1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu pemeriksaan darah khusus yang sering dikerjakan di laboratorium berguna untuk membantu diagnosa berbagai penyakit diantaranya Demam Berdarah Dengue (DBD), anemia, polisitemia vera dan diare berat. (Sutedjo,2009:28). Pemeriksaan hematokrit mengukur presentase melalui volume sel darah merah (SDM) konsentrat dalam suatu sampel darah. Konsentrat diperoleh dengan melakukan sentrifugasi darah dalam tabung kapiler. (Muttaqin dan Ramadhani,2009:116) Nilai hematokrit ialah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut dengan % dari volume darah itu. Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan mikro. Pada cara makro digunakan tabung wintrobe, sedangkan pada cara mikro digunakan tabung mikrokapiler. (Gandasoebrata,2007:39) Metode pemeriksaan secara mikro sering digunakan karena cepat dan mudah dibandingkan dengan metode makro yang membutuhkan sampel lebih banyak dan waktu yang lama. Menurut Anissa Farida (2010) dalam penelitian yang berjudul perbandingan nilai hematokrit metode mikrohematokrit dan metode otomatis, pemeriksaan nilai hematokrit menggunakan metode mikro masih sering digunakan karena memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan cara otomatis (Hematologi Analyzer) yaitu dalam hasil pengukuran yang valid dengan variabilitas hanya 1-2%, disamping itu juga dalam teknik pemeriksaan yang lebih sederhana dan sampel yang digunakan sedikit. Metode pemeriksaan secara mikro berprinsip pada darah dengan antikoagulan disentrifus dalam jangka waktu dan kecepatan tertentu, sehingga sel darah dan plasmanya terpisah. Prosentase volume kepadatan 1
2
sel darah merah terhadap volume darah semula dicatat sebagai hasil pemeriksaan hematokrit. (Gandasoebrata,2007:39) Untuk pemeriksaan-pemeriksaan hematologi yang menggunakan darah sebagai bahan pemeriksaan, pengambilan darah (sampling) merupakan awal pemeriksaan yang harus dikerjakan dengan benar karena akan sangat menentukan hasil pemeriksaan. Pemeriksaan hematokrit dapat diukur menggunakan darah vena atau darah kapiler. Untuk lokasi pengambilan darah vena pada dasarnya semua vena superficial dapat dipakai namun yang sering dipakai ialah vena mediana cubiti. Sedangkan lokasi pengambilan darah kapiler adalah pada jari tengah atau jari manis bagian tepi. Darah kapiler dan darah vena mempunyai susunan darah berbeda. Packed Cell Volume (PCV) atau hematokrit, hitung jumlah eritrosit, hemoglobin pada darah kapiler memiliki nilai yang sedikit lebih besar daripada vena. Total leukosit dan jumlah neutrofil lebih tinggi darah kapiler sekitar 8%, jumlah monosit sekitar 12%, sebaliknya jumlah trombosit lebih tinggi darah vena dibanding darah kapiler, perbedaannya sekitar 9% atau 32% pada keadaan tertentu yang terjadinya ini mungkin berkaitan dengan adhesi trombosit pada tempat kebocoran kulit. (Dacie and Lewis,2010:31)
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Apakah kepentingan klinik dari pemeriksaan hematokrit ? 2. Apakah ada perbedaan nilai hematokrit metode mikro dengan menggunakan darah vena dan darah kapiler ? 3. Apa kelebihan darah vena dan darah kapiler ?
4
3
C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah ada perbedaan nilai hematokrit metode mikro dengan menggunakan darah vena dan darah kapiler ?
D. Batasan Masalah Dalam penelitian ini penulis hanya membandingkan hasil pemeriksaan hematokrit metode mikro dengan menggunakan darah vena dan darah kapiler pada pasien poli di laboratorium RSI PKU Muhammadiyah Palangkaraya yang melakukan pemeriksaan hematokrit.
E. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan nilai hematokrit metode mikro menggunakandarah vena dan darah kapiler 2. Mengetahui kelebihan darah vena 3. Mengetahui kelebihan darah kapiler
F. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini yaitu : 1. Memberikan informasi yang tepat tentang perbandingan hasil pemeriksaan nilai hematokrit metode mikro dengan menggunakan darah vena dan darah kapiler. 2. Bagi peneliti diharapkan mampu menerapkan ilmu pengetahuan yang dipelajari selama penelitian sehingga mampu mengembangkan dimasa yang akan mendatang.
19
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Darah 1.
Definisi Darah Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian. Bahan
intraseluluer adalah cairan yang disebut plasma dan didalamnya terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah merah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan satu perdua belas berat badan atau kirakira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan, sedangkan 45 persen sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit (Pearce,2009:133). Darah adalah cairan berwarna merah pekat. Warnanya merah cerah di dalam arteri (sudah dioksigenasi) dan berwarna merah ungu gelap di dalam vena (deoksigenasi), setelah melepas sebagian oksigen ke jaringan. Darah bersifat sedikit alkali dan pH-nya hanya sedikit bervariasi sepanjang kehidupan karena sel-sel badan hanya bisa hidup bila pH dalam batas normal. Jumlah darah sekitar 5% berat badan, sehingga volume rataratanya adalah 3-4 liter. (Watson,2002:231) 2.
Komposisi Darah Meskipun darah secara makroskopis berbentuk cair, sebenarnya
darah terdiri dari bagian yang cair dan padat. Apabila diperiksa di bawah mikroskop, tampak banyak benda bundar kecil didalamnya, yang dikenal sebagai sel darah. Sel-sel darah merupakan bagian yang padat, sedangkan cairan tempat sel-sel ini berada merupakan bagian cair yang disebut plasma. Sel-sel darah membentuk 45% seluruh volume darah dan plasma membentuk 55% seluruh volume darah. (Watson,2002:232).
