terhadap pupuk anorganik. Kebijakan tersebut menjadi salah satu cara peningkatan hasil panen petani menggunakan potensi alami. Penggunaan pupuk organik juga bisa membantu mengurangi biaya sarana produksi dalam mengusahakan lahan pertanian. Industri pengolahan pupuk organik Kelompok Tani Sehati merupakan yang salah satu yang mengebangkan usaha pupuk Kompos organik di Provinsi Sumatera Barat. Usaha ini muncul sebagai bentuk kepedulian terhadap sisa tanaman atau jerami yang kurang dimanfaatkan oleh petani, usaha yang tergolong masih muda ini terus mengalami perkembangan. Namun dengan permintaan yang semakin meningkat Kelompok Tani Sehati kualahan dalam memasok pupuk organik, hal ini dikarenakan kuranganya bahan baku seperti kotoran sapi dan kurang luasnya lokasi pembuatan pupuk organik. B. Perumusan Masalah Program pengembangan pertanian organik (Go Organik 2010) adalah salah satu pilihan
program untuk
berwawasan
lingkungan
mempercepat
terwujudnya
(eco-agribisnis)
guna
pembangunan
meningkatkan
agribisnis
kesejahteraan
masyarakat, khususnya petani. Langkah awal yang dilakukan Pemerintah Kabupaten
5
Lima Puluh Kota yaitu menumbuh-kembangkan industri kecil pupuk organik. Tujuannya yaitu meningkatkan ketersediaan pupuk organik sehingga petani beralih dari pupuk kimia ke organik secara bertahap. Untuk mensukseskan program tersebut, maka pada tahun 2008 Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota melalui Dinas Pertanian memberikan bantuan dana dengan total sekitar 100 juta kepada Kelompok Tani Sehati yang mengembangkan usaha pembuatan pupuk organik di Kabupaten Lima Puluh Kota. Kelompok Tani Sehati adalah salah satu produsen pupuk organik yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota. Kelompok Tani Sehati terbentuk pada tahun 2008 dalam usaha pupuk kompos organik, kelompok ini beranggotakan 20 orang yang diketuai oleh Ibu Dewi. Kelompok Tani Sehati dapat menghasilkan 3 ton pupuk kompos organik per minggu. Usaha ini berproduksi setiap harinya. Saat ini usaha pupuk kompos organik dikerjakan oleh 20 orang tenaga kerja termasuk ketua kelompok, bagian keuangan dan pemasaran, untuk skala usaha yang sekarang dirasa cukup dengan tenaga kerja yang ada. Industri pupuk organik di dalam menetapkan harga jual untuk kemasan biasa Rp. 1000/ Kg sedangkan untuk kemasan berlebel sebesar Rp. 2.000/kg. Usaha ini menjual dalam kemasan karung 40 Kg dengan harga Rp. 40.000 untuk kemasan biasa dan untuk kemasan berlebel Rp. 80.000. Diperkirakan permintaan pupuk organik akan meningkat mengingat terjadinya peningkatan permintaan. Kelompok Tani Sehati adalah kelompok yang dipercaya sebagai pemasok pupuk organik dalam proses pelaksaan program padi SRI dan program tanaman JESIGO (jeruk siam gunung omeh) melalui kerjasama antara Kelompok Tani Sehati dengan Dinas Pertanian Tanaman pangan dan Hortikultura untuk pemasok pupuk organik ke tiga Kelompok Tani yang berada di Kabupaten Lima Puluh Kota yang berperan serta dalam kegiatan budidaya padi SRI organik, Kelompok Tani Sehati dipercaya memasok masing-masing 20 ton pupuk organik untuk satu kelompok tani. Sebanyak 60 ton pupuk organik untuk tiga Kelompok Tani. sedangkan untuk program pengembangan jeruk omeh sebanyak 100 ton yang harus Kelompok Tani Sehati penuhi Bahkan menurut pengelola, saat ini Kelompok Tani
6
Sehati tidak mampu memenuhi permintaan pupuk organik sehingga Kelompok Tani Sehati bekerjasama dengan Kelompok Tani yang lain untuk memenuhi pasar akan tetapi Kelompok Tani Sehati membeli pupuk organik dalam bentuk basah dan kasar sehingga kelompok tani harus memproses kembali. Menurut informasi pendamping Kelompok Tani dari Dinas Penyuluhan, potensi pasar pupuk organik saat ini sangat besar, sehingga diharapkan para Kelompok Tani pupuk organik memanfaatkannya dengan meningkatkan skala produksi atau penambahan ternak sapi. Oleh karena itu, pengelola berencana meningkatkan kapasitas produksi dengan meningkatkan luas bangunan pengomposan dan penambahan ternak sapi namun terhalang kesediaan modal. Dinas Pertanian dan Kehutanan membantu berkembangnya pengadaan pupuk organik salah satunya dengan memberikan kredit penguatan modal usaha dan mesin pembuat pupuk organik kepada Kelompok Tani Sehati di wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota dengan bantuan tersebut diharapkan petani dalam kelompok bisa memproduksi pupuk organik secara mandiri sehingga dapat membantu pengurangan pemakaian pupuk anorganik. Adanya bantuan penguatan modal usaha untuk kelompok tani/ternak, diharapkan dapat menjadi salah satu cara kelompok mendapatkan modal untuk menjalankan usaha pupuk organik. Jika usaha pupuk organik dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan maka diharapkan usaha tersebut mampu membantu dalam mengatasi kelangkaan pupuk anorganik. Dari pemaparan mengenai usaha pupuk organik kelompok tani, maka muncul pertanyaan : 1. Bagaimana profil usaha Kelompok Tani Sehati di Kabupaten Lima Puluh Kota? 2. Bagaimana kelayakan usaha pupuk organik oleh Kelompok Tani Sehati di Kabupaten Lima Puluh Kota? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dilakukan penelitian dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik di Kelompok Tani Sehati Jorong Bukik Nagari Batu Payung Kecamatan Lareh Sago Halaban Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat”.
7
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui profil usaha pupuk organik Kelompok Tani Sehati di Kabupaten Lima Puluh Kota 2. Menganalisis kelayakan usaha pupuk organik pada Kelompok Tani Sehati. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna baik untuk penulis, Kelompok Tani Sehati, maupun bagi pembaca. Bagi penulis sendiri, penelitian adalah media untuk penerapan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan. Bagi perusahaan hasil penelitian ini dapat berguna sebagai salah satu masukan apakah pendirian usaha tersebut layak atau tidak layak untuk dijalankan atau dikembangkan. Bagi pembaca dapat sebagai bahan kajian mengenai analisis kelayakan usaha pupuk organik dan sebagai bahan rujukan penelitian selanjutnya.