BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kesegaran jasmani merupakan indikator kesehatan yang sangat penting bagi seseorang. Kesegaran jasmani berkaitan dengan kemampuan dan kesanggupan fisik seseorang untuk melaksanakan tugasnya sehari-hari secara efisien dan efektif dalam waktu yang relatif lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, disamping itu masih memiliki tenaga cadangan untuk melaksanakan aktifitas lainnya. Masa remaja merupakan masa pertumbuhan cepat dan terjadi perubahan signifikan pada komposisi tubuh yang mempengaruhi aktivitas fisik dan respon terhadap olahraga/latihan. Terdapat peningkatan pada ukuran tulang dan massa otot serta terjadi perubahan pada ukuran dan distribusi dari penyimpanan lemak tubuh. Almatsier, Soetardjo, Soekatri (2011) mengemukakan bahwa “Masa remaja merupakan masa perubahan yang dramatis dalam diri seseorang. Pertumbuhan pada usia anak yang relatif terjadi dengan kecepatan yang sama, secara mendadak meningkat saat memasuki usia remaja. Peningkatan pertumbuhan mendadak ini disertai dengan perubahan hormonal, kognitif, dan emosional. Semua perubahan ini membutuhkan zat gizi secara khusus”. Selama masa-masa remaja, remaja cenderung menghentikan aktivitas rekreasi yang menuntut banyak pengorbanan tenaga dan berhenti dari perkembangan kesukaan akan rekreasi yang di dalamnya ia bertindak sebagai pengamat pasif (Hurlock, 1990). Terdapat dua faktor utama yang dapat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang, yaitu faktor dari dalam yang meliputi faktor genetik, umur, dan jenis kelamin, serta faktor dari luar yang meliputi status gizi, lemak tubuh, aktivitas fisik terutama olahraga, kebiasaan sehari-hari. Kebugaran jasmani adalah suatu keadaan yang dimiliki atau dicapai seseorang dalam kaitannya dengan kemauan untuk melakukan aktivitas fisik. Seperti yang dikemukakan oleh M. Sajoto (1988:43) bahwa “Kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang menyelesaikan tugas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan
1
2
berarti, dengan mengeluarkan energi yang cukup besar, guna memenuhi kebutuhan geraknya dan menikmati waktu luang serta untuk memenuhi keperluan darurat bila sewaktu-waktu diperlukan”. Menurut Adisapoetra, Primana, dkk (1999:3) “terdapat dua aspek kesegaran jasmani, yaitu: kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan (health related fitness) dan kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan (skill related fitness). Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan yaitu: daya tahan jantung paru, kekuatan otot, daya tahan otot, fleksibilitas dan komposisi tubuh. Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan meliputi: koordinasi, keseimbangan, kecepatan, ketepatan reaksi, kelincahan, ketepatan, power”. Status gizi dan lemak tubuh merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani yang hubungannya dengan komposisi tubuh. Komposisi tubuh merupakan gambaran proporsi tubuh seseorang yang terdiri dari lemak, otot, tulang, dan jaringan lainnya yang menghasilkan berat badan total. Berdasarkan hal tersebut maka komposisi tubuh dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesegaran jasmani seseorang. Pengukuran tingkat kesegaran jasmani berdasarkan status gizi seseorang dapat dilihat dengan mengetahuinya. Sejak tahun 1985, batasan berat badan normal orang