4
5
Gambar 1. Komposisi darah (sumber:Tarwoto dan Wartonah,2008:11)
a) Sel darah Sel darah terdiri atas tiga jenis yaitu : 1) Eritosit atau sel darah merah Eritrosit merupakan sel yang telah berdiferensiasi dan mempunyai fungsi khusus untuk transfor oksigen. Selnya berbentuk cakram (bikonkaf) bila dilihat pada bidang datar bentuknya bundar. Jumlah eritrosit jauh lebih besar daripada unsur darah lain. (Syaifuddin,2009:27). Eritrosit berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 7,5 mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan bagian tengahnya 1 mikron atau kurang, tersusun atas membran yang sangat tipis dan tidak mempunyai inti sel. (Tarwoto dan Wartonah,2008:11)
19
6
Gambar 2. Eritrosit atau sel darah merah (Sumber :Tarwonto dan Wartonah,2008:14)
2) Leukosit atau sel darah putih Leukosit merupakan sel-sel yang berinti, tidak berwarna dan bentuknya lebih besar dari eritrosit, tetapi jumlahnya lebih sedikit dari eritrosit. Dalam setiap mm3 darah terdapat 6.000 sampai 10.000 leukosit (Pearce, 2009:135) Ada dua golongan leukosit yaitu leukosit bergranula dan leukosit tidak bergranula. Leukosit bergranula terbagi menjadi neutrofil, eosinofil dan basofil sedangkan leukosit yang tidak bergranula terbagi menjadi limposit dan monosit. (Syaifuddin,2009:28).
Gambar 3. Leukosit bergranula dan leukosit tidak bergranula (sumber:Dacie and Lewis,2010:106) 4
7
3) Trombosit atau keping darah Trombosit merupakan sel kecil kira-kira sepertiga ukuran sel darah merah. Terdapat 150.000 samapai 400.000 trombosit dalam setiap mm3 darah. Memliki masa hidup sekitar 1-2 minggu atau kira-kira 8 hari. Berperan pentiung dalam proses penggumpalan darah. (Pearce,2009:137). Trombosit
adalah
keping-keping darah
berwujud
cakram dan tidak berwarna. Trombosit terlihat berbentuk lonjong, seperti batang dan tidak terdapat inti. Trombosit memiliki peran penting dalam hemostasis yang menempel pada daerah luka dan menghasilkan trombosit putih yang menutup permukaan cedera dengan mengisi lubang-lubang dalam dinding pembuluh darah. (Syaifuddin,2009:30)
Gambar 4. Trombosit (sumber:Dacie and Lewis,2010:110)
b) Plasma Plasma darah adalah cairan berwarna kuning yang dalam reaksi bersifat sedikit alkali. Plasma terdiri dari 91% air, 8% protein, 0,9% mineral dan sisanya diisi oleh sejumlah bahan organik. (Pearce,2009:138). Pada waktu aliran darah berhenti, darah berkontak dengan udara dan salah satu globin plasma (fibrinogen) mengendap sebagai jala-jala filamen halus yang disebut fibrin, pengerutan
19
8
bekuan darah atau plasma menghasilkan cairan jernih kekuningan yang disebut serum. (Syaifuddin,2009:30) Warna kuning atau kunig tua pada keadaan-keadaan fisiologis atau patologis dimana kadar bilirubin darah meningkat misalnya pada neonatus, hepatitis infectinosa. Berwarna
seperti
susu
dimana
kadar
kolesterol
meninggi.Nampak keruh pada multiple myloma, berwarna merah atau seperti daging bilamana ada hemolisis dari eritrosit. Warna plasma pucat pada hipokromik mikrositik anemia. 3.
Fungsi Darah Secara umum fungsi darah adalah sebagai berikut : a) Bekerja sebagai sistem transfor dari tubuh, menghantarkan semua bahan kimia, oksigen dan zat makanan yang diperlukan untuk tubuh
supaya
fungsi
normalnya
dapat
dijalankan,
dan
menyingkirkan karbon dioksida dan hasil buangan lain. b) Eritrosit mengantarkan oksigen ke jaringan dan menyingkirkan sebagian karbon dioksida. c) Leukosit menyediakan banyak bahan pelindung dan arena gerakan fagositosis dari beberapa sel untuk melindungi tubuh terhadap serangan mikroorganisme. d) Plasma membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan e) Hormon dan enzim diantarkan dari organ ke organ dengan perantaraan darah. f) Menghentikan perdarahan melalui proses pembekuan. B. Pembuluh Darah Kapiler 1.
Definisi Pembuluh Darah Kapiler Pembuluh darah kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil disebut juga pembuluh rambut. Pada umumnya, kapiler meliputi 4
9
sel-sel jaringan karena secara langsung berhubungan dengan sel. (Syaifuddin,2009:209). Diameter kapiler hanya 5-10 mikrometer (diameter eritrosit), dindingnya hanya terdiri atas endotel. Makin aktif suatu jaringan, makin banyak kapilernya. Kapiler adalah tempat terjadinya pertukaran zat. Komposisi darah kapiler adalah campuran dari darah arteri, darah vena, cairan interstisiel dan intaseluler. Pintu masuk ke pembuluh darah kapiler dilapisi oleh sfingter yang terbentuk dari otot polos. Bila sfingter terbuka maka darah akan memasuki kapiler akan tetapi bila tertutup maka darah langsung masuk dari arteriole ke venolus dan tidak melalui kapiler. Kapiler membuka dan menutup dengan kecepatan 6-12 kali/menit. (Syaifuddin,2009:209) Pembuluh darah kapiler merupakan satu sel pembuluh yang menghubungkan arteriola dan venula, membentuk jembatan antara sirkulasi arteri dan vena. Darah di pembuluh darah kapiler adalah campuran dari darah vena dan darah arteri. Dalam sirkulasi sistemik, darah arteri memberikan oksigen dan nutrisi ke darah kapiler. Dinding pembuluh darah kapiler yang tipis memungkinkan pertukaran oksigen untuk karbondioksida dan limbah antar sel dan darah. Kemudian karbon dioksida dan limbah terbawa dalam darah vena. Dalam sirkulasi paru, karbon dioksida dikirim ke darah kapiler di paru-paru dan ditukar dengan oksigen. (Tankersley,2012:162)
Gambar 5. Pembuluh darah kapiler (sumber:NCI.2012.Classification & Structure Of Blodd Vessels)
19
10
2.
