BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan perubahan dari Partai
Keadilan (1999) adalah salah satu partai politik (parpol) yang memiliki ideologi Islam. PKS dapat dibilang sebagai partai baru karena resmi pada tahun 2003 yang merupakan penggabungan dari Partai Keadilan (PK) dan PKS. Sejak pemilu 2004 PKS menunjukkan taringnya sebagai salah satu parpol yang cukup kuat dan diperhitungkan dalam kancah perpolitikan di Tanah Air. Di tahun 2004, PKS berhasil memperoleh sekitar 8.325.020 suara atau sekitar 7,34% total perolehan suara. Pada pemilu selanjutnya di tahun 2009 PKS memperoleh suara yang cukup stabil yakni sebesar 8.206.955 suara atau 7,88% dan menempati peringkat keempat. Sementara pada tahun 2014 PKS berhasil meningkatkan jumlah pemilih walau tidak signifikan dengan jumlah suara 8.480.204 atau sebesar 6,79% dan menempati peringkat ke-tujuh dari lima belas partai yang berkompetisi merebutkan kursi legislatif. 1 Naiknya pamor PKS yang diperoleh pada tahun 2004 dan stabilnya perolehan suara PKS merupakan hasil dari strategi dan juga program yang sudah dibuat. Strategi komunikasi politik dari PKS inilah yang menyebabkan PKS tetap bertahan dalam kancah perpolitikan terutama dalam ajang pemilu. PKS sebagai partai politik memiliki keunikan tersendiri, PKS berbeda dengan parpol lainnya yang mengutamakan figur pimpinan mereka namun lebih membawa jargonnya “Bersih, Peduli, dan Profesional”. PKS berusaha menonjolkan jargon partai yang dianggap dapat lebih menyentuh kepada masyarakat serta totalitas dan juga loyalitas dari kader-kader PKS yang tetap setia dan membawakan sikap nyata di tengah-tengah masyarakat. Walaupun PKS sempat tertimpa kabar yang merugikan partainya yakni terkait isu korupsi yang dilakukan oleh mantan Presiden partai Lutfi Hasan Ishaq, 1
http://www.kpu.go.id
1
serta isu tetapi PKS tetap bertahan dengan jumlah pemilih yang tidak sedikit yaitu sekitar 8 juta empat ratus pemilih. Basis pemilih yang loyal lah yang menjadi kekuatan PKS dapat eksis dalam ranah perpolitikan Tanah Air. Salah satu kader atau pemilih loyal PKS ialah kaum terdidik terutama mahasiswa. Bahkan sudah bukan menjadi rahasisa umum lagi bahwasanya beberapa organisasi baik internal maupun kesternal kampus di berbagai penjuru Tanah Air memiliki hubungan yang dekat dengan PKS, contohnya KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) Sebenarnya bukan terkait lembaga atau organisasi mahasiswa yang menjadi tunggangan politik PKS di kampus-kampus, melainkan adanya kesamaan ideologi mahasiswa yang berada di dalamnya dengan ideologi PKS secara umum yakni Tarbiyah. Bahkan keterkaitan Tarbiyah dengan PKS sudah ada sejak sebelum PKS berdiri, dan mahasiswa yang memiliki ideologi Tarbiyah ini juigalah yang memang cukup memiliki peran dalam berbagai organisasi atau lembaga mahasiswa. Pada 1985, rezim Orde Baru mewajibkan seluruh organisasi massa menjadikan Pancasila sebagai asasnya. Ini membuat sejumlah tokoh Islamis berang dan menyebut rezim Soeharto telah memperlakukan politik Islam sebagai kutjing
kurap.2
Pada
saat
yang
sama, Jamaah
Tarbiyah meraih
momentumnya di kalangan mahasiswa kader Rohis dan aktivis dakwah di kampus-kampus. Pada tahun 1993, Mustafa Kamal, seorang kader Jamaah Tarbiyah, memenangi pemilihan mahasiswa untuk Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, kader Jamaah pertama yang memegang kekuasaan di level universitas. Tidak lama atu tahun kemudian Zulkiflimansyah, juga kader Jamaah Tarbiyah, menjadi Ketua Senat Mahasiswa di universitas yang sama. 3 Begitupun pada Pemilu 2014, dimana peran mahasiswa cukup tinggi dalam membangun massa pemilih. Di Yogyakarta terutama di wilayah kampus 2