dewasa dinilai berdasarkan Body Mass Index atau Indeks Masa Tubuh (IMT). IMT merupakan pengukuran sederhana dalam menentukkan status gizi seseorang. Menurut Khomsan Ali (2002:16) “Beberapa tahun terakhir, gizi lebih pada anak Indonesia telah bermunculan terutama di kota-kota besar. Mereka mempunyai berat badan relative berlebih bila dibandingkan dengan standar anak sebaya. Istilah obesitas (kegemukan) dan over weight sering digunakan untuk menggambarkan anakanak yang bergizi lebih ini. Dua istilah itu sebenarnya tidak sama. Obesitas adalah untuk menggambarkan individu dengan berat badan menurut tinggi badan lebih besar 120% dari standar. Over weight mempunyai batasan 110-120% standar”. Indeks Massa Tubuh (IMT) orang tersebut. IMT mengidentifikasi jumlah jaringan adiposa berdasarkan hubungan tinggi badan terhadap berat badan. Beberapa penelitian membuktikan hubungan antara IMT dengan tingkat kesegaran jasmani pada remaja dan orang dewasa. Sedangkan untuk lemak tubuh dapat dilihat dengan
3
menghitung persen lemak tubuh seseorang. Persen lemak tubuh yang berlebihan kemungkinan dapat menurunkan kesegaran jasmani dan berisiko terserang berbagai penyakit. Menurut Reilly, fleksibilitas didefinisikan sebagai kemampuan melakukan gerakan pada sendi tertentu atau sekelompok sendi dalam kombinasi fungsional. Fleksibilitas pada wilayah back muscles diketahui mempengaruhi sistem kerja manusia,
terutama
dalam
melakukan
kegiatan
yang
berhubungan
dengan
pembungkukan badan dalam mengangkat beban. Fleksibilitas tubuh pada manusia, dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah macam jaringan tubuh, sistem saraf, psikis, usia, jenis kelamin, temperatur tubuh, partisipasi yang teratur dan lama dalam olahraga. Fleksibilitas dikenal juga dengan istilah kelenturan atau ketersediaan ruang gerak sendi dalam memberikan toleransi terhadap upaya penggunaan sendi secara maksimal. Tiap-tiap kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan dapat dinilai terpisah . seseorang yang memiliki IMT Normal belum tentu memiliki fleksibilitas yang baik, begitu juga sebaliknya. Kebugaran jasmani bersifat individualistic, artinya setiap orang akan berbeda kebugaran jasmaninya tergantung pada kegiatan fisik rutin yang dilakukannya. Tolak ukur fleksibilitas pasif dilihat dari ukuran luas gerak satu persendian atau gabungan beberapa persendian. Sedangkan untuk fleksibilitas dinamis adalah kemampuan bergerak dengan kecepatan yang tinggi. Luas gerak sendi yang baik memungkinkan menampilkan suatu gerakan yang cepat dan lincah. Fleksibilitas merupakan fungsi relatif laksitas dan/atau ekstensibilitas jaringan kolagen dan otot yang melewati sendi untuk sebagian besar populasi. Ketegangan ligamen dan otot yang membatasi ekstensibilitas merupakan inhibitor yang paling besar untuk ROM sendi. Ketika jaringan tersebut tidak terulur (stretch) maka ekstensibilitasnya akan menurun. Kandungan air dari diskus cartilaginous yang ada pada beberapa sendi juga mempengaruhi mobilitas sendi-sendi tersebut (Anshar and Sudaryanto, 2011). Pengalaman menunjukkan bahwa elastibilitas otot berkurang setelah masa tidak aktif yang panjang. Sebaliknya, peregangan otot yang teratur dapat
4
meningkatkan elastisitas otot. Tujuan dari latihan fleksibilitas adalah untuk meningkatkan elastisitas otot sehingga mencapai keadaan yang maksimal (Dwijowinoto, 1993).