Fungsi Pembuluh Darah Kapiler Fungsi pembuluh darah kapiler menurut Syaifuddin, adalah sebagai berikut : a) Sebagai penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena. b) Tempat terjadinya pertukaran zat antara darah dan cairan jaringan. c) Mengambil hasil dari kelenjar. d) Menyerap zat makanan yang terdapat dalam usus. e) Menyaring darah pada ginjal. (Syaifuddin,2009:209).
3.
Struktur Pembuluh Darah Kapiler Pembuluh darah kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil tempat arteri berakhir. Makin kecil arteriol makin menghilang ketigal lapis dindingnya sehingga ketika sampai pada kapiler sehalus rambut, dinding itu tinggal satu lapis saja, yaitu lapisan endotelium (tunika intima). Lapisan yang sangat tipis itu memungkinkan limfe merembes keluar membentuk cairan jaringan dan membawa air, mineral dan zat makanan untuk sel, menyediakan oksigen dan menyingkirkan
bahan
buangan
termasuk
karbondioksida.
(Pearce,2009:146) 4.
Lokasi Pengambilan Lokasi pengambilan darah kapiler pada orang dewasa biasanya digunakan ujung jari tengah atau jari manis karena pada lokasi tersebut terdapat
banyak
pembuluh
darah
kapiler.Sedangkan
lokasi
pengambilan darah kapiler untuk bayi dipakai daerah tumit. Lokasi pengambilan darah kapiler untuk bayi umur kurang dari 6 bulan direkomendasikan adalah bagian medial atau lateral plantar permukaan tumit. Sedangkan untuk bayi diatas 6 bulan sampai 12 bulan direkomendasikan pada baiagn ibu jari kaki sedangkan pada anak-anak diatas 1 tahun sampai dewasa direkomendasikan pada jari ketiga atau keempat ( Barr, Janet, et.al,2010:7) Tuskan harus cukup dalam supaya darah mudah keluar, jangan menekan-nekan jari untuk mendapat cukup darah. Darah yang diperas 4
11
keluar semacam itu telah bercampur cairan jaringan sehingga menjadi encer
dan
menyebabkan
kesalahan
dalam
pemeriksaan
(DEPKES,2004:40)
Gambar 6. Lokasi pengambilan darah kapiler pada bayi, anak-anak dan dewasa (sumber :HTC Worcester.2010.Chap.10 Phlebotomy Ess. 4)
5.
Kesalahan dalam Pengambilan Darah Kapiler Kesalahan yang sering dilakukan dalam pengambilan darah kapiler adalah sebagai berikut: a) Mengambil darah dari tempat yang menyatakan adanya gangguan peredaran seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (radang, trauma). b) Tusukan yang kurang dalam. c) Kulit yang ditusuk masih basah alkohol. d) Tetes darah pertama dipakai untuk pemeriksaan. e) Terjadi bekuan dalam tetes darah karena terlalu lambat bekerja. (Gandasoebrata,2009:11).
C. Pembuluh Darah Vena 1. Definisi Pembuluh Darah Vena Pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang membawa darah rendah oksigen (teroksigenasi atau miskin oksigen) kecuali untuk vena paru, yang membawa darah beroksigen dari paru-paru 19
12
kembali ke jantung. Karena darah vena sistemik kurang oksigen maka warna darah vena sistemik jauh lebih gelap dan lebih merah kebiruan Dari darah arteri normal. Pembuluh darah vena merupakan kebalikan dari pembuluh arteri yaitu berfungsi membawa darah kembali ke jantung. Bentuk dan susunannya hampir sama dengan arteri. Katup pada vena terdapat di sepanjang pembuluh darah. Katup tersebut berfungsi untuk mencegah darah tidak kembali lagi ke sel atau jaringan. (Syaifuddin,2009:195).’ 2. Fungsi Pembuluh Darah Vena Pembuluh darah vena berdinding tipis dan dapat mengembang. Vena menampung 75% volume darah total dan mengembalikan darah ke jantung dalam tekanan yang rendah. Darah vena berwarna lebih tua dan agak ungu karena banyak dari oksigennya diberikan kepada jaringan. Bila sebuah vena terpotong maka darah mengalir keluar dengan arus yang rata. (Pearce,2009:147). 3. Sturktur Pembuluh Darah Vena Pembuluh darah vena terdiri atas 3 lapis yaitu : a) Tunika adventisia adalah lapisan terluar yang teridir atas jaringan ikat yang fibrus yang berfungsi sebagai pelindung. b) Tunika media adalah lapisan tengah yang berotot, lebiih tipis, kurang kuat, lebih mudah kemps dan kurang elastis daripada pembuluh darah arteri yang berfungsi untuk member tekanan terhadap darah. c) Tunika intima adalah lapisan dalam yang terbentuk oleh endotelium dan sangat licin serta dibatasi oleh selapis sel tunggal sel gepeng. Pada tunika intima di pembuluh darah vena terdapat katup yang berbentuk lipatan setengah bulan terbuat dari lapisan endotelium
dan
diperkuat
(Pearce,2009:145)
4
oleh
sedikit
jaringan
fibrus.
