BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Tim pelayanan kesehatan merupakan sekelompok profesional yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan keahlian berbeda. Tim akan berjalan dengan baik bila setiap anggota tim memberikan kontribusi yang baik. Anggota tim kesehatan antara lain dokter, perawat, fisioterapist, radiolog, laboran, ahli gizi, dan juga apoteker.
WHO mengakui kolaborasi antar profesi dalam pendidikan dan praktek sebagai suatu strategi inovatif yang akan memainkan peran penting dalam mengurangi krisis tenaga kerja kesehatan global. Praktek kolaborasi memperkuat sistem kesehatan dan memperbaiki hasil kesehatan (WHO, 2010). Kebutuhan kesehatan yang tidak terpenuhi dipengaruhi oleh latar belakang kesehatan dan sistem interprofessional education di dunia.
Kolaborasi adalah hubungan timbal balik dimana pemberi pelayanan memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan dalam kerangka kerja bidang respektif mereka. Praktik kolaboratif menekankan tanggung jawab bersama dalam manajemen perawatan pasien, dengan proses pembuatan keputusan bilateral didasarkan pada pendidikan dan kemampuan praktisi (Shortridge, 1986 dalam Paryanto,2006).
Kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat merencanakan dan praktik bersama sebagai kolega. Bekerja saling kertergantungan dalam batasan-batasan lingkup kerja mereka dengan berbagai nilai-nilai dan saling mengakui dan
1
2
menghargai terhadap setiap orang yang berkonstribusi untuk merawat individu keluarga dan masyarakat (American Medical Assosiation, 1994).
Interprofessional education terjadi ketika beberapa mahasiswa profesi belajar untuk mengefektifkan kolaborasi dan meningkatkan pelayanan kesehatan. Interprofessional
education
adalah
langkah
yang
diperlukan
dalam
mempersiapkan tenaga kesehatan yang lebih baik dan siap untuk menghadapi masalah kesehatan. Keberhasilan interprofessional education adalah tergantung pada interaksi staf dan mahasiswa dengan konsep pembelajaran interprofessional education dan dicampur sebagai pembelajaran yang dipilih dan proses (Barr, 2002). Interproffesional education mempunyai tujuan untuk meningkatkan kompetensi kolaborasi tim keperawatan dan juga tindakan kolaborasi perawat dengan profesi lain.
Aplikasi
Interproffesional education telah diterapkan dibeberapa Negara di
dunia seperti Amerika serikat, Norwegia, Swedia, dan juga Kanada telah melakukan penelitian tentang interprofessional education di Universitas di negara tersebut misalnya saja di Negara Amerika Serikat yaitu Perkembangan interprofessional
education di East Carolina University merupakan Program
Pelatihan di Amerika Serikat yang terdiri dari tiga sampai empat jam sesi selama empat bulan. Pendidik belajar bagaimana meningkatkan kenyamanan siswa dengan interproffessional. Pemerintah Norwegia pada tahun 1995 mereka merekomendasikan bahwa semua
sarjana kesehatan untuk melakukan
interprofessional education dan bersikap kolaborasi antara tim kesehatan. Interprofessional education memuat kurikulum inti umum yang tertutup, teori ilmiah, etika, komunikasi, dan kolaborasi (WHO, 2010).
3
Di Swedia sudah di implimentsasikan untuk semua mahasiswa ilmu kesehatan. Mahasiswa interprofessional pelatihan bangsal di Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas Linköping interprofessional wajib untuk medis, keperawatan, fisioterapi dan pekerjaan siswa terapi disampaikan pada bangsal pelatihan. Pemerintah Kanada telah menyediakan sumber daya untuk pendidikan sarjana antarprofesi inisiatif untuk mendukung akses klien untuk perawatan dan untuk mengembangkan dan mempertahankan sumber daya perawatan kesehatan manusia. Penerapan interproffesional education mendorong mahasiwa dalam mengetahui hubungan interprofessional (WHO, 2010). Di Indonesia pada tahun 2010 yang menyelenggarakan interproffesional education yaitu Universitas Gajah Mada. Fakultas kedokteran Universitas Gajah Mada yang terdiri dari program profesi kedokteran dan ners mempunyai persiapan yang baik terhadap interproffesional education (Fauziah 2010).