Untuk mencapai hasil elastisitas otot yang maksimal
diperlukan suatu latihan yang dapat meningkatkan fleksibilitas, sebab fleksibilitas seseorang dapat menurun apabila tidak dilatih. Yang terkait langsung dalam pembentukan energi adalah jaringan otot. Jaringan lemak merupakan jaringan yang tidak terlibat langsung dalam proses pembentukan energi. Orang yang gemuk memiliki jaringan lemak yang lebih banyak daripada jaringan otot sehingga memiliki kemampuan yang kecil dalam menghasilkan energi. Kebugaran jasmani akan lebih baik pada seseorang yang sedikit memiliki jaringan aktif. Fisioterapi sebagai pemberi jasa kesehatan dalam bidang gerak dan fungsi dapat berperan aktif dalam menangani kasus sindroma miofasial. Sesuai dengan PERMENKES no.65 tahun 2015 dicantumkan bahwa: “Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada perorangan dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik elektroterapeutik dan mekanik), pelatihan fungsi dan komunikasi”. Stretching terdapat 3 tipe jenis, yaitu static Stretching, ballistic Stretching dan proprioceptive neuromuscular facilitation (PNF ) Stretching (Freshmen, 2002). Teknik PNF hadir sejak di popularkan oleh fisioterapis dan personal trainer (Dr. Herman Kabat, 1940). PNF Stretching, atau proprioseptive neuromuskular fascilitation stretching, adalah teknik peregangan yang digunakan untuk meningkatkan jangkauan gerak aktif dan pasif dengan tujuan utama untuk mengoptimalkan kinerja motorik dan rehabilitasi. Umumnya peregangan PNF aktif melibatkan shortening kontraksi otot antagonis untuk menempatkan target otot pada peregangan. Ini diikuti oleh isometrik kontraksi otot. (Wikipedia). Pilates adalah suatu metode olahraga yang difokuskan untuk kelenturan serta fleksibilitas seluruh bagian tubuh Joseph Hubert Pilates, abad ke 20. Olahraga mat
5
Pilates dapat memperbaiki postur tubuh yang kurang sempurna dan juga dapat memperbaiki masalah-masalah yang berhubungan kelainan pada tulang belakang. Mat Pilates juga memiliki manfaat untuk menjadikan tubuh lebih bugar, postur dan keseimbangan yang lebih baik, meningkatkan kekuatan otot-otot perut, dan punggung serta membuat pikiran menjadi lebih santai (Elen, 2007). Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk mencoba mengkaji dan memahami mengenai “perbedaan pengaruh peningkatan fleksibilitas back muscle dengan latihan pnf stretching dan pilates exercise pada wanita.”
B. Identifikasi Masalah Indikator kesehatan wanita adalah ukuran yang menggambarkan atau menunjukan status kesehatan wanita dalam populasi tertentu. Adapun indikator kesehatan ibu dapat ditijau dari pendidikan, penghasilan, usia harapan hidup, Angka Kematian Ibu, dan tingkat kesuburan. Menurut WHO di negara berkembang terrnasuk Indonesia diperkirakan 450 juta wanita tumbuh tidak sempurna karena kurang gizi pada masa kanak-kanak, akibat kemiskinan. Jika pun berkecukupan, budaya menentukan bahwa suami dan anak laki-laki mendapat porsi yang banyak dan terakhir sang ibu memakan sisa yang ada. Wanita sejak ia mengalami menstruasi akan membutuhkan gizi yang lebih banyak dari pria untuk mengganti darah yang keluar. Zat yang sangat dibutuhkan adalah zat besi yaitu 3 kali lebih besar dari kebutuhan pria. Di samping itu wanita juga membutuhkan zat yodium lebih banyak dari pria, kekurangan zat ini akan menyebabkan gondok yang membahayakan perkembangan janin baik fisik maupun mental. Wanita juga sangat rawan terhadap beberapa penyakit, karena pekerjaan mereka atau tubuh mereka yang berbeda dengan pria. Wanita juga bekerja jauh lebih lama dari pada pria, berbagai penelitian yang telah dilakukan di seluruh dunia ratarata wanita bekerja 3 jam lebih lama. Akibatnya wanita mempunyai sedikit waktu istirahat, lebih lanjut terjadinya kelelahan kronis, stress, dan sebagainya karena kesehatan wanita tidak hanya dipengaruhi oleh waktu.