13
4. Lokasi Pengambilan Darah Vena Lokasi pengambilan darah vena pada orang dewasa dipakai salah satu vena dalam fossa cubiti biasanya vena yang sering digunakan adalah vena mediana cubiti karena memiliki fiksasi yang baik sehingga mempermudah pekerjaan. (Gandasoebrata,2007:7). Selain vena mediana cubiti lokasi yang sering dipakai sebagai pilihan kedua yaitu vena chepalica yaitu vena yang sejajar dengan ibu jari dan pilihan ketiga yaitu vena basilica yaitu vena yang sejajar dengan jari kelingking.
Gambar 7. Lokasi pengambilan darah vena (sumber: Pearce.2009:156)
5. Kesalahan dalam Pengambilan Darah Vena Kesalahan yang sering dilakukan dalam pengambilan darah vena adalah : a) Menggunakan spuit dan jarum yang basah. b) Mengenakan ikatan pembendung terlalu lama atau terlalu keras, dapat mengakibatkan hemokonsentrasi. c) Terjadinya bekuan dalam spuit karena lambatnya bekerja.
19
14
d) Terjadinya bekuan dalam botol karena darah tidak tercampur merata dengan antikoagulan. (Gandasoebrata,2007:11). D. Perbedaan Darah Kapiler dan Darah Vena Darah kapiler dan vena mempunyai susunan darah berbeda. Spesimen darah kapiler adalah campuran dari darah arteri dan darah vena. Darah kapiler bersama dengan cairan interstisial (cairan diruang-ruang jaringan antara sel) dan cairan intraseluler (cairan dalam sel) kejaringan sekitarnya. Packed Cell Volume (PCV) atau hematokrit , hitung jumlah sel darah merah dan hemoglobin pada darah kapiler memiliki nilai sedikit lebih besar daripada darah vena. Total leukosit dan jumlah neutrofil lebih tinggi darah kapiler sekitar 8%, jumlah monosit sekitar 12%, sebaliknya jumlah trombosit lebih tinggi darah vena dibanding darah kapiler, perbedaan nya sekitar 9% atau 32% pada keadaan tertentu. yang terjadinya mungkin berkaitan dengan adhesi trombosit pada tempat kebocoran kulit. (Dacie and Lewis,2010:5).
E. Hematokrit 1. Definisi Hematokrit Hematokrit dalam kamus kedokteran Webster’s new world (2010:193) didefinisikan sebagai jumlah volume darah merah terhadap volume seluruh darah yang dinyatakan dalam % yang tergantung pada jenis kelamin. Hematokrit adalah perbandingan bagian dari darah yang mengandung eritrosit terhadap volume seluruh darah yang dihitung dalam % (Sutedjo,2009:28) Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu metode yang paling teliti dan simpel dalam mendeteksi derajat anemia atau polisitemia. Nilai hematokrit juga digunakan untuk menghitung nilai eritrosit rata-rata.Biasanya nilai itu ditentukan dengan darah vena atau darah kapiler. (Gandasoebrata, 2007:39). 4
15
Ketika darah utuh disentrifus, partikel yang lebih berat akan turun ke dasar tabung kapiler dan partikel endapan yang lebih ringan berada diatasnya. Kemudian nilai hematokrit dapat segera diukur. Nilai normal hematokrit berbeda dalam jenis kelamin. Pada laki-laki nilai hematokritnya adalah 40%-48% sedangkan untuk wanita nilai hematokritnya adalah 37%-43%. 2. Pemeriksaan Hematokrit Pemeriksaan hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan mikro. Pada cara makro digunakan tabung wintrobe dengan panjang 9,5 cm, diameter 0,6 mm dan berskala 0-100. Sedangkan pada cara mikro digunakan tabung kapiler dengan panjang 75 mm dan diameter 1,5 mm. (Mahode,2011:272). Pada metode makro, menggunakan sentrifus yang cukup besar, untuk memadatkan sel-sel darah merah dan membutuhkan waktu ±30 menit. Sedangkan pada metode mikro menggunakan sentrifus mikrohematokrit yang mencapai kecepatan yang jauh lebih tinggi, maka
dari
itu
lamanya
pemusingan
dapat
diperpendek.
(Gandasoebrata,2007:39). Pemeriksaan hematokrit metode makro bahan yang digunakan adalah darah vena. Sedangkan pemeriksaan hematokrit metode mikro dapat menggunakan darah kapiler dan darah vena. Pada pemeriksaan hematokrit baik metode makro maupun metode mikro terdapat lapisan Buffy coat yang letaknya diantara lapisan sel darah merah dan plasma. Lapisan ini terdiri dari leukosit dan trombosit yang berwarna kelabu kemerahan atau keputih-putihan. Dalam keadaan normal tingginya lapisan buffy coat 0,1 mm sampai dengan 1 mm. Tinggi 0,1 mm kirakira sesuai dengan 1000 leukosit/mm3. Tinggi buffy coat yang masih dalam range normal belumlah berarti benar, misalnya kalau ada limfosit yang pada umumnya lebih kecil dari granulosit. Oleh karena
19
16
itu tingginya lapisan buffy coat merupakan perkiraan saja terhadap ada tidaknya leukositosis. (Dacie and Lewis,2010:32).
Gambar 8. Tabung kapiler dengan darah yang telah disentrifus (sumber:Turgeon,2007:258)
3. Macam-macam Cara Pemeriksaan Hematokrit a. Pemeriksaan hematokrit dengan cara konvesional Pemeriksaan hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan cara mikro dengan prinsip pemeriksaan yaitu dimana darah dengan antikoagulan disentrifus pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. perbandingan volume eritrosit terhadap volume spesimen darah dinyatakan dalam %. Kekurangan dalam melakukan pemeriksaan hematokrit cara konvensional metode mikro adalah waktu yang diperlukan untuk sentrifugasi rata-rata 30 menit dan sampel darah yang digunakan juga cukup banyak. Sedangkan kelebihannya adalah tidak perlu menutup salah satu ujung tabung dengan nyala api, karena disini menggunakan tabung wintrobe. (Gandasoebrata,2007:39)
4
17
Kekurangan dalam melakukan pemeriksaan hematokrit dengan cara konvensional metode mikro adalah penutupan ujung tabung kapiler yang tidak rapat, karena hal tersebut dapat menyebabkan kebocoran tabung kapiler saat disentrifus. Sehingga dapat
menyebabkan
nilai
hematokrit
menurun.