Setelah hampir 50 tahun penelitian, terdapat bukti yang cukup untuk menunjukkan bahwa pendidikan antar profesi memungkinkan kolaboratif yang efektif praktek yang pada gilirannya mengoptimalkan pelayanan kesehatan, memperkuat sistem kesehatan dan meningkatkan hasil kesehatan. Dalam perawatan baik akut maupun kronik, pasien melaporkan tingkat yang lebih tinggi kepuasan penerimaan, pelayanan yang lebih baik dan hasil kesehatan yang lebih baik berikut pengobatan oleh tim kolaboratif. Bukti penelitian telah menunjukkan jumlah hasil praktek kolaborasi
dapat meningkatkan; akses dan koordinasi
layanan kesehatan, hasil kesehatan untuk orang dengan penyakit kronis, perawatan dan keselamatan pasien. Praktek kolaborasi juga dapat menurunkan angka komplikasi, lama rawat di rumah sakit, ketegangan dan konflik di antara tim kesehatan, tingkat kematian, sedangkan di bidang kesehatan mental masyarakat praktek pengaturan kolaboratif dapat: meningkatkan kepuasan pasien dan tim kesehatan, mempromosikan penerimaan yang lebih besar dari pengobatan, mengurangi durasi pengobatan, mengurangi biaya perawatan,
4
mengurangi insiden bunuh diri, dan mengurangi kunjungan rawat jalan (WHO, 2010).
Fenomena dilapangan yang ada bahwa
inetproffesional education belum di
aplikasikan sepenuhnya. Program profesi ners Unimus yang memiliki 107 mahasiswa pada 2011 yang belum mengaplikasikan interproffesional education. Study awal telah dilakukan peneliti pada 20 mahasiswa program profesi ners Unimus untuk melihat aplikasi interproffesional education dalam hal kompetensi kolaborasi tim keperawatan dan tindakan kolaborasi dengan tim kesehatan yang lian. Hasil observasi menunjukkan 75% masih terlihat pasif dalam berkolaborasi dengan tim keperawatan dan ketrampilan kolaborasi dengan tim lain masih kurang. Hasil wawancara menunujukkan 75% tidak berani bertanya dan menyampaikan pendapat dengan tim kesehatan yang lain. Selain itu 75% mengatakan tidak mengerti tentang pentingnya kolaborasi. Berdasarkan fenomena tersebut asumsi peneliti adalah persepsi mahasiswa profesi ners tentang interproffesional education masih kurang. Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang persepsi mahasiswa profesi Ners
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
SEMARANG
tentang
Interprofesional Eductaion.
B. Rumusan masalah Berdasar latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan bahwa “Bagaimana Educationl”.
persepsi
mahasiswa
profesi
ners
tentang
Interprofesional
5
C. Tujuan 1. Tujuan umum Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi mahasiswa ners UNIMUS tentang Interprofessional Education.
2. Tujuan khusus a. Mengetahui persepsi mahasiswa tentang kompetensi kolaborasi tim keperawatan. b. Mengetahui persepsi mahasiswa tentang tindakan kolaborasi perawat dengan profesi lain.
D. Manfaat penelitian Manfaat dari penelitian ini : 1.
Bagi mahasiswa profesi ners Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Interprofessional Education
2.
Bagi institusi pendidikan UNIMUS a. Sebagai penambahan referensi yang dapat digunakan untuk penelitian berikutnya. b. Sebagai wacana ilmiah dan acuan untuk melaksanakan penelitianpenelitian
lebih
lanjut,
Interprofessional Education.
khususnya
yang
menyangkut
tentang
6
3.
Bagi peneliti Sebagai dasar untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian dibidang keperawatan khususnya Interprofessional Education.
E. Bidang ilmu Bidang keilmuan yang terkait dengan penelitian ini adalah Pendidikan Keperawatan.
F. Keaslian penelitian
No
Nama/ tahun
1
Della Freeth, Scott Reeves, Ivan Koppel, Marlyn,Hammic, Hugh Barr./ 2005 Audrey Lyndon 2006
2
3
/
Cristine A, Wanda Snow, Pamela Wener, Laura MacDonald, Colleen Metge, Penny Davis, Moni Frickle, Sora Ludwig/ 2010
Metode penelitian Metode kuantitatif
Judul
Hasil
Evaluating Interprofessiona Education
Tingkat kerjasama dan pengetahuan antar tim kesehatan meningkat
Metode kuantitatif dengan pendekatan cross sectional Menggunakan metode experimental
Communication and teamwork in patien care : how much can we learn from aviation
70% tidak melakukan diskusi antar tim kesehatan
Stereotyping as a barrier collaboration: Does Interproffesional Education Make a Difference
Persepsi tentang pentingnya Interproffesional education pada dokter gigi sebanyak 4,53%, perawat 4,59% dan fisioterapist sebanyak 4,59%
Perbedaan dari penelitian yang diambil peneliti adalah peneliti mengambil judul persepsi mahasiswa profesi ners Universitas Muhammadiyah Semarang tentang interproffesional education. Penelitian dilakukan pada tahun 2012, dan bertempat di Universitas Muhammadiyah Semarang. Jenis penelitian menggunakan deskriptif.