Muhtadi, Burhanuddin, DILEMA PKS Suara dan Syariah, Jakarta: KPG, 2012, hlm. 36. Machmudi, Yon. 2008. Islamising Indonesia: The Rise of Jemaah Tarbiyah and the Prosperous Justice Party (PKS) 3
2
Universitas Gadjah Mada (UGM) suara mayoritas pada hasil pemilihan di TPS (Tempat Pemungutan Suara) PKS lah yang menjadi Partai yang paling banyak meraup suara. Tentu saja, yang paling menarik dari seluruh proses pemilu yaitu hasil penghitungan suara atau pemenang pemilu. Begitu pula dengan TPS 117 (Mahasiswa), yang paling menarik yaitu partai mana yang keluar sebagai pemenang dan berhasil meyakinkan kelompok terdidik sekelas mahasiswa UGM. Maka, partai pemenang tiga besar untuk TPS 117 berturut-turut dari urutan pertama yaitu PKS, PDI-P dan Gerindra. PKS berhasil meraup 313 suara atau sekitar 60% dari 507 total suara DPR/D Provinsi dan Kabupaten/Kota. Kemenangan mutlak PKS ini karena merata di lima TPS Mahasiswa UGM lainnya menarik untuk diperbincangkan.4 Kemenangan PKS atas TPS Mahasiswa ini seakan menjungkir balikkan pikiran sebagian kalangan. Sebab, bagaimana mungkin partai yang tengah diterpa badai hebat akibat skandal korupsi dan main wanita oleh pucuk pimpinannya ini justru mampu bertahan dan menguasai kaum terdidik mahasiswa UGM. Bahkan, secara nasional dari hasil hitung cepat yang dilakukan Kompas sehari setelah pemungutan suara berlangsung. Menunjukkan bahwa PKS meraup suara tidak kurang dari 7% dan tidak jauh berbeda dari perolehan suaranya pada Pemilu 2004. Bukan berarti dengan menangnya PKS di kampus UGM dapat menunjukkan bahwa PKS sangat kuat di kampus ini, karena belum ada penelitian terkait bisa kader partai politik lain yang berpengaruh di kampus ini. Bias saja, banyak kader muda dari berbagai organisasi pergerakan kampus dan juga memiliki kedekatan dengan berbagai macam partai politik nasional yang memang tidak terlalu berminat untuk bergeriliya di kampus UGM. Dibalik itu semua, ini yang bisa menunjukkan perbedaan antara kader partai lain dengan PKS di kalangan mahasiswa, dimana kader PKS dapat dengan mudah dikomando untuk memilih di wilayah kampus. 4
http://polhukam.kompasiana.com/politik/2014/06/06/analisis-tps-mahasiswa-
663902.html?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kanawp
3
Mahasiswa yang memiliki afiliasi dengan PKS terutama yang memiliki ideologi tarbiyah bergerak dalam agenda politik bukan sekedar dari keinginan diri semata, tapi ada juga unsur arahan atau yang dikenal dengan sebutan “taklimat”. Taklimat merupakan instruksi dari elite Jama‟ah Tarbiyah kepada seluruh kaderkadernya. Taklimat ini jugalah yang menggerakan kader-kader tarbiyah untuk turut dalam agenda politik PKS termasuk dalam Pemilu 2014. Tidak hanya melalui taklimat, namun ada saluran-saluran lain melalui komunikasi politik PKS yang diberikan kepada seluruh kader ataupun mahasiswa lainnya sebagai partisipan pemenangan PKS. Dunia politik kini tidak lepas dari dunia komunikasi. Pasalnya, kegiatan politik dilandasi oleh komunikasi dalam menyampaikan ide, gagasan, pendapat, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan negara. Menurut Almond (1960), komunikasi politik adalah bagian dari tujuh sistem politik yang tidak berjalan sendiri, karena komunikasi membantu sistem-sistem politik lainnya. Pemilu (Pemilihan Umum) Presiden sudah tentu merupakan salah satu contoh komunikasi