Sedangkan
kelebihannya adalah tekniknya lebih sedehana, sampel yang digunakan sedikit dan nilai hematokrit dari tabung kapiler sangat sahih (variabilitasnya hanya 1-2%). (Mahode,2011:272) b. Pemeriksaan hematokrit dengan cara otomatis (Hematology Analyzer) Pemeriksaan hematokrit dengan hematology analyzer menggunaka sysmex KX-21.pada sysmex KX-21 menggunakan 3 detector block dan 2 jenis reagen untuk analisis darah. Pada pemeriksaan hematokrit menggunakan sysmex KX-21 reagen yang digunakan adalah cell pack yang berfungsi untuk pengenceran atau diluents, stromatolyzer dan cell clean yang memiliki prinsip yaitu metode deteksi berdasarkan tinggi pulsa eritrosit. Dimana nilai hematokrit didapat dari perbandingan antara volume eritrosit dengan volume darah keseluruhan dinyatakn dalam %. Pemeriksaan dengan cara ini memiliki keterbatasan yaitu : 1) Jika terdapat bekuan akan menyebabkan nilai hematkrit rendah palsu. 2) Jika terdapat leukositosis (> 100.000/µl) akan menyebabkan niali hematokrit tinggi palsu. 3) Jika terdapat eritrosit abnormal akan mempengaruhi nilai hematokrit.
19
18
Kekurangan pemeriksaan hematokrit dengan cara otomatis menggunakan hematology Analyzer adalah kurang efisien dari segi dana dan membutuhkan sampel darah yang lebih banyak. Sedangkan kelebihannya adalah hasil pemeriksaan akan dibaca secara otomatis dan hasil pemeriksaan dapat langsung diketahui secara tepat dan mempunyai derajat ketepatan yang tinggi. 4. Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan hematokrit Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemeriksaan hematokrit sebagai berikut : 1) Faktor Invivo a) Eritrosit Faktor ini sangat penting pada pemeriksaan hematokrit karena eritrosit merupakan sel yang diukur dalam pemeriksaan. Hematokrit
dapat
meningkat
pada
polisitemia
yaitu
peningkatan jumlah sel darah merah dan nilai hematokrit dapat menurun pada anemia yaitu penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi. b) Viskositas darah Efek hematokrit terhadap viskositas darah adalah makin besar prosentase sel darah maka makin tinggi hematokritnya dan makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah, pergeseran inilah yang menentukan viskositas. Oleh karena itu, viskositas darah meningkat secara drastis ketika hematokrit meningkat. c) Plasma Pada pemeriksaan hematokrit plasma harus pula diamati terhadap
adanya
hemolisis.
Keadaan
fisiologis
atau
patofisiologis pada plasma dapat mempengaruhi pemeriksaan hematrokrit. 4
19
2) Faktor Invitro a) Pemusingan / sentrifugasi Penempatan tabung kailer pada sentrifus yang kurang tepat dan penutup yang kurang rapat
dapat menyebabkan hasil
pembacaan hematokrit tinggi palsu. Kecepatan putar sentrifus dan pengaturan waktu dimaksudkan agar eritrosit memadat secara maksimal. Oleh karena itu harus diatur secara tepat. Pemakaia sentrifus mikrohematokrit dalam waktu yang lama mengakibatkan alat menjadi panas sehingga mengakibatkan hemolisis dan nilai hematokrit menjadi rendah palsu. b) Antikoagulan Pada
pemeriksaan
hematokrit
digunakan
dua
macam
antikoagulan yaitu Heparin dan Ethylen Diamine Tetra Acetate (EDTA). EDTA adalah jenis antikoagulan yang paling sering digunakan dalam pemeriksaan laboratorium hematologi. EDTA sebagai
garam
natrium
atau
kaliumnya.
Garam-garam
mengubah ion kalsium dari darah menjadi bentuk yang bukan ion. Jika menggunakan EDTA lebih dari 2 mg per ml darah maka nilai hematokrit menjadi lebih rendah dari yang sebenarnya. (Gandasoebrata,2007:9). c) Suhu dan waktu penyimpanan sampel Bahan pemeriksaan sebaiknya segera diperiksa, tetapi jika dilakukan penundaan pemeriksaan, sampel disimpan pada suhu ruang dapat ditunda selama 6 jam. d) Bahan pemeriksaan tidak tercampur hingga homogen sebelum pemeriksaan dilakukan. e) Tabung hematokrit yang digunakan tidak bersih dan kering. f) Pembacaan yang tidak tepat. g) Bila memakai darah kapiler tetesan darah pertama harus dibuang karena mengandung cairan interstitial. 19
20
5. Manfaat Pemeriksaan Hematokrit dalam Klinik. Pemeriksaan hematokrit berhubungan dengan beberapa penyakit yaitu : a) Demam
Berdarah
Dengue
(Dengue
Haemorrhagic
Fever,
selanjutnya disingkat DHF) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa yang disebabkan oleh virus dan disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit ini adalah meningkatnya permeabilitas pembuluh darah sehingga mengakibatkan kebocoran plasma ke ekstrak vaskuler melalui kapiler yang rusak. Hal tersebut menyebabkan volume plasma menurun dan nilai hematokrit meningkat. Peningkatan hematokrit sampai 20% atau lebih dianggap sebagai bukti definitif adanya penigkatan permeabilitas pembuluh darah dan kebocoran plasma. Jadi, apabila terjadi peningkatan hematokrit dapat segera dilakukan pemberian cairan intravena atau infus yang bertujuan untuk mengembalikan volume cairan intravaskuler ketingkat yang normal.(Hadinegoro dan Satari,2005:45) b) Anemia adalah penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi, abnormalitas kandungan hemoglobin sel darah merah atau keduanya. Anemia dapat mengakibatkan penurunan nilai hematokrit dan hemoglobin. (Corwin, 2009:410) c) Polisitemia
adalah
peningkatan
jumlah
sel
darah
merah.