6
Dengan fisik yang tidak terjaga wanita memiliki banyak masalah. Salah satu faktor resiko jatuh atau cedera adalah menurunnya fleksibilitas sendi dengan faktor akibat makin berkurangnya kelenturan sendi sendinya. Perubahan-perubahan pada sistem muskuloskeletal akibat proses penuaan fisiologis seperti perubahan kolagen, degenerasi, erosi dan kalsifikasi pada kartilago serta kapsula sendi, dan penurunan kekuatan fungsional otot menyebabkan sendi kehilangan fleksibilitasnya sehingga luas gerak sendi (LGS) pun berkurang. Selain usia, beberapa faktor lain juga turut mempengaruhi fleksibilitas. Perempuan diketahui cenderung memiliki fleksibilitas otot yang lebih baik daripada laki-laki. Faktor lainnya adalah orang yang obesitas (Indeks Massa Tubuh/ IMT ≥ 25 kg/m2 untuk regio Asia), dimana lebih sering terjadi pada wanita pada saat usia lanjut karena adanya masa menopause, biasanya memiliki fleksibilitas yang buruk. Menurut Bogduk dan Twomey, berat tubuh mempengaruhi gerak sendi pada wilayah lumbal pada waktu melakukan gerakan fleksi, yang secara otomatis juga mempengaruhi fleksibilitas punggung. Seperti yang telah diketahui, pusat gravitasi tubuh manusia pada posisi tegak terletak sebidang dengan vertebra lumbal. Selain itu besar gravitasi pada suatu benda atau titik tergantung pada jauhnya benda tersebut terhadap pusat bumi. Sehingga otomatis makin tinggi seseorang maka pusat gravitasi pada orang tersebut akan makin jauh dengan titik pusat bumi, sehingga secara otomatis pula gaya gravitasi yang bekerja pada orang tersebut akan makin berkurang. Pengukuran fleksibilitas trunkus dapat digunakan untuk mengetahui gambaran kemampuan gerak dari tulang belakang. Ada beberapa cara dalam pengukuran fleksibilitas gerak fleksi pada lumbal, antara lain goniometer, elektrogoniometer, xray, sinefluorografi, tes jangkauan, dan Modified Schober Test (MST). Indeks Massa Tubuh adalah salah satu parameter sederhana dari pemeriksaan antropometri tubuh untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Indeks Massa Tubuh dapat dihitung dengan rumus : Imt = Berat Badan (Kg) / Tinggi Badan2 (m2). Hubungan IMT dengan fleksibilitas, Indeks Massa tubuh mempunyai korelasi kuat terhadap lemak dalam tubuh (body fatness). Dalam beberapa pengukuran, IMT lebih digunakan untuk mengukur korelasi lemak tubuh total (total body fat) karena lebih
7
akurat dibandingkan dengan mengukur berat badan saja. Hal lain dikatakan bahwa IMT juga berkorelasi kuat dengan persentase lemak tubuh (%BF). Berat badan juga mempengaruhi tekanan kompresi pada trunk pada daerah lumbal ketika melakukan gerak fleksi ke depan. Dari hal diatas, dimungkinkan terdapat hubungan yang mana diketahui pula dari pengalaman sehari-hari bahwa orang yang mempunyai kelebihan berat badan dapat berefek pada keleluasaan aktifitas gerak pada umumnya dan fleksibilitas gerak lumbal pada khususnya.
C. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah penelitian yaitu : 1. Apakah latihan PNF stretching dapat meningkatkan fleksibilitas back muscle pada wanita? 2. Apakah Pilates exercise dapat meningkatkan fleksibilitas back muscle pada wanita? 3. Apakah perbedaan latihan PNF stretching dan Pilates exercise terhadap peningkatan fleksibilitas back muscle pada wanita?
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan latihan pnf stretching dan pilates exercise terhadap peningkatan fleksibilitas back muscle pada wanita. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui latihan PNF Stretching dapat meningkatkan fleksibilitas back muscle pada wanita. b. Untuk mengetahui Pilates exercise dapat meningkatkan fleksibilitas back muscle pada wanita.
8
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti a. Untuk menambah pengetahuan mengenai mengetahui perbedaan latihan PNF Stretching dan Pilates Exercise terhadap peningkatan fleksibilitas back muscle pada wanita. . b. Untuk menambah pengetahuan mengenai peningkatan fleksibilitas back muscle pada wanita berdasarkan imt normal.
2. Bagi Institusi dan Pendidikan a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian untuk diteliti lebih dalam sekaligus menjadi referensi tambahan bagi mahasiswa/i yang membutuhkan pengetahuan lebih lanjut mengenai penanganan dan intervensi untuk peningkatan fleksibilitas dengan metode PNF Stretching dan Pilates exercise. b. Dapat menambah khasanah ilmu kesehatan dalam dunia pendidikan pada khususnya.
3. Bagi Pembaca Memberikan pengetahuan lebih dan memahami lebih dalam tentang ilmu pengetahuan di bidang dan lingkup kesehatan.