politik di Indonesia. Mengapa? Karena salah satu definisi politik adalah seni memperebutkan sesuatu,dalam hal ini jabatan sebagai presiden. Strategi dalam memperebutkan „bangku presiden‟ ini salah satunya terdapat dalam pencitraan para calon presiden yang mengikuti pemilu. Pencitraan politik sebenarnya sudah merebak mulai Pemilu 1999 yang makin lama semakin berkembang hingga kini. Berhubungan dengan komunikasi politik pada Pemilu 2009, pencitraan Sutrisno Bachir, dari partai Partai Amanat Nasional (PAN), yang memanfaatkan momentum 100 tahun Kebangkitan Nasional dapat kita lihat dari iklan berslogan “Hidup adalah Perbuatan”. Wiranto, dari partai Hati Nurani Rakyat (HANURA), secara dramatis ikut makan nasi aking bersama warga miskin dan mengiklankan tiga seri iklan bertema kemiskinan. Megawati Soekarno Putri, dari partai PDIP Perjuangan, yang dulu jarang berkomentar bahkan mengkritik pemerintah dalam ungkapan-ungkapannya, hingga mengukuhkan citranya sebagai figur yang peduli dengan wong cilik. Jusuf Kalla, dari partai Golongan Karya (Golkar), hadir
4
dengan slogan “Lebih Cepat Lebih Baik” dan “Beri Bukti, Bukan Janji” yang mengklaim keberhasilan pembangunan infrastruktur dan swasembada beras adalah hasil kontribusinya pada partai Golkar. Juga pencitraan Susilo Bambang Yudhoyono, dari partai Demokrat, yang mencitrakan hasil-hasil positif dari kinerjanya sebagai presiden di tahun sebelumnya, seperti penurunan harga Bahan Bakar Minyak, beras untuk rakyat miskin, peningkatan angka pendidikan, dan lain-lain. Namun dalam menanggapi komunikasi politik PKS pada pemilu 2014 banyak hal yang dilakukan oleh kader tarbiyah itu sendiri maupun mahasiswa lainnya sebagai partisipan. Bahkan tidak sedikit kader mahasiswa yang mengikuti berbagai agenda politik PKS selama masa pemilu 2014. Dari sinilah, peneliti tertarik untuk melihat respon komunikasi politik dari aktivis PKS di kampus UGM yakni kalangan mahasiswa dalam berpartisipasi agenda pemenangan politik PKS. B.
Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latarbelakang dan maksud penelitian di atas, maka
perumusan masalah penelitian ini disusun sebagai berikut: “Bagaimana respon aktivis PKS di kalangan Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) terkait komunikasi politik pemenangan PKS pada Pemilu 2014 di Kampus UGM?” Respon dalam perumusan masalah ini ialah tanggapan dari aktivis PKS di kalangan mahasiswa terhadap berbagai macam instruksi kerja yang diberikan oleh organisasi politik PKS. Instruksi dari PKS inilah yang merupakan komunikasi politik yang diteliti karena mengandung arahan-arahan dari PKS sebagai organisasi politik kepada kader-kadernya. C.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
5
1. Untuk mengetahui strategi komunikasi politik PKS kepada kaderkader PKS terutama mahasiswa di lingkungan UGM. 2. Umtuk mengetahui respon aktivis PKS mahasiswa terkait komunikasi politik pemenangan PKS pada Pemilu 2014.
D.
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Akademis Memberikan sumbangsih bagi studi ilmu komunikasi khususnya penelitian komunikasi politik. 2. Manfaat Praktis a. Bagi pihak PKS, agar dapat melihat seberapa jauh respon aktivis PKS di kampus dalam mengikuti instruksi atau komunikasi politik PKS selama Pemilu 2014. Serta bahan evaluasi agar menjadi bekal untuk memperbaiki tatanan komunikasi politik PKS. b. Bagi Masyarakat, agar lebih mengetahui seberapa jauh gerak langkah nyata PKS
terutama dalam menjalanakan komunikasi politik di
masyarakat luas. E.