Polisitemia vera ditandai dengan peningkatan jumlah trombosit dan granulosit serta sel darah merah, dan diyakini sebagai awal terjadinya abnormalitas sel. (Corwin,2009:412) Di dalam sirkulasi darah polisitemia vera didapati peninggian nilai hematokrit
yang
menggambarkan
terjadinya
peningkatan
konsentrasi eritrosit terhadap plasma.(Sudoyo, et.al, 2009:1214) d) Diare berat adalah buang air besar (defekasi) dengan feses berbentuk cairan atau setengah cairan (setengah padat), dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya 4
21
(normal 100-200 ml/jam tinja). Apabila terkena diare biasanya akan mengalami dehidrasi yaitu kehilangan cairan sebagai akibat kehilangan air dari badan baik karena kekurangan pemasukan air atau kehilangan air yang berlebih dapat menyebabkan nilai hematokrit
meningkat
akibat
2009:548)
19
hemokonsentrasi.(Sudoyo,et.al,
22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Klinik Universitas Muhammadiyah Palangkaraya yang dilaksanakan pada tanggal 21 Mei hingga 15 Juni 2013.
B. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian penelitian “deskriptif comparative” yang didukung dengan analisa laboratorium. Penelitian deskriptif yang bertujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif, kemudian dilakukan analisa statistik untuk melakukan perbandingan dua variasi.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah sebanyak 713 orang pasien poli di RSI PKU Muhammadiyah Palangkaraya tahun 2013 yang melakukan pemeriksaan hematologi di Laboratorium. 2. Sampel Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 40 orang dari populasi pasien poli yang melakukan pemeriksaan hematologi yaitu hematokrit
di
Laboratorium
RSI
PKU
Muhammadiyah.
Dalam
pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik “Purposive Sampling” dimana tidak setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama dan didasarkan pada pertimbangan sesuai dengan tujuan yang diinginkan untuk menjadi sampel, yang dilakukan sejak tanggal 21 Mei sampai 15 Juni 2013.
4 22
23
D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel a) Variable bebas
: darah vena dan darah kapiler
b) Variable terikat
: nilai hematokrit
2. Definisi Operasional Variabel a) Perbandingan adalah dua objek yang berbeda digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menarik suatu kesimpulan dalam penelitian. b) Nilai hematokrit adalah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut % dari volume darah itu. c) Metode mikrohematokrit adalah suatu metode yang digunaka untuk menentukan nilai hematokrit dimana darah EDTA disentrifuge, sehingga sel-sel eritrositnya akan dimampatkan. Tingginya kolom eritrosit diukur dan dinyatakan dalam% dari darah tersebut. d) Darah vena adalah darah yang diambil dari vena mediana cubiti pada pasien poli di RSU PKU Muhammadiyah Palangkaraya e) Darah kapiler adalah darah yang diambil dari pembuluh kapiler ujung jari pada pasien poli di RSU PKU Muhammadiyah Palangkaraya.
E. Cara Kerja Penelitian Penelitian ini dibagi dalam beberapa tahap, yaitu : 1. Prosedur pemeriksaan Pasien poli pada pemeriksaan darah
Sampel darah kapiler
Sampel darah vena + EDTA
Sampel darah kurang dari 6 jam
Pemeriksaan hematokrit metode
Nilai hematokrit (%)
Gambar 9. Prosedur pemeriksaan hematokrit
19
24
Pada gambar 9. Penelitian ini dilakukan dengan prosedur yaitu, pasien poli di RSI PKU Muhammadiyah Palangkaraya yang melakukan pemeriksaan hematokrit diambil darah vena dan darah kapilernya, kemudian dilakukan pemeriksaan hematokrit dengan menggunakan metode mikrohematokrit di Laboratorium Klinik Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya dengan batas penundaan waktu pemeriksaan maksimal selama 6 jam. 2. Ada dua jenis sampel yang diambil yaitu : a) Darah vena Darah vena di ambil pada bagian vena mediana cubiti di lipat siku bagian dalam, pada vena yang paling besar, yang terbaik pada salah satu cabang yang membentuk huruf Y, tepat diatas percabangan (pada vena mediana cubiti). Teknik pengambuilan darah vena : Alat : - Spuit 3 cc - Tourniquet - Botol EDTA - Plaster - Kapas. Bahan : - Alkohol 70% - EDTA Cara kerja : 1) Posisi lengan harus lurus, jangan membengkokan siku dan pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas. 2) Minta pasien untuk mengepalkan tangan. 3) Pasang tourniquet ± 10 cm diatas lipat siku. 4) Pilih bagian vena yang akan ditusuk pada daerah fossa cubiti dapat pada vena mediana cubiti atau chepalica. 5) Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya dengan alkohol 70% dan biarkan kering.
4
25
6) Tusuk bagian vena tadi dengan sisi lubang jarum menghadap keatas dengan sudut kemiringan antara
jarum dan kulit ± 15
derajat. 7) Penghisap spuit ditarik perlahan-lahan sehingga darah masuk kedalam spuit. 8) Setelah volume darah dianggap cukup, lepaskan tourniquet dan pasien diminta membuka kepalan tangannya. 9) Lepaskan atau tarik jarum dan segera letakkan kapas di atas bekas suntikan dan ditekan selama ± 2 menit. 10) Letakkan spuit dibidang datar, tutup jarum menggunakan satu tangan (one hand recapping) arahkan jarum kearah penutupnya kemudian tutup rapat. 11) Letakkan plaster diatas kapas tersebut dan tangan pasien dalam keadaan lurus. 12) Lepaskan jarum dari spuit dan alirkan darah ke dalam botol sampel yang sudah berisi EDTA melalui dindingnya. (GLP DepKes:2004) b) Darah kapiler Darah kapiler di ambil pada jari tengah atau jari manis bagian tepi, karena daerah tersebut banyak terdapat pembuluh darah kapiler. Teknik pengambilan darah kapiler : Alat : - Lancet - Autoclik - Kapas Bahan :
Alkohol 70%
Cara kerja : 1) Pegang daerah yang akan ditusuk. 2) Bersihkan daerah yang akan ditususk menggunakan kapas alkohol 70%, biarkan kering. 3) Penususkan dilakukan dengan gerakan cepat tetapi tetap sehingga terjadi luka yang dalamnya 3 mm. 19
26
4) Tetesan darah pertama harus dihapus dengan kapas yang bersih dan kering karena ini mungkin tercampur dengan alkohol. 5) Tetesan darah yang keluar selanjutnya dapat dipergunakan. (Gandasoebrata,2007:7) 3. Pemeriksaan Laboratorium Hematokrit Pada pemeriksaan laboratorium hematokrit dikenal dua metode yaitu metode makro dan metode mikro, namun dalam penelitian ini digunakan metode mikro yang dapat menggunakan sampel darah vena dan darah kapiler. Teknik pemeriksaan laboratorium hematokrit metode mikro : Alat :
- Tabung mikrokapiler - Lampu spritus - Skala mikrohematokrit - Sentrifus mikrohematokrit - Korek api
Bahan :
- Darah vena + EDTA - Darah kapiler
Cara kerja : a) Mengisi tabung mikrokapiler yang khusus dibuat untuk penetapan mikrohematokrit dengan darah sampai ¾ tabung. b) Mentup salah satu ujung tabung dengan nyala api sehingga benarbenar tertutup. c) Memasukkan tabung kapiler itu kedalam sentrifus khusus yang memakai kecepatan besar (sentrifus mikrohematokrit) secara simetris dan seimbang. d) Sentifuge selama 3-5 menit pada kecepatan 11.000 rpm dengan cara sebagai berikut : Putar TIMER max. 5 menit Bila sudah siap tekan POWER pada posisi ON
4
27
Putar SPEED level dari posisi 1 (start), kemudian level 2 dengan selang waktu 30 detik, terkahir putar ke level 3 (opersional), lakukan secara bertahap. Jika sudah selesai SPEED kembalikan pada posisi 0. e) Membaca nilai hematokrit dengan menggunakan skala pembaca mikrohemtokrit. F. Teknik Analisis Data Data disajikan dalam bentuk tabel yaitu sebagai berikut : No.sampel
Pemeriksaan Laboroatorium Hematokrit Darah Vena (%)
Darah Kapiler (%)
Data hasil penelitian nilai hematokrit metode mikrohemtokrit menggunakan darah vena dan darah kapiler dianalisis dengan menggunakan uji-t sampel berpasangan dengan taraf signifikan 99% (α = 0,01) dan df = n-1. Hipotesis statistik yang diuji adalah : Ho : µo=µ1 Ha :µo ≠µ1 Keterangan : µo = Hasil pemeriksaan hematokrit metode mikro menggunakan darah vena. µ1 = Hasil pemeriksaan hematokrit metode mikro menggunakan darah kapiler. Ho = Tidak ada perbedaan nilai hematokrit metode mikro menggunakan darah vena dan darah kapiler. Ha = Ada perbedaan nilai hematokrit metode mikro menggunakan darah vena dan darah kapiler. Kriteria penarikan kesimpulan adalah : Jika, thitung ≤ ttabel maka Ho diterima 19
28
Jika, thitung ≥ ttabel maka Ho ditolak Rumus untuk uji-t berpasangan adalah sebagai berikut : th
d Sd n
Dimana n
d d
i
i 1
n
Dan n
d Sd
i
d
2
i 1
n 1
Keterangan : d i = Selisih antara hasil pengukuran 1 dan 2 d : rata-rata selisih hasil pengukuran 1dan 2
S d : Standar Deviasi
n : jumlah sampel
4
29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Klinik Universitas Muhammadiyah Palangkaraya terhadap pasien poli di RSI PKU Muhammadiyah Palangkaraya yang melakukan pemeriksaan hematologi. Penelitian yang dilakukan sejak tanggal 21 Mei 2013 s/d 15 Juni 2013 dengan jumlah sampel sebanyak 40 orang dari jumlah populasi sebanyak 713 orang pasien poli yang melakukan pemeriksaan hematologi di RSI PKU Muhammadiyah Palangkaraya pada tahun 2013. Data hasil pengukuran nilali hematokrit metode mikrohemtokrit menggunakan darah vena dan darah kapiler di Laboratorium Klinik Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya terhadap pasien poli RSI PKU Muhammadiyah Palangkaraya pada tanggal 21 Mei 2013 s/d 15 Juni 2013 dapat dilihat pada lampiran 1. Hasil
penelitian
perbandingan
nilai
hematokrit
metode
mikrohematokrit menggunakan darah vena dan darah kapiler dengan jumlah sampel 40 orang didapatkan nilai rata-rata kadar hematokrit seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Nilai rata-rata kadar hematokrit Jumlah sampel 40 Orang
Nilai rata-rata Kadar Hematokrit Darah Vena (%) Darah Kapiler (%) 39,35
39,525
Pada tabel 1. terlihat diperoleh nilai rata-rata kadar hematokrit metode mikrohematokrit menggunakan darah vena adalah 39,35 % dan rata-rata kadar hematokrit metode mikrohematokrit menggunakan darah kapiler adalah 39,525 %. 19 29
30
Grafik 1. Perbedaan rata-rata hasil hematokrit menggunakan darah vena, darah kapiler dan glod standar
Setelah dilakukan analisa statistik dengan taraf signifikan 99% diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan nilai hematokrit metode mikrohematokrit menggunakan darah vena dan darah kapiler. Hasil analisa statistik (uji-t) terhadap pemeriksaan nilai hematokrit metode mikrohematokrit menggunakan darah vena dan darah kapiler dapat dilihat pada lampiran 2.