Kerangka Pemikiran a. Politik dan Mahasiswa di Indonesia Jika mendengar kata politik, maka pertama kali yang akan terfikirkan ialah
pemerintah, karena kegiatan politik secara resmi dilakukan oleh pemerintah baik itu oleh pejabat-pejabat pemerintahan maupun para intelektual yang memiliki pemahaman dalam bidang politik. Namun secara umum kegiatan politik
ini
secara tidak langsung telah dilakukan oleh semua individu jauh sebelum mengetahui apa itu politik. Politik secara etimologis berasal dari bahsa Yunani, yaitu “polis” yang berarti kota yang berstatus Negara. Sedangkan menurut Aristoteles politik adalah usaha yang ditempuh oleh warga Negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Politik berkaitan dengan penyelanggaraan
6
pemerintahan dan Negara, sehingga tidak salah jika menghubungkan antara politik dengan pemerintahan. Menurut buku A New Handbook of Political Science, politik adalah penggunaan kekuasaan sosial yang dipaksakan. Kata kekuatan sosial ditekankan untuk membedakan dengan kekuasaan individual. Ini akibat politik berkenaan dengan pengaturan hidup suatu masyarakat secara keseluruhan. Mahasiswa adalah sebuah lapisan masyarakat terdidik yang menikmati kesempatan mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Sesuai dengan perkembangan usianya yang secara emosional sedang bergejolak menuju kematangan dan berproses menemukan jatidiri, dan sebagai sebuah lapisan masyarakat yang belum banyak dicemari kepentingan-kepentingan praktis dan pragmatis, alam fikiran mahasiswa beorientasi pada nilai-nilai ideal dan kebenaran. Karena orientasi idealis dan pembelaannya pada kebenaran, sebagian ahli memasukkannya ke dalam kelompok cendikiawan (Arief Budiman 1983: 150) yang menurut Julien Benda “whose activity not the pursuit of practical aims,” atau seperti kata Lewis Coser ”tidak pernah puas dengan kenyataan sebagaimana adanya … mereka mempertanyakan kebenaran yang berlaku pada zamannya dan mencari kebenaran yang lebih tinggi dan lebih luas” (Lewis A. Coser 1997: xvi). Orientasi pada nilai-nilai ideal dan kebenaran membuat mahasiswa peka dan peduli terhadap persoalan-persoalan di lingkungannya terutama yang menyangkut bentuk-bentuk pelanggaran dan penyelewengan. Kepedulian itu diekspresikan dalam bentuk-bentuk protes, menggugat hingga demonstrasi. Konsern ini kemudian tak bisa dipisahkan dari mereka dan menempatkannya sebagi pendekar sosial. Karena sebagai pendekar sosial gerakan mahasiswa bersifat massal, maka dampak politik mahasiswa sering tidak terhindarkan dalam berbagai komunitas masyarakat atau negara. Dalam konteks inilah, mahasiswa sering berperan mewarnai perkembangan masyarakat, perubahan sosial dan kehidupan politik.
7
Gerakan sosial politik mahasiswa umumnya berperan sebagai pembawa suara kebenaran dan kontrol sosial terhadap lingkungan sosial politik dan penyelenggaraan
pemerintahan
sebuah
negara.
Beberapa
negara
yang
pemerintahannya korup dan otoriter telah jatuh karena gerakan-gerakan perlawanan yang dilakukan mahasiswa seperti penggulingan Juan Peron di Argentina tahun 1955, Perez Jimenez di Venezuela tahun 1958 dan Ayub Khan di Pakistan tahun 1969 dan Soekarno tahun 1966 dan Soeharto tahun 1998. b. Komunikasi Politik Partai Lain halnya dengan komunikasi politik, komunikasi politik menurut Roelofs dan Barn Lund, adalah politik yang berbicara atau untuk menempatkan masalah ini, lebih tepatnya aktivitas politik (politisasi) berbicara. Dari pengertian komunikasi politik yang diungkapkan Roelofs dan Barn, walaupun sangat sederhana, namun cukup memberi isyarat bahwa komunikasi politik lebih memusatkan kajiannya pada bobot materi muatan yang berisi pesan-pesan politik (isu politik, peristiwa dan perilaku politik individu-individu baik sebagai penguasa maupun yang berada dalam asosiasi-asosiasi kemasyarakatan atau asosiasi politik.5 Pengertian Komunikasi Politik menurut seorang pakar politik Maswadi Rauf, Komunikasi Politik adalah sebagai objek kajian ilmu politik, karena pesanpesan yang diungkapkan dalam proses komunikasi bercirikan politik yaitu berkaitan dengan kekuasaan politik negara, pemerintahan dan juga aktivitas komunikator dalam kedudukan sebagai pelaku kegiatan politik. Maswadi Rauf melihat komunikasi politik dari dua dimensi, yaitu komunikasi politik sebagai kegiatan pollitik dan sebagai kegiatan ilmiah. 6 Komunikasi sebagai kegiatan politik merupakan penyampaian pesan-pesan yang bercirikan politik oleh aktor-aktor politik kepada pihak lain. Kegiatan tersebut bersifat empirik karena dilakukan secara nyata dalam kehidupan sosial, sedangkan komunikasi politik sebagai kegiatan ilmiah maka komunikasi politik 5
Cangara, Hafied, KOMUNIKASI POLITIK: Konsep, Teori, dan Strategi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014, hlm. 28. 6 Ibid, hlm. 29-30.
8
adalah salah satu kegiatan politik dalam politik. Menurut Rusadi Kantaprawira seorang pakar hukum, Pengertian Komunikasi Politik adalah penghubungan pikiran politik yang hidup di dalam masyarakat, baik itu pikiran intern golongan, asosiasi, instansi ataupun sektor kehidupan politik pemerintah. Rusadi melihat komunikasi politik dari sisi kegunaannya. Astrid S. Soesanto mengemukakan pengertian komunikasi politik yang hampir diwarnai kajian ilmu hukum. Sehingga dapat diambil sebuah kesimpulan bahwasanya komunikasi politik merupakan suatu proses dan kegiatan-kegiatan membentuk sikap dan perilaku politik yang terintegrasi ke dalam suatu Sistem politik dengan menggunakan simbol-simbol yang berarti. PKS merupakan sebuah partai politik yang ada di Indonesia dan juga dapat dikatakan sebagai suatu organisasi. Sangat jelas, bahwasanya PKS merupakan organisasi politik yang cukup besar selain dari jumlah pengurus maupun anggota, PKS memiliki simpatisan partai yang loyal dan jumlahnya cukup banyak. PKS merupakan transformasi dari Partai Keadilan (PK) yang berdiri pada tahun 1998 setelah tidak lama dari tumbangnya rezim orde baru. Dimana, PK merupakan sebuah hasil dari kesepakatan kader-kader Jama‟ah Tarbiyah untuk mendirikan sebuah partai politik. Sepanjang perkembangan PK dan PKS, kaderkader partai berusaha menempatkan dakwah dan politik sebagai elemen yang tak terpisahkan. Begitupun dengan kader-kader Jama‟ah Tarbiyah yang memang memiliki basis di dunia mahasiswa/ kampus, tetap pada tujuan utama yakni dakwah dengan basis organisasi di KAMMI dan lembaga-lembaga dakwah kampus. PKS tampil berbeda dengan partai-partai Islam lainnya, dimana PKS memiliki kaderisasi yang terorganisir serta meniscayakan komitmen dan keterlibatan aktif para kadernya. Kegiatan-kegiatan keagamaan yang rutin diselenggarakan seperti halaqoh dan liqo tetap menjadi aspek penting dalam kehidupan partai dan anggotanya. Loyalitas dan komitmen akan nilai-nilai
9
dakwah yang menjadi kekuatan utama para kadernya baik dalam manhaj Tarbiyah maupun dalam kehidupan partai.7 c. Keterlibatan Politik (Tanggapan Audiens) Respon atau tanggapan adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsang sudah tidak ada. jika proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesankesan saja, peristiwa sedemikian ini disebut tanggapan. Defenisi tanggapan ialah gambaran ingatan dari pengamatan (Kartono, 1990). Dalam hal ini untuk mengetahui respon masyarakat dapat dilihat melalui persepsi, sikap,dan partisipasi. Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang, karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku kalau ia menghadapi suatu ransangan tertentu. Respon juga diartikan suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu. Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang atau sekelompok orang terhadap objek-objek tertentu seperti perubahan lingkungan atau situasi lain. Sikap yang muncul dapat positif yakni cenderung menyenangi, mendekati dan mengharapkan suatu objektif, seseorang disebut mempunyai respon positif dilihat dari tahap kognisi, afeksi, dan psikomotorik. Sebaliknya seseorang mempunyai respon negatif apabila informasi yang didengarkan atau perubahan suatu objek tidak mempengaruhi tindakan atau malah menghindar dan membenci objek tertentu. Ada dua jenis variabel yang dapat mempengaruhi respon, yaitu : 1. Variabel struktural, yaitu faktor-faktor yang terkandung dalam rangsangan fisik 2. Variabel fungsional, yaitu faktor-faktor yang terdapat pada diri sipengamat, misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lalu (Cruthefield, dalam sarwono, 1991). 7
Muhtadi, Op. Cit, hlm. 42.
10
Dalam Dollard dan Miller mengemukakan bahasa memegang peranan penting dalam pembentukan respon masyarakat. Respon-respon tertentu terikat dengan kata-kata, dan oleh karena itu, ucapan dapat berfungsi sebagai mediator atau menentukan hirarki mana yang bekerja. Artinya sosialisasi yang mempergunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan merupakan media srtategis dalam pembentukan respon masyarakat. Apakah respon tersebut berbentuk respon positif atau negatif, sangat tergantung pada sosialisasi dari objek yang akan direspon. Mahasiswa sebagai bagian dari struktur kaderisasi partai menjadi hal penting dalam memenuhi atau menjalankan instruksi partai. Setiap kader di dalam tubuh PKS jelas memiliki hak dan kewajiban masing-masing namun tidak semua kader partai selalu menjalankan apa yang telah di intruksikan. Keterlibatan kader ini merupakan respon atau tangapan dari setiap kader yang menerima arahan atau instruksi komunikasi politik PKS. Keterlibatan dari setiap aktivis PKS dilingkungan mahasiswa jelas berbeda. Ada yang positif, yakni kader mematuhi berbagai macam komunikasi politik yang disajikan dan turut aktif dengan penuh kesadaran dan kepahaman. Sementara netral ialah sikap biasa saja, setiap kader melakasanakan berbagai aktivitas politik yang diinstruksikan tanpa ada sebuah pengharapan berlebih. Sementara negatif ialah kader PKS tidak terlalu respek bahkan cenderung menolak apa yang diinstruksikan. Sementara itu, model respon dari komunikasi banyak mendapat pengaruh teori psikologi, Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi. Asumsi dasar dari model ini adalah: media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus Response Theory atau S-R theory. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksireaksi. Artinya model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non
11
verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif; misal jika orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini merupakan reaksi positif, namun jika tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif. Model inilah yang kemudian mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu Hypodermic Needle atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori inipun tidak jauh berbeda dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dan cepat memiliki efek yang kuat tehadap komunikan. Artinya media diibaratkan sebagai jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang (S) dan menghasilkan tanggapan ( R) yang kuat pula. Model dari teori ini dapat dilihat dari bagan dibawah ini:
Gambar 1.1 Bagan Teori SOR
12
Model Penelitian
dan Strategi Pemenangan
PKS dan Strategi Pemenangan
PKS
i.
Politik dan Mahasiswa
Pemilu 2014
Lingkungan/ Sasaran
Gambar 1.2 PKS dan Strategi Pemenangan
ii.
Respon Aktivis PKS (Mahasiswa) Lingkupan Strategi
Harapan Kedepan
Peran Mahasiswa
Respon Aktivis PKS (Mahasiswa)
Respon Kelemahan 2014
1. Positif 2. Netral 3. Negatif
Tabel 1.3 Respon Aktivis PKS (Mahasiswa)
13
F.
Kerangka Konsep 1. Ruang Lingkup Strategi PKS Dalam penelitian ini, lingkupan strategi pemenangan PKS dimulai dari
ideologi partai yang dibawa. Ideoloi PKS adalah merunut kepada kebijakankebijakan syariat jamaah tarbiyah. Di dalam jamaah tarbiyah terdapat satu semboyan jamaah yang menjadi kunci untuk menggerakkan seluruh kadernya, yaitu kalimat "al-hizb huwal jama'ah, al-jama'ah hiyal hizb" yang memiliki arti "partai adalah jama'ah, jama'ah adalah partai". Dengan penanaman istilah tersebut kepada seluruh kadernya, maka akan terbentuk sebuah instruksi sacral sehingga para kader harus memahaminya serta melakanakannya. Di dalam tubuh PKS pun dikenal dengan sebutan taklimat yang merupakan instruksi wajib dari jamaah untuk dilaksanakan oleh setiap kadernya. Penyampaian taklimat ini hanya dilakukan oleh murobbiy kepada mutarobbiynya. Taklimat bisa saja tidak dipatuhi apabila ada alasan syari atau alasan yang jelas dimana urgensinya lebih diprioritaskan. Instruksi PKS pada pemenangan PEMILU 2014 jelas terjabarkan pada berbagai taklimat yang disampaikan pada setiap agenda pengkaderan atau halaqoh di tipekannya. Sehingga halaqoh atau liqo‟ inilah yang menjadi alur komunikasi politik yang paling efektif dalam memobilisasi kader-kader PKS terutama kader muda mereka. Rabthul „Am menjadi bagian yang cukup penting juga dalam menggerakan setiap kadernya. Dimana rabthul „am merupakan sebuah keniscayaan dimana setiap kader harus dapat diterima dan terakui eksistensinya di tengah-tengah masyarakat. 2. Peran Mahasiswa Mahasiswa sebagai posisi yang di dalam masyarakat dianggap intelek dan sangat dihargai, menjadikan mahasiswa memiliki peran yang cukup penting dalam masa kampanye Pemilu 2014. Beruntungnya PKS memiliki jumlah kader yang berasal dari area intelektual perguruan tinggi tidak sedikit. Di Universitas Gadjah Mada pun jumlah kader dan juga simpatisan yang peduli pada gerakan jamaah tarbiyah cukup banyak.
14
3. Respon Aktivis (Mahasiswa) PKS Dengan menggunakan terosi SOR perhatian lebih kepada stimulus yang ada atau komunikasi politik yang diberikan oleh PKS kepada setiap kadernya. Dengan memperhatikan berbagai vaiabel atau organisme yang ada, seperti pengertian, perhatian dan penerimaan maka akan memunculkan respon atau tanggapan dari setiap kader. Ada tiga bentuk respon dari aktivis mahasiswa PKS di kampus UGM terkait komunikasi politik pemenengan PKS pada Pemilu 2014 lalu. Tiga bentuk respon tersebut ialah: -
Positif, dimana kader sangat menerima baik adanya instruksi-instruksi pemenangan PKS dan turut aktif melaksanakannya.
-
Netral, kader menghormati berbagai arahan atau instruksi namun dengan lotalitas yang tidak beitu tinggi kader tetap melaksanakannya
-
Negatif, pada respon terakhir ini kader tetap menghormati adanya instruksi namun cenderung acuh dan bahkan tidak sama sekali melaksanakan berbagai instruksi.
4. Kelemahan Pemilu 2014 Berbagai macam strategi luar yang telah dirancang oleh setiap partai pada ajang Pemilu 2014 pasti ada saja kelemahan-kelemahan dalam pelaksaannya. Begitupun dengan PKS pada pemilu 2014, ada saja kelemahan ataupun kendala yang dihadapi baik dari segi perencanaan, sasaran pemenangan maupun teknis di lapangan yang tidak dapat diduga. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut, sehingga pada poin penelitian ini dipaparkan berbagai kelemahan yang dialami selama pemilu 2014 terutama apa yang dirasakan oleh kader mahasiswa PKS. 5. Harapan Harapan adalah sebuah upaya dari apa yang dialami sebelumnya agar di masa yang akan datang lebih baik dari mas sekarang maupun lalu. Kelemahankelemahan yang dialami pada saat pemenangan PKS pada pemilu 2014 menjadi pedoman oleh setiap kader untuk membuat resolusi atau harapan bagi partainya agar lebih baik. Karena dengan berbagai harapan yang ada akan membuat
15
berbagai kebijakan yang sesuai hingga akhirnya kondisi yan lebih baik dapat tercapai. G.
Metodologi Penelitian Dalam menjalankan penelitian ini menggunakan metode FGD da juga
indepth interview. Secara lebih rinci metode penelitian kualitatif dalam penelitian ini menggunakan metode Focus Group Discussion (FGD). Unsur-unsur yang terdapat dalam metodologi penelitian ini terdiri atas: 1.
Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif untuk mengetahui kecenderungan kuat atau tidaknya respon, juga sikap dari partisipan terkait komunikasi politik pemenangan PKS pada pemilu 2014 serta kritik membangun sebagai bahan evaluasi bagi PKS dalam membangun komunikasi politik kedepannya. 2.
Lokasi
Lokasi penelitian ini dilakukan di sekitar kampus UGM karena aktivis PKS yang akan dicari ialah mahasiswa UGM yang merupakan aktivis pemenangan PKS dalam pemilu 2014.
3.
Metode
Penelitian ini menggunakan metode focus group discussion (FGD) dari Robert K. Merton dan Patricia Kendall (Parwito,2007). Tujuan menggunakan metode ini untuk mengetahui kedalaman persepsi dan juga respon dari mahasiswa UGM yang bertindak sebagai tim pemenangan PKS dalam pemilu 2014 di kampus UGM. Selain dengan FGD dilakukan juga indepth interview kepada beberapa narasumber penting seperti dari tim Pemenangan PKS DPW DIY yang bertujuan agar dapat lebih dalam memperoleh informasi yang diharapkan. 4.
Prosedur
Dalam class procedure peneliti menghadirkan semua partisipan pada satu tempat pada satu waktu yang sama, menyiapkan guide interview atau pertanyaan penuntun untuk diskusi kelompok. Lalu dilanjutkan dengan memantik partisipan
16
untuk menceritakan terkait latar belakang mereka dan hubungannya dengan PKS. Setelah itu setiap peserta melanjutkan diskusi dan menganalisis secara sederhana terkait apa yang dilakukan. 5.
Pertanyaan diskusi kelompok
Dalam diskusi kelompok, setiap partisipan yakni mahasiswa yang berperan dalam pemenangan PKS, membagikan seluruh pengalamannya terkait apa yang mereka dapat dari instruksi atau komunikasi politiknya PKS serta respon atau sikap apa saja yang dilakukan terhadap komunikasi politik tersebut. Sehingga dalam diskusi kelompok ini nantinya diharapkan akan muncul analisis yang pasti terkait permasalahan dalam penelitian ini yakni, respon, sikap juga evaluasi terhadap komunikasi politik PKS. 6.
Unit analisis, populasi dan informan.
a. Unit analisis. Unit analisis dalam penelitian ini ialah mereka partisipan atau aktivis PKS yang terdiri atas mahasiswa-mahasiwa di kampus UGM yang aktif di kegiatan LDK, Himpunan Mahasiswa Jurusan, BEM Fakulta maupun KAMMI serta mereka yang memiliki ideologi tarbiyah. b. Populasi. Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga atau diprediksi (Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, 1989). Populasi disini ialah kader-kader tarbiyah yang memiliki status sebagai mahasiswa di kampus UGM. c. Informan. Informan ialah berasal dari partisipan mahasiswa dalam pemenangan PKS di kampus UGM yang dipilih dari sejumlah populasi yang oleh peneliti di anggap memiliki kapabilitas untuk menjadi subjek dalam penelitian ini. Dalam buku Parwito (2007) ada beberapa kriteria yang menajdi ketentuan dalam FGD sehingga peneliti menentukan sejumlah enam orang partisipan dalam FGD ini, dimana enam orang ini, terdiri dari satu mahasiswa UGM angkatan 2013, tiga mahasiswa angkatan 2012, dan dua mahasiswa angkatan 2011. Keenam informan atau narasumber FGD diantaranya:
17
1.
Pendri
Nama
: RP (Pendri)
Asal
:Pontianak, Kalimantan Barat
Jurusan
:Ilmu Komunikasi
Angkatan :2013 2.
Rakhman
Nama
: RSW (Rakhman)
Asal
:Bontang, Kalimantan Timur
Jurusan
: Psikologi
Angkatan : 2011 3.
Amir
Nama
: MFA (Amir)
Asal
: Pasuruan, Jawa Timur
Jurusan
: PSDK
Angkatan : 2011 4.
Caca
Nama
: NA (Caca)
Asal
: Manokwari, Papua
Jurusan
: Ilmu Komunikasi
Angkatan : 2012 5.
Nadia
Nama
: NER (NADIA)
Asal
: Bekasi, Jawa Barat
Jurusan
: Psikologi
18
Angkatan : 2012 6.
Naila
Nama
: INS (Naila)
Asal
: Kuningan, Jawa Barat
Jurusan
: PSDK
Angkatan : 2012 Dan juga dua orang narasumber tambahan pasca FGD untuk melengkapi komposisi data, yakni Ahsan (mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya angkatan 2011) dan Azzam (mahasiswa Fakultas Geografi angkatan 2011) 7.
Data
Data yang diteliti dalam penelitian ini langsung terkait hasil dari FGD yang berasal dari para partisipan, waawancara dengan tim Pemenangan PKS serta beberapa studi pustaka yang berhubungan dengan penelitian ini. 8.
Teknik pengumpulan data
a. Diskusi kelompok, Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara merekam secara langsung hasil diskusi kelompok dalam FGD dengan menggunakan video recorder dan voice recorder sehingga dapat langsung merekam seluruh hasil dan proses diskusi. b. Indept Interview. Yaitu penumpulan data yang dilakukan dengan cara mewawancarai secara mendalam narasumber dari tim pemenangan PKS yang dianggap penting dan memiliki kapasitas dalam penelitian ini. c. Studi pustaka. Yaitu pengumpulan data dan informasi dengan cara mempelajari buku-buku atau artikel yang berkaitan dengan penelitian. 9.
Teknik analisis data
a. Mengklarifikasikan masing-masing variable berhubungan dengan respon, sikap dan tinjauan evaluasi atau saran dari partisipan. Tujuannya untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini sehingga tujuan dari penelitian dapat tercapai.
19
b. Analisis data terhadap jawaban informan atas pertanyaan serta pernyataan yang berkaitan dengan variable-variabel permasalah dalam penelitian ini. c. Membuat penafsiran terhadap data dalam bentuk deskripsi dengan metode induktif (khusus) untuk menentukan kesimpulan yang bersifat deduktif (umum) 10.
Eksplanasi Data
Yang terakhir ialah explanatory building atau pembuatan eksplanasi. Menjelasakan terkait Respon aktivis mahasiswa PKS dalam Pemenangan PKS dengan menggunakan data-data yang telah dianalisis dan diolah.
20