B. Pembahasan Penelitian ini termasuk jenis penelitian “deskriptif comparative” yang didukung dengan analisa laboratorium. Penelitian deskriptif yang bertujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif, kemudian dilakukan analisa statistik untuk melakukan perbandingan dua variasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
pada
hasil
pemeriksaan
hematokrit
dengan
metode
mikrohematokrit menggunakan darah vena dan darah kapiler, sehingga dapat diketahui sampel yang tepat untuk pemeriksaan hematokrit. 4
31
Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata hasil pemeriksaan hematokrit metode mikro menggunakan darah vena adalah 39,35% sedangkan rata-rata
hasil pemeriksaan hematokrit metode
mikro
menggunakan darah kapiler adalah 39,525% dan pemeriksaan hematokrit metode mikro menggunakan gold standar (Hematology Analyzer) sebagai pembanding diperoleh hasil yaitu 38,8%. Apabila dilihat dari rata-rata hasil perbandingan pemeriksaan nilai hematokrit metode mikro dan metode otomatis (Hematology Analyzer) diperoleh bahwa ada perbedaan hasil hematokrit metode mikro dan metode otomatis. Hal ini terlihat jelas pada pendapat peneliti sebelumnya (Anisa Farida,2011:24) yang menyatakan bahwa “Ada perbedaan nilai hematokrit metode mikro dan metode otomatis, namun dari nilai rata-rata tidak memiliki perbedaan yang terlalu tinggi”. Berdasarkan dari rata-rata nilai hematokrit dengan metode mikro menggunakan darah vena dan kapiler diperoleh selisih sekitar 0,175 %, hal tersebut sesuai dengan teori dalam buku Dacie and Lewis yang menyatakan bahwa nilai hematokrit, hitung jumlah sel eritrosit dan konsentrasi hemoglobin pada darah kapiler memiliki nilai yang lebih tinggi sedikit dibandingkan pada pada darah vena. Kedua sampel tersebut sama-sama baik, karena dilihat dari nilai rata-ratanya yang tidak berbeda jauh dan masing-masing sampel tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada darah vena kelebihannya adalah volume sampel yang lebih banyak sehingga mempermudah proses pemipetan dan penambahan antikoagulan yang berguna untuk mencegah terjadinya bekuan pada sampel serta kandungan antara plasma dan sel darah yang lebih homogen dalam darah vena karena struktur pembuluh darah vena yang berdinding tipis dan dapat mengembang sehingga dapat menampung 75% volume darah total. Tetapi masih ada kemungkinan terjadi kesalahan pada tahap pengambilan sampel seperti penggunaan ikatan
pembendung
(tourniquet) 19
sehingga
dapat
menyebabkan
32
hemokonsentrasi dan terjadinya bekuan pada sampel karena pencampuran sampel dan antikoagulan tidak homogen. Sedangkan kelebihan sampel darah kapiler adalah lebih mudah dalam proses pengambilan sampel dan karena pemeriksaan hematokrit dengan metode mikro hanya memerlukan sampel yang kecil maka darah yang diperoleh dari sampling darah kapiler sudah mencukupi untuk pemeriksaan kadar hematokrit serta kandungan antara plasma dan sel darah yang tidak seimbang dalam pembuluh darah kapiler karena struktur pembuluh darah kapiler yang hanya dilapisi oleh sel endotelium yang tidak dapat mengembang mengakibatkan kandungan sel darah lebih banyak dalam darah kapiler. Tetapi kesalahan yang mungkin terjadi dalam tahap pengambilan sampel darah kapiler lebih besar daripada menggunakan sampel darah vena. Kesalahan
yang mungkin
terjadi pada pengambilan sampel darah kapiler adalah dari tempat yang dinyatakan adanya gangguan perdarahan seperti vasokontriktis, tusukan yang kurang dalam sehingga jari harus diperas dulu agar darah keluar sehingga darah yang keluar lebih banyak mengandung plasma akibat proses pemerasan, kulit yang ditusuk masih basah karena alkohol sehingga darah akan diencerkan oleh alkohol dan darah akan melebar diatas kulit (sehingga mempersulit proses pengambilan darah), tetesan darah pertama dipakai untuk pemeriksaan dan terjadinya bekuan pada tetesan darah kapiler karena lambatnya dalam bekerja.
4
33
BAB V PENUTUP
A. Simpulan 1. Berdasarkan hasil analisa statistik dan dari nilai rata-rata diketahui bahwa pada sampel darah vena nilai rata-ratanya adalah 39,325 % dan pada sampel darah kapiler nilai rata-ratanya adalah 39,525 %. maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pada nilai hematokrit dengan metode mikrohematokrit menggunakan darah vena dan darah kapiler. 2. Kelebihan darah vena adalah volume sampel yang lebih banyak sehingga mempermudah proses pemipetan dan penambahan antikoagulan yang berguna untuk mencegah terjadinya bekuan pada sampel. 3. Kelebihan darah kapiler adalah lebih cepat dalam proses pengambilan sampel
dan
karena
pemeriksaan
hematokrit
dengan
metode
mikrohematokrit hanya memerlukan sampel yang kecil maka darah yang diperoleh dari
sampling darah
kapiler
sudah
mencukupi
untuk
pemeriksaan kadar hematokrit B. Saran 1. Kepada petugas laboratorium penentuan nilai hematokrit dengan metode mikrohematokrit dapat menggunakan sampel darah vena dan darah kapiler. 2. Bagi penulis yang lain dapat melanjutkan penelitian untuk pemeriksaan hematokrit juga dengan menggunakan metode makrohematokrit